Anda di halaman 1dari 64

Table of Contents

BAB I ........................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN .................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 2
1.2 Indentifikasi dan Rumusan Masalah ................................................ 6
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.4 Ide 9
1.5 Tujuan dan Sasaran ......................................................................... 10
1.6 Batasan 10
1.7 Sistematika Penulisan....................................................................... 11
BAB II .................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 13
2.1 Penegertian Judul ............................................................................. 13
2.2 Studi Pustaka/literatur ..................................................................... 13
2.3 Aspek Legal ....................................................................................... 22
2.3.1 Elaborasi Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) tahun 2017 –
2045 ..................................................................................... 22
2.3.2 RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030. ..................... 23
2.3.3 RPJMD Kabupaten Gresik Tahun 2016-2021..................... 23
2.4 Studi Banding Objek Sejenis ........................................................... 24
2.4.1 Pantai Leggoksono, Malang ................................................ 24
2.4.2 Gili Ketapang, Probolinggo................................................. 27
2.5 Karakter Objek................................................................................. 28
2.5.1 Karakter ............................................................................... 28
2.5.2 Objek ................................................................................... 28
2.5.3 Fungsi .................................................................................. 28
2.5.4 Karakter Objek dengan Fungsi ............................................ 28
1

BAB III ................................................................................................................... 32


METODE PEMBAHASAN .................................................................................. 32
3.1 Alur Pemikiran ................................................................................. 32
3.2 Penjelasan Alur Pemikiran .............................................................. 33
BAB IV ................................................................................................................... 34
DATA DAN ANALISA ......................................................................................... 34
4.1 Pengertian dan Batasan Proyek ...................................................... 34
4.1.1 Pengertian ............................................................................ 34
4.1.2 Batasan ................................................................................ 34
4.2 Tinjauan Kondisi Lokasi .................................................................. 35
4.3 Karakter Pelaku................................................................................ 41
4.3.1 Pelaku .................................................................................. 41
4.3.2 Karakter ............................................................................... 42
4.3.3 Kesimpulan Karakter Pelaku ............................................... 49
4.4 Karakter Lokasi ................................................................................ 49
4.5 Konsep Dasar .................................................................................... 50
4.6 Analisa Ruang Dalam ....................................................................... 52
4.6.1 Karakteristik Pelaku Kegiatan ............................................. 52
4.6.2 Kebutuhan Ruang .................................................................. 0
4.7 Analisa Ruang Luar ........................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 5

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam
baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan,
karya cipta manusia yang memiliki nilai jual untuk dikembangkan menjadi
sebuah usaha di bidang kepariwisataan. Indonesia sebagai negara maritim
memiliki potensi perairan yang sangat melimpah. Kondisi tanah yang subur
menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian kelompok manusia untuk
menetap dan mengembangkan usahanya masing-masing, sedangkan potensi
perairan yang berupa lautan dan pantai merupakan salah satu obyek wisata yang
banyak digemari oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki air laut
yang jernih yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966), Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah. Adanya pariwisata mempunyai banyak manfaat antara lain mengenal
karakteristik suatu bangsa yang dikunjungi, mengenal kebudayaan, adat-
istiadat dan sekaligus dapat menikmati keindahan alam di negara tersebut.
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara,
terutama pemerintah daerah tempat objek wisata itu berada. Adanya kegiatan
pariwisata dapat menambah pemasukan dari pendapatan setiap objek wisata.
Indonesia sebagai negara yang berbentuk kepulauan sangat potensial di sektor
pariwisata. Pembangunan sektor pariwisata dapat dilakukan dengan

2
3

memanfaatkan potensi wisata yang beragam di Indonesia. Kondisi alam di


setiap daerah Indonesia berbeda-beda, sehingga pengelolaannyapun harus
disesuaikan dengan potensi wisata yang ada di daerah tersebut. Pemanfaatan
dan pengembangan sumberdaya perairan menjadi paradigma baru yang harus
direalisasikan secara optimal, hal tersebut didukung dengan adanya potensi
yang besar di wilayah Indonesia.
Pemanfaatan potensi perairan tersebut dapat dijadikan sebuah strategi
bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam upaya pemberdayaan dan
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat setempat. Agar
keberadaan potensi perairan dapat bermanfaat maka perlu dilakukan usaha
optimalisasi sebagai sarana penunjang baik yang bersifat fisik maupun non
fisik. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor
lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk
menunjang industri pariwisata keberadaan industri pariwisata memiliki
manfaat seperti peningkatan kesempatan kerja, sektor pertanian, kerajinan
rakyat, dan lain sebagainya. Mata rantai yang kegiatan yang terkait dengan
industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan devisa melalui upaya
pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan dan dapat
pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.
Pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
menyatakan bahwa berdasarkan perwilayahan kepariwisataan di Indonesia,
telah ditetapkan pembangunan Wilayah Tujuan Wisata (WTW) dalam skala
nasional dalam pembagian tersebut, setiap provinsi di Indonesia memiliki
berbagai macam objek wisata masing-masing dan memiliki keunggulan
tersendiri dalam setiap objek wisata adalah Provinsi Jawa Timur, karena
menurut pembagian Wilayah Tujuan Wisata (WTW), Jawa Timur berada pada
jalur pariwisata yang cukup berpotensi dalam pariwisata dan memiliki banyak
objek wisata yang menjadi tujuan wisata nasional, sehingga Jawa Timur

3
4

termasuk kawasan yang strategis dalam perjalanan wisatawan nasional.


Sehubungan dengan hal itu, Jawa Timur perlu mengembangkan kembali objek-
objek wisata yang ada secara optimal agar mampu menarik wisatawan lokal
maupun mencanegara untuk melakukan kunjungan wisata. Kabupaten Gresik
adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki banyak potensi daya
tarik objek wisata dan stup objek wisata memiliki potensi masing-masing, baik
yang belum dikembangkan maupun yang sudah dikembangkan.

Pulau bawean merupakan sebuah pulau kecil dengan luas 196,27 km2,
yang berada di utara Kabupaten Gresik, terdiri dari beberapa pulau sangat kecil
dengan ketinggian daratan lebih dari 10 m di atas permukaan laut. Pulau kecil
ini berjarak sekitar 80 mil laut, dapat ditempuh dengan kapal cepat selama dua
jam perjalanan. Penduduk Pulau Bawean memiliki pekerjaan yang beragam,
antara lain sebagai petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), tenaga kerja Indonesia
(TKI), dan nelayan. Beberapa nelayan Pulau bawean saat ini telah bermetaforsa
juga sebagai pemandu wisata. Hal ini terjadi karena pulau Bawean memiliki
potensi yang besar sebagai daerah destinasi wisata alam. Pengunjung wisata
amam di Pulau bawean tercatat 2.520 orang dalam satu tahun, baik lokal
maupun mancanegara sehingga membutuhkan pemandu wisata dengan kualitas
dan kuantitas yang cukup. Pulau Bawean memiliki potensi wisata yang indah
dan alami. Pulau ini memiliki keindahan landscape dan bawa laut, dengan
keaneka ragaman hayati cukup baik. Destinasi wisata landscape pulau Bawean
dapat dinikmati di perbukitan teletubbies, Danau Kastoba, Air Terjun Kembar
dan Sumber Air Panas meskipun pulau ini dikelilingi air laut yang asin tetapi
ternyata terdapat sumber air tawar jernih dengan kandungan mineral tinggi .
Wisata bahari Pulau Bawean dapat ditemui di Desa Daun, desa Tambak dan
Desa Gili Noko. Pariwisata bahari di Pulau Bawean identik dengan lokasi
snorkeling dan diving. Lokasi wisata bahari yang dimaksud berada di 19
gugusan karang yang ada di Pulau Bawean. Diketahui bahwa luasan terumbu
karang di Gugusan Pulau Bawean terdiri dari 13,6% dalam kondisi baik dan

4
5

86,4% dalam kondisi kurang baik. Ekosistem terumbu karang ini menjadi
habitat bagi 14 famili, 19 genus dan 24 spesies ikan terumbu yang ditemukan.
Keragaman jenis karang dan ikan karang ini menjadi salah satu andalan atraksi
wisata snorkeling dan diving di Pulau Bawean.

Terumbu karang di Pulau Bawean diklasifikasikan menjadi karang


hidup, karang mati dan pasir. Selanjutnya diketahui bahwa komposisi
penutupan terumbu karang di Pulau Bawean berubah fluktuatif dalam kurung
waktu 13 tahun, sejak 1999 hingga 2017. Penutupan karang hidup di Pulau
Bawean pada Tahun 2017 adalah 1176.300 Ha, karang mati 1597.320 Ha dan
pasir 2177.820 Ha. Perubahan mutlak terumbu karang hidup di Pulau Bawean
selama 13 tahun adalah 95.4 Ha, sementara terumbu karang mati 670.5 Ha dan
pasir 111.600 Ha. Karang yang ditemukan di Pulau Bawean terdiri dari 10
famili karang keras, antara lain Acroporidae, Faviidae, Fungiidae, Mussidae,
Protidae dan Dendrophylidae. Jenis karang yang ditemukan di Pulau Bawean
adalah 23 marga.

Pulаu Gili Noko mеrupаkаn sаlаh sаtu dеstinаsi wisаtа bаhаri di


Kаbupаtеn Grеsik yаng mеmiliki potеnsi bеrupа kеindаhаn tеrumbu kаrаng
dаn biotа lаut yаng lаyаk dikеmbаngkаn mеnjаdi sеbuаh dеstinаsi wisаtа. Pulau
kecil dengan luas sekitar 50.000 meter persegi yang dikelilingi pasir putih dan
air laut pantai yang dangkal membuat pasir putih di bawahnya terlihat sangat
jelas, Dari atas perahu, air lautnya terlihat ada dua warna, biru dan hijau. Аkаn
tеtаpi bеrdаsаrkаn kondisi sааt ini potеnsi tеrsеbut mаsih bеlum didukung
dеngаn аksеsibilitаs dаn jugа fаsilitаs yаng mеmаdаi sеhinggа pеrlu аdаnyа
pеrаn pеmеrintаh dаеrаh khususnyа Disbudpаrporа sеbаgаi sаlаh sаtu
stаkеholdеr yаng mеmiliki wеwеnаng dаlаm pеngеmbаngаn dеstinаsi wisаtа di
dаеrаhnyа. Dikutip dari sumber berita elektronik yang menerangkan bahwa
akan ada kebijakan Pemkab Gresik menjadikan program pengembangan
pariwisata menjadi program sub prioritas di tahun 2019, yang di dalamnya

5
6

menerangkan Obyek wisata yang akan dikembangkan di antaranya adalah


Pulau Bawean atau yang cukup dikenal dengan sebutan Pulau Putri.

Untuk mendukung keberadaan obyek wisata di sana, sejumlah fasilitas


penunjang telah diperbaiki oleh pemerintah setempat seperti infrastruktur jalan.
Selain itu, pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) 2019 ini, Pemkab dan DPRD Gresik sesuai rencana awal akan
mengalokasikan anggaran Rp 3 miliar untuk membangun sarana penunjang di
objek-objek wisata Pulau Bawean. Anggaran tersebut tak menutup
kemungkinan bisa naik atau berkurang. Sebab, masih dalam tahap pembahasan.
Bahwa keberadaan objek wisata di Pulau Bawean sudah dilirik para wisatawan,
baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
https://www.bangsaonline.com/berita/51574/pemkab-dan-dprd-gresik-
sepakat-kembangkan-objek-wisata-bawean.

1.2 Indentifikasi dan Rumusan Masalah

1. Trаnsportаsi yаng tеrsеdiа mаsih kurаng mеliputi trаnsportаsi umum


mаupun yаng dikhususkаn untuk pаriwisаtа untuk mеmudаhkаn wisаtаwаn
yаng ingin bеrkunjung kе Pulаu Gili Noko.

2. Sarana dan prasarana yang di miliki pulau Gili Noko saat ini masih belum
menunjang kegiatan wisata di lokasi, berikut beberapa fasilitas yang ada di
Pulau Gili Noko :

1. Dermaga dengan panjang ± 20 meter untuk tempat bersandar kapal

wisata;

2. Toilet 2 buah dengan kapasitas 6 orang;

3. Gazebo yang dapat menampung ± 30 orang;

4. Mushalla dengan kapasitas 15 orang.

6
7

Standar fasilitas yang harus di miliki untuk meningkatkan kualitas


pariwisata untuk menambah daya tarik wisata, mencakup:

1. Pusat informasi wisata/TIC (Tourism Information Center) dan


perlengkapannya;
2. Ruang ganti dan/atau toilet;
3. Pergola;
4. Gazebo;
5. Lampu taman;
6. Panggung kesenian/pertunjukan;
7. Resort Apung;
8. Kios cenderamata;
9. Plaza / pusat jajanan kuliner;
10. Tempat ibadah;
11. Menara pandang (viewing deck);
12. Gapura identitas;
13. Jalur pejalan kaki (pedestrian)/jalan setapak/jalan dalam kawasan,
boardwalk, dan tempat parkir; dan
14. Rambu-rambu petunjuk arah.

7
8

Pembangunan Amenitas Pariwisata sebagai upaya mendukung kesiapan


destinasi pariwisata dan meningkatkan daya saing pariwisata, mencakup:

1. Dermaga wisata;

2. Titik labuh / singgah kapal yacht;

3. Dive center dan peralatannya;

4. Surfing center dan peralatannya;

5. Talud; dan

6. Perahu berlantai kaca (glass bottom boat).

STANDAR FASILITAS

NAMA FASILITAS BESARAN SATUAN

Pusat informasi wisata/TIC


80 m2
(Tourism Information Center)

Ruang ganti dan/atau toilet 54 m2

Gazebo 12 unit

Panggung kesenian/pertunjukan 270 m2

Resort Apung 40 m2

Kios Cinderamata 16 m2

Plaza / Pusat Jajanan Kuliner 1.200 m2

Tempat Ibadah 144 m2

8
9

Menara Pandang 24 m2

Gapura identitas 4 unit

Dermaga Wisata 190 m1

Dive Center 144 m2

Tabel 1.2.1
Suber : Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018

1.3 Rumusan Masalah

Fasilitas pendukung apa saja dan desain seperti apa yang dapat
menambah daya tarik wisatawan di pulau Gili Noko ?.

1.4 Ide

Ide pengembangan berdasarkan potensi wisata bahari yang perlu untuk


di explorasi dan perlu adanya standar fasilitas sebagai daya dukung wisata di
sektor pariwisata sehingga terciptalah “Pengembangan fasilitas wisata bahari
di Pulau Gili Noko Bawean Kabupaten Gresik”, pengembangan fasilitas ini
merupakan respon yang tepat untuk menigkatkan kualitas pariwisata dan
jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara.

9
10

1.5 Tujuan dan Sasaran

Mengembangkan standar fasilitas untuk meningkatkan daya tarik wisata.

Sebagai peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sektor pariwisata.

Sebagai daya dukung kelayakan tempat wisata dan kenyamanan bagi para
wisatawan.

Sasaran yang dituju merupakan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara

1.6 Batasan

Pengembangan standar fasilitas guna mendukung minat wisatawan lokal


maupun mancanegara yang setiap tahun meningkat meskipun 90 persen di
antaranya merupakan wisatawan lokal, pengembangan fasilitas yang di maksud
dengan cara membangun standar fasilitas untuk meningkatkan kualitas
pariwisata seperti:
1. Pembangunan pusat informasi wisata/TIC (Tourism Information
Center) dan perlengkapannya;
2. Pembuatan ruang ganti dan/atau toilet;
3. Pembuatan gazebo;
4. Pembangunan panggung kesenian/pertunjukan;
5. Pembangunan Resort apung;
6. Pembangunan kios cenderamata;
7. Pembangunan plaza / pusat jajanan kuliner;
8. Pembangunan tempat ibadah;
9. Pembangunan tempat konservasi terumbu karang.
10. Pembuatan jalur pejalan kaki (pedestrian)/jalan setapak/jalan dalam
kawasan, boardwalk, dan tempat parkir;

11. Pembangunan dermaga wisata;

10
11

12. Pembangunan titik labuh / singgah kapal yacht;

13. Pembangunan dive center dan peralatannya;

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir in sistematika yang dipakai


adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
yang mana berisi tentang potensi perairan Indonesia yang kaya akan keragaman
hayati dan menjelaskan tentang potensi wisata yang ada pada perairan di
Indonesia lebih khususnya ke Gresik yang dapat dikembangkan sebagai sektor
pariwisata. Permasalahan yaitu merumuskan permasalahan yang ada pada
latar belakang dan memuat perkiraan penaganan yang dilakukan, tujuan dan
sasaran yaitu berisi dari jawaban permasalahan yang di temukan dalam sbu bab
sebelumnya. Batasan dan Lingkup Perencanaan berisi tentang penekanan
batasan yang hendak dilakukan berdasarkan permasalahan. Ide yaitu
keputusana/kesimpulan yang diambil guna mendasari proses desain
selanjutnya.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku
yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa literature
review yang berhubungan dengan penelitian dan beberapa aspek legel yang
berisi tentang kebijakan pemerintah kota atau daerah yang mendasari
penentuan topik penelitian dan juga berisi tenteng beberapa studi pembanding
topik penelitian yang sejenis dengan beberapa kondisi atau standarisasi yang
ada di lapangan secara relevan.

