Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau tempat


tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan
rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia
sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang
serba modern.

Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh
tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat
tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin,
2009).

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat
akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-
penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang
diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya
cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan 
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi
daya  kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi
reservoir  penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya
pada satu  rumah tetapi pada kumpulan rumah  (lingkungan  pemukiman). 
Timbulnya  permasalahan  kesehatan  di lingkungan         pemukiman pada
dasarnya disebabkan karena           tingkat kemampuan  ekonomi masyarakat 
yang  rendah,  karena  rumah  dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

B. TINJAUAN PUSTAKA

Dari penjelasan latar belakang diatas dapat di dijelaskan tinjauan pustaka sebagai
berikut:

1. Untuk Mengetahui pengertian perumahan?


2. Untuk Mengetahui gambar perumahan?
3. Untuk Mengetahui Prosedur pekerjaan pembangunan perumahan?
C. DEFINISI PERUMAHAN

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan


tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya.

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan
menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing social
(Azwar, 1996; Mukono,2000)

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4
Tahun 1992).

Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat


apabila :
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di
luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
kebisingan 45-55 dB.A.
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki
penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan
air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam,
bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman
kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).

Pengertian Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu;
 Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
 Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
BAB II
METODE PELAKSANAAN KONTRUKSI

A. PEKERJAAN PENIMBUNAN TANAH DAN PEMASANGAN BOWPLANK


SERTA PENGUKURANNYA

1.1. PEKERJAAN PENIMBUNAN TANAH

Alat :
1.1.1. Whell Loader
1.1.2. Buldozer
1.1.3. Finisher / Roller
1.1.4. Dump Truck

Bahan :
1.1.1. Tanah urug

Prosedur Pelaksanaan
1.1.1. Masukkan tanah ke dalam dump truck menggunakan whell loader
1.1.2. Turunkan tanah dari dump truck
1.1.3. Ratakan tanah menggunakan buldozer
1.1.4. Padatkan tanah menggunakan finisher

1.2. PEKERJAAN BOWPLANK

Material :
 Kayu Gelam
 Tali / Benang

Alat :
 Paku
 Palu
 Meteran
 Gergaji
 Cangkul
 Pisau / Gunting

Syarat Bowplank :
 Untuk menentukan titik perletakan pondasi
 Pelurusan pondasi
 Galian pondasi
 Untuk menentukan titik awal bangunan

Langkah Kerja :
 Siapkan bahan material dan alat
 Siapkan kayu untuk pembatas
 Ukur bagian yang dikerjakan
 Tancap kayu dengan menggunakan palu
 Ukur batas ketinggian batas bowplank
 Pasang tali pada kayu sampai kayu berikutnya
 Sesudah bowplank terpasang bisa dilanjutkan untuk kontruksi
bangunan selanjutnya

 Pondasi

 Pondasi Batu Bata

 Pondasi Batu Kali


Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi
tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 –
80 cm. Dengan lebar tapak sama dengan tingginya.
 
Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah :
– Batu belah (batu kali/guning)
– Pasir pasang
– Semen PC (abu-abu).
 
KELEBIHAN : 
- Pelaksanaan pondasi mudah
- Waktu pengerjaan pondasi cepat
- Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
 
KEKURANGAN :
- Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
- Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi
pertama)
- Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah
bertingkat.

 Pondasi Setempat / Telapak


Pondasi tapak adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang
yang dibentuk papan/telapak. Pondasi ini biasanya digunakan sebagai
tumpuan struktur kolom, khususnya untuk bangunan bertingkat. Agar
bisa meneruskan beban ke lapisan tanah keras di bawahnya dengan
baik, dimensi pondasi tapak sengaja dibuat lebih besar daripada
ukuran kolom di atasnya.

Pondasi tapak setempat juga dikenal sebagai pondasi telapak


kolom dan pondasi telapak terpisah. Kebanyakan pondasi ini
berbentuk bujur sangkar untuk mengefektifkan ruang dan menjamin
keseimbangannya. Namun jika ruangan yang tersedia tidak
memungkinkan dibuat bentuk ini, maka pondasi tapak setempat juga
bisa dibangun dalam bentuk persegi panjang.

