(RPP)
Satuan Pendidikan : SMK Muhammadiyah 1 Wates
Bidang Studi : Bisnis dan Manajemen
Program Studi Keahlian : Administrasi
Kompetensi Keahlian : Administrasi Perkantoran
Mata Pelajaran : Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi
Kelas/Semester : X AP 2/1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (satu pertemuan)
Pertemuan ke- : 3 (Tiga)
Standar Kompetensi : Mengaplikasikan Ketrampilan Dasar Komunikasi
Kompetensi Dasar : 1 Identifikasi Proses Komunikasi di Tempat Kerja
Indikator : 1.5 Teknik Bertanya
1.6 Teknik Berbicara
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, maka diharapkan:
1. Siswa mampu menjelaskan media-media dalam komunikasi
Sumber Belajar:
1. Modul Teknik Bertanya dan Teknik Mendengarkan
V. Kegiatan Pembelajaran
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pemberlajaran Guru Siswa
Awal 1. Membuka pelajaran 1. Siswa menjawab salam. 10menit
dengan memberi salam. 2. Siswadan guru membaca
2. Pertemuan diawali basmalah bersama-sama.
dengan membaca 3. Memberikan informasi
basmalah bersama-sama. kehadiran.
3. Mempresensi kehadiran 4. Menyiapkan alat tulis dan
siswa. memperhatikan
4. Melakukan pengkodisian penjelasan guru.
kelas dan menyampaikan
topik serta tujuan
pembejaran.
Inti Eksplorasi: 70
1. Guru betanya kepada 1. Siswa mengungkapkan menit
siswa mengenai sejauh sejauh mana pemahaman
mana pemahaman mereka mereka mengenaibertanya
tentang bertanya dan dan berbicara.
berbicara.
Elaborasi: 1. Siswa Bergabung dengan
1. Guru membagi kelas kelompoknya masing-
menjadi 4 kelompok masing.
(masing-masing
kelompok 4 anak)
2. Guru meminta siswa 2. Siswa bergabung dengan
bergabung dengan kelompoknya masing-
kelompoknya masing- masing.
masing.
3. Guru membagikan modul 3. Mempelajari modul
Teknik Bertanya dan Teknik Bertanya dan
Teknik Berbicara untuk Teknik Berbicara dan
dipelajari daan membuat membuat 10 soal uraian.
10 soal uraian.
4. Guru mengambil modul 4. Menyerahkan modul
Konfirmasi:
1. Melakukan penguatan
dengan memberikansoal-
1. Siswa menjawab soal
soal secara lisan kepada
post tes secara lisan.
siswa.
Akhir 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulkan bersama 10
bersama siswa dan dan memperhatikan menit
menegaskan kembali penegasan kembali materi
materi yang telah yang telah disampaikan.
disampaikan. 2. Mendengarkan dan
2. Menyampaikan materi memperhatikan
yang akan dipelajari penjelasan yang.
untuk pertemuan disampaikan oleh guru.
selanjutnya. 3. Hamdalah bersama dan
menjawab salam.
3. Memberikan motivasi
kepada siswa untuk
semangat belajar dan
Mengakhiri pembelajaran
dengan hamdalah
bersama-sama dan salam.
VI. Penilaian
1. Penilaian Sikap
a. Jenis/teknik penilaian : Pengamatan
b. Bentuk instrumen dan instrumen : Lembar Pengamatan
Nilai
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1 Rasa Ingin Tahu
2 Kedisiplinan
3 Tanggung Jawab
4 Keaktifan
5 Ketekunan
c. Pedoman Penilaian
Skala Penilaian : 1 s/d 4
Keterangan :
4 = Sangat Baik 3 = Baik
2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik
Nilai Maksimal :4 Nilai Minimal :1
2. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik : Post Tes
b. Bentuk : kuis kelompok
c. Instrumen : Soal uraian
d. Jumlah soal : 10 butir
e. Pedoman Penskoran :
Jawaban benar = 10
Jawaban salah =1
Nilai maksimal = 100
Nilai minimal = 10
Kelompok dengan jawaban benar terbanyak mendapat skor tinggi.
Nilai = Jumlah skor
Kompetensi Dasar:
1. Memiliki motivasi internal yang menunjukan rasa ingin tahu dalam pembelajaran
2. Menunjukkan perilaku dan sikap rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, aktif, dan tekun
dalam melakukan pembelajaran sebagai bagian dari sikap ilmiah
Indikator:
1. Peserta didik menunjukkan rasa keingin tahuannya dengan bertanya kepada teman atau guru
serta banyak mencari dan membaca buku – buku pendukung materi
2. Peserta didik menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas post tes
3. Peserta didik mengikuti arahan dan prosedur pembelajaran dengan tertib
4. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan santun
Pedoman Penilaian:
Jumlah Skor
Nilai = X 10
2
Lampiran 1
MATERI AJAR
Dunia perkantoran adalah dunia yang sering dikaitkan dengan dunis bisnis, sehingga
tidak lepas dari kegiatan rapat. Salah satu agenda dalam rapat adalah tanya jawab. Bertanya
memungkinkan peserta rapat mendapatkan informasi lebih detail. Bertanya juga dapat
memperjelas materi yang baru didapat.
