Oleh :
DEPOK
JULI, 2012
PEMBIMBING :
i
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan karunia
Kota Depok
bantuan dari pihak lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
2. Dra. Junaiti Sahar., M.App.Sc, Ph.D, selaku Wakil Dekan FIK UI dan
3. Astuti Yuni Nursasi, MN, Selaku Ketua Prodi Pasca Sarjana FIK UI dan
v
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
4. Etty Rekawati, S.Kp, MKM, selaku pembimbing dan Supervisor, yang
komunitas
melalui teknologi
7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok dan staf yang telah memberikan
8. Kepala Puskesmas Pasir Gunung Selatan dan staf yang memberikan arahan
warga
9. Bapak Lurah Pasir Gunung Selatan dan jajarannya yang selalu siap membantu
10. Ketua Paguyuban Kader Posbindu PGS yang senantiasa memberikan bantuan
dengan baik
12. Keluarga binaan yang selalu siap menerima kehadiran pennulis untuk
vi
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
13. Ketua BPH, Ketua Stikes Aisyiyah Bandung dan staf yang senantiasa
ini
14. Istri (Eti Kurniawati) dan anak-anakku tercinta (Syamil Ash-Shidiq dan Syafiq
Al-Faruq) serta orangtua, atas doa dan perhatian yang sangat besar sehingga
dengan optimal
16. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga setiap
Penulis menyadari KIA ini masih terdapat keterbatasan, untuk itu penulis
Penulis
vii
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Juni 2012
Abstrak
ix
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
RESIDENCY OF COMMUNITY NURSING PROGRAMME
FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY OF INDONESIA
June 2012
Abstract
Aggregate risk groups and the elderly are a vulnerable group as well as the
condition of the disease, due to lack of access to services and support are
obtained. Limitations are compounded by the disruption caused by rheumatic
mobilization. They are require the support from cadre to foster health of the
elderly, especially in preventing impairment and disability mobilization. This
paper goal is to provide a picture of the empowerment of cadres with of multilevel
intervention approach in community care and nursing care of the elderly with
impaired mobilization. Result of this paper the innovations applied in the
management of community nursing services, nursing care families, and
communities by integrating theory and models of health service management, a
community as partner models, self-care models and family center nursing models.
The results of the implementation multilevel intervention approach is formulated
to empower cadres, increase the ability of cadres in the management of rheumatic
disorders in the aggregate due to the mobilization of the elderly, increased family
self-sufficiency, increasing the ability of the elderly, reduced levels of pain, and
increased ADL elderly. This paper is expected to be a reference in building
alternative families and elderly in the community.
x
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
xi
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
4.3 Asuhan Keperawatan Komunitas …………………………... 86
xii
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
DAFTAR SKEMA
xiii
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
kelompok berisiko (at risk) karena pada lansia terdapat faktor-faktor resiko
kesehatan yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau tidak sehat yaitu :
Biologic risk age (risiko usia dan biologi), Social risk (risiko sosial),
Economic risk (risiko ekonomi), Life-style risk (risiko gaya hidup), Life-event
risk (risiko kejadian dalam kehidupan).
Faktor risiko usia dan biologi sesuai dengan teori konsekuensi. Menurut
Miller (2004), Teori Konsekuensi mendalilkan bahwa lansia mengalami
konsekuensi fungsional karena perubahan yang berkaitan dengan usia dan
faktor risiko tambahan. Kombinasi dari perubahan yang berkaitan dengan usia
dan faktor risiko ini dapat mengganggu kemampuan fungsional biologis
tubuh. Salah satu sistem yang terpengaruh adalah sistem muskuloskeletal (otot
rangka). Berdasarkan teori biologis, penuaan menyebabkan perubahan struktur
sel dan jaringan dan akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif. Proses
degeneratif mempengaruhi efisiensi fungsional tulang sebelum kerangka tubuh
mencapai maturitas, dan mempengaruhi tendon, ligamen serta cairan sinovial
(Miller, 2004). Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan
sinovial pada persendian, berkurangnya massa otot, osteoporosis, perubahan
pada sistem saraf pusat tonus otot menurun, perubahan kemunduran bentuk
jaringan penghubung, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum
menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga
mengurangi gerakan persendian. Adanya keterbatasan pergerakan dan
berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Miller,
2004). Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas
fisik dan latihan, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living atau ADL) (Westerterp &
Meijer, 2001 dalam Miller, 2004).
Universitas Indonesia
Perubahan sosial yang terjadi pada lansia adalah adanya kurangnya interaksi
sosial, kematian teman, penyakit kronis yang diderita, pandangan stereotif
pada lansia, kematian pasangan (Miller, 2004). Perubahan kejadian dalam
kehidupan lansia meliputi : pekerjaan berat pada masa lalu yang berisiko
terjadinya Rematik dan pola aktivitas berlebih. Perubahan gaya hidup pada
lansia meliputi adanya perubahan pola makan yang berisiko terhadap
terjadinya Rematik, serta kurangnya olahraga yang menyebabkan kekakuan
pada persendian. Perubahan-perubahan diatas dapat berisiko terjadinya
gangguan mobilisasi akibat Rematik.
Salah satu masalah/gangguan yang sering terjadi pada lansia adalah Rematik
yang dapat mengakibatkan gangguan mobilisasi. Rematik adalah penyakit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ansari dan Andersson (2011)
melaporkan bahwa terdapat keuntungan dari pemberdayaan kader yang telah
dilakukan yaitu penekanan pada biaya (cost) dari program kesehatan di
Inggris. Amendola (2011) juga melaporkan hasil penelitiannya, kader yang
diberdayakan (empowerment) telah memberikan kontribusi yang sangat besar
Universitas Indonesia
Berdasarkan uraian diatas telah diyakini bahwa peran kader kesehatan sangat
besar dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Pemberdayaan kader
posbindu harus dilakukan secara terpadu antara mahasiswa praktik, dan
petugas puskesmas terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas dan keluarga yang dilakukan melalui pelaksanaan fungsi
manajemen untuk mengatasi masalah Rematik pada lansia. Untuk mengelola
kegiatan pelayanan kesehatan komunitas maka perlu digunakan suatu
pendekatan intervensi berjenjang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran pelaksanaan pemberdayaan melalui pendekatan
intervensi berjenjang dalam pelayanan dan asuhan keperawatan
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
1) Pelayanan keperawatan komunitas
a. Perawat komunitas
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat
komunitas sebagai evidence based practice dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga maupun komunitas berkenaan pemberdayaan
kader kesehatan untuk menangani masalah kesehatan lansia dengan
menggunakan pendekatan intervensi berjenjang
b. Puskesmas
Manfaat karya ilmiah akhir ini untuk puskesmas adalah adanya upaya
pengembangan manajemen pelayanan kesehatan lansia melalui
supervisi kader dan pemberdayaan kader
Universitas Indonesia
c. Dinas Kesehatan
Hasil karya ilmiah akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan berkenaan dengan masalah
kesehatan penyakit tidak menular pada lansia termasuk Rematik
dengan menetapkan pedoman penatalaksanaan bagi kader kesehatan
terkait masalah gangguan mobilisasi akibat Rematik
2) Perkembangan keperawatan
Hasil karya ilmiah akhir ini dapat digunakan dalam mengembangkan
keilmuan keperawatan untuk meningkatkan keilmuan keperawatan
terutama dalam mengintegrasikan model asuhan keperawatan yang
dapat dilaksanakan pada agregat lansia. Manfaat lain adalah dapat
dijadikan sebagai bahan dasar bagi penelitian terkait dengan topik
perawatan pada lansia dengan masalah penyakit tidak menular baik
pada lansia, keluarga/caregiver, kader kesehatan maupun pada petugas
perkesmas di puskesmas.
Universitas Indonesia
Bab II ini akan dipaparkan tentang tinjauan pustaka yang menjadi landasan teori
dalam pelaksanaan praktek residensi di Kelurahan Pasir Gunung Selatan (PGS).
Landasan teori mencakup : konsep at risk; perubahan menua; penatalaksanaan
gangguan mobilisasi; strategi intervensi keperawatan komunitas; bentuk
intervensi berjenjang, model yang digunakan dalam praktik serta peran dan fungsi
perawat komunitas.
13 Universitas Indonesia
(a) Risiko Usia dan Biologi, adalah adanya faktor genetik atau kondisi-kondisi
biologi (fisik) yang dapat menyebabkan risiko terhadap gangguan
kesehatan. Bila salah satu anggota keluarga menderita suatu penyakit,
maka akan terjadi penyakit yang sama (repetisi) pada anggota keluarga
lainnya.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
15
dan faktor risiko. Hasil dari intervensi ini adalah konsekuensi fungsional
positif dari fungsi peningkatan dan lebih aman dari lansia. Selain itu,
kualitas hidup mungkin ditingkatkan karena konsekuensi fungsional yang
positif.
(b) Risiko Sosial, adalah kondisi lingkungan sosial yang dapat menyebabkan
risiko terhadap gangguan kesehatan. Maurer dan Smith (2005)
menyebutkan bahwa kondisi perubahan lingkungan fisik seperti cuaca,
iklim, cahaya, udara, makanan, air, dan penyebaran zat racun, dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan termasuk lansia. Selain
lingkungan fisik, lingkungan sosiokultural dapat mempengaruhi kesehatan
karena disebabkan adanya faktor risiko berupa sejarah budaya kehidupan
tempat tinggalnya, nilai yang dianut keluarga, institusi sosial (seperti :
pemerintah, sekolah, kepercayaan komunitas), kelas sosioekonomi,
okupasi, dan peran-peran sosial. Menurut Miller (2004) lansia berisiko
mengalami perubahan psikososial yaitu : kurangnya interaksi sosial,
kematian teman, penyakit kronis yang diderita, pandangan stereotif pada
lansia, kematian pasangan.
(d) Risiko Gaya Hidup, adalah gaya hidup atau perilaku yang dapat
menyebabkan risiko gangguan kesehatan. Perilaku tersebut berupa
keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan hidup sehat, persepsi terhadap
risiko kesehatan, pengaturan terhadap pola tidur dan makanan,
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
17
Berdasarkan teori biologis penuaan, perubahan struktur sel dan jaringan akan
menimbulkan perubahan degeneratif. Proses degeneratif mempengaruhi
efesiensi fungsional tulang dimulai pada dekade ketiga sebelum kerangka
tubuh mencapai maturitas, dan mempengaruhi tendon, ligamen serta cairan
sinovial (Miller, 2004). Pada proses menua biasanya terjadi penurunan
produksi cairan sinovial pada persendian, berkurangnya massa otot,
osteoporosis, perubahan pada sistem saraf pusat tonus otot menurun,
perubahan kemunduran bentuk jaringan penghubung, kartilago sendi menjadi
lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan
kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Adanya
keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat
memperparah kondisi tersebut (Miller, 2004). Penurunan kemampuan
muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga akan
mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
18
(activity daily living atau ADL) (Westerterp & Meijer, 2001 dalam Miller,
2004).
2.2.2 Rematik
Rematik adalah penyakit infeksi pada sendi yang terjadi secara degeneratif
dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban (Dalimarta, 2008). Secara klinis rematik
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak
pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh
beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Gunadi dalam Garnadi,
2008). Davis (1988, dalam Luckenotte, 2006), penyebab utama peradangan
pada sendi adalah keausan sendi akibat antara lain robek, cedera atau infeksi.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya penipisan bantalan sendi sehingga
menimbulkan gesekan yang berakibat nyeri di dalam sendi. Sebanyak 80%
penderita rematik mengeluh nyeri.