Kelebihan-kelebihan dari pondasi tapak antara lain :

1. Biaya pembuatannya terbilang cukup murah dibandingkan jenis


pondasi lainnya
2. Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam
3. Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang mempunyai satu
hingga empat lantai
4. Proses pengerjaannya relatif sederhana
5. Daya dukung yang dimilikinya sangat baik

Sedangkan, kekurangan-kekurangan dari pondasi tapak yaitu :

1. Waktu pengeringan betonnya cukup lama hingga mencapai 28 hari


2. Dibutuhkan manajemen waktu yang tepat agar pengerjaanya efisien
3. Rumit dalam merencanakan pembesian dan desain penulangannya
 Pekerjaan Pemasangan

Tahap ini meliputi pemasangan beton mulai dari beton yang bertulang
hingga beton yang tidak bertulang. Kualitas beton sangat tergantung pada
bahan-bahan yang digunakan, yaitu:

 Portland Cement

Bangunan yang baik menggunakan semen yang memenuhi standar


berdasarkan Asosiasi Semen Indonesia. Dan juga, semen yang digunakan
harus benar-benar fresh atau belum mengeras. Dalam menjaga mutu semen
agar tidak cepat mengeras, kontraktor wajib memenuhi syarat penyimpanan
semen tersebut.

 Air Tawar

Air yang dipilih sebagai bahan campuran kedua beton adalah air tawar
yang memenuhi syarat dari PBI 1971 yaitu tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan kimia lainnya yang merusak mutu beton.

 Kerikil

Kerikil disebut juga dengan batu pecah. Dalam penggunaannya


sebagai bahan campuran beton, kerikil yang dipilih juga harus memenuhi
syarat PBI 1971 yaitu memiliki gradasi yang baik, syarat kekerasan yang
tinggi, tidak terkandung lumpur > 1%, dan tidak berpori.

 Pasir

Tidak berbeda dengan bahan lainnya, pasir juga harus memenuhi


syarat mutu dari PBI 1971 diantaranya adalah dapat berupa pasir buatan
dari pecahan batu atau pasir alam, memiliki gradasi yang baik, terdiri dari
butir-butir tajam, tidak berpori, serta tidak mengandung lumpur > 5%.

 Besi Beton

Besi beton lebih dikenal sebagai baja tulangan. Besi beton yang baik
juga harus memenuhi syarat PBI 1971 diantaranya adalah bersih dari
lapisan minyak / karat / bebas cacat.

 Kayu

Dalam pembuatan beton, kayu yang memenuhi syarat untuk digunakan


adalah kayu yang bentuk dan sifatnya tidak mengurangi mutu bangunan
dan memenuhi syarat dan ketentuan PPKI NI-5.

Setelah pemasangan beton, dilanjutkan dengan pekerjaan kuda-kuda


atap yang meliputi kuda-kuda, gording, atap penutup hingga seluruh detail
sesuai rancangan proyek. Perlu diketahui, bahan atap yang baik digunakan
adalah yang bertaraf Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti atap genteng
berbahan metal roof serta nok metal roof. Selain itu, atap harus ditopang
dengan kerangka berbahan kayu kelas 11 berkualitas baik.
 Pekerjaan Lantai

Pemasangan lantai ditujukan berdasarkan petunjuk dari manajemen


konstruksi serta rancangan proyek. Jika lantai dilengkapi dengan keramik,
maka kontraktor harus mengikuti petunjuk dari manajemen konstruksi. Pada
dasarnya, pemasangan lantai keramik harus mengikuti aturan bahwa lantai
keramik harus bersih, tidak retak ataupun bergelombang. Apabila pemasangan
keramik tidak rapi atau tidak sesuai dengan rancangan proyek, maka wajib
dibongkar dan dipasang ulang.

 Pekerjaan Instalasi Listrik

Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang berlaku
di Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan
seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali sakelar, stop kontak,
lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai listrik dapat menyala
dengan baik.

 Pekerjaan Penutup

Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan dan


pemeliharaan. Pada masa pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib
membersihkan seluruh bagian dari proyek yang meliputi lantai, dinding, atap,
pintu, jendela, plafon dan lainnya hingga bangunan siap untuk dihuni.
Sedangkan pada masa pemeliharaan, kontraktor berkewajiban mengganti
material-material yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagai mana target
proyek.

BAB III

PENUTUP
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai