Pada berbagai kristal getas, perambatan retakan disebabkan karena pengulangan pemutusan
ikatan sepanjang struktur kristalografi dalam berbagai bidang, beberapa proses
dinamakan cleavage (pembelahan). Patahan dengan jenis seperti ini dinamakan dengan
patahan transgranular atau transkristalin karena patahan melewati butiran- butiran. Secara
makroskopik, permukaan patahan akan terihat berbutir dan bersegi sebagai akibat dari
perubahan orientasi dari bidang-bidang pembelahan dari butir menuju butir. Ini akan
terlihat jika diamati secara mikroskopik dengan menggunakan Semi Electron Microscope
(SEM).
Dalam beberapa paduan, perambatan retakan terjadi di sepanjang batas butir. Retakan ini
dinamakan dengan intergranular. Jenis patahan ini, akan memperlihatkan butiran secara
keseluruhan dan bersifat 3 dimensi. Hal ini terjadi setelah terjadinya proses yang
memperlemah ikatan pada batas butir.
GAMBAR 2. (a) Patahan Berbentuk V seperti pada logo Chevron (b) Patahan Getas
Memperlihatkan Adanya Punggung Bukit (c) Hasil Uji SEM terhadap Patahan Getas
2. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada
material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retakakan berhenti. Patah ulet ini ditandai
dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar
patahan, sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna
kelabu. Selain itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan,
jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material
berstruktur bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah (duta, 2011).
Ciri-cirinya :
a. Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
b. Tempo terjadinya patah lebih lama.
c. Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
d. Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, dan penampilannya buram.
Patah secara ulet memiliki karakteristik tersendir terlihat dari permukaan hasil patahan
yang dapat dilihat secara mikroskopik maupun makroskopik. Patah secara ulet juga dapat
dibedakan atas 2 yaitu patah ulet tingkat tinggi dan tingkat menengah. Patah dengan
keuletan tingkat tinggi biasanya terjadi pada material berupa logam lunak seperti emas
murni dan timbale pada temperature kamar dan pada logam lainnya, polimer, dan gelas
anorganik pada suhu yang dinaikkan. Jika kita lihat pada gambar 1 poin a, terlihat bahwa
material patah secara ulet sempurna dengan memperlihatkan terjadinya necking yaitu
berupa adanya reduksi luasan dan pertambahan panjang.
Namun, jenis patah ulet yang sering kita lihat setelah dilakukannya pengujian tarik adalah
seperti yang ditunjukkan dalam gambar B dimana necking hanya terlihat sebagian.
Mekanisme patah secara ulet dapat dilihat pada gambar 2.
Disini terlihat pada poin a, terjadi istilahnya permulaan necking. Lalu pada poin b, terlihat
adanya lubang-lubang kecil dan di poin c terlihat lubang- lubang kecil tadi menyatu dan
membentuk lubang besar. Di poin d, terjadi rambatan retakan dan di poin e barulah terjadi
fraktur dengan arah patahan membentuk sudut 450 terhadap arah tarikan.
GAMBAR 4. Mekanisme Patah Secara Ulet GAMBAR 5. Bentuk Patahan (a) Patah
Ulet Sempurna (b) Patah Ulet Sebagian
(c)
Patah Getas
GAMBAR 6. Hasil Uji SEM terhadap Patahan dengan Sifat Ulet
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Analisa Struktur mikro
Dari hasil pengamatan metalografi, diperoleh foto strukturmikro spesimen. Dalam hal ini
struktur mikro yang diamati meliputi struktur mikro material awal, material dengan
perlakuan panas proses quench-temper pada masing-masing variasi waktu temper (15
menit, 1 jam dan 5 jam). Foto metalografi ditunjukkan pada Gambar 7 (strukturmikro
material awal) dan Gambar 8 (strukturmikro hasil quench-temper).
(b) (c)
GAMBAR 6. Struktur mikro material hasil quench-temper temperatur 200°C pada masing-
masing waktu temper dengan perbesaran 100x dan 500x (a) waktu temper 15 menit (b)
waktu temper 1 jam (c) waktu temper 5 jam.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis akan sangat berterimakasih kepada pembaca yang memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk paper ini.
REFERENSI
1. De gamo, P.. 1969. Materials and Processes In Manufacturing. Mac Milan
Company. New York.
2. Fitri. (2012). Komposisi Kimia, Struktur Mikro, Holding Time, dan Sifat
Ketangguhan Baja Karbon Medium pada Temperatur 780˚C. Skripsi Jurusan Fisika
Material Fakultas MIPA Universitas Lampung: Bandar Lampung.
3. Ginting, Ediman. (1997). Pengaruh Suhu Pemanasan, Lama Pemanasan, dan
Pendinginan Secara Cepat terhadap Sifat Kekerasan, Ketangguhan, dan Tahan Aus
Baja Hypoeutectoid. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
4. Hadi, Qomarul. (2010). Pengaruh Perlakuan Panas pada Baja Konstruksi ST 37
terhadap Distorsi, Kekerasan, dan Perubahan Struktur Mikro. Seminar Nasional
Tahunan Teknik Mesin SNTTM ke-9 13-15 Oktober 2010 ISBN: 978-602-97742-0-
7.
5. Haryadi, Gunawan Dwi. (2006). Pengaruh Suhu Tempering terhadap Kekerasan,
Kekuatan Tarik, dan Struktur Mikro pada Baja K-460. Jurnal Rotasi Volume 8
Nomor 2 April 2006.
6. Lilipaly, Eka R.M.A.P. dan Lopies, Leslie S. (2011). Analisis Nilai Kekerasan Baja
S-35C dalam Proses Karburasi Padat Memanfaatkan Tulang Sapi sebagai
Katalisator dengan Variasi Waktu Penahanan. Jurnal TeknologiVolume 8. Nomor 2.
Hal.936.
7. Nurman dan Sudjadi, Usman. 2008. Studi Ketahanan terhadap Korosi pada Material
Baja Pegas Daun Mobil Roda 4 dengan Berat 1000 kg yang telah Dinitridasi dengan
Plasma Diskrit Buatan BATAN. Jurnal Prima. Volume 5. Nomor 10. Hal.279.
8. Purboputro, P. Ilmu.2009.Peningkatan Kekuatan Pegas Daun dengan Cara
Quenching.Jurnal Media Mesin Volume 10 Nomor 1 Hal.18 ISSN 1411-4348.
9. Desti Nurjayanti, Ediman Ginting dan Pulung Karo-karo.(2013). Pengaruh Lama
Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 oC terhadap Sifat
Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No. 9260. Jurnal Teori dan Aplikasi
Fisika Vol. 01, No. 02.
10. Ahmad Fahrur Rozaq dan Soeharto.(2013). Pengaruh Waktu Temper Perlakuan
Panas Quench-Temper terhadap Umur Lelah Baja St 41 pada Pembebanan Lentur
Putar Siklus Tinggi. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1.