Politik Dan Strategi Nasional
Politik Dan Strategi Nasional
Disusun oleh :
Rayen H. Simanullang
041265008
UNIVERSITAS TERBUKA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Politik nasional ialah asas, haluan, kebijaksanaan, dan usaha negara tentang pembinaan
(perencanaan, pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian), serta penggunaan secara
totalitas dari potensi nasional baik yang potensial maupun yang efektif untuk mencapai tujuan
nasional melalui pembangunan nasional.
Politik nasional menggariskan usaha-usaha untuk mencapai tujuan nasional yang dalam
perumusannya dibagi dalam tahap-tahap utama, yaitu jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek.
Politik dalam negeri yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan, dan memelihara
harkat, derajat rakyat Indonesia yang pernah mengalami kehinaan dan kemelaratan akibat
penjajahan, menuju sifat-sifat bangsa yang terhormat dan dapat dibanggakan.
Politik luar negeri yang bersifat bebas aktif, anti imperialismne dan kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat
penderitaan rakyat serta diarahkan kepada pembentukan solidaritas antar bangsa terutama
bangsa-bangsa Asia-Afrika dan negara-negara nonblok.
Politik ekonomi yang bersifat swasembada dan swadaya tanpa mengisolasi diri, tetapi
diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia sebesar-
besarnya.
Politik pertahanan keamanan yang keluar bersifat defensive aktif dan diarahkan kepada
pengamanan dan perlindungan bangsa dan n keegara serta usaha-usaha nasional. Ke
dalam bersifat preventif aktif di dalam menanggulangi segala macam tantangan, ancaman
dan hambatan dan gangguan yang timbul dari dalam.
2.1.2 Pengertian Strategi Nasional
Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan
tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional, yakni merupakan pelaksanaan dari kebijaksanaan
nasional. Dengan melaksanakan politik nasional disusunlah
strategi nasional, seperti jangka pendek, jangakamenengah dan jangka panjang.
Penyusunan politik dan strategi negara di tingkat suprastruktur dilakukan oleh Presiden
sebagai mandataris MPR setelah memahami Garis-Garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan
oleh MPR dengan langkah awal menyusun Program Kabinet yang diikutu dengan menunjukkan
para menterikabinet sebagai pembantu presiden.Ditingkat infrastruktur, politik dan strategi
nasional merupakan sasaranyang hendak dicapai yang meliputi bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam. Masyarakat melalui pranata politik yang ada di era reformasi
memiliki peranan yang penting, yaitu berupaya mengontrol jalannya politik dan stategi nasional
yang telah ditetapkan oleh MPR sebagai GBHN maupun yang dilaksanakan oleh Presiden
beserta penyelenggara lainnya.
Kebijakan Puncak dilakukan oleh MPR yang berwenang menetapkanUUD 1945 dan
Garis-Garis Besar Haluan Negara. Kebijakan Umumdilakukan oleh Presiden sebagai kepala
Pemerintahan dan DPR, bentuknyaadalah Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah,
Kepres, dan Inpres.Kebijakan Khusus dilakukan oleh Menteri dalam menjabarkan
KebijakanUmum guna merumuskan strategi dalam masing-masing bidang sesuaitanggung
jawabnya. Kebijakan Teknis dilakukan oleh Pimpinan Eselon IDepartemen Pemerintahan dan
Non Departemen. Bentuk kebijakannya adalah Peraturan Keputusan, atau Instruksi pimpinan
Departemen danDirjen. Kebijakan di daerah, adalah Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD.
Kebijakannya berupa Perda, Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah.
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskanideologi
Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional .Politik dan strategi
nasional yang telah berlangsung selama ini
disusun berdasarkan sistem kenegaraaan menurut UUD 1945. sejak tahun 1985 telah berkemban
g pendapat yang mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-
Lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”. Lembaga-
lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, MA.Sedangkan badan-badan yang
ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik”, yang mencakup pranata politik
yang ada dalammasyarakat, seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan, media
massa,kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok penekan (pressure group).
Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memilikikekuatan yang
seimbang. Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur politik
diatur oleh presiden/mandataris MPR. Sedangkan proses politik dan strategi nasional di tingkat
suprastruktur politik dilakukan setelah Presiden menerima GBHN. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan
petunjuk Presiden. Yang dilaksanakan oleh Presiden sesungguhnya merupakan politik dan
strategi nasional yang bersifat pelaksanaan. Salah satu wujud pengaplikasian politik dan strategi
nasional dalam pemerintahan adalah Otonomi Daerah.
