Batubara
Batubara
“BATU BARA”
DISUSUN OLEH :
SAMUEL BUDI SATRIO
WILDAN HANIF MUSYAFFA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya untuk
mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil. Definisi paling
umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami,
dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka bahan bakar nuklir dan fosil tidak
termasuk di dalamnya.
Sedangkan Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya
alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun. Dikatakan tak terbarukan karena
apabila sejumlah sumbernya dieksploitasikan, maka untuk mengganti sumber sejenis
dengan jumlah sama, baru mungkin atau belum pasti akan terjadi jutaan tahun yang akan
datang. Hal ini karena, disamping waktu terbentuknya yang sangat lama, cara
terbentuknya lingkungan tempat terkumpulkan bahan dasar sumber energi inipun
tergantung dari proses dan keadaan geologi saat itu.
Dan salah satu contoh energi tak terbarukan adalah batu bara. Saat ini, batu bara
masih menjadi salah satu sumber energi utama di Indonesia. Penggunaannya antara lain
untuk PLTU, bahan bakar kereta api dan kapal, dll.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan dan penggunaan batu bara?
2. Batu bara termasuk SDA yang dapat diperbaharui atau tidak?
3. Apa dampak yang dihasilkan dari penggunaan batu bara?
C. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui baik buruknnya penggunaan batu bara bagi lingkungan
dan masyarakat.
D. Manfaat
1. Mengetahui pembuatan dan penggunaan batu bara.
2. Mengetahui cara menanggulangi bahaya batu bara.
BAB II
TEORI
A. Tentang Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar berwarna coklat tua yang dihasilkan
ketika tanaman darat dan air menumpuk dan terkubur selama usia geografis yang
ditransmisikan oleh panas dan tekanan. Butuh waktu lama untuk membentuk lapisan
endapan batu bara yang tebal dan lebar. Batubara terutama terdiri dari karbon, dengan
sedikit hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan hal-hal anorganik. Sebagian besar benda
anorganik dibawa oleh air bawah tanah setelah sedimentasi tanaman itu sendiri.
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di
tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori
drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu
cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap
biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan
sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5--10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk
senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik
dan fungi diubah menjadi gambut .
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan
fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut. Pada tahap ini
prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan
berkurang Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan
material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit,
hingga meta antrasit.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu
dan tekanan. Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai
sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman
batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu.
Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34) yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara coklat
(brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus
(sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara
menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
(bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Batu bara termasuk energi tak terbarukan karena pembuatannya memakan waktu bisa
mencapai 300 juta tahun dan terbatas persediaannya. Pada tahun 2018 tercatat produksi
batu bara di Indonesia mencapai 548.58 juta ton, dan diperkirakan akan terus bertambah
setiap tahunnya. Mantan Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM
Sri Raharjo mengatakan bahwa apabila cadangan batu bara tidak bertambah maka
diperkirakan batu bara akan habis tahun 2086. Kalau misalnya setiap tahun cadangan
batu bara meningkat 1%, maka habisnya batu bara akan mundur ke tahun 2139.
BAB III
PENGGUNAAN
A. PLTU
Batu bara yang ditampung dalam bak penampungan dibawa ke dalam mesin
pencacah batubara melalui conveyor belt untuk dipecah menajdi ukuran yang lebih kecil/
halus, hal ini berguna agar batubara lebih mudah terbakar pada saat di dalam boiler.
Batubara yang telah halus tadi dibawa ke dalam boiler untuk digunakan sebagai bahan
bakar pada proses pembakaran.
Dari proses pembakaran ini akan menghasilkan sisa abu batubara. Abu yang
berukuran relatif besar akan langsung jatuh ke bawah tungku Boiler dan akan
dikumpulkan untuk diangkut ke tempat penyimpanan debu/abu (Ash Storage). Sedangkan
abu ringan yang berterbangan akan ditangani oleh alat penangkap debu/abu (ESP –
Electrostatic Precipitator) dan akan dikumpulkan. Asap dan debu-debu yang sangat kecil
yang tidak tertangkap oleh ESP kemudian akan dialirkan melalui cerobong asap untuk
dibuang ke udara/ lingkungan luar.
Kembali pada proses pembakaran, pada boiler ini terjadi proses pemanasan air yang
sebelumnya telah dimurnikan agar tidak mudah menimbulkan korosi (untuk air laut), air
tersebut melalui pipa-pipa boiler dan dipanaskan sehingga akan berubah menjadi uap
panas yang bertekanan tinggi. Tetapi karena kadar air pada uap masih terlalu tinggi, maka
kadar air harus dihilangkan terlebih dahulu melalui superheater sehingga akan berubah
menjadi uap kering. Kemudian uap kering ini dialirkan menuju ke turbin untuk
mendorong sudu-sudu turbin sehingga poros turbin akan berputar. Setelah digunakan
untuk memutar turbin, maka uap kering akan turun kembali ke lantai dasar. Uap tersebut
akan didinginkan di dalam kondensor, dengan menggunakan air pendingin (biasanya air
laut atau air sungai) yang dialirkan melalui pipa-pipa di dalam kondensor akan
mendinginkan uap sehingga kembali menjadi air, kemudian air tersebut dapat
disirkulasikan kembali ke Boiler untuk dipanaskan menjadi uap kembali dan digunakan
untuk memutar turbin.
Pada turbin terdapat porors yang sudah dihubungkan langsung dengan generator
sehingga ketika turbin berputar maka generator juga akan ikut berputar. Karena generator
ikut berputar maka akan menghasilkan energi listrik yang akan dikirimkan ke trafo untuk
dirubah tegangannya dan kemudian disalurkan melalui saluran transmisi PLN.
digunakan karena ketika di bakar akan lama habisnya dan dapat membuat api yang
banyak untuk di gunakan sebagai bahan bakar kereta api uap. Tetapi saat ini sudah
jarang, bahkan hampir sudah ditemukan lagi kereta lokomotif uap.
BAB IV
KEUNTUNGAN
Meskipun ada banyak teknologi baru dari sumber yang terbarukan, seperti manfaat angin atau
air, tidak dapat dipungkiri bahwa energi primer seperti batubara masih merupakan solusi untuk
listrik yang lebih murah. Di Indonesia, sebagian besar pembangkit masih menggunakan batu bara
sebagai bahan bakar.
Berdasarkan data Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, produksi batu bara pada
2018 mencapai 548,58 juta ton, lebih tinggi 20 juta ton dari catatan awal Januari 2019 sebanyak
528 juta ton.
Dari jumlah itu, pasokan untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO)
hanya 115 juta ton. Artinya, ekspor batu bara Indonesia mencapai 433,58 juta ton, dengan asumsi
seluruh batu bara berhasil dijual. Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan (HBA)
Februari 2019 senilai US$91,8 per ton.
Kerugian yang dihasilkan dari sektor batu bara tak sebanding dengan kerugian yang
ditimbulkan. Karena nyatanya kerugian negara akibat buruknya tata kelola tambang batu
bara dan dampak lingkungan seperti banjir, longsor, pencemaran air dan udara bisa
mencapai berkali-kali lipat dari pendapatan negara.
Hasil perhitungan Walhi Jambi sejak tahun 2010 hingga 2013 misalnya,
memperkiraan potensi kerugian daerah akibat bencana ekologis seperti tanah longsor dan
banjir mencapai Rp50,46 miliar lebih. Padahal dari sektor tambang, royalti yang masuk
ke Pemerintah Provinsi Jambi hanya mencapai Rp10 miliar
Pada tahun 2017, Koordinator Divisi Riset Indonesia Corruption Watch, Firdaus
Ilyas, menemukan indikasi transaksi ekspor batu bara yang tidak dilaporkan hingga
sebesar 27,06 miliar dolar AS (setara Rp365,3 triliun). Hal ini berdampak kepada indikasi
kerugian negara, baik dari kewajiban perusahaan batu bara untuk pajak penghasilan,
maupun royalti hingga sebesar Rp133,6 triliun.
BAB VI
Kandungan sulfur dalam batubara dapat disisihkan dari batubara secara biologis
dengan memanfaatkan Thiobacillus ferrooxidans, Trichoderma sp dan metode biologis
lainnya untuk memutus rantai hidrokarbon dalam matriks batubara menghasilkan bahan
bakar cair melalui biosolubilisasi. Dengan mengkonversi batubara menjadi bahan bakar
cair, abu tidak akan dihasilkan pada pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA
Savitri, Fifien Nur. Profesor ITB Membuat Batubara Hibrida sebagai Bahan Bakar
Padat yang Lebih Ramah Lingkungan.
https://www.itb.ac.id/news/read/56577/home/profesor-itb-membuat-batubara-
hibrida-sebagai-bahan-bakar-padat-yang-lebih-ramah-lingkungan. Diakses pada 10
Februari 2020 pukul 18.53 WIB.
Rizki, Mochamad Januar. Ada Potensi Kerugian Ratusan Triliun Akibat Laporan Ekspor
Batubara Bermasalah.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b44d349758d6/ada-potensi-kerugian-
ratusan-triliun-akibat-laporan-ekspor-batubara-bermasalah/. Diakses pada 9 Februari
2020 pukul 20.55 WIB