Anda di halaman 1dari 3

Faktor Lingkungan

F. Patty (1982: 58) menyatakan, lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu didalam
hidupnya, baik dalamm bentuk lingkungan fisik seperti orang tua, rumah, kawan bermain, dan
masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang
dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya. Apa yang dimaksud definisi
diatas adalah meliputi semnua kondisi-kondisi di dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
memengaruhi tingkah laku individu, terkecuali gene-gene. Lebih dari itu gene-gene (hereditas) dapat
pula dipandang sebagai menyiapkan gene-gene yang lain. Tetapi, lingkungan actual (sebenarnya)
hanyalah factor-faktor dalam dunia sekitar yang benar-benar memengaruhi individu.

Dalam hubungan dengan lingkungan itu, Sartain (psikolog Amerika) membagi lingkungan yang
memengaruhi individu menjadi tiga bagian (Ngalim Purwanto, 1984: 26):

1. Lingkungan alam luar (external of physical environment)

2. Lingkungan dalam (internal environment)

3. Lingkungan social/masyarakat (social environment)

Lingkungan alam luar, yaitu segala sesuatu yang ada dlaam dunia ini yang bukan manusia,
seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Lingkungan alalm yang
berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu, seperti daerah pegunungan
dan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula dengan daerah yang penuh dengan musim panas. Lingkungan dalam, berarti segala
sesuatu yang tidak termasuk lingkungan luar/alam. Namun untuk makanan yang sudah di dalam
perut kita, ia termasuk berada antara external dan internal environment. Karena makanan yang
sudah dalam perut sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan kedalam pembuluh darah.
Sementara makanan dan air yang telah berada didalam pembuluh darah atau di dalam cairan limpa,
memengaruhi sel-sel dalam tubuh, dan ini termasuk internal environment (lingkungan dalam).

Adapun lingkungan social/masyarakat, adalah tempat individu yang satu berinteraksi dengan
individu yang lain. Keadaan lingkungan social/masyarakat yang memberikan pengaruh tertentu
terhadap perkembangan individu. Pengaruh lingkungan social tersebut ada yang diterima secara
langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-
hari dengan teman-teman, keluarga, teman sepekerjaan, dan lainnya. Sedangkan pengaruh yang tak
langsung adalah melalui radio, televise, buku-buku bacaan, dan dengan berbagai cara yang lain.

D. Interaksi Antara Hereditas dan Lingkungan

Lingkungan memiliki daya pengaruh terhadap pembawaan bagi individu. Begitupun


sebaliknya, lingkungan banyak bergantung pada bagaimana individu menginterpretasikan dan
mengartikannya. Dua individu mungkin memiliki hereditas yang sama, tetapi perkembangan
selanjutnya menjadi berbeda apabila diasuh dan dibesarkan dalam dua macam lingkungan yang
berbeda. Sebaliknya dua orang yang diasuh dalam lingkungan yang sama, mungkin akan
memperlihatkan perkembangan yang berbeda kalau keduanya memiliki hereditas yang berkelainan.
Karena itu, para ahli menyimpulkan bahwa setiap individu merupakan hasil dari hereditas dan
lingkkungan (Woodworth, 1977: 80).

Sikap Manusia (Individu) terhadap Lingkungan


Sikap individu terhadap lingkungannya sesungguhnya mempunyai pengertian yang luas.
Artinya, individu tidak hanya berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak tampak (ruhaniah).
Melamun misalnya, meskipun pada hakikatnya didalam melamun terdapat interaksi dengan
lingkungan, tetap saja melamun dianggap sebagai kegiatan yang bersifat ruhaniah. Sikap individu
dalam berhubungan dengan lingkungannnya secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat
macam (Usman Effendi, 1984: 53), yaitu:

1. Individu menggunakan lingkungan (uses the environment)

2. Individu menentang lingkungan (resist the environment)

3. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan (adjustment)

4. Individu turut serta dengan kegiatan yang sedang berlangsung (participation).

Pada hubungan yang pertama, individu menggunakan lingkungan berlangsung bilamana


lingkungan dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif. Misalnya, untuk kelangsungan
hidup, individu menggunakan oksigen untuk bernafas, makan, minum, dan sebagainya. Para petani
menggunakan cangkul, pupuk, dan bibit unggul agar sukses dalam usaha pertaniannya. Sedangkan,
hubungan kedua berlangsung kalau pengaruh lingkungan dirasakan membahayakan atau kurang
menguntungkan individu. Misalnya seorang bayi akan menentang makanan pahit yang dimasukkan
kemulutnya. Seorang dewasa (mahasiswa dan sebagainya) akan menentang peraturan-peraturan
yang dirasakan akan membahayakan dan meerugikan dirinya.