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang
berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).
Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa :
F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atau
kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu
terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah
daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah adalah
pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal
berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983) mengemukakan bahwa
otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan
sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda.
Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (1979) bahwa dengan kebebasan yang
dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola dan
mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu
dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat
sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian tersebut adalah wujud kesempatan pemberian
yang harus dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hak dan kewajiban serta kebebasan bagi
daerah untuk menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan
penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas. Pendapat tentang otonomi di atas, juga sejalan
dengan yang dikemukakan Vincent Lemius (1986) bahwa otonomi daerah merupakan kebebasan
untuk mengambil keputusan politik maupun administrasi, dengan tetap menghormati peraturan
perundang-undangan. Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa
yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan
kepentingan nasional, ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Terlepas dari itu pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dalam Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beranjak dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah pada prinsipnya
mempunyai tiga aspek, yaitu :
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari pemerintahan di
atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka pemerintahan nasional.
3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai perlimpahan
kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga terutama kemampuan menggali sumber
pembiayaan sendiri.
Yang dimaksud dengan hak dalam pengertian otonomi adalah adanya kebebasan pemerintah
daerah untuk mengatur rumah tangga, seperti dalam bidang kebijaksanaan, pembiyaan serta
perangkat pelaksanaannnya. Sedangkan kewajban harus mendorong pelaksanaan pemerintah dan
pembangunan nasional. Selanjutnya wewenang adalah adanya kekuasaan pemerintah daerah
untuk berinisiatif sendiri, menetapkan kebijaksanaan sendiri, perencanaan sendiri serta
mengelola keuangan sendiri.
Dengan demikian, bila dikaji lebih jauh isi dan jiwa undang-undang Nomor 23 Tahun 2004,
maka otonomi daerah mempunyai arti bahwa daerah harus mampu :
1. Berinisiatif sendiri yaitu harus mampu menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan sendiri.
Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya
bertujuan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan. Berdasarkan ide hakiki yang
terkandung dalam konsep otonomi, maka Sarundajang (2002) juga menegaskan tujuan
pemberian otonomi kepada daerah meliputi 4 aspek sebagai berikut :
2. Dari segi manajemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan;
4. Stabilitas politik.
5. Kesetaraan politik.
6. Akuntabilitas politik.
2.4 Dampak Otonomi Daerah
Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah makapemerintah
daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokalyang ada di
masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusatmendapatkan respon tinggi
dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan
dana yang diperoleh lebih banyak daripada yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkanpemerintah lokal mendorong pembangunan
daerah serta membangun program promosikebudayaan dan juga pariwisata.
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di
pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikat negara dan rakyat seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak
sesuai dengan konstitusi negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan
daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-
undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan sistem otonomi
daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah,
selain itu karena memang dengan sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak
begitu berarti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik strategi nasional dapat dikatakan sebagai sebuah pencapaian tujuan yang
menyesuaikan dengan isi dari Undang Undang Dasar 1945 dimana bangsa Indonesia
melaksanakan pembangunan semesta. Tujuan nasional ini diawali dengan kegiatan dari
proklamasi sebagai sebuah pedoman untuk mencapai tujuan nasional.
Politik dan strategi nasional merupakan sebuah panduan dan sebuah pedoman untuk
melaksanakan strategi di dalam pembangunan bangsa. Pada strategi nasional diawali dengan
sebuah rancangan dari apa yang akan di dalam sebuah pembangunan dimana dalam prosesnya itu
akan dilakukan sebuah pembangunan yang akan terus berlanjut yang bertujuan dari hasil
rancangan tersebut akan dicapai masyarakat yang adil dan makmur.
3.2 Saran
Politik dan strategi nasional Indonesia akan berhasil dengan baik dan memiliki manfaat
yangseluas-luasnya bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh rakyat, jikalau para
warga Negara terutama para penyelenggara Negara memiliki moralitas, semangat dan sikap yang
mencerminkan kebaikan yang mana nantinya menjadi panutan bagi warganya. Dengan demikian
ketahanan nasionalIndonesia akan terwujud dan akan menumbuhkan kesadaran rakyat untuk
belanegara, serta kesadaran nasionalisme yang tinggi namun bermoral KetuhananYang Maha
Esa serta Kemanusiaan yang adil dan beradab.
DAFTAR PUSTAKA