RAID
RAID
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB 1 : PENDAHULUAN.................................................................................................4
BAB 2 : ISI……………………...........................................................................................5
BAB 3 : KESIMPULAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Algoritma
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Henki Bayu Seta, S. Kom., M. Ti. selaku Dosen mata kuliah Pengantar
Teknologi Informasi UPN “Veteran” Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai karakteristik dan cara kerja raid 0-6. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saranayangamembangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah RAID pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Gart A. Gibson, dan
Randy Katz dari University of California, Barkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987,
yaitu 9 tahun setelah paten yang dimiliki oleh Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga
mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat
sebagai sebuah perangkat tunggal oleh sistem yang menggunakannya, dan mereka
kemudian mempublikasikannya kedalam bentuk sebuah paper yang berjudul “A Case for
Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)” pada bulan Juni 1988 pada saat
konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa RAID level atau
kombimasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID tersebut secara teoritis memiliki
kelebihan dan kekurangan. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun mulai banyak
muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara substansial
berbeda dengan RAID level asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi
implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh
Patterson. Seiring dengan perkembangan zaman, level, dan implementasi RAID pun
berkembang.
3
BAB 2
ISI
A. Pengertian dan Karakteristik RAID
RAID merupakan singkatan dari Redundant Arrays of Inexpensive Disks, sebuah
organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem akses
paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan reliabilitas atau kehandalan.
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi kedalam beberapa skema, yang
disebut dengan “RAID Level”. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama
kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni
dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan
beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis
penyimpanan dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi
perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk
secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema
RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di
dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah
kesatuan logis untuk yang digunakan melakukan penyimpanan.
Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari
satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi
kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah
untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault
tolerance/toleransi kesalahan).
Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa
teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama
penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat
penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis,
seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk
beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak
penonton secara sekaligus.
4
Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula
pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan
banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan
teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal
dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya "selamat" dari
kerusakan yang fatal.
Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah
sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat
untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan
dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.
Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data
dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu
hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami
inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada umumnya
akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga
harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus
mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan
pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-
larik RAID modern umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk
memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi
kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat
sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya
mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID
sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia
(highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat
saja.
Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal disk.
2. Data didistribusikan ke drive fisik array.
3. Kapasitas redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang
menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.
5
B. Cara Kerja RAID 0-6
1. RAID level 0
RAID level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok,
tanpa redundansi. Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam
beberapa disk. Level ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelompok RAID karena
meningkatkan kinerjanya. Data didistribusikan pada seluruh disk secara array merupakan
RAID – 0 menjadi model data strip pada disk dengan suatu management tertentu hingga
data sistem data dianggap tersimpan pada suatu 58 disk logik. Mekanisme tranfer data
dalam satu sektor sekaligus sehingga hanya baik untuk menangani transfer data besar.
RAID 0 yg dikenal juga dgn metode Striping digunakan utk mempercepat
kinerja hardisk. Kapasitas total hardisk pada metode ini adalah jumlah kapasitas hardisk
pertama ditambah hardisk kedua. Metodenya dilakukan dengan cara membagi data
secara terpisah ke dua buah hardisk. Jadi separuh data ditulis ke hardisk pertama dan
separuhnya lagi ditulis ke hardisk kedua. Secara teoritis cara ini akan mempercepat
penulisan/pembacaan harddisk. Keburukan dari cara ini adalah apabila salah satu hardisk
Disk Striping mengijinkan kita untuk menulis data ke beberapa Harddisk
daripada menulis data ke satu Harddisk saja. Dengan Disk Striping, setiap Harddisk fisik
akan dibagi menjadi beberapa elemen stripe (berkisar antara 8 KB, 16 KB, 32 KB, 64
KB, 128 KB, 256KB, 512KB, to 1024KB). Setiap bagian stripe dalam setiap Harddisk
6
disebut strip. Disk Striping dapat meningkatkan kinerja karena pengaksesan data diakses
dengan lebih dari satu harddisk, sehingga lebih banyak spindle disk yang bekerja dalam
melayani I/O data. Namun Disk Striping (RAID 0) tidak memiliki data redundancy /
proteksi data terhadap kerusakan harddisk, karena semua data ditulis langsung apa
Dari sisi kapasitas, maka RAID 0 kita dapat menggunakan 100% dari total jumlah
Contoh: 4 unit Harddisk 300GB RAID 0 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini
dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali
lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan disk
mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di hard disk yang
lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di partisi mirror.
RAID 1 yang dikenal juga dengan metode Mirroring digunakan untuk
mendapatkan keamanan data (backup). Metodenya dilakukan dengan cara menyalin isi
harddisk pertama ke harddisk kedua. Jadi apa yang ditulis pada hardisk pertama akan
7
juga ditulis di hardisk kedua. Apabila salah satu hardisk rusak, maka data pada hardisk
yang satunya masih ada. Keburukan dari cara ini adalah tidak adanya peningkatan
kinerja sama sekali, performannya malah akan sedikit lebih pelan dibanding performan
hardisk single (non-RAID). Selain itu kapasitas total yang anda dapat dengan metode ini
RAID 1 (Disk Mirroring) bekerja dengan prinsip cermin, yaitu berpasang-
pasangan dan identik antara satu dengan yang lainnya. Jadi dengan RAID 1, data yang
ditulis ke satu Harddisk secara simultan ditulis juga ke Harddisk yang lainnya. Sehingga
jika terjadi kerusakan 1 Harddisk pada RAID 1, system server masih memiliki data
cadangan di harddisk yang lainnya. Dan pada saat Harddisk yang rusak diganti dengan
yang baru, maka secara otomatis, harddisk pengganti yang baru dipasang akan
Keuntungan dari RAID 1 adalah data memiliki cadangan antara yang ada di harddisk
yang satu dengan yang lainnya. Dan karena isi dari kedua Harddisk tersebut adalah
identik, tidak jadi masalah harddisk yang mana yang boleh rusak selama pada suatu saat
hanya satu Harddisk yang rusak, sampai proses sinkronisasi berikutnya selesai.
8
Dari sisi kapasitas, maka RAID 1 kita akan hanya memiliki kapasitas harddisk yang
dapat digunakan sebanyak 50% dari total kapasitas Harddisk yang terpasang
Contoh: 4 unit Harddisk 300GB RAID 1 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
RAID – 2 mengganakan teknik akses paralel untuk semua disk. Dalam proses
terdapat mekanisme sinkronisasi perputaran disk dan headnya. Teknologi stripping juga
digunakan dalam tingkat ini, hanya stripnya berukuran kecil, sering kali dalam ukuran
word atau byte. Koreksi kesalahan menggunakan sistem bit paritas dengan kode
Hamming. Cocok digunakan untuk menangani sistem yang kerap mengalami kesalahan
disk.
(ECC). Seperti pada memori di mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas
bit. Setiap byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang
merepresentasikan jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika
jumlah bit genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah,
paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian,
apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan
RAID – 3 hanya membutuhkan disk redudant tunggal, tidak tergantung jumlah array
disknya. Bit paritas dikomputasikan untuk setiap data word dan ditulis pada disk paritas
khusus. Saat terjadi kegagalan drive, data disusun kembali dari sisa data yang masih baik
9
dan dari informasi paritasnya. RAID – 3 menggunakan akses paralel dengan data
berkecepatan tinggi, namun hanya dapat 59 mengeksekusi sebuah permintaan I/O saja
sehingga kalau digunakan pada lingkungan transaksi data tinggi terjadi penurunan
kinerja.
5. RAID level 4
sehingga permintaan baca atau tulis dilayani secara paralel. RAID ini cocok untuk
menangani sistem dengan kelajuan tranfer data yang tinggi. Tidak memerlukan
sinkronisasi disk karena setiap disknya beroperasi secara independen. Stripping data
dalam ukuran yang besar. Strip paritas bit per bit dihitung ke seluruh strip yang berkaitan
pada setiap disk data. Paritas disimpan pada disk paritas khusus. Saat operasi penulisan,
array management software tidak hanya meng-update data tetapi juga paritas yang
terkait. Keuntungannya dengan disk paritas yang khusus menjadikan keamanan data
lebih terjamin, namun dengan disk paritas yang terpisah akan memperlambat kinerjanya.
yaitu menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada
sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian.
Jika sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali
blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk membaca data tinggi,
karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel. Demikian juga dengan
penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis secara paralel.
tersebar. Data dan paritas disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada
10
setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan
data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan
pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data yang
sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan paritas untuk blok
data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan menyebabkan data hilang
bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki. Penyebaran paritas
pada setiap disk ini menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas disk seperti
kemungkinannya
Dari sisi kapasitas, maka RAID 5 kita akan memiliki kapasitas harddisk yang dapat
digunakan sebanyak (N-1) x Kapasitas HDD dari total kapasitas Harddisk yang
Contoh:
• 3 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
7. RAID level 6
11
RAID level 6 merupakan teknologi RAID terbaru. Menggunakan metode
penghitungan dua paritas untuk alasan keakuratan dan antisipasi terhadap koreksi
kesalahan. Seperti halnya RAID – 5, paritas tersimpan pada disk lainnya. Memiliki
RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi
disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda,
kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi,
jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan
untuk RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah
kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan
harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data (Mean
Time To Repair atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data,
karena setiap penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.
kemungkinannya
Dari sisi kapasitas, maka RAID 6 kita akan memiliki kapasitas harddisk yang dapat
digunakan sebanyak (N-2) x Kapasitas HDD dari total kapasitas Harddisk yang
Contoh:
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
12
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
• 6 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
13
DATAR PUSTAKA
https://inknowlege.wordpress.com/2011/06/27/isi-makalah-raid/
http://diktatros.blogspot.co.id/2013/04/karakteristik-dan-cara-kerja-dari-raid.html
http://chandramaulana013.blogspot.co.id/2013/04/karakteristik-dan-cara-kerja-raid-0-6.html
14