11
12

BAB III : METODE PEMBAHASAN

Bab ini berisikan gambaran secara spesifik mengenai metode


pembahasan.

BAB IV : DATA DAN ANALISA

Bab ini menjelaskan tentang kebutuhan data maupun pelaku kegiatan


dengan menerapkan analisa sebagai dasar atau acuan dalam melakukan proses
perancangan.

BAB V : KESIMPULAN DAN REOMENDASI

Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang berkaitan dengan


analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi bahan pustaka atau rujukan yang dikutip dalam laporan (buku,
jurnal, dll).

LAMPIRAN

Proses tranformasi yang meliputi ide bentuk, zoning, dsb.Pengolahan


tapak dan bangunan yang meliputi penetapan disan awal berupa block plan, site
plan, sketsa tampak, tampilan 3 dimensi.

12
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penegertian Judul

Pengembangan Fasilitas Wisata Bahari di Pulau Gili Noko Bawean


Kabupaten Gresik adalah kegiatan pembanguan standar fasilitas wisata agar
obyek wisata semakin layak untuk digunakan sabagai kegiatan wisata dan
nyaman untuk para wisatawan serta menjaga ekosistem yang ada pada obyek
wisata bahari tersebut.

2.2 Studi Pustaka/literatur

Fungsi : Sebagai daya dukung kegiatan destinasi wisata di Pulau Gili


Noko Bawean.
Aksi : Pengembangan.
Lokasi : Kabupaten Gresik.

A. Pengembangan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengembangan secara etimologi
berasal dari kata kembang yang berarti menjadi tambah sempurna (tentang
pribadi, fikiran, pengetahuan dan sebagainya), pengembangan berart proses,
cara, perbuatan. Sedangkan menurut istilah pengembangan berarti penyusunan,
pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan dalam suatu kegiatan.

B. Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan suatu usaha dan merupakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan.

13
14

C. Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dengan
tujuan liburan atau rekreasi. Menurut Undang-Undang, pariwisata adalah
segala macam kegiatan wisata yang dilayani oleh pemerintah, masyarakat, atau
pengusaha beserta dengan fasilitasnya.

Menurut Robert McIntosh, pengertian pariwisata adalah gabungan dari


interaksi antara pemerintah selaku tuan rumah pariwisata, bisnis, dan
wisatawan.

Menurut Richard Sihite, pengertian pariwisata adalah kegiatan


perjalanan yang dilakukan dalam jangka waktu pendek atau sementara dengan
tujuan selain mencari nafkah.

D. Wisata Bahari

Wisata Bahari adalah seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang


aktifitasnya dilakukan pada media kelautan atau bahari dan meliputi daemh
pantai, pulau-pulau sekitamya, serta kawasan lautan dalam pengertian pada
permukaannya; dalamnya, ataupun pada dasarnya termasuk didatamnya taman
taut.

Aktifitas Wisata Bahari pada dasarnya mengundang tantangan,


keberanian, ketenangan, historis,dan yang lebih penting adalah cinta terhadap
alam lingkungan laut dan kehidupannya. Pada umumnya Taman Wisata Bahari
berlokasi pada tempat yang memiliki lingkungan yang alami, sejuk dall sehat
sehingga' dapat mencapai suatu kegiatan rekreasi yang optimal.

Dengan melihat kegiatan yang bersifat rekreasi , maka suatu Taman


Wisata Bahari harus memiliki beberapa fasilitas, d1dntaranya: Marina
(Dermaga), Club·House, Akuarium Laut, Ruang Rekreasi Aktif Kolam

14
15

Renang, Area Bermain Anak, Area Bermain Dewasa, Area Tunggang), Ruan
Rekreasi Pasif (Area Berjemur, area Berkemah, Panggung Terbuka), Fasilitas
Pengi Il~lpan, Sarana Restaurant, Cafe, Galeri Seni, Pasar Seni.

E. Pulau Gili Noko


Wisata Pulau Gili Noko Gresik adalah salah satu tempat wisata yang
berada di Desa Sidodegung Batu, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik,
Jawa Timur, Indonesia. Wisata Pulau Noko Gresik adalah tempat wisata yang
ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Tempat ini
sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita
sehari hari.

Wisata Pulau Noko Gresik memiliki pesona keindahan yang sangat


menarik untuk dikunjungi. Sangat di sayangkan jika anda berada di kota Gresik
tidak mengunjungi wisata Pulau Noko Gresik yang mempunyai keindahan yang
tiada duanya tersebut.

F. Bawean
Bawean adalah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 120 kilometer
sebelah utara Gresik. Secara administratif, pulau ini termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Gresik. Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Penduduknya berjumlah sekitar 107.000
jiwa dengan mayoritas suku Bawean serta perpaduan beberapa suku dari Jawa,
Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra yang turut mempengaruhi budaya
dan bahasanya. Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan
petani serta pekerja rantauan di Malaysia dan Singapura. Orang Bawean ada
pula yang menetap di Australia dan Vietnam.
Bahasa yang banyak dituturkan di pulau ini adalah bahasa Bawean yang
mirip dengan bahasa Madura. Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang
berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok

15
16

pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya
terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit.
Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama
Buwun sedangkan dalam catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya
penduduk Bawean bermula pada tahun 8 Saka di mana sebelumnya pulau ini
tidak berpenghuni, Pemerintah Koloni Belanda dan Eropa pada abad 18
menamakan pulau ini dengan sebutan Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok, Awal
abad ke-16 tepatnya pada tahun 1501 agama Islam masuk ke Bawean yang
dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad Sidik atau yang dikenal dengan nama
Maulana Umar Mas'ud atau Pangeran Perigi sekaligus menjalankan tata
pemerintahan di Pulau Bawean selanjutnya Pulau Bawean di pimpin oleh
keturunan Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo dan seterusnya
hingga yang terakhir Raden Ahmad Pashai. Pada tahun 1870-1879 Pulau
Bawean menjadi Asistent Resident Afdeeling dibawah Resident Soerabaya
pada masa inilah Pulau Bawean di bagi menjadi dua kecamatan yaitu
kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak yang di pimpin oleh seorang
Wedana dengan Wedana terakhir bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-1903).
Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda
yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau
ke Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran
masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para
perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia, Malaysia
maupun Singapura.
Dalam legenda Pulau Putri, Pulau Bawean merupakan tempat
berlabuhnya keluarga dari Kerajaan Campa yang akan menuju Pulau Jawa.
Mereka berlabuh dikarenakan Putri raja tersebut sakit. Dan, konon, putri raja
tersebut meninggal di bawean. Untuk menghormati sang putri, pulau tersebut
dinamakan Pulau Putri. Sampai sekarang ini makamnya masih ada tepatnya
berada di desa Kumalasa yang dikenal sebagai makam jujuk Campa.

16
17

Di Bawean terdapat spesies rusa yang hanya ditemukan (endemik) di


Bawean, yaitu Axis kuhli. Selain itu di Pulau Bawean juga ditanam manggis,
salak, buah merah, dan durian untuk konsumsi lokal. Puluhan spesies ikan laut
juga terdapat di pantai pulau ini. Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi
bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun
bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena
banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan
Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap
kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa
Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek
Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan
Singapura . Di dua tempat terakhir ini Bawean dikenal sebagai Boyanese.
Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura.
Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tetapi tak sama meskipun masing-
masing dapat memahami maksudnya.
Suku Bawean, dikenal juga Boyan atau Babian, dimasukkan kedalam sub
suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010. Masyarakat Melayu Malaka dan
Malaysia lebih mengenal dengan sebutan Boyan daripada Bawean dan dalam
pandangan mereka Boyan berarti sopir dan tukang kebun (kephun dalam bahasa
Bawean), karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di
kebun atau sebagai sopir. Orang-orang Bawean merupakan satu kelompok kecil
dari masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau Bawean yang terletak di Laut
Jawa antara dua pulau besar yaitu Pulau Kalimantan di utara dan Pulau Jawa di
selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya, dan
masuk kabupaten Gresik. Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu
kecamatan Sangkapura dan kecamatan Tambak. Diponggo adalah salah satu
kelurahan dari 30 kelurahan di pulau Bawean yang bahasanya berbeda jauh dari
desa-desa yang lain. Masyarakat Diponggo berbahasa semi Jawa, hal mana

17
18

merupakan warisan dari seorang ulama wanita yang pernah menetap di desa itu,
yaitu waliyah Zainab, yang masih keturunan Sunan Ampel.