Dalam hubungan yang ketiga, kita bisa melihat individu yang menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Misalnya seorang mahasiswa yang mulai menempati kamarnya yang baru dirumah
kontrakannya, maka ia berusaha mengubah, menyusun dan memasang hiasan dalam kamarnya agar
ia merasa betah dan dapat belajar dengan baik. Atau juga seorang pemuda Sumbawa yang belajar
Bahasa Madura karena pacarnya adalah orang Madura asli. Bentuk hubungan yang terakhir adalah
individu yang ikut serta dengan kegiatan lingkungannya. Dalam hal ini, lingkungan tidak selamanya
diam (statis), tetapi ia juga berproses dinamis. Terhadap lingkungan yang demikian, kadang-kadang
individu ikut serta mengambil bagian dalam kegiatan itu.

Keempat jenis interaksi individu dengan lingkungan diatas dalam praktiknya sulit dipisahkan,
karena setiap kegiatan merupakan kegiatan yang kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, setiap
individu senantiasa berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam setiap kegiatan
individu yang merupakan keseluruhan dari keempat jenis interaksi tersebut.

Faktor Lingkungan bagi Perkembangan

Lingkungan merupakan salah satu factor yang memengaruhi pembentukan dan


perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk
di dalamnya adalah belajar. Terhadap factor lingkungan ini, ada pula yang menyebutkan sebagai
empiric yang berarti pengalaman karena dengan lingkungan itu, individu mulai mengalami dan
mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh
lingkungan karena lingkungan senantiasa tersedia di sekitarnya.

1. lingkungan Membentuk Makhluk Sosial

Lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang
dapat memberikan pengaruh dan dapat memengaruhi, sehingga menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk social untuk bergaul satu dengan yang lainnya. Andaikan seorang anak yang sejak lahirnya
dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusaha 10 tahun saja, walaupun ia diberikan
cukup makanan dan minuman serentak ia dihadapkan pada pergaulan manusia, sudah dapat
dipastikan bahwa ia tidak akan mampu berbicara dengan Bahasa yang biasa, canggung, pemalu, dan
lain-lain. Kalaupun dia kemudian dididik, penyesuaian dirinya akan berlangsung sangat lambat sekali.

2. lingkungan membentuk perilaku budaya

Beragam kekayaan lingkungan merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah
menjadi kekayaan budaya bagi individu. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang karena
manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap
segala apa yang tersedia dialam sekitarnya.

Terkait dengan pembentukan iiwa budaya, lingkungan memiliki peranan berikut.

a. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan social
individu. Contoh, air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung
kerumah.

b. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk menundukkannya. Contoh, air banjir pada
musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.

c. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beragam senantiasa memberikan rangsangan
kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan
mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh, seorang anak yang senantiasa
bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyak, sifat rajin dari temennya akan diikutinya
sehingga lama kelamaan ia pun berubah menjadi anak yang rajin.

d. Objek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri
allopastis artinya individu itu berusaha untuk mengubah lingkungannya. Contoh, dalam keadaan
cuaca panas, individu memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini,
individu melakukan manipulasi, yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas
menjadi sejuk agar sesuai dengan dirinya. Penyesuaian autoplastis adalah penyesuaian diri yang
dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh, seorang juru rawat
dirumahsakit, pada awalnya ia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan ia
mulai terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN, Dr. H. Mahmud, M.Si, CV Pustaka Setia, 2010, Bandung

2. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Refleksi Teoretis terhadap Fenomena, Drs. H. Baharuddin, M.Pdi. Ar-Ruzz
Media, 2007, Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai