Anda di halaman 1dari 24

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Satuan Pendidikan : SMK Muhammadiyah 1 Wates
Bidang Studi : Bisnis dan Manajemen
Program Studi Keahlian : Administrasi
Kompetensi Keahlian : Administrasi Perkantoran
Mata Pelajaran : Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi
Kelas/Semester : X AP 2/1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (satu pertemuan)
Pertemuan ke- : 3 (Tiga)
Standar Kompetensi : Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi
Kompetensi Dasar : 1 Identifikasi Proses Komunikasi di Tempat Kerja
Indikator : 1.5 Teknik Bertanya
1.6 Teknik Berbicara

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, maka diharapkan:
1. Siswa mampu menjelaskan media-media dalam komunikasi

Nilai karakter yang dikembangkan:


 Kedisiplinan
 Rasa ingin tahu
 Tanggung jawab
 Keaktifan
 Ketekunan

II. Materi Pembelajaran


1. Media komunikasi
III. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
Metode : Kooperatif Tipe Tukar Pertanyaan
IV. Alat/ Media/ Sumber Belajar
Alat:
1. Whiteboard
2. Board Marker
3. Penghapus
Media:
1. Modul Teknik Bertanya dan Teknik Mendengarkan

Sumber Belajar:
1. Modul Teknik Bertanya dan Teknik Mendengarkan

V. Kegiatan Pembelajaran
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pemberlajaran Guru Siswa
Awal 1. Membuka pelajaran 1. Siswa menjawab salam. 10menit
dengan memberi salam. 2. Siswadan guru membaca
2. Pertemuan diawali basmalah bersama-sama.
dengan membaca 3. Memberikan informasi
basmalah bersama-sama. kehadiran.
3. Mempresensi kehadiran 4. Menyiapkan alat tulis dan
siswa. memperhatikan
4. Melakukan pengkodisian penjelasan guru.
kelas dan menyampaikan
topik serta tujuan
pembejaran.

Inti Eksplorasi: 70
1. Guru betanya kepada 1. Siswa mengungkapkan menit
siswa mengenai sejauh sejauh mana pemahaman
mana pemahaman mereka mereka mengenaibertanya
tentang bertanya dan dan berbicara.
berbicara.
Elaborasi: 1. Siswa Bergabung dengan
1. Guru membagi kelas kelompoknya masing-
menjadi 4 kelompok masing.
(masing-masing
kelompok 4 anak)
2. Guru meminta siswa 2. Siswa bergabung dengan
bergabung dengan kelompoknya masing-
kelompoknya masing- masing.
masing.
3. Guru membagikan modul 3. Mempelajari modul
Teknik Bertanya dan Teknik Bertanya dan
Teknik Berbicara untuk Teknik Berbicara dan
dipelajari daan membuat membuat 10 soal uraian.
10 soal uraian.
4. Guru mengambil modul 4. Menyerahkan modul

Teknik Bertanya dan beserta 10 soal uraian

Teknik Berbicara beserta yang telah dibuat.

soal yang dibuat siswa.


5. Membagikan secara acak
5. Menjawab pertanyaan
pertanyaan yang dibuat
yang dibuat oleh
siswa untuk dijawab oleh
kelompok lain.
kelompok lain.
6. Meminta siswa
mengumpulkan
6. Mengumpulkan jawaban
pertanyaan dan jawaban
dari soal yang dibuat oleh
dari soal yang dibuat oleh
kelompok lain.
kelompok lain.

Konfirmasi:
1. Melakukan penguatan
dengan memberikansoal-
1. Siswa menjawab soal
soal secara lisan kepada
post tes secara lisan.
siswa.
Akhir 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulkan bersama 10
bersama siswa dan dan memperhatikan menit
menegaskan kembali penegasan kembali materi
materi yang telah yang telah disampaikan.
disampaikan. 2. Mendengarkan dan
2. Menyampaikan materi memperhatikan
yang akan dipelajari penjelasan yang.
untuk pertemuan disampaikan oleh guru.
selanjutnya. 3. Hamdalah bersama dan
menjawab salam.
3. Memberikan motivasi
kepada siswa untuk
semangat belajar dan
Mengakhiri pembelajaran
dengan hamdalah
bersama-sama dan salam.
VI. Penilaian

1. Penilaian Sikap
a. Jenis/teknik penilaian : Pengamatan
b. Bentuk instrumen dan instrumen : Lembar Pengamatan
Nilai
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Rasa Ingin Tahu
2 Kedisiplinan
3 Tanggung Jawab
4 Keaktifan
5 Ketekunan

c. Pedoman Penilaian
Skala Penilaian : 1 s/d 4
Keterangan :
4 = Sangat Baik 3 = Baik
2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik
Nilai Maksimal :4 Nilai Minimal :1
2. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik : Post Tes
b. Bentuk : kuis kelompok
c. Instrumen : Soal uraian
d. Jumlah soal : 10 butir
e. Pedoman Penskoran :
Jawaban benar = 10
Jawaban salah =1
Nilai maksimal = 100
Nilai minimal = 10
Kelompok dengan jawaban benar terbanyak mendapat skor tinggi.
Nilai = Jumlah skor

Kulon Progo, 24Agustus2016


Menyetujui, Mahasiswa,

Dwi Artati, S.Pd. Nur Savita Putri


NIP. 19750317 200801 2 005 NIM. 13802241048
LEMBAR PENILAIAN SIKAP

Kompetensi Dasar:

1. Memiliki motivasi internal yang menunjukan rasa ingin tahu dalam pembelajaran
2. Menunjukkan perilaku dan sikap rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, aktif, dan tekun
dalam melakukan pembelajaran sebagai bagian dari sikap ilmiah

Indikator:

1. Peserta didik menunjukkan rasa keingin tahuannya dengan bertanya kepada teman atau guru
serta banyak mencari dan membaca buku – buku pendukung materi
2. Peserta didik menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas post tes
3. Peserta didik mengikuti arahan dan prosedur pembelajaran dengan tertib
4. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan santun

Pedoman Penilaian:

Skala Penilaian: 1 s/d 4 Skor Minimal :5

Keterangan: Skor Maksimal : 20

1= Kurang Baik Prediksi sikap peserta didik:

2= Cukup Baik 5 – 40 : perlu perhatian khusus

3= Baik 41 – 70 : Perlu bimbingan

4= Sangat Baik 71 – 100 : Terpuji

Jumlah Skor

Nilai = X 10

2
Lampiran 1

MATERI AJAR

Standar Kompetensi :Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi

Kompetensi Dasar :1 Identifikasi Proses Komunikasi Di Tempat Kerja

Indikator :1.5 Teknik Bertanya


1.6 Teknik Berbicara
Kelas/Semester : X AP 1/1
Pertemuan ke- : 3 (Tiga)
KOMUNIKASI
A. Teknik Bertanya

Dunia perkantoran adalah dunia yang sering dikaitkan dengan dunis bisnis, sehingga
tidak lepas dari kegiatan rapat. Salah satu agenda dalam rapat adalah tanya jawab. Bertanya
memungkinkan peserta rapat mendapatkan informasi lebih detail. Bertanya juga dapat
memperjelas materi yang baru didapat.

Pada saat mengajukan pertanyaan, hendaknya menggunakan tata cara atau teknik yang
benar sehinga seorang peserta rapat tidak asal bertanya saja.

Keterampilan Bertanya Dasar Mencakup beberapa hal, yaitu :

a) Pertanyaan yang jelas dan singkat

Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat. Usahakan jangan sampai peserta
menjawab pertanyaan, hanya karena pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.

b) Memberi Acuan

Sebelum mengajukan pertanyaan mungkin perlu memberikan acuan berupa pertanyaan


atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan.

c) Pemberian kesempatan berfikir

Beri kesempatan untuk berpikir tentang jawaban pertanyaan yang diajukan.

Berikut beberapa teknik bertanya dalam rapat :


1) Pertanyaanumum

Pertanyaan umum diajukan untuk mengaktifkan seluruh pesertarapat. Semua siajak serta
untuk berpikir mencari jawaban dari pertanyaan yang bersifat umum.

Contohnya: Menurut pendapat Saudara-saudara, bagaimana cara promosi yang efektif?

2) Pertanyaanlangsung

Pertanyaan langsung biasanya dilakukan oelh pemimpin rapat. Pertanyaan langsung


diajukan dengan tujuan untuk memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta rapat agar
aktif dalam rapat. Pertanyaan langsung berguna untuk menghentikan percakapan pribadi
antar peserta rapat. Selain itu tuja berguna untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta
rapat yang dapat menjawab pertanyaan tesebut.

Contohnya: Saudara Roni, menurut pendapat anda bagaimana cara promosi yang efektif?

3) Pertanyaantidaklangsung/dioperkan

Pada saat ada yang bertanya, pertanyaannya dialihkan atau dipindahkan kepada peserta
lainnya yang diperkirakan dapat menjawab atau agar jawabannya dipikirkan bersama oleh
forum rapat.

Contohnya: Saudari Tini, tadi saudari Ani menanyakan perihal mengenai open management.
Apakah Sadari tahu mengenai itu?

4) Pertanyaan terbuka

Dalam pertanyaan ini, jenis pertanyaan ini diajukan terbuka, yang diungkapkan dalam
kata-kata yang bersifat umum. Jawaban dari pertanyaan terbuka dapat bervariasi atau
bermacam-macam. Biasanya kalimat tanya diawali dengan kata tanya: apa, bagaimana,
mengapa, bilamana, siapa, kapan.

Contoh: Siapakah yang akan mengepalai divisi ini?

5) Pertanyaan mengembalikan

Yang dimaksud dengan pertanyaan mengembalikan adalah pertanyaan dibalikkan kepada


orang yang bertanya atau pertanyaan dijawab dengan pertanyaan lagi. Pertanyaan dari
peserta rapat dikembalikan kepada peserta rapat yang bertanya atau ditanyakan lagi kepada
peserta rapat yang lain, sehingga peserta rapat yang lain ikut aktif memikirkan jawabannya.

Pertanyaan yang dikembalikan kepada peserta rapat berguna untuk memberikan


dorongan kepada peserta rapat untuk aktif, kreatif, dan mengembangkan pola cara berpikir
yang rasional serta menghindari dialog langsung antara pemimpin rapat dengan seorang
peserta rapat.

Contohnya: Saudara A bertanya kepada pemimpin rapat, saudara ketua mengapa promosi
tidak dilakukan secepatnya dalam kurun waktu 1 bulan ini? Dijawab oleh pemimpin rapat,
menurut saudara A sendiri mengapa promosi tidak kita lakukan pada bulan ini?

6) Pertanyaan faktual

Pertanyaan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh fakta atau keterangan lain
yang sesuai dengan kenyataan.

Contohnya: Berapa omzet penjualan kita bulan ini?

7) Pertanyaan retoris

Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan suatu jawaban, karena
orang-orang sudah mengetahui jawabannya.

Contohnya: Bukankah dengan bekerja keras kita akan memperoleh hasil yang maksimal?

8) Pertanyaan penghargaan

Pertanyaan yang diajukan karena ingin memberikan penghargaan kepada orang yang
telah menyatakan pendapat yang baik, sehingga akan memberikan semangat atau dorongan
kepada peserta lain untuk lebih berani mengemukakan pendapat.

Contohnya: Saudara Ihsan, Anda tadi telah mengemukakan pentingnya open management.
Dapatkah anda menjelaskan hal itu lebih lanjut?

9) Leading question

Maksud leading question ialah suatu pertanyaan yang diungkapkan padahal jawabannya
telah ada dalam pertanyaan itu sendiri.

Contohnya: Sarana yang kita miliki memang masih kurang, bukan?


B. Teknik Berbicara

1. Pengertian Teknik Berbicara

Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat
dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara di
dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada
pesan (message) yang dipercakapkan. Secara sederhana, teknik berbicara di dalam
komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut :

a) Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan


b) Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik
c) Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik
d) Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik
e) Menganggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara

2. Konsep Berbicara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa pokok permasalahan , yaitu
pengertian berbicara, tujuan berbicara, jenis-jenis berbicara, teknik berbicara, dan factor-
faktor keberhasilan berbicara.
Dengan demikian, setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan pengertian berbicara, menyebutkan tujuan berbicara, menyebutkan jenis-jenis
berbicara, menjelaskan teknik berbicara, dan menjelaskan factor-faktor keberhasilan
berbicara.
3. Pengertian Berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan (1981:15)
mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Sejalan dengan Tarigan , Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa
berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan.
Demikian juga Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan
instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah
sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat
dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau
tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan
berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai
komunikasi lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada
orang lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara
selalu diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan
berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-duanya tak terpisahkan. Ibarat
mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang sisi belakang ditempati kegiatan
menyimak. Sebagaimana mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka
komunikasi lisan pun tak akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling
melengkapi. Pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi
pembicaraannya
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan membaca. Bukankah
berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis, paling tidak dalam segi ekspresi atau
produksi informasi? Hasil berbicara bila direkam dan disalin kembali sudah merupakan
tulisan.dan ini sudah merupakan wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam
berbicara banyak kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi
organisasi pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan bacaan.
4. Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (1998:49) tujuan pembicara biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yakni:
1) Berbicara untuk Menghibur
Berbicara untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar
dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, dan sebagainya.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan
hati. Menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan. Sasaran
diarahkan kepada perisiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan kegelian
yang sederhana. Media yang sering dipakai dalam berbicara untuk menghibur adalah seni
bercerita atau mendongeng ( the art of story-telling), lebih-lebih cerita yang lucu, jenaka,
dan menggelikan. Pada saat pembicara atau si tukang dongeng beraksi, para partisipan
dapat tertawa bersama-sama dengan penuh kegembiraan dan kekeluargaan atau
persahabatan.

2) Berbicara untuk Menginformasikan


Berbicara untuk tujuan menginformasikan dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan
untuk :
- Menerangkanatau menjelaskan sesuatu proses;
- Memberiatau menanamkan pengetahuan;
- Menguraikan, menafsirkan, atau mengiterpretasikan sesuatu hal;
- Menjelaskankaitan, hubungan, relasi antara benda,hal, atau peristiwa.

3) Berbicara untuk Menstimulasi


Berbicara untuk tujuan menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari berbicara untuk
menghibur atau berbicara untuk menginformasikan, sebab pembicara harus pintar
merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika
pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita
pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara membakar semangat dan emosi
pendengarnya sehingga pada akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan apa-apa
yang dikehendaki pembicara.
4) Berbicara untuk Meyakinkan
Tujuan utama berbicara untuk meyakinkan ialah meyakinkan pendengarnya akan sesuatu.
Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah misalnya dari
sikap menolak menjadi sikap menerima. Misalnya bila seseorang atau sekelompok orang
tidak menyetujui suatu rencana, pendapat atau putusan orang lain, maka orang atau
kelompok tersebut perlu diyakinkan bahwa sikap mereka tidak benar. Melalui pembicara
yang terampil dan disertai dengan bukti ,fakta contoh, dan ilustrasi yang mengena, sikap
itu dapat diubah dari tak setuju menjadi setuju.

5). Berbicara untuk Menggerakkan


Di dalam berbicara atau berpidato menggerakkan massa yaitu pendengar berbuat,
bertindak, atau beraksi seperti yang dikehendaki pembicara merupakan kelanjutan,
pertumbuhan, atau perkembangan berbicara untuk meyakinkan. Dalam berbicara untuk
menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan, atau tokoh idola
masyarakat. Melalui kepintarannya berbicara, kelihatannya membakar emosi, kecakapan
memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu – jiwa massa, pembicara
dapat menggerakkan pendengarnya. Misalnya, bung Tomo dapat membakar semangat
dan emosi para pemuda di Surabaya, sehingga mereka berani mati mempertahankan
tanah air.

5. Jenis-Jenis Berbicara
Dalam interaksi berbicara sehari-hari, sering kita memperhatikan; ada diskusi, ada
percakapan, ada pidato menjelaskan, ada pidato menghibur, ada ceramah, ada bertelepon,
dan sebagainya. Mungkin Anda bertanya dalam hati, mengapa ada berbagai jenis kegiatan
berbicara seperti itu. Jawabannya ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi
berbicara, yakni:
- Tujuan,
- Situasi,
- Metode penyampaian,
- Jumlah pendengar, dan
- Peristiwa khusus.
Berdasarkan hal itu, maka berbicara dapat dilihat dari tiga aspek, yakni (1) fungsional, (2)
memperhatikan jumlah pembicaranya, serta (3) konsep dasar berbicara, maka jenis-jenis
berbicara dapat dilihat, sebagai berikut.
a. Berbicara berdasarkan tujuannya.
1) Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan
Berbicara termasuk bagian ini untuk bertujuan memberitahukan, melaporkan dan
menginformasikan dilakukan jika seseorang menjelaskan sesuatu proses, menguraikan,
menafsirkan sesuatu, menyebarkan dan menamkan sesuatu, dan sebagainya.
2) Bicara membujuk, mengajak, meyakinkan
Yang termasuk dalam hal ini, jika pembicara berusaha membangkitkan inspirasi,
kemauan atau meminta pendengarnya melakukan sesuatu. Misalnya, guru
membangkitkan semangat dan gairah belajar siswanya melalui nasihat-nasihat. Dalam
kegiatan yang masuk bagian ini si pembicara harus pintar merayu, mempengaruhi dan
meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu, ada sebagian pandangan yang mengatakan
orang pintar merayu, memiliki talenta dan retorika yang memikat. Orang-orang yang
pintar merayu dan meyakinkan bisa membuat sikap pendengar dapat diubah, dari
menolak menjadi menerima. Bukti, fakta atau contoh yang tepat yang disodorkan dalam
pembicaraan akan membuat pendengar menjadi yakin.
3) Bicara menghibur
Bicara untuk menghibut memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasana
pembicaraan bersifat santai dan penuh canda. Humor dan segar, baik dalam gerak, cara
bicara dan menggunakan kalimat memikat pendengar. Berbicara menghibur biasanya
dilakukan pelawak dalam suatu pentas. Pada waktu dahulu para pendongeng adalah
orang-orang yang pintar berbicara menghibur melalui cerita yang disampaikannya.

b. Berbicara berdasarkan situasinya


1. Berbicara formal
Dalam situasi formal, pembicara dituntut harus bicara formal. Misalnya, ceramah,
wawancara, mengajar untuk para guru.
2. Berbicara informal
Dalam situasi formal, pembicara dituntut harus bicara informal. Misalnya, bersenda
gurau, bertelepon.

c. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya


1. Berbicara mendadak (spontan)
Berbicara mendadak terjadi jika seseorang tanpa direncanakan. Sebelumnya harus
berbicara di depan umum.
2. Berbicara berdasarkan catatan
Dalam berbicara seperti ini, pembicara menggunakan catatan kecil pada kartu-kartu yang
telah disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi pembicaraan sebelum tampil di
muka umum.
3. Berbicara berdasakan hafalan
Pembicara menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan
pembicaraannya. Kemudian dihafalkannya kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan
seterusnya.
4. Berbicara berdasarkan naskah
Pembicara telah mempersiapkan naskah pembicaan secara tertulis dan dibacakan pada
saat berbicara.

d. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya


1. Berbicara antarpribadi (bicara empat mata)
2. Berbicara dalam kelompok kecil ( 3 – 5 orang)
3. Berbicara dalam kelompok besar (massa). Berbicara seperti ini terjadi apabila
menghadapi kelompok besar dengan jumlah pendengar yang besar, seperti pada rapat
umum, kampanye, dan sebagainya.

e. Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus


1. Pidato Presentasi
2. Pidato Penyambutan
3. Pidato Perpisahan
4. Pidato Jamuan (makan malam)
5. Pidato Perkenalan
6. Pidato Nominasi (mengunggulkan)

6. Prinsip-prinsip Berbicara
1) Prinsip Berbicara Efektif

Berbicara efektif prinsipnya adalah berbahasa seperlunya dengan menggunakan bahasa


Indonesia yang baik dan benar. Selain itu kita juga harus memperhatikan tata cara dan adat
sopan santun yang berlaku di lingkungan masyarakat agar pembicaraannya dapat berjalan
dan berlangsung dengan lancar. Agar dapat berbicara dengan efektif, kita perlu mengetahui
prinsip-prinsipnya, diantaranya :

- Memberi kesempatan berbicara kepada lawan bicara


- Menatap bergantian secara sopan
- Berbicara secara jelas, mengerti dan jangan berbisik
- Menghayati pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan

Berbicara efektif hendaknya mengemukakan ide-ide, pandangan-pandangan pemikiran


tentang bahan pembicaraan yang akan dibicarakan dalam bentuk tujuan-tujuan.

2) Prinsip Motivasi

Prinsip motivasi merupakan prinsip memberi dorongan untuk membangkitkan minat


bicara terhadap seseorang, kelompok, dan umum. Sedangkan prinsip motivasi yang efektif
adalah berbicara secara efektif yang dapat membangkitkan minat para pendengar. Jika para
pendengar berminat atau mendengarkan pembicaraan, maka pembicaraan tersebut akan
mendatangkan respon yang baik secara umpan balik (feedback). Berbicara dengan prinsip
motivasi adalah sebagai berikut :

1. Memberikan dorongan

Bicara dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara mengutarakan pentingnya bahan
yang akan dibicarakan.

2. Menokohkan

Menokohkan seseorang atau para pendengar menimbulkan rasa senang dan membesarkan
hatinya.

3. Dorongan ingin mengetahui

Cara ini dipergunakan karena pada dasarnya setiap manusia itu selalu mempunyai
dorongan ingin mengetahui baik yang menyangkut dirinya, maupun hal-hal lain.

3) Prinsip Perhatian
Prinsip perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu masalah atau objek tertentu. Agar
para pendengar mau memperhatikan dengan baik, maka seorang pembicara harus mampu
menarik perhatian, di antaranya :

1. Hal-hal yang aneh

Jika seorang pembicara dapat memberikan contoh-contoh yang aneh, amak pendengar akan
terpukau perhatiannya dan timbul rasa ingin mendengarkan apa yang disampaikan
pembicara.

2. Hal-hal yang lucu

Hal-hal lucu juga akan menarik perhatian. Untuk mendapatkan hal-hal yang lucu seseorang
harus menuntun terlebih dahulu jalan pikiran pendengarnya.

3. Hal-hal yang mencolok (dominan)

Cara ini dapat digunakan untuk menarik perhatian pendengar, pokok pembicaraan yang
penting pengucapannya harus dilambatkan atau dikeraskan.

4. Hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan

Pendengar akan tertarik perhatiannya jika ada pembicaraan yang menyangkut


kepentingannya dan kebutuhannya

4) Prinsip Keinderaan

Di dalam prinsip ini, berbicara efektif dapat dicapai jika menggunakan alat peraga yang
lengkap. Alat peraga adalah alat bantu di dalam pelaksanaan bicara dengan prinsip
keinderaan. Contoh alat peraga tersebut antara lain :

1. Over Head Projector (OHP)


OHP adalah proyektor yang dapat memantulkan tulisan atau gambar pada transparansi ke
layar putih.

2. Film

Dalam memberikan ceramah dengan menggunakan film, hal yang penting adalah adanya
diskusi dan mengambil kesimpulannya setelah film itu diputar.

3. Tape recorder

Tape recorder diputar sebagian, didiskusikan dan diambil kesimpulannya.


5) Prinsip Pengertian

Prinsip pengertian mengatakan bahwa ada hal-hal yang mudah dipahami, mudah
dihafalkan, atau mudah tertanam dalam pikiran seseorang. Dalam prinsip pengertian,
pembicara harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Uraian dari keseluruhan menuju bagian-bagian, kembali keseluruhan

Penerapannya dalam praktek adalah mengutarakan pokok bahasan secara sistematis, setelah
dijelaskan satu persatu pokok bahasannya. Setelah selesai menjelaskan pokok-pokok
bahasannya baru dibuat ringkasan dan kemudian disimpulkan secara singkat.

2. Uraian pembicaraan sistematis dan logis

Sistematis artinya uraian pembicaraan tidak menyimpang dari pokok bahasan dan urutannya
harus logis. Maksudnya logis adalah uraian pokok bahasannya umum menuju yang khusus
atau dari yang khusus menuju bahasan yang umum.

3. Membuat ungkapan-ungkapan yang konkret

Ungkapan yang konkret tersebut antara lain dengan memberikan memo teknik (cara untuk
menghapal), memberikan contohnya, memberikan ilustrasim memberikan suatu
perbandingan, memberikan hal-hal yang berlawanan.

6) Prinsip Ulangan

Prinsip ulangan menghendaki hal-hal yang perlu diulang, agar permasalahan lebih meresap
ke dalam hati pendengar, sehingga permasalahan tersebut mudah diingat. Oleh karena itu,
persiapan di dalam komunikasi lisan, sebagai berikut :

a) Persiapan penyajian dan penutup pembicaraan

Persiapan

Persiapan dalam berbicara pada umumnya mencangkup masalah pengetahuan,


sistematikanya (urutannya), tujuannya, tempat dan waktu.
Penyajian materi

Dalam penyajian materi, hendaknya memuat tentang :

1. Pendahuluan

 Motivasi yang menarik perhatian


 Tujuannya
 Ruang lingkupnya

2. Isi pembicaraan

Isi pembicaraan merupakan bagian mengenai pembahasan masing-masing acara yang telah
disebutkan di dalam ruang lingkup penyajian. Pembahasan yang disampaikan pembicara
hendaknya jelas, menarik, lancar, tertuju dan mudah dipahami.

3. Penutup pembicaraan

Di dalam penutup hendaknya berisi atau memuat tentang ringkasan materi yang dibahas,
memberikan motivasi kembali kepada para pendengar, memberikan harapan, saran-saran,
ajakan, dsb.

b) Sistematika penyajian dan penutup pembicaraan

Pendahuluan pembicaraan

 Motivasi yang menarik

Usaha untuk menarik minat para pendengar adalah dengan cara mengemukakan pentingnya
isi ceramah atau kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari atau untuk masa depan
pendengar.

 Mengutarakan topik secara umum

Topik yang dibicarakan harus dapat memberikan gambaran umum yang kemudian
membicarakan permasalahan secara khusus.

 Tujuan
Selain berisi motivasi, isi pendahuluan hendaknya mengemukakan tentang maksud dan
tujuan pembicaraannya.

 Ruang lingkup

Isi pendahuluan harus mengemukakan ruang lingkup pembicaraannya yaitu batas-batas


pembahasan yang akan dibicarakan.

Isi Pembicaraan

Seorang komunikator dalam menguraikan isi dari suatu pembicaraan hendaknya :

 Lancar atau tidak ada gangguan


 Harus menarik perhatian pendengar
 Uraiannya harus jelas, mudah ditangkap, dimengerti dan dihayati
 Uraiannya darus mengesankan dan menggunakan alat peraga
 Pembahasannya harus tertuju atau terarah kepada tujuan

Penutup pembicaraan

Di dalam penutup pembicaraan perlu dikemukakan hal-hal yang penting, yaitu ada ringkasan,
motivasi, saran pembicara kepada pendengar, ucapan terima kasih dan minta maaf kepada
para pendengar.

c) Alat bantu dalam penyajian pembicaraan

Pembicaraan yang hanya disampaikan dengan kata-kata tanpa alat bantu peraga hasilnya
diresapi pendengar sebesar ± 15%. Di dalam mempergunakan alat bantu seperti alat peraga,
seorang pembicara harus menyiapkan hal-hal berikut :

 Gambar-gambar atau bagan-bagan yang ditulis pada karton manila


 Alat-alat peraga yang nyata atau alat peraga yang sebenarnya
 Alat peraga tiruan atau palsu
 Slide proyektor, film projektor, OHP, LCD, dsb

d) Gaya bahasa penyajian dalam berbicara


Gaya bahasa berbicara itu antara lain adalah sebagai berikut :

 Gerak-gerik

Air muka dan gerakan badan, tangan, kepala, harus disesuaikan dan harus mengikuti isi
pembicaraan. Gerak-gerik ini sebaiknya wajar saja dan jangan dibuat-buat.

 Pakaian

Pakaian yang digunakan sebaiknya yang rapi, lengkap dan sopan. Pakaian rapi artinya
mengenakan pakaian terlihat wajar, teratur, dan serasi. Pakaian lengkap artinya sesuai
dengan apa semestinya. Pakaian yang sopan artinya pakaian yang pantas dipakai menurut
etika berpakaian.

 Sikap jiwa

Sikap jiwa yang diperlukan seorang komunikator pada waktu berbicara adalah tegas dan
jangan ragu-ragu. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan kegugupan saat berbicara di
depan umum.

 Suara

Suara dalam berbicara hendaknya jelas dan kata-katanya tepat. Di samping suaranya harus
jelas juga jangan monoton (satu nada). Pada waktu bicara juga diharapkan suaranya cukup
keras jelas, bersemangat dan berirama.

 Pandangan jiwa

Pada waktu berbicara, pandangan mata harus menyeluruh dan cara melihatnya selalu
berpindah-pindah. Pembicara tidak boleh grogi, sehingga pembicaraan dapat dilakukan
dengan lancar.

 Sikap badan

Sikap badan pada waktu berbicara hendaknya tegak, tapi tidak kaku dan dapat terlihat
dengan jelas oleh pendengarnya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP KTSP)

MERENCANAKAN DAN MENGELOLA PERTEMUAN/RAPAT

Disusun Oleh:

Nama : Nur Savita Putri

NIM : 13802241048

Pendidikan Administrasi Perkantoran 2013 B

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Anda mungkin juga menyukai