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Menurut Dalimarta (2008),
terdapat beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
ini, antara lain;
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
19
(d) Genetik
Rematik termasuk dalam kategori multifactorial disorders. Penyakit
reumatik adalah salah satu autoimmune diseases, yaitu suatu kategori
penyakit dimana tubuh, secara abnormal, membentuk respons imun
berlebihan terhadap sel dan jaringan yang memang secara normal ada
dalam tubuh sendiri (Sasongko, 2010). Tubuh membangun sistem
pertahan yang menyerang dirinya sendiri. Sejalan dengan hal ini,
penelitian-penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor genetik yang
memberi kontribusi pada timbulnya penyakit-penyakit autoimun
adalah faktor-faktor genetik yang berperan pada sistem imunitas.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
21
a) Pengertian
b) Penyebab
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
23
Barthel Index (BI) merupakan alat evaluasi yang dapat digunakan untuk
menilai kemampuan lansia dalam melakukan ADL. Pengkajian dengan
menggunakan BI sangat akurat untuk menilai kemampuan dan
keterbatasan yang dialami klien lansia. BI terdiri dari 10 item aktivitas
yaitu : personal hygiene, mandi, makan, penggunaan toilet, menggunakan
tangga, berpakaian, eliminasi buang air besar, buang air kecil, ambulasi
atau berpindah. Skala yang digunakan adalah 0 – 100 (Loretz, 2005).
Skala pengukuran BI dapat dilihat pada lampiran ke 7.
(a) Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
(b) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
(c) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
(d) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
(e) Dukungan psikososial dari keluarga dan masyarakat sekitar
(f) Pemakaian kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin merupakan stimulasi kutaneus. Stimulus
kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri. Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi lansia.
Misalnya panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
24
artritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang
mengalami peradangan akibat penyakit tersebut (Ceccio, 1990 dalam
Perry & Potter, 2002, dalam Hamdiana, 2010). Massase dengan
menggunakan kantong es dan kompres menggunakan kantung es
merupakan dua jenis terapi dingin yang sangat efektif untuk
menghilangkan nyeri. Massase dengan menggunakan sebuah blok es
yang diletakkan di kulit dengan memberikan tekanan yang kuat, tetap
dan dipertahankan. Kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi
nyeri, di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi
nyeri dan memakan waktu 5 sampai 10 menit.
Latihan fisik merupakan salah satu bentuk terapi modalitas yang sesuai
diberikan pada lansia yang mengalami risiko atau keterbatasan
mobilisasi. Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun perlu
mempertahankan kebugaran jasmani untuk memelihara dan
mempertahankan kesehatan sangat bermanfaat bagi semua golongan
umur termasuk lansia. Latihan yang teratur akan meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan kepadatan tulang, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi neuromuskular, meningkatkan daya tahan,
mengurangi tekanan darah, memperbaiki mood dan mencegah risiko
jatuh (Beers & Berkow, 2000 dalam Nies & McEwen, 2007 dalam
Hamdiana, 2010).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
25
(h) Akupresure
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan suatu upaya kesehatan yang
banyak diminati masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Akupresur
merupakan bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna untuk
mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi
ketegangan, kelelahan dan penyakit. Akupresur menyembuhkan sakit
dan nyeri yang sukar disembuhkan, nyeri punggung, spondilitis, kram
perut, gangguan neurologis, artritis. Titik-titik akupresur terletak pada
kedua telapak tangan begitu juga pada kedua telapak kaki.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
26
2.3.1 Pengkajian
a) Core atau inti yaitu data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Delapan sub sistem yang mempengaruhi komunitas
(1) Perumahan : yang dihuni oleh penduduk, Penerangan, Sirkulasi,
Kepadatan.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
28
2.3.3 Perencanaan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
29
5. Evaluasi
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
30
Secara garis besar proses evaluasi adalah menilai respon verbal dan non
verbal komunitas setelah intervensi dilakukan dan mencatat adanya
kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit atau Puskesmas.
a) Pendidikan kesehatan
Anderson dan Mc.Farlane (2000) menjelaskan bahwa perawat komunitas
bertanggung jawab terhadap berbagai program kesehatan termasuk
program pendidikan kesehatan di masyarakat terkait dengan resiko dan
dampak dari penyakit menular. Pendidikan kesehatan perlu dirancang
secara baik dan komprehensif selain menarik untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat agar tahu, mau dan mampu untuk
hidup sehat. Peningkatan pemahaman masyarakat tidak hanya untuk
mencegah timbulnya penyakit, tetapi diharapkan terjadi perubahan
perilaku sehat. Clark (2003) menjelaskan prinsip umum dalam pendidikan
kesehatan, yaitu pemberi materi atau learner harus mahir dan mampu
memotivasi orang lain serta memahami peserta atau masyarakat secara
fisik, psikologis atau emosionalnya; memperhatikan situasi atau kondisi
masyarakat; memperhatikan isi atau materi yang akan disampaikan; serta
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
31
b) Kemitraan (Partnership)
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
33
Proses ini memerlukan dukungan dari semua unsur atau sektor yang
terlibat dalam proses peningkatan kesehatan masyarakat, tidak hanya
sektor kesehatan semata, akan tetapi meliputi sektor terkait seperti
sektor pendidikan, pemerintahan, dunia usaha dan lembaga swadaya
masyarakat lainnya. Semua sektor yang berkonstribusi terhadap
pemberdayaan masyarakat diharapkan mempunyai satu visi dan misi
yaitu memandirikan masyarakat untuk hidup sehat. Lebih lanjut
Wallerstein (1992, dalam Helvie 1998), menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan proses kegiatan yang
menekankan pada aspek peningkatan partisipasi masyarakat dalam
mengorganisir suatu permasalahan yang ada baik secara individu
maupun kelompok dengan tujuan menciptakan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan bagian
penting dalam membangun pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan masyarakat secara penuh mulai dari identifikasi masalah
kesehatan dan menyusun rencana penanggulangannya, sehingga
masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek dalam upaya
mewujudkan masyarakat yang mandiri (Parker, 1994 dalam Helvie,
1998).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
36
d) Proses kelompok
Proses kelompok adalah kegiatan penggabungan dari individu atau
organisasi untuk saling bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
tertentu dan saling menguntungkan. Pembentukan kelompok melalui
proses penggabungan individu tersebut memungkinkan terjadinya
penyelesaian masalah yang dihadapi melalui tahapan perencanaan
pencapaian tujuan akhir dari kelompok tersebut (Cohen, 1991 dalam
Helvie, 1998). Inti dari proses kelompok adalah penyelesaian masalah
berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki dengan satu tujuan
akhir yang sama.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
38
a) Dukungan sosial
Dukungan sosial merupakan sumber daya yang disediakan lewat interaksi
dengan orang lain (Sheridan & Radmacher, 1992 dalam Lubis, 2006).
Terdapat lima bentuk dukungan sosial, yaitu: 1) Dukungan Instrumental,
merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan
langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan; 2) Dukungan dari kelompok sosial, seperti dari teman senasib,
kader kesehatan; 3) Dukungan informasional dengan memberikan
pengetahuan yang dapat membantu individu untuk meningkatkan efisiensi
dalam merespon atau memberikan solusi atas permasalaha yang dihadapi;
4) Dukungan emosional yang membuat lansia memiliki perasaan nyaman,
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial; 5)
Dukungan harga diri berupa penghargaan positif pada individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif
dengan individu lain.
b) Pendidikan kesehatan
Ervin (2002) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan
melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan sebagai upaya perawatan
kesehatan secara langsung ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
melalui proses yang mendorong perubahan prilaku kebiasaan dan
lingkungan. Bentuk dari promosi adalah penyuluhan kesehatan,
penyebaran media informasi, serta pelatihan.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
39
c) Proses kelompok
Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999), menjelasakan lima tahapan
dalam pembentukan kelompok, yaitu : 1) Tahapan Orientasi untuk
mengkaji arah, tujuan, bentuk kelompok pendung yang diinginkan dari
kelompok dan seleksi anggota berdasarkan persamaan masalah yang
dihadapi, motivasi, umur, seks, budaya atau tingkat pendidikan; 2)
Tahapan Konflik yang terjadi, 3) Tahapan Kohesif dimana mulai terjadi
proses adaptasi terhadap peran, aturan kelompok yang diekspresikan
melalui adanya hubungan yang harmonis antar anggota kelompok, 4)
Tahapan Kerja merupakan tahapan utama pembentukan kelompok. Setiap
anggota kelompok menjalankan peranannya masing-masing untuk
memberikan dukungan; 5) Tahapan Terminasi untuk mengeksplorasi
perasaan anggota kelompok, mengevaluasi, eksplorasi perasaan
kehilangan kelompok dan umpan balik.
d) Terapi modalitas
Terapi modalitas yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan
mobilisasi akibat rematik pada aggregate lansia adalah pengaturan diet,
kompres hangat dan dingin, latihan exercise (ROM), dan senam rematik.
e) Terapi komplementer
Terapi komplementer yang dapat dilakukan pada aggregate lansia dengan
gangguan mobilisasi akibat rematik adalah acupressure, relaksasi
progresif, refleksi, dan herbal.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
40
Downie, Tannahill, dan Tannahill (1996, dalam Stanhope & Lancaster 2004)
menjelaskan bahwa intervensi berjenjang merupakan respon komunitas
dalam promosi kesehatan secara sistematik terhadap individu, keluarga,
kelompok atau aggregate, komunitas dan sosial.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
42
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ansari dan Andersson (2011)
melaporkan bahwa terdapat keuntungan dari pemberdayaan kader yang telah
dilakukan yaitu penekanan pada biaya (cost) dari program kesehatan di
Inggris. Amendola (2011) juga melaporkan hasil penelitiannya, kader yang
diberdayakan (empowerment) telah memberikan kontribusi yang sangat
besar di Amerika Serikat khususnya pada penduduk Hispanic/Latin.
Kontribusi yang telah dihasilkan adalah adanya penerimaan positif dari
warga dalam pemeliharaan kesehatannya, Middling et al (2011)
menyebutkan adanya ketertarikan yang sangat tinggi dari kader, sehingga
adanya peningkatan jumlah kader setelah proses rekruitmen yang dilakukan
kader itu sendiri. Selain itu kader juga mendapatkan dukungan eksternal dari
pemerintah distrik setempat (Manchester Inggris).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
45
8) Rekreasi. Perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada,
tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan
keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
Salah satu sub sistem lain adalah Persepsi. Aspek yang perlu dikaji adalah
persepsi lansia terhadap rematik, persepsi keluarga terhadap rematik, serta
sejauh mana persepsi tersebut dapat memelihara, merawat, dan
meningkatkan status kesehatan pada lansia. Aspek persepsi meliputi
pengetahuan, sikap dari individu dan keluarga.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
46
Teori pertama “defisit perawatan diri,” merupakan inti dari idenya dan
yang paling komprehensif. Hal ini menjelaskan gambaran konseptual
penerima perawatan sebagai manusia yang tidak mampu melakukan
perawatan diri secara berkelanjutan dan independen dikarenakan hal-hal
yang terkait dengan kesehatan atau keterbatasan (Tomey & Alligood,
2006). Teori kedua, “teori perawatan diri” berdasar pada ide sentral bahwa
suatu hubungan muncul antara tindakan perawatan diri yang
dipertimbangkan serta perkembangan dan fungsi individu dan kelompok.
Teori ketiga, “teori sistem keperawatan” yang menjelaskan kebutuhan
perawatan diri terapeutik dan tindakan-tindakan yang diperlukan serta
sistem-sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam konteks hubungan
interpersonal dan yang dibangun dalam diri manusia dengan defisit
perawatan diri (Tomey & Alligood, 2001).
Fokus dalam ketiga teori ini adalah perawatan diri yang didefinisikan
sebagai “praktik atau aktivitas individu memulai dan menunjukkan
keperluan mereka sendiri dalam memelihara hidup, kesehatan, dan
kesejahteraan”. Perawatan diri tidak terbatas pada seseorang yang
memberikan perawatan untuk dirinya sendiri; hal ini termasuk perawatan
yang ditawarkan oleh orang lain untuk keperluan orang lain. Perawatan
mungkin ditawarkan oleh anggota keluarga atau orang lain hingga orang
tersebut mampu untuk melakukan perawatan diri. Perawatan diri
mempunyai tujuan dan berperan terhadap integritas struktural, fungsi, dan
perkembangan manusia. Tujuan yang ingin dicapai adalah kebutuhan
perawatan diri universal, perkembangan, dan perawatan kesehatan akibat
penyimpangan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
53
2.7.2 Advokat
Helvie (1998), menyatakan advokasi sebagai proses meningkatkan kondisi