Sulit untuk menentukan waktu yang tepat kedatangan orang-orang


Bawean ke Malaka karena tidak ada bukti dan dokumentasi sejarah mengenai
kedatangan mereka. Tidak ada catatan resmi mengenai kedatangan mereka di
Malaka. Berbagai pendapat yang dikemukakan tidak bisa menunjukkan waktu
yang tepat. Pendapat pertama mengatakan bahwa ada orang yang bernama Tok
Ayar datang ke Malaka pada tahun 1819. Pendapat yang kedua mengatakan
bahwa orang Bawean datang pada tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan
Inggris di Malaka, dalam catatan Pemerintah Koloni Singapore pada tahun
1849 terdapat 763 orang Bawean dan itu terus bertambah jumlahnya.
Sedangkan dalam catatan Persatuan Bawean Malaysia pada tahun 1891
terdapat 3.161 orang Bawean yang tersebar di Kuala Lumpur, Johor Bharu,
Melaka, Seremban dan Ipoh. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean
sudah ada di Malaka sebelum tahun 1900 dan pada tahun itu sudah banyak
orang Bawean di Malaka. Masyarakat Bawean umumnya tinggal di kota atau
daerah yang dekat dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching, Klebang
Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan sekitar Rumah Sakit Umum Malaka.
Jarang ditemui orang Bawean yang tinggal di kawasan-kawasan yang jauh dari
kota dan jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan tidak
melebihi seribu orang.
Selain di Malaka, orang Bawean juga tersebar di Lembah Klang, seperti
di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam. Mereka
membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau
Pinang terdapat sekurang-kurangnya 2 keluarga besar orang Bawean. Mereka
menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan orang
bukan Bawean.

18
19

Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah menjadi warga


negaraMalaysia.[9] Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang
telah menerima status penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan keahlian
membuat bangunan dan rumah. Ada juga yang menjadi usahawan kecil seperti
sub-kontraktor pembersih bangunan dan peniaga runcit.
Selain di negara Malaysia dan Singapura orang-orang Bawean juga
bermigrasi ke Australia dan Vietnam. Mereka memasuki Australia sekitar tahun
1887 melalui jalur Singapura dan menetap di pulau Christmas. sebagian besar
di antara mereka menyebar di Australia Barat diperkirakan terdapat tidak
kurang dari 500 keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur
dengan keturunan orang melayu, Kokos, Jawa, India, Arab, Eropa, dan
sebagainya. Sedangkan orang Bawean di Vietnam tersebar di Ho Chi Minh City
kedatangan mereka di Vietnam diperkirakan sekitar tahun 1885.
Di antaraketurunan mereka yang lahir di Singapura, Vietnam dan Pulau
Krismas sudah tidak lagi bisa berbahasa Bawean, bahkan yang lahir di daratan
Australia tidak bisa pula berbahasa Melayu, walau mereka mengerti. Orang-
orang Bawean yang tinggal di negara tersebut kecuali yang tinggal di Vietnam
masih menjalin hubungan dengan kerabatnya yang ada di Pulau Bawean.
Seperti halnya suku-suku lain di Nusantara budaya merantau Orang
Bawean terutama ke Bandar Malaka dan sekitarnya berlangsung sejak ratusan
tahun yang lalu karena pada abad 15 dan 16 Bandar Malaka menjadi pusat
perdagangan. Pada mulanya orang Bawean merantau untuk alasan ekonomi
maupun tradisi hingga akhirnya terjadi migrasi ke semenanjung Malaka dan
sekitarnya. Pada tahun 1849 jumlah orang Bawean di Singapura berjumlah 763
dan jumlahnya terus bertambah pada tahun 1957 sebanyak 22.167. Para
perantau Bawean pada abad 19 menggunakan kapal jurusan Bawean ke
Singapura yang dimiliki oleh pengusaha keturunan Palembang yang biasa
disebut Kemas. Salah satu Kemas tertua yang menetap di Pulau Bawean pada
tahun 1876 bernama Kemas Haji Jamaludin bin Kemas Haji Said seorang

19
20

pedagang tekstil dan bahan makanan yang menjadi agen perusahaan pelayaran
yang dikelola dengan kongsi Cina untuk jalur Surabaya - Bawean -
Banjarmasin - Singapura meminjamkan modal kepada orang Bawean yang
hendak merantau. Mereka membayar kembali pinjamannya setelah tiba di
tempat tujuan dan telah mempunyai pekerjaan. Sistem pinjam modal ini
menarik banyak penduduk Bawean untuk merantau sehingga kapal sebelumnya
mengangkut penumpang dan barang, berubah fungsi menjadi kapal
penumpang. Pada masa perang kemerdekaan tahun 40-an ketika Jepang
menduduki Indonesia pelayaran yang singgah ke Pulau Bawean mengalami
gangguan. kegiatan merantau kembali menggunakan kapal layar tradisional
yang berasal dari Madura dan Bugis.
Ada beberapa jenis kebudayaan yang ada di Bawean yang mana
kebudayaan ini tetap di lestarikan sebagai salah satu pedoman, beberapa
kebudayaan yang ada di bawean :
1. Kercengan
Kercengan biasanya dipersembahkan sewaktu acara Perkawinan.
Masyarakat Madura menyebut nama kercengan dengan Hadrah. Penari
berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di
barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu salawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki-laki
dan perempuan.
2. Cukur Jambul
Bayi yang telah genap usianya 40 hari mengikuti acara bercukur
jambul. Adat ini sama seperti adat orang Melayu dan Jawa. Bacaan
berzanji bersama paluan kompang merayakan bayi yang akan dicukur
kepalanya.

20
21

3. Pencak Bawean
Pencak Bawean sering ditampilkan dalam acara hari besar seperti hari
kemerdekan 17 agustus maupun acara perkawinan orang bawean. Pencak
Bawean mengutamakan keindahan langkah dengan memainkan pedang.
4. Dikker
Alunan puji-pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW disertai
dengan permainan terbang.
5. Mandiling
Sejenis tari-tarian disertai dengan pantun.
G. Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Ibu kotanya adalah Gresik. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km².
Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km
lepas pantai Laut Jawa. Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya
dan Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut
Jawa di sebelah utara, serta Kota Sidoarjo dan Mojokerto di sebelah selatan.
Gresik dikenal sebagai kota tempat berdirinya pabrik semen pertama dan
perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik. Bersama dengan
Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan
termasuk dalam kawasan Gerbang kertosusila.

21
22

2.3 Aspek Legal

2.3.1 Elaborasi Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) tahun 2017 – 2045

Gambar 2.31
Sumber : Bagan RIRN tahun 2017-2045

Tema Riset - Teknologi Penguatan Infrastruktur Maritim


Topik Riset - Pengembangian Teknologi wahana pesisir,lepas
pantai,dan laut dalam.
Target - Desain dan rancang bangun wahana laut (permukaan dan bawah
air), dual-fuel-ship, penguatan industri galangan kapal dan
dukungan industri komponen dalam negeri.

22
23

2.3.2 RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030.

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
 Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3658).
 Pasal 31
(1) Kebijakan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf f, berupa pengembangan kawasan pariwisata yang ramah
lingkungan.
(2) Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang ramah lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. mengembangkan obyek wisata andalan prioritas;
b. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
c. mengkaitkan kalender wisata dalam skala nasional;
d. meningkatkan sarana dan prasarana wisata yang ada di masing-
masing objek wisata;
e. melakukan diversifikasi program dan produk wisata;
f. melestarikan tradisi dan kearifan masyarakat lokal;
g. mengembangkan pusat kerajinan dan cinderamata;
h. meningkatan promosi dan kerjasama wisata

2.3.3 RPJMD Kabupaten Gresik Tahun 2016-2021.

 4.1.3.2 Pariwisata;
e. Destinasi Pariwisata, Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.

23
24

Destinasi pariwisata Gresik daratan lebih didominasi oleh situs-situs


religi yang merupakan makam para sunan atau tokoh penyebar Agama Islam
sedangkan Kepulauan Bawean lebih menonjolkan keindahan alam seperti
Danau Kastoba hingga Pulau Noko. Polabagai destinasi tersebut merupakan
potensi wisata yang ditunjang dengan pembangunan-pembangunan
infrastruktur seperti Lapangan terbang Bawean, jalan lingkar bawean ataupun
transportasi kapal cepat Bawean-Gresik untuk wisata Pulau Bawean sedangkan
wilayah Gresik ditobang pelabagai pembangunan monumental seperti Gelora
Joko Samudro hingga perbaikan infrastruktur dasar. Perkembangan fasilitas
penunjang sebagaimana dimaksud belum diiringi manajemen pengelolaan yang
representatif untuk menghadirkan pelayanan kepariwisataan yang elegan dan
berdaya tarik tinggi. Pengelolaan destinasi pariwisata cenderung konservatif
tanpa didukung manajemen yang professional, roadmap pelayanan terhadap
wisatawan, maupun lounge spot bagi wisatawan untuk membeli souvenir khas
Gresik.

2.4 Studi Banding Objek Sejenis

2.4.1 Pantai Leggoksono, Malang

Pantai Lenggoksono adalah sebuah pantai di pesisir selatan yang terletak


di tepi Samudera Indonesia dan masuk wilayah Dusun Lenggoksono, Desa
Purwodadi, Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk mencapai
pantai ini dari Kota Malang kita bisa menempuh perjalanan dari Kecamatan
Dampit menuju Kecamatan Tirtoyudo, lalu berbelok ke kanan di pertigaan
Tangsi, Desa Tirtoyudo. Dari pertigaan ini posisi Pantai Lenggoksono masih
sekitar 30 kilometer. Kondisi jalan dari Tangsi Tirtoyudo menuju Lenggoksono
Purwodadi sangat mulus beraspal, hanya ruas jalan sangat sempit. Sepanjang
30 kilometer itu jalanan berkelok-kelok. Jalanan belokan tajam disertai
menanjak dan menurun yang curam. Bahkan terdapat jurang curam di sisi

24
25

kanan dan kiri jalan. Sekitar lima kilometer menjelang masuk Desa Purwodadi
kondisi jalan mulai rusak, namun sejumlah jalan ada yang sudah dicor hingga
ke bibir pantai. Sepanjang perjalanan kita bisa menyaksikan perkebunan
cengkeh dengan pohonnya yang tinggi sampai 15 meter. Hal itu tidak
mengherankan karena Desa Purwodadi merupakan sentra produsen cengkeh
terbesar di Malang Raya.

Selain menyimpan potensi ikan beragam jenis seperti lobster, cumi-


cumi, layur, cakalang, dan layar pemandangan pantai ini cukup menyejukkan
mata. Memiliki hamparan pasir putih seluas satu kilometer melingkar dengan
dikelilingi dua tebing yang cukup menghijau karena tumbuhan rindang. Pantai
Lenggoksono tidak hanya menawarkan potensi ikan, tetapi juga menjadi
wilayah konservasi lobster mutiara, lobster pasir, dan lobster batu. Kebetulan
di bawah Pulau Gadung yang masuk wilayah Pantai Lenggoksono terdapat goa
lobster. Di goa bawah laut inilah sarang lobster yang oleh masyarakat dan
nelayan selalu dijaga dan diawasi dari nelayan nakal yang akan menangkap
dengan potasium. Sehingga sampai saat ini goa yang menjadi tempat bertelur
lobster itu masih sangat bagus dan terjaga dengan baik. Di pantai ini pun
ditunjuk oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan sebagai wilayah ekowisata.

Tidak begitu jauh dari Pantai Lenggoksono, tepatnya di Teluk Kletekan


terdapat sebuah air terjun yang berada di bibir pantai yang menjorok ke tengah
laut. Untuk menuju air terjun yang oleh para nelayan disebut dengan Banyu
Anjlok itu, wisatawan harus menempuh jalur laut. Kita bisa menyewa perahu
jungkung nelayan untuk mengantarkan ke tempat itu. Tetapi kita harus ekstra
hati-hati ketika mengarungi teluk menuju Banyu Anjlok ini karena ombaknya
yang cukup besar. Perjalanan ke Banyu Anjlok membutuhkan waktu sekitar 30
menit. Keindahan air terjun Banyu Anjlok di Teluk Kletekan ini mungkin tidak
ada duanya di Malang Raya. Air terjun Banyu Anjlok berasal dari sumber air
yang berasal dari bukit, lalu mengaliri tebing batu karang setinggi tujuh meter.
Air menggerojok tidak dalam satu titik, tetapi menyebar selebar batu karang

25
26

sehingga terlihat begitu indah. Airnya jernih, bersih, dan sangat dingin. Kita
bisa berenang atau mandi di air terjun ini.

Bila Anda masih memiliki waktu bisa melanjutkan ke Pantai Bolu-bolu.


Pantai ini seperti pantai tidak berpenghuni, jarang orang yang datang ke pantai
ini. Meski indah sekali, tetapi untuk menuju ke pantai ini memang harus
menyeberang laut, tidak semua orang berani kecuali para nelayan. Pantai ini
dipenuhi pasir sangat putih yang berbeda dengan pantai lain. Ombaknya juga
sangat tenang, bahkan air begitu bening sehingga karang-karang bisa terlihat
dari permukaan air. Bebatuan karang yang berada di pinggir pantai tersusun
demikian rancak dan terstruktur.

26
27

Fasilitas di Pantai Lenggoksono cukup untuk menunjang kegiatan


pariwisata di sana, berikut beberapa fasilitas yang ada di Pantai Lenggoksono :

1. Pos Jaga pintu masuk dan keluar kendaraan, pos jaga ini juga
melayani tiket masuk ke area wisata.

2. Pusat informasi di pusat informasi ini berisi informasi mengenai


luas wilayah pantai, jenis karang dan ragam ikan hias, beberapa
lokasi wisata yang dekat dengan wilayah pantai Lenggoksono.

3. Snorkling Center di sini berisi tempat penyewaan alat snorkling


dan tiket penyewaan perahu wisata untuk menuju ke Banyu
Anjlok, Pantai Bolu-Bolu dan Sport Snorkling.

4. Tempat Kuluner berada di sepanjang bibir pantai yang menjual


anekah jajanan dan makanan.

5. Mushalla berada di dekat Pusat Informasi yang dapat


menampung ± 20 orang.

6. Toilet berada di setiap Tempat kuliner berisi 3 bilik kamarmandi


yang berisi bak mandi dan toilt jongkok.

2.4.2 Gili Ketapang, Probolinggo

Gili Ketapang adalah sebuah desa dan pulau kecil di Selat Madura,
tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini
termasuk wilayah Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa
Timur.

Luas wilayahnya sekitar 68 ha, dan jumlah penduduknya 7.600 jiwa


(2004), yang sebagian besar adalah Suku Madura dan bermata pencaharian
sebagai nelayan. Penduduk pulau ini dikenal relatif makmur. Gili Ketapang
merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo. Pulau
terebut dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui

27
28

Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar


30 menit.

Menurut legenda setempat, pulau ini dulunya menyatu dengan daratan


Desa Ketapang (Pulau Jawa), yang kemudian secara gaib bergerak lamban ke
tengah laut, karena gempa yang dahsyat akibat letusan Gunung Semeru. Nama
Gili Ketapang berasal dari bahasa Madura, gili yang artinya mengalir, dan
Ketapang merupakan nama asal desa tersebut.

2.5 Karakter Objek

2.5.1 Karakter
Karakter dalam arsitektur adalah sebuah pencapaian bentuk dan ruang
yang di peroleh dari segenap pikiran, prilaku dan tabiat atau kebiasaan manusia
terhadap lingkungan sekitar untuk membedakan yang satu dengan yang lain.

2.5.2 Objek
Objek dalam arsitektur adalah sebuah bentuk atau ruang yang di ciptakan
dan di peroleh dari hasil pemikiran dan perencanaan.

2.5.3 Fungsi
Fungsi kegiatan utama pada wisata bahari pulau Gili Noko adalah wisata
bawah laut yaitu snorkeling untuk menikmati indahnya terumbu karang dan
ragam jenis ikan yang hidup di sekitar pulau.

2.5.4 Karakter Objek dengan Fungsi


Karakter dari objek nantinya akan di ambil dari kebudayaan lokal dengan
memadukan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang ada di wilayah tersebut
dengan pengembanan bentuk yang mengacu pada fungsi dari bangunan.

28
29

Pada pengembangan fasilitas di bagi menjadi beberapa bagian yaitu 1.


Objek utama, 2. Objek pendukung, 3. Objek Pelengkap

 Objek utama Berisi fasilitas:

1. Pusat informasi wisata/TIC (Tourism Information Center)

2. Kios Cinderamata

3. Dive Center

Fungsi Pusat Informasi Wisata/TIC adalah antara lain:

1. Promosi, Pusat Informasi Wisata/TIC berperan aktif dalam


mendatangkan pengunjung ke sebuah destinasi dengan cara melakukan
promosi, serta meningkatkan lama tinggal dan jumlah pengeluaran
wisatawan;
2. Travel Advice and Support, Pusat Informasi Wisata/TIC berperan aktif
dalam menyampaikan informasi yang terkait dengan pariwisata di
sebuah destinasi, seperti: Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas, dan Aktivitas
Wisata; dan
3. Edukasi, Pusat Informasi Wisata/TIC berperan aktif mengedukasi
wisatawan tentang nilai-nilai kearifan lokal dan adat istiadat yang
berlaku di daerah tersebut.

Fungsi Kios Cinderamata adalah antara lain:

1. Sebagai tempat oleh-oleh para wisatawan setelah berwisata.


2. Sebagai tempat jual dan beli Cindramata khas dari lokasi wisata.

Fungsi Dive Center adalah antara lain:

Sebagai pusat pesewaan peralatan Diveing dan Snorkeling.

Sebagai kantor pengelola pesewaan peralatan.

29
30

 Objek pendukung Berisi fasilitas:

1. Resort apung

2. Panggung kesenian/pertunjukan

3. Plaza / Pusat Jajanan Kuliner

4. Tempat Ibadah

5. Tempat konservasi terumbu karang

Fungsi resort apung adalah sebagai tempat beristirahat para wisatawan


setelah snorkeling atau diveing atau untuk tempat menginap untuk menikmati
suasana laut.

Fungsi Panggung Kesenian & kuliner adalah sebagai tempat pertunjukan


kesenian lokal bawean yang diadakan setiap tahun dalam acara sali Bawean,
kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan budaya tradisionla Pulau Bawean
kepada negara lain yang berkunjung.

Fungsi Tempat Ibadah adalah melakukan kegiatan peribadatan sesuai


dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.

Fungsi dari Tempat konservasi terumbu karang adalah tempat untuk


melestarikan atau penegmbang biakan terumbu karang secara abnormal dengan
melakukan okulasi terhadap tunas yang muali tumbuh.

 Objek pelengkap antara lain:


1. Ruang ganti dan toilet
2. Gazebo
3. Dermaga apung
4. Jalur pejalan kaki

Fungsi dari Ruang ganti dan toilet adalah untuk berganti pakaian dan
tempat membersikan tubuh setelah ataupun sebelum melakukan kegiatan.

30
31

Fungsi dari Gazebo adalah sebagai tempat istirahat sejenak dan sebagai
tempat berteduh.

Fungsi dari Dermaga apung adalah sebagai tempat bersandarnya kapal


wisata.

Fungsi dari jalur pejalan kaki dalah untuk pembeda antara jalan khusus
pejalan kaki dan kendaraan. Key word :Standar fasilitas pariwisata.

31
32

BAB III

METODE PEMBAHASAN
3.1 Alur Pemikiran

Latar Belakang Ide


Permasalahan
Tujuan
Batasan

Pemahaman

Umum Khusus
- Pengertian
- Studi Litelatur
- Studi Banding
Karakter Pelaku Karakter Lokasi

Karakter Objek

Konsep Dasar

Analisa Ruang Analisa Ruang Analisa


Luar Dalam Bangunan

Konsep Transformasi
Arsitektural

Desain

32
33

3.2 Penjelasan Alur Pemikiran

33
34

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Pengertian dan Batasan Proyek


4.1.1 Pengertian
Pengembangan Fasilitas Wisata Bahari di Pulau Gili Noko Bawean
Kabupaten Gresik adalah kegiatan pembanguan standar fasilitas wisata agar
obyek wisata semakin layak untuk digunakan sabagai kegiatan wisata dan
nyaman untuk para wisatawan serta menjaga ekosistem yang ada pada obyek
wisata bahari tersebut, serta untuk meningkatkan kualitas wisata bahari dengan
adanya pengembangan fasilitas wisata ini di harapkan wisatawan lokal maupun
mancanegara dapat bertambah di setiap tahunnya.

4.1.2 Batasan

Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya


proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m (seratus
meter) dari titik pasang.

Data kapasitas umum pelayanan di tinjau dari jumlah pengunjung yang


datang ke Pulau Gili Noko. Dapat dilihat pada tabel 4.1.2

34
35

Tabel 4.1.2
Sumber : Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga.

4.2 Tinjauan Kondisi Lokasi

Pulаu Gili Noko mеrupаkаn sаlаh sаtu gugusаn pulаu yаng tеrlеtаk di Pulаu
Bаwеаn yаng sеcаrа аdministrаtif mаsih tеrmаsuk dаlаm wilаyаh Kаbupаtеn Grеsik.
Sеcаrа gеogrаfis kеpulаuаn Bаwеаn tеrlеtаk аntаrа 112 45’ Bujur Timur dаn 5 45’
Lintаng Sеlаtаn. Luаs wilаyаh sеbеsаr 196,27 Km². kеpulаuаn Bаwеаn tеrdiri dаri 2

35
36

kеcаmаtаn, yаitu Kеcаmаtаn Sаngkаpurа dаn Kеcаmаtаn Tаmbаk. Bаtаs-bаtаs Pulаu


Bаwеаn sеbеlаh bаrаt, timur, utаrа, dаn sеlаtаn аdаlаh Lаut Jаwа. Pulаu Bаwеаn
tеrbеntuk dаri sisа-sisа gunung bеrаpi yаng tuа dеngаn kеtinggiаn mаksimаl 655m.
Pulаu Bаwеаn tеrbаgi mеnjаdi duа kеcаmаtаn, yаitu Kеcаmаtаn Tаmbаk (13 dеsа)
dаn Kеcаmаtаn Sаngkаpurа (17 dеsа).

Gambar 4.2.1
Sumber: Wikipedia

Pulаu Gili аdаlаh sаlаh sаtu pulаu yаng pаling luаs dаn bеrpеnghuni di sеkitаr
Pulаu Bаwеаn. Pulаu Gili tеrmаsuk dаlаm wilаyаh Dеsа Sidogеdungbаtu Kеcаmаtаn
Sаngkаpurа dеngаn jаrаk 10 KM dаri Pеlаbuhаn Sаngkаpurа. Pulаu ini mеrupаkаn

36
37

bаgiаn dаri Pulаu Bаwеаn yаng luаsnyа kurаng lеbih 50.000 m2 sеkitаr 800 jiwа.

Gambar 4.2.2
Sumber : Google Earth

Untuk mеnuju pulаu ini dаpаt mеnggunаkаn pеrаhu dаri Dеsа


Sidogеdungbаtu. Kаwаsаn pаntаi pulаu ini mеmiliki hаmpаrаn pаsir pаntаi dеngаn
wаrnа putih dеngаn аir lаut yаng sаngаt jеrnih. Sеdаng di lаut sеkitаr Pulаu Gili Noko
bаnyаk tеrdаpаt tеrumbu kаrаng dеngаn ikаn hiаs wаrnаwаrni. Sеbаgаi lаtаr bеlаkаng
pеngеmbаngаn dеstinаsi wisаtа. Di Pulau Gili Noko sudah terdapat suber air tawar
yang dapat di gunakan sebagai keperluan air bersih sumber air ini di dapat dari sumur
mata air di sekitar pulau, terdapat juga jaringan PLN yang dapat di gunakan sebagai
penerangan ketika malam hari. Di lаut sеkitаr Pulаu Gili Noko bаnyаk tеrdаpаt
tеrumbu kаrаng dеngаn ikаn hiаs wаrnаwаrni yang berjarak ± 100 meret dari pulau.
Terdapat dermaga apung/ Jetty dengan panjang ± 20 meter dari bibir pantaiDi pulau
terdapat beberapa tanaman yaitu pohon cemara dan pohon kelapa.

37
38

Gambar 4.2.1
Sumber: Obervasi Penulis 2019

38
39

terdapat pula sebuah fasilitas wisata berupa dermaga apung dengan


panjang 20 meter dari bibir pantai yang dapat memuat 20 perahau (klotok).
Dapat di lihat digambar 4.2.2.

Gambar 4.2.2
Sumber: Obervasi Penulis 2019
Perahu wisata dapat menampung 10 orang dalam sekali perjalanan dengan tarif Rp.
50.000,- per-orang. Untuk bisa naik perahu wisata dapat memesan di dermaga yang
berada di pelabuhan sangkapura. Dapat di lihat di gambar 4.2.3

39
40

Gambar 4.2.3
Sumber: Obervasi Penulis 2019
Terdapat pula 2 toilet dengan kapasitas 12 orang, toilet ini kurang maksimal
dalam fungsional karena bahan yang di gunakan mudah korosi. Dapat di lihat
digambar 4.2.4

Gambar 4.2.4
Sumber: Obervasi Penulis 2019

40
41

Terdapat 1 buah gazebo dengana kapasitas 30 orang dan 1 musholla dengan


kapasitas 15 orang. Dapat di lihat digambar 4.2.5

Gambar 4.2.5
Sumber: Obervasi Penulis 2019

4.3 Karakter Pelaku

4.3.1 Pelaku
Pelaku adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan atau aktivitas di suatu tempat untuk seuatu kepentingan tertentu.
Pelaku yang ada pada wisata bahari Pulau Gili Noko ini adalah para pengunjung
yang di bagi menjadi 2 jenis yaitu wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara.
Pelaku utama adalah para wisatawan mancanegara dan wisatawan
domestik. Wisatawan Mancanegara diantaranya adalah Singapura, Rusia,
Belanda, Cina, Malaysia, Jerman, Amerika dan Korea Selatan.

