Ni Kadek Diah Widiastiti Kusumayanti - 1902621006
Ni Kadek Diah Widiastiti Kusumayanti - 1902621006
OLEH:
1902621006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
2. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika
Serikat. Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi, dan
insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja. Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan
tekanan darah dengan penyebab tertentu.
Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana
diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko
utama untuk mortalitas kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi
diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.
Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai
penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial.
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini
telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan
kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta
kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk
saat ini.
4
3. Etiologi
a. Hipertensi Esensial
Penyebab Hipertensi Esensial belum diketahui. Namun sejumlah interaksi
beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal diperkirakan pada
mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas
berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar
natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume
cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan
aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer . Tekanan darah
tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik
peningkatan tahanan perifer.
b. Hipertensi Sekunder
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan
penghentian oral kontrasepsi, takanan darah normal kembali setelah beberapa
bulan.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabakan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme
primer biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.
Pheochromocytomas pada medula adrenal yang paling umum dan
meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Chusing,
kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom
Chusing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal .
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan menghambat
aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah di atas area kontriksi.
5) Neurogenik
Tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik
6) Peningkatan volume intravaskular
7) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, dan menyebabkan vasokontriksi , yang mana pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah.
4. Faktor Predisposisi
3) Umur
Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 – 45
tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia
20 tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).
6. Manifestasi Klinis
Biasanya Hipertensi tanpa gejala atau tanda- tanda peringatan untuk hipertensi dan
sering disebut “silent killer” (Udjianti, 2010).
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-
tahun, dan berupa:
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang- kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal
e. Edema dependent dan peningkatan akibat tekanan kapiler
f. Palpitasi
g. Keringat berlebihan
h. Tremor otot
i. Nyeri dada
j. Epistaksis
k. Tinnitus (telinga berdenging)
l. Kesulitan tidur (Udjianti, 2010).
7. Klasifikasi
a. The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu : (Smeltzer, 2001)
b. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan level tekanan darah (Guyton dan Hall, 1997
dalam Udjianti, 2010)
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
(SBP dan DBP)
Normotensi <140 SBP dan <90 DBP
Hipertensi Ringan 140 – 180 SBP/ 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP / 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP dan <90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >140 SBP atau >105 DBP
Hipertensi Sistolik terisolasi >140 SBP dan <90 DBP
8. Komplikasi
a. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional
ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabakan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh
susunan saraf pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan (Corwin, 2009)
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Hitung darah lengkap (complete blood cells count) meliputi pemeriksaan
Hemoglobin, Hematrokit untk menilai viskositas dan indikator faktor resiko
seperti Hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Kimia Darah
1) BUN , Kreatin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal
renal
2) Serum Glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator hipertensi)
akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningakatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
4) Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme primer.
5) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
6) Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.
c. Elektrolit
1) Serum Potasium atau Kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik)
2) Serum Kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi .
d. Urine
1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan
disfungsi renal atau diabetes
2) Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar mengindikasikan
adanya pheochromacytoma
3) Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary , Sindrom Chusing’s; kadar renin
juga meningkat.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
renal pharenchymal disease, urolithiasis , benign prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
f. EKG
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.
(Udjiati, 2010)
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan antara lain:
a) Rendah garam,
Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium
Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, bermanfaat untuk menurunkan tekanan
darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga
bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,
sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala
gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
4) Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang
dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat
antihipertensi.
5) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Comittee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
1) Diuretika
a) Tiazid : obat yang paling sering digunakan dan salah satu obat golongan
ini yang paling luas diteliti. Secara tradisional, diuretika tiazid membentuk
dasar sebagian besar program terapeutik yang dibentuk untuk menurunkan
tekanan arteri dan biasanya efektif dalam 3-4 hari. Selanjutnya obat ini
ditujukan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas dalam uji klinis
jangka panjang. Contoh diuretik tiazid yaitu hidroklorotiazida.
b) Diuretik yang bekerja pada angsa henle tubulus yang lebih poten seperti
furosemid dan bumetanid juga ditujukan sebagai antihipertensi tetapi
penggunaanya kurang luas karena lama kerjanya yang lebih pendek.
c) Diuretik Hemat Kalium
Terdapat 3 jenis diuretik kalium yaitu Spironolakton, Triamteren dan
Amilorid. Ketiga diuretika hemat kalium ini dapat diberikan bersamaan
dengan diuretika tiazid untuk mengurangi kehilangan kalium ginjal.
3) Vasodilator
a) Hidralazin, obat yang paling serba guna yang menyebabkan relaksasi
langsung otot polos vaskuler, obat ini efektif baik secara oral maupun
parenteralm, terutama bekerja pada resistensi arteri dibandingkan kapasitas
pembuluh vena.
b) Minoxidil, penggunaannya terbatas terutama pada pasien dengan
hipertensi berat dan insufisiensi renal
c) Diazoksid, derivat tiazid, terbatas penggunaannya pada keadaan akut. Obat
ini harus diberikan dengan cepat secara intravena untuk menjamin
efeknya. Obat ini segera bekerja menurunkan tekanan darah, dan efeknya
berakhir selama beberapa jam.
d) Nitroprusid, diberikan secara intravena juga bekerja sebagai vasodilator
langsung, dengan mulai dan berhenti kerjanya yang hampir segera.
11. Prognosis
Pasien yang menderita hipertensi mempunyai harapan hidup sebanyak 50 %. Tetapi
bila ditangani secara tidak benar pasien tersebut akan mempunyai prognosis yang
jelek (menyebabkan kematian).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi pengkajian mengenai nama, tempat/tanggal lahir klien,
umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah, agama, status perkawinan
klien, alamat, jenis kelamin, orang yang paling dekat dengan klien atau yang
bertanggung jawab, hubungan orang tersebut dengan klien, alamat dan jenis
kelamin orang tersebut.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan penderita hipertensi biasanya seperti sakit kepala, fatigue, lemah dan
sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung,
disritmia dan takipnea.
2) Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
3) Derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah kesehatan dan diagnose
medis.
4) Alasan masuk panti (jika dipanti) :
a) Obat-obatan
Nama dan dosis obat yang diberikan, waktu dan cara penggunaan
b) Status imunisasi
Tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria, dll
c) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
d) Penyakit yang diderita
e) Nutrisi
Diet yang diberikan, riwayat peningkatan dan penurunan BB, masalah
dalam pemenuhan nutrisi, kebiasaan, pola makan.
MMSE
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maks. klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
tahun/ musim/ tanggal/ hari/ bulan
2 Orientasi 5 Dimana anda sekarang ? Negara
Indo/provinsi/kota/panti
werdha/wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek(oleh pemeriksa)
1detik untuk mengatakan masing-
masing objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek
tadi(untuk disebutkan):
4 Perhatian dan kalkulasi 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali ( 93, 86, 79, 72, 65 )
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek , pada no 2( registrasi
) tadi, bila benar 1 poin untuk
masing-masing objek
6 Bahasa 9 Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
( missal jam tangan atau pensil).
Minta pada klien untuk
mengulang kata berikut “tidak
ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai 2 poin. Bila
pertanyaan benar 2-3 buah, misal :
tidak ada, tetapi, maka nilai 1
poin. Minta klien untuk mengikuti
perintah yang terdiri dari 3
langkah: “ambil kertas ditangan
anda, lipat 2 dan taruh dilantai”
-ambil kertas
-lipat 2
-taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point).
-tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
-tulis satu kalimat
-menyalin gambar
Kesimpulan MMSE
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
m. Pengkajian psikososial dan spiritual
1) Pengkajian psikososial
Pengkajian ini menjelaskan kemampuan lansia tentang: sosialisasi lansia pada
saat sekarang; sikap pada orang lain; harapan dalam bersosialisasi. Pengkajian ini
dilakukan dengan cara:
a) Pertanyaan tahap 1:
(1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur
(2) Apakah klien sering merasa gelisah
(3) Apakah klien sering murung da menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau khawatir
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2, jika ≥1 jawaban “YA”
b) Pertanyaan tahap 2 :
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan
(2) Ada atau banyak fikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cendrung mengurung diri
Bila jawaban ≥1 jawaban “YA” berarti terjadi MASALAH EMOSIONAL
(MASALAH EMOSIONAL POSITIF).
2) Pengkajian
spiritual Mengkaji
tentang :
a) Agama
b) Kegiatan keagamaan
c) Konsep/ keyakinan klien tentang kematian
d) Harapan-harapan klien
2. Diagnosa Keperawatan
4.Adanya pucat,
dingin, kulit
lembab dan masa
4.Amati warna kulit,
pengisian kapiler
kelembaban, suhu,
lambat
dan masa pengisian
mencerminkan
kapiler. dekompensasi /
penurunan curah
jantung.
5.Dapat
mengindikasikan
gagal
jantung,
5.Catat adanya demam
kerusakan ginjal
umum / tertentu.
atau vaskuler.
6.Membantu untuk
menurunkan
rangsangan
6.Berikan lingkungan simpatis,
yang nyaman, tenang, meningkatkan
kurangi aktivitas / relaksasi.
keributan
ligkungan, batasi
7.Dapat
jumlah pengunjung
menurunkan
dan lamanya tinggal.
rangsangan yang
menimbulkan
7.Anjurkan teknik
stress, membuat
relaksasi, panduan
efek tenang,
imajinasi dan
sehingga akan
distraksi.
menurunkan
tekanan darah.
8. Menurunkan
Kolaborasi dengan tekanan darah.
dokter
8.Pemberian theraphy
anti
hipertensi,deuritik.
9. Pembatasan ini
Kolaborasi dengan
dapat menangani
ahli gizi
retensi cairan
dengan respons
9.Berikan pembatasan
hipertensif,
cairan dan diit
dengan demikian
natrium sesuai
menurunkan kerja
indikasi
jantung.
Kolaborasi
5.Pemberian obat:
a. analgesik a. Menurunkan/
mengontrol nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis.
b. antiansietas b. Dapat
mengurangi
tegangan dan
ketidaknyamanan
yang diperberat
oleh stres.
2.Gangguang
2.Perhatikan tentang penglihatan/iritasi
suram atau dapat berakhir 1-2
penglihatan kabur dan jam setelah
iritasi mata, dimana tetesan mata
dapat terjadi bila tetapi secara
menggunakan tetes bertahap menurun
mata. dengan
penggunaan.
Catatan: iritasi
lokal harus
dilaporkan ke
dokter, tetapi
jangan hentikan
penggunaan obat
sementara.
3.Memungkinkan
3.Letakan barang yang pasien melighat
dibutuhkan/posisi bel objek lebih
pemanggil dalam mudah dan
jangkauan pada sisi memudahkan
yang tak bermasalah panggilan untuk
atau pada jangkauan perolongan bila
tangan klien diperlukan.
5. Resiko Setelah diberikan 1. Kaji ulang masukan 1. Mengidentifikasi
ketidakseimbanga asuhan keperawatan kalori harian dan kekuatan/
n nutrisi lebih dari diharapkan nutrisi pilihan diit kelemahan dalam
kebutuhan tubuh klien cukup/optimal program diet
berhubungan sesuai kebutuhan terakhir.
dengan masukan dengan Membantu dalam
berlebih menentukan
Kriteria Hasil :
berlebihan, pola kebutuhan
hidup monoton Klien mampu individu untuk
mengidentifikasi penyesuaian/
hubungan antara penyuluhan.
hipertensi dan
kegemukan 2.Kaji pemahaman
Klien mampu pasien tentang 2. Kegemukan
menunjukkan hubungan langsung adalah resiko
perubahan pola antara hipertensi dan tambahan pada
makan kegemukan tekanan darah
Klien mampu tinggi karena
melakukan/ disproporsi antara
mempertahankan kapasitas aorta
program dan peningkatan
olahraga yang curah jantung
tepat berkaitan dengan
peningkatan
massa tubuh
3.Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan 3. Kesalahan
kalori dan batasi kebiasaan makan
masukan makan menujang
lemak,garam,dan terjadinya
gula,sesuai indikasi. ateroskerosis dan
kegemukan.
4.Tetapkan keinginan
pasien menurunkan
4. Motivasi untuk
berat badan
menurunkan berat
badan adalah
internal, individu
harus
berkeinginan
8. Memberikan
konseling, dan
bantuan dengan
memenuhi
kebutuhan diit
individual
6. Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Kaji ulang visus 1. Pandangan kabur
cedera asuhan keperawatan klien, tanyakan dan penurunan
berhubungan diharapkan cedera keluhan terhadap visus adalah
dengan tidak terjadi pandangan kabur indikator
pandangan kabur, Kriteria hasil : kerusakan retina
epistaksis. mata.
Tidak mengalami
tanda/gejala
2. Berikan lingkungan 2. Meminimalkan
perdarahan/trauma
yang aman dan menghindari
penyebab
tersering
terjadinya cedera
Kolaborasi dengan
dokter
a. Mengurangi nyeri
5. Pemberian obat :
kepala
a. Analgesik
b. Menurunkan
b. Tranquilizer kecemasan dan
(diazepam) membantu tidur
7. Kurang Setelah diberikan 1. Kaji kesiapan dan 1. Kesalahan
pengetahuan asuhan keperawatan hambatan dalam konsep dan
mengenai kondisi diharapkan pasien belajar. Termasuk menyangkal
dan rencana menyatakan orang terdekat diagnosa karena
pengobatan pemahaman tentang perasaan
berhubungan proses penyakit dan sejahtera yang
dengan kurang regimen sudah lama
pengetahuan/ pengobatan dengan dinikmati
daya ingat, kriteria hasil : mempengaruhi
misinterpretasi minat
Mengidentifikasi
informasi, pasien/orang
efek samping
keterbatasan terdekat untuk
obat dan
kognitif. mempelajari
kemungkinan
penyakit,
komplikasi yang
kemajuan dan
perlu
prognosis.
diperhatikan
2. Tetapkan dan
Mempertahankan 2.Pemahaman
nyatakan batas TD
TD dalam bahwa tekanan
normal. Jelaskan
parameter darah tinggi dapat
tentang hipertensi
normal terjadi tanpa
efeknya pada
gejala adalah
jantung, pembuluh
untuk
darah, ginjal dan
memungkinkan
otak.
pasien
melanjutkan
pengobatan
meskipun ketika
merasa sehat.
3. Hindari
mengatakan TD ”
normal ” dan 3. Karena
gunakan istilah ” pengobatan
terkontrol dengan untuk hipertensi
baik ” saat adalah sepanjang
menggambarkan kehidupan, maka
TD pasien dalam dengan
batas yang penyampaian ide
diinginkan. ”terkotrol” akan
membantu pasien
untuk memahami
kebutuhan untuk
melanjutkan
4. Bantu pasien dalam
pengobatan/medi
mengidentifikasi
kasi.
faktor-faktor risiko
kardiovaskuler
4. Faktor-faktor
yang dapa diubah
risiko ini telah
misal, obesitas, diet
menunjukkan
tinggi lemak jenuh
hubungan dalam
dan kolesterol, pola
menunjang
hidup
hipertensi dan
monoton,merokok,
penyakit
minum alkohol,
kardiovaskular
pola hidup penuh
serta ginjal.
stres.
5. Atasi masalah
dengan pasien
untuk
mengidentifikasi
cara dimana 5.Dengan mengubah
perubahan gaya pola perilaku yang
hidup yang tepat ”biasa/memberika
dapat dibuat untuk n rasa aman”akan
mengurangi faktor- sangat
faktor penyebab menyusahkan.
Hipertensi. Dukungan,
petunjuk dan
empati dapat
meningkatkan
keberhasilan
6. Bahas pentingnya
pasien dalam
menghentikan
menyelesaikan
merokok dan bantu
tugas
pasien dalam
6.Nikotin
membuat rencana
meningkatkan
untuk berhenti
pelepasan
merokok.
ketokolamin,
mengakibatkan
peningkatan
frekuensi jantung,
TD, dan
vasokontriksi,
mengurangi
oksigenasi
jaringan, dan
meningkatkan
7. Sarankan untuk beban kerja
sering mengubah miokardium.
posisi, olah raga
kaki saat berbaring.
7.Menurunkan
bendungan vena
perifer yang dapat
ditimbulkan oleh
vasodilator dan
duduk / berdiri
terlalu lama.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai intervensi
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1: Curah jantung kembali normal
b. Diagnosa 2: Nyeri klien berkurang/ teratasi
c. Diagnosa 3: Dapat melakukan aktivitas sesuai batas intoleransinya
d. Diagnosa 4: Gangguan sensori perseptual tidak terjadi/ dapat ditoleransi
e. Diagnosa 5: Nutrisi klien cukup/ optimal
f. Diagnosa 6: Tidak terjadi resiko cedera
g. Diagnosa 7: Klien memahami tentang proses penyakit dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Nur Meity Sulistia. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C .2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth.
Edisi 8 Volume 2.Jakarta: EGC