Pada saat mengajukan pertanyaan, hendaknya menggunakan tata cara atau teknik yang
benar sehinga seorang peserta rapat tidak asal bertanya saja.
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat. Usahakan jangan sampai peserta
menjawab pertanyaan, hanya karena pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.
b) Memberi Acuan
Pertanyaan umum diajukan untuk mengaktifkan seluruh pesertarapat. Semua siajak serta
untuk berpikir mencari jawaban dari pertanyaan yang bersifat umum.
2) Pertanyaanlangsung
Contohnya: Saudara Roni, menurut pendapat anda bagaimana cara promosi yang efektif?
3) Pertanyaantidaklangsung/dioperkan
Pada saat ada yang bertanya, pertanyaannya dialihkan atau dipindahkan kepada peserta
lainnya yang diperkirakan dapat menjawab atau agar jawabannya dipikirkan bersama oleh
forum rapat.
Contohnya: Saudari Tini, tadi saudari Ani menanyakan perihal mengenai open management.
Apakah Sadari tahu mengenai itu?
4) Pertanyaan terbuka
Dalam pertanyaan ini, jenis pertanyaan ini diajukan terbuka, yang diungkapkan dalam
kata-kata yang bersifat umum. Jawaban dari pertanyaan terbuka dapat bervariasi atau
bermacam-macam. Biasanya kalimat tanya diawali dengan kata tanya: apa, bagaimana,
mengapa, bilamana, siapa, kapan.
5) Pertanyaan mengembalikan
Contohnya: Saudara A bertanya kepada pemimpin rapat, saudara ketua mengapa promosi
tidak dilakukan secepatnya dalam kurun waktu 1 bulan ini? Dijawab oleh pemimpin rapat,
menurut saudara A sendiri mengapa promosi tidak kita lakukan pada bulan ini?
6) Pertanyaan faktual
Pertanyaan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh fakta atau keterangan lain
yang sesuai dengan kenyataan.
7) Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan suatu jawaban, karena
orang-orang sudah mengetahui jawabannya.
Contohnya: Bukankah dengan bekerja keras kita akan memperoleh hasil yang maksimal?
8) Pertanyaan penghargaan
Pertanyaan yang diajukan karena ingin memberikan penghargaan kepada orang yang
telah menyatakan pendapat yang baik, sehingga akan memberikan semangat atau dorongan
kepada peserta lain untuk lebih berani mengemukakan pendapat.
Contohnya: Saudara Ihsan, Anda tadi telah mengemukakan pentingnya open management.
Dapatkah anda menjelaskan hal itu lebih lanjut?
9) Leading question
Maksud leading question ialah suatu pertanyaan yang diungkapkan padahal jawabannya
telah ada dalam pertanyaan itu sendiri.
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat
dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara di
dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada
pesan (message) yang dipercakapkan. Secara sederhana, teknik berbicara di dalam
komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut :
2. Konsep Berbicara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa pokok permasalahan , yaitu
pengertian berbicara, tujuan berbicara, jenis-jenis berbicara, teknik berbicara, dan factor-
faktor keberhasilan berbicara.
Dengan demikian, setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan pengertian berbicara, menyebutkan tujuan berbicara, menyebutkan jenis-jenis
berbicara, menjelaskan teknik berbicara, dan menjelaskan factor-faktor keberhasilan
berbicara.
3. Pengertian Berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan (1981:15)
mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Sejalan dengan Tarigan , Anton M. Moeliono dkk.(1988:114) mengatakan bahwa
berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan.
Demikian juga Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan
instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah
sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat
dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau
tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan
berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai
komunikasi lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada
orang lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara
selalu diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan
berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-duanya tak terpisahkan. Ibarat
mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang sisi belakang ditempati kegiatan
menyimak. Sebagaimana mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka
komunikasi lisan pun tak akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling
melengkapi. Pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi
pembicaraannya
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan membaca. Bukankah
berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis, paling tidak dalam segi ekspresi atau
produksi informasi? Hasil berbicara bila direkam dan disalin kembali sudah merupakan
tulisan.dan ini sudah merupakan wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam
berbicara banyak kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi
organisasi pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan bacaan.
4. Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (1998:49) tujuan pembicara biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yakni:
1) Berbicara untuk Menghibur
Berbicara untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar
dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, dan sebagainya.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan
hati. Menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan. Sasaran
diarahkan kepada perisiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan kegelian
yang sederhana. Media yang sering dipakai dalam berbicara untuk menghibur adalah seni
bercerita atau mendongeng ( the art of story-telling), lebih-lebih cerita yang lucu, jenaka,
dan menggelikan. Pada saat pembicara atau si tukang dongeng beraksi, para partisipan
dapat tertawa bersama-sama dengan penuh kegembiraan dan kekeluargaan atau
persahabatan.
5. Jenis-Jenis Berbicara
Dalam interaksi berbicara sehari-hari, sering kita memperhatikan; ada diskusi, ada
percakapan, ada pidato menjelaskan, ada pidato menghibur, ada ceramah, ada bertelepon,
dan sebagainya. Mungkin Anda bertanya dalam hati, mengapa ada berbagai jenis kegiatan
berbicara seperti itu. Jawabannya ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi
berbicara, yakni:
- Tujuan,
- Situasi,
- Metode penyampaian,
- Jumlah pendengar, dan
- Peristiwa khusus.
Berdasarkan hal itu, maka berbicara dapat dilihat dari tiga aspek, yakni (1) fungsional, (2)
memperhatikan jumlah pembicaranya, serta (3) konsep dasar berbicara, maka jenis-jenis
berbicara dapat dilihat, sebagai berikut.
a. Berbicara berdasarkan tujuannya.
1) Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan
Berbicara termasuk bagian ini untuk bertujuan memberitahukan, melaporkan dan
menginformasikan dilakukan jika seseorang menjelaskan sesuatu proses, menguraikan,
menafsirkan sesuatu, menyebarkan dan menamkan sesuatu, dan sebagainya.
2) Bicara membujuk, mengajak, meyakinkan
Yang termasuk dalam hal ini, jika pembicara berusaha membangkitkan inspirasi,
kemauan atau meminta pendengarnya melakukan sesuatu. Misalnya, guru
membangkitkan semangat dan gairah belajar siswanya melalui nasihat-nasihat. Dalam
kegiatan yang masuk bagian ini si pembicara harus pintar merayu, mempengaruhi dan
meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu, ada sebagian pandangan yang mengatakan
orang pintar merayu, memiliki talenta dan retorika yang memikat. Orang-orang yang
pintar merayu dan meyakinkan bisa membuat sikap pendengar dapat diubah, dari
menolak menjadi menerima. Bukti, fakta atau contoh yang tepat yang disodorkan dalam
pembicaraan akan membuat pendengar menjadi yakin.
3) Bicara menghibur
Bicara untuk menghibut memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasana
pembicaraan bersifat santai dan penuh canda. Humor dan segar, baik dalam gerak, cara
bicara dan menggunakan kalimat memikat pendengar. Berbicara menghibur biasanya
dilakukan pelawak dalam suatu pentas. Pada waktu dahulu para pendongeng adalah
orang-orang yang pintar berbicara menghibur melalui cerita yang disampaikannya.
6. Prinsip-prinsip Berbicara
1) Prinsip Berbicara Efektif
2) Prinsip Motivasi
1. Memberikan dorongan
Bicara dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara mengutarakan pentingnya bahan
yang akan dibicarakan.
2. Menokohkan
Menokohkan seseorang atau para pendengar menimbulkan rasa senang dan membesarkan
hatinya.
Cara ini dipergunakan karena pada dasarnya setiap manusia itu selalu mempunyai
dorongan ingin mengetahui baik yang menyangkut dirinya, maupun hal-hal lain.
3) Prinsip Perhatian
Prinsip perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu masalah atau objek tertentu. Agar
para pendengar mau memperhatikan dengan baik, maka seorang pembicara harus mampu
menarik perhatian, di antaranya :
Jika seorang pembicara dapat memberikan contoh-contoh yang aneh, amak pendengar akan
terpukau perhatiannya dan timbul rasa ingin mendengarkan apa yang disampaikan
pembicara.
Hal-hal lucu juga akan menarik perhatian. Untuk mendapatkan hal-hal yang lucu seseorang
harus menuntun terlebih dahulu jalan pikiran pendengarnya.
Cara ini dapat digunakan untuk menarik perhatian pendengar, pokok pembicaraan yang
penting pengucapannya harus dilambatkan atau dikeraskan.
4) Prinsip Keinderaan
Di dalam prinsip ini, berbicara efektif dapat dicapai jika menggunakan alat peraga yang
lengkap. Alat peraga adalah alat bantu di dalam pelaksanaan bicara dengan prinsip
keinderaan. Contoh alat peraga tersebut antara lain :
2. Film
Dalam memberikan ceramah dengan menggunakan film, hal yang penting adalah adanya
diskusi dan mengambil kesimpulannya setelah film itu diputar.
3. Tape recorder
Prinsip pengertian mengatakan bahwa ada hal-hal yang mudah dipahami, mudah
dihafalkan, atau mudah tertanam dalam pikiran seseorang. Dalam prinsip pengertian,
pembicara harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
Penerapannya dalam praktek adalah mengutarakan pokok bahasan secara sistematis, setelah
dijelaskan satu persatu pokok bahasannya. Setelah selesai menjelaskan pokok-pokok
bahasannya baru dibuat ringkasan dan kemudian disimpulkan secara singkat.
Sistematis artinya uraian pembicaraan tidak menyimpang dari pokok bahasan dan urutannya
harus logis. Maksudnya logis adalah uraian pokok bahasannya umum menuju yang khusus
atau dari yang khusus menuju bahasan yang umum.
Ungkapan yang konkret tersebut antara lain dengan memberikan memo teknik (cara untuk
menghapal), memberikan contohnya, memberikan ilustrasim memberikan suatu
perbandingan, memberikan hal-hal yang berlawanan.
6) Prinsip Ulangan
Prinsip ulangan menghendaki hal-hal yang perlu diulang, agar permasalahan lebih meresap
ke dalam hati pendengar, sehingga permasalahan tersebut mudah diingat. Oleh karena itu,
persiapan di dalam komunikasi lisan, sebagai berikut :
Persiapan
1. Pendahuluan
2. Isi pembicaraan
Isi pembicaraan merupakan bagian mengenai pembahasan masing-masing acara yang telah
disebutkan di dalam ruang lingkup penyajian. Pembahasan yang disampaikan pembicara
hendaknya jelas, menarik, lancar, tertuju dan mudah dipahami.
3. Penutup pembicaraan
Di dalam penutup hendaknya berisi atau memuat tentang ringkasan materi yang dibahas,
memberikan motivasi kembali kepada para pendengar, memberikan harapan, saran-saran,
ajakan, dsb.
Pendahuluan pembicaraan
Usaha untuk menarik minat para pendengar adalah dengan cara mengemukakan pentingnya
isi ceramah atau kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari atau untuk masa depan
pendengar.
Topik yang dibicarakan harus dapat memberikan gambaran umum yang kemudian
membicarakan permasalahan secara khusus.
Tujuan
Selain berisi motivasi, isi pendahuluan hendaknya mengemukakan tentang maksud dan
tujuan pembicaraannya.
Ruang lingkup
Isi Pembicaraan
Penutup pembicaraan
Di dalam penutup pembicaraan perlu dikemukakan hal-hal yang penting, yaitu ada ringkasan,
motivasi, saran pembicara kepada pendengar, ucapan terima kasih dan minta maaf kepada
para pendengar.
Pembicaraan yang hanya disampaikan dengan kata-kata tanpa alat bantu peraga hasilnya
diresapi pendengar sebesar ± 15%. Di dalam mempergunakan alat bantu seperti alat peraga,
seorang pembicara harus menyiapkan hal-hal berikut :
Gerak-gerik
Air muka dan gerakan badan, tangan, kepala, harus disesuaikan dan harus mengikuti isi
pembicaraan. Gerak-gerik ini sebaiknya wajar saja dan jangan dibuat-buat.
Pakaian
Pakaian yang digunakan sebaiknya yang rapi, lengkap dan sopan. Pakaian rapi artinya
mengenakan pakaian terlihat wajar, teratur, dan serasi. Pakaian lengkap artinya sesuai
dengan apa semestinya. Pakaian yang sopan artinya pakaian yang pantas dipakai menurut
etika berpakaian.
Sikap jiwa
Sikap jiwa yang diperlukan seorang komunikator pada waktu berbicara adalah tegas dan
jangan ragu-ragu. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan kegugupan saat berbicara di
depan umum.
Suara
Suara dalam berbicara hendaknya jelas dan kata-katanya tepat. Di samping suaranya harus
jelas juga jangan monoton (satu nada). Pada waktu bicara juga diharapkan suaranya cukup
keras jelas, bersemangat dan berirama.
Pandangan jiwa
Pada waktu berbicara, pandangan mata harus menyeluruh dan cara melihatnya selalu
berpindah-pindah. Pembicara tidak boleh grogi, sehingga pembicaraan dapat dilakukan
dengan lancar.
Sikap badan
Sikap badan pada waktu berbicara hendaknya tegak, tapi tidak kaku dan dapat terlihat
dengan jelas oleh pendengarnya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP KTSP)
Disusun Oleh:
NIM : 13802241048
FAKULTAS EKONOMI
2016