41
42

Wisatawan mancanegara adalah pelancong dari luar negeri, atau orang


yang bertamasya ke negeri lain. Wisatawan domestik adalah wisatawan yang
berpelancong ke tempat lain tetapi masih di negaranya sendiri.

Wisatawan domestik adalah wisatawan dalam negeri, bukan wisatawan


yang datang dari negara lain. Umumnya, wisatawan domestik melakukan
wisata dan berekreasi ke bagian atau wilayah lain di negaranya untuk
mengetahui sesuatu yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Tujuan
mereka berwisata di dalam negeri biasanya hanya ingin melepas rasa penasaran
akan tempat yang diyakini menakjubkan atau menyenangkan.

4.3.2 Karakter

Karakter wisatawan mancanegara

 Karakter orang
Singapura seperti karakter orang
Cina modern.

 Disiplin, walaupun
orangnya kecil tetapi tegas dan
berkomitment tinggi.

Wisatawan Singapura
 Suka judi, club, dan
suka belanja.

 Menyukai fasilitas dan


pelayanan sederhana, sangat
tertarik dengan atraksi alam, dan
keunikan modernisasi.

42
43

 Individualistis dan
mandiri, tidak menyukai
perjalanan berkelompok atau
grup,lebih menyukai perjalanan
sendiri.

 Hangat, Sopan,
mempunyai tingkah laku yang
baik dan menjaga hubungan
Wisatawan Rusia persahabatan.

 Tertarik budaya
tradisional dan karakteristiknya
menyukai pantai serta alam yang
indah.

 Tidak suka privasinya


diganggu.

 Perhatian sekali
terhadap kesehatan dan sanitasi,
khususnya makanan dan
minuman.

 Suka informasi yang


Wisatawan Belanda
spesifik dan akurat, tapi kecewa
apabila informasi tersebut tidak
benar.

43
44

 Disiplin, taat peraturan,


bersahabat, suka humor tetapi
tidak selalu terbuka, terus terang
dalam memberikan komentar dan
reaksi.

 Sangat tertarik dengan


bentuk-bentuk kebudayaan dan
pemandangan alam yang indah
serta perkembangan-
perkembangan yang terjadi.

 Menyukai harga murah


dan tidak terlalu mementingkan
fasilitas dan pelayanan.

 Banyak
bicara/cerewet/ramah sekali dan
perbincangan perlu ada timbal
balik.
Wisatawan Cina
 Lebih menyukai
bahasa sendiri daripada Bahasa
inggris.

 Suka bergerombol
dalam satu kelompok ramai-
ramai.

44
45

 Selalu berpikir
ekonomis.

 Orang cina sifatnya


tertutup, kecuali kepada yang
sudah dikenal dan dipercaya.

 Daya belinya termasuk


rendah dan tidak terlalu tertarik
untuk belanja.

 Mudah ditangani
dalam perjalanan, tetapi harus
disiplin, lebih banyak
persamaanya dengan orang
Wisatawan Malaysia Indonesia sesama Melayu dan
kedekatan kesamaan agamanya.

 Fasilitas dan
akomodasi cukup sederhana.

 Sangat tertarik akan


keindahan alam, termasuk pantai.

 Sopan, terbuka,
memiliki tingkah laku yang baik,
Wisatawan Jerman mengomentari langsung setiap
pengalaman mereka.

45
46

 Suka belanja souvenir


dari batu dan kayu.

 Toleransi pada fasilitas


dan pelayanan yang berbeda.

 Keingintahuannya
tinggi terhadap sesuatu, bahkan
sampai mendetail.

 Tertarik pada
kebudayaan tradisional,upacara
keagamaan, tarian,tempat
sejarah,pemandangan yang indah
dan suka membandingkan
kebudayaan. tradisional satu
dengan yang lainnya.

 Menyukai fasilitas dan


pelayanan standar kualitas tinggi

 Menyukai
pemandangan alam yang indah,
termasuk pantai dan tertarik
dengan bentuk perkembangan
yang terjadi

Wisatawan Amerika
 Tidak menyukai
perjalanan kaki jauh suka

46
47

perjalanan dekat dan berpindah-


pindah

 Bersahabat, sopan,
bertingkah laku baik, sedikit
formal, jujur, terbuka langsung
dalam mengekspresikan
pendapat dan reaksi tentang apa
saja tanpa memandang perbedaan
status

 Menerima dan
menyukai fasilitas dan pelayanan
yang sederhana, murah meriah,
seadanya dan sering pindah-
pindah dengan melakukan
perjalanan sendiri

 Menyukai kebudayaan
desa dan aktivitas pantai yang
tradisional serta aktivitas dunia
malam seperti diskotik

 Melakukan perjalanan
kelompok dan sangat takut kalau
lepas dari grupnya.
Wisatawan Korea Selatan
 Suka belanja kerajinan
tangan, barang tradisional.

47
48

 Tertarik pada sesuatu


yang unik dan suka difoto serta
suka kehidupan malam.

 Suka fasilitas dan


pelayanan standar tinggi

Karakter wisatawan Domestik

 Sangat tertarik dengan


bentuk-bentuk kebudayaan dan
pemandangan alam yang indah
serta perkembangan-
perkembangan yang terjadi.

 Suka belanja dan


kuliner

 Bersahabat, sopan,
Wisatawan Indonesia
bertingkah laku baik.

 Menerima dan
menyukai fasilitas dan pelayanan
yang sederhana, murah
meriah,seadanya dan sering
pindah-pindah dengan
melakukan perjalanan kelompok
(rombongan).

Tabel 4.3.1
Suber : Blogsport

48
49

4.3.3 Kesimpulan Karakter Pelaku


Dapat di simpulkan banyak di negara-negara lain yang menyukai
pemandangan alam yang asri dan bentuk kesenian tradisional yang ada di
indonesia dan Pulau Gili Noko adalah salah satu destinasi wisata alam yang
menygukan keindahan pantai dan keindahan bawah laut yaitu terumbu karang.
Dan standar fasilitas memang harus di kembangkan agar menunjang dan
menjadi daya dukung kegiatan pariwisata di Pulau Gili Noko.

4.4 Karakter Lokasi

 Pariwisata

Lokasi berada pada kawasan wisata alam di Dеsа Sidogеdungbаtu Kеcаmаtаn


Sаngkаpurа dimana kawasan sekitar merupakan kawasan wisata bahari.

 Aksebilitas

Lokasi cukup mudah dijangkau oleh kendaraan wisata yang berupa perahu yang
dapat di akses melalui dermaga wisata Sangkapura, jarak tempuh dari dermaga
wisata ± 30 menit untuk sampai ke lokasi.

 Asri

Kondisi pantai sangat bersih, pasir pantai berwarna putih bersiah dengan
kondisi permukaan air laut yang cukup tenang dan dangkal sehingga ragam
ikan hisa dapat terlihat degan mudah.

49
50

4.5 Konsep Dasar


Konsep Dasara dalam Arsitektur adalah sebuah gambaran sebagai tujuan
guna mengembangkan suatau proses perancangan untuk menghasilkan gagasan
atau ide-ide berdasarkan karakteristik lokasi dan pelaku. Konsep dasar dalam
perancangan dapat berupa sebuah kata-kata atau kalimat yang mendasari
sebuah ide-ide.

Tema

Laut
&
Pantai

Konsep dasar yang di pakai pada


pengembangan fasilitas wisata
bahari menggunakan gaya
arsitektur modern dan
futuristic yang akan
mengarah ke tema
lautan dan
pantai

Konsep Dasar yang akan di gunakan berdasarkan konteks lautan dan


rekreasi yang dapat di lihat dari karakter lokasi dan karakter prilaku adalah
sebagai berikut :

50
51

Aquatic dalam bahasa latin berarti air dan dalam artian secara umum adalah
suatu atau hal yang bertautan dengan air. Reflection berarti refleksi artian secara
umum cerminan ; gambaran

Aquatic Reflekcion maksudnya adalah gambaran sebuah bentuk atau sebuah


objek yang mencerminkan dari air, air yang di maksud dalam konteks lautan jadi
bentuk yang di harapkan menyerupai dari lautan yaitu bentuk-bentuk gelombang air
laut dengan memadukan unsur tradisi dari Pulau Bawean yaitu tradisi merantau.

51
52

4.6 Analisa Ruang Dalam

Analisa Ruang Dalam merupakan penjelasan tentang aktivitas pelaku,


aktivitas dari proyek serta menentukan besaran ruang program ruang dan
fasilitas serta kapasitas yang dibutuhkan. Setelah menganalisa poin diatas maka
hasilnya adalah terbentuknya konsep perancangan.

4.6.1 Karakteristik Pelaku Kegiatan

No. Kelompok Pelaku Karakteristik


Datang untuk bersenag-senang, menikmati
pemandangan, mendapatkan pelayanan yang
1. Pengunjung
baik dari pengelola maupun penduduk
setempat.
Melayani pengunjung dengan menyediakan
2. Pengelola fasilitas yang memuaskan, ramah dan santun,
mengutamakan mutu pelayanan.
Menjual barang yang ditawarkan kepada
3. Pendukung : Penjual /PKL pengunjung, menjadi guide bagi pengunjung
mengenalkan makanan dan budaya setempat.
No. Kelompok Pelaku Karakteristik Kegiatan
 Bergerak aktif dan pasif
1. Anak – anak (5-13 tahun).  Selalu ingin tahu, mencari, mencoba
 Perkembangan Intelektual pesat
 Subyektif tinggi tetapi dengan kesadaran
 Sikap kritis
2. Remaja (13-21 tahun)  Ingin sarana yang layak pakai
 Kesadaran akan nilai estetis, religius mulai
tampak

52
53

 Subyektif rendah tetapi dengan kesadaran


 Sikap lebih toleransi
 Selalu ingin tahu, mendapatkan pelayanan
3. Dewasa (21-60 tahun) dengan baik.
 Kepekaan terhadap nilai estetik, dan
religius sangat tampak

Tabel 4.6.1
Sumber : Internet

53
4.6.2 Kebutuhan Ruang
Besaran Jumlah Sirkulasi Luas
Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas
m² Ruang % m²
Lobby 100 1.05 1 30% 136.50
Ruang Pelayanan 1 2.00 5 25% 12.50
Ruang Informasi 1 2.00 3 20% 7.20
Ruang Tunggu 200 1.05 1 30% 273.00
Ruang Administrasi 10 2.00 1 25% 25.00
Pusat Informasi Wisata (TIC)
Ruang Penyewaan Kapal 5 1.50 1 25% 9.38
Ruang Servis 3 2.00 1 25% 7.50
Toilet 1 2.50 3 25% 9.38
Ruang Penyimpanan 8.00 1 20% 9.60
Total 490.05
Ruang Pameran 100 1.05 1 25% 131.25
Kasir 2 10.00 2 10% 44.00
Kios Cindramata
Gudang Penyimpanan 8.00 1 20% 9.60
Total 184.85
Dermaga Wisata Dermaga Wisata 100 5.00 1 40% 700.00
1

Besaran Jumlah Sirkulasi Luas


Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas
m² Ruang % m²
Ruang Pengelola 10 2.00 1 20% 24.00
Ruang Pelatihan 10 3.00 1 20% 36.00
Ruang Selam 10 3.00 1 20% 36.00
Dive Center Ruang Penyewaan 10 2.00 1 25% 25.00
Ruang Servis 10 2.00 1 25% 25.00
Ruang Pengisian Oksigen 2 6.00 1 25% 15.00
Total 161.00
Toilet 1 2.50 3 25% 9.38
Toilet dan Ruang Ganti Ruang Ganti 1 2.50 3 25% 9.38
Total 18.75
Gazebo 5 6.00 10 300.00
Gazebo
Total 300.00
Tempat Duduk/ Tribun 100 1.05 1 45% 152.25
Panggung Kesenian/Pertunjukan Guang Ganti 1 2.50 3 25% 9.38
Toilet 1 2.50 5 25% 15.63

1
2

Besaran Jumlah Sirkulasi Luas


Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas
m² Ruang % m²
Gudang Penyimpanan 8.00 1 20% 9.60
Total 186.85
Ruang Santai 5 6.00 1 30% 39.00
Kamar Tidur 2 12.00 1 25% 30.00
Pantry 2 8.00 1 30% 20.80
Resort Apung
Toilet 1 2.50 1 25% 3.13
Ruang Penyimpanan 6.00 1 20% 7.20
Total 100.13
Ruang Pengelola 5 2.00 1 20% 12.00
Laboratorium 5 15.00 1 30% 97.50
Tempat Konservasi Terumbu Ruang Pengembang Biakan 20 15.00 1 30% 390.00
Karang Ruang Peralatan 20 2.50 1 15% 57.50
Ruang Penyimpanan 8.00 1 30% 10.40
Total 567.40
Plaza/ Pusat Jajanan Kuliner Dapur & Tempat Saji 3 12.00 5 50% 270.00

2
3

Area Tunggu 50 1.05 1 60% 84.00


Toilet 1 2.50 5 20% 15.00
Ruang Makan & Minum 12 2.00 10 20% 288.00
Tempat Cuci 2 2.00 5 20% 24.00
Total 681.00
Besaran Jumlah Sirkulasi Luas
Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas
m² Ruang % m²
Ruang Pengimaman 1 3.50 1 20% 4.20
Ruang Makmum 100 2.00 1 20% 240.00
Tempat Wudhu 50 2.00 2 20% 240.00
Tempat Ibadah
Toilet 1 2.50 4 20% 12.00
Gudang Penyimpanan 6.00 1 20% 7.20
Total 503.40
SUB TOTAL 3893.43

Tabel 4.6.2
Sumber : Asumsi Penulis

3
4.6.3 Kebutuhan Ruang

Tabel 4.6.3
Sumber : Observasi penulis 2019
1

Tabel 4.6.3
Sumber : Observasi penulis 2019

1
2

4.7 Analisa Ruang Luar

4.7.1 Analisa Lingkungan

Pulаu Gili tеrmаsuk dаlаm wilаyаh Dеsа Sidogеdungbаtu Kеcаmаtаn Sаngkаpurа


dеngаn jаrаk 10 KM dаri Pеlаbuhаn Sаngkаpurа. Pulаu ini mеrupаkаn bаgiаn dаri
Pulаu Bаwеаn yаng luаsnyа kurаng lеbih 50.000 m2 sеkitаr 800 jiwа.

Luas : 50.000 m2

Dеsа : Sidogеdungbаtu

Kеcаmаtаn : Sаngkаpurа

Gmbar 4.7.1
Sumber : Observasi penulis 2019

2
3

4.7.2 Pencapaian

Untuk mencapai ke lokasi dapat menggunakan perahu dengan jarak tempuh 30 menit
dari dermaga wisata. Perahu yang digunakan untuk menyebrang dari dermaga wisata
Pulau Baewan ke dermaga Pulau Gili Noko dapat menampung 10 sampai dengan 15
penumpang.

Gmbar 4.7.2
Sumber : Observasi penulis 2019

Gmbar 4.7.3

3
4

Sumber : Observasi penulis 2019


4.7.3 Kontur

Gmbar 4.7.4
Sumber : Observasi penulis 2019

Untuk kondisi topografi di Pulau Gili Noko ber kontur untuk pulau Gili memiliki
kontur tertinggi ± 68 meter dari permukaan air laut dan untuk Pulau Noko memiliki
kontur dengan ketinggian ± 10 meter dari permukaan air laut.

4
5

DAFTAR PUSTAKA

- https://media.neliti.com/media/publications/136445-ID-peran-
pemerintah-daerah-dalam-pengembang.pdf
- http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id
- https://gresikkab.go.id/media/RPJMD
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gresik
- http://digilib.unila.ac.id/3047/13/BAB%20II.pdf
- https://ihategreenjello.com/pesona-keindahan-wisata-pulau-noko/
- https://duniapengetahuan2627.blogspot.com/2013/02/definisi-
perancangan-adalah.html
- https://www.bangsaonline.com/berita/51574/pemkab-dan-dprd-
gresik-sepakat-kembangkan-objek-wisata-bawean
- https://surabaya.tribunnews.com/2016/08/26/menilik-indahnya-gili-
noko-pulau-eksotis-di-ujung-bawean
- https://www.jawapos.com/surabaya/24/06/2019/optimalisasi-wisata-
pulau-bawean-bangun-rumah-apung-di-gili-noko/
- Peraturan-menteri-pariwisata-Republik –ndonesia-Nomor-3-tahun-
2018.
https://aryandikaputera.blogspot.com/2016/09/jenis-dan-karakter-
wisatawan-domestik.html

Anda mungkin juga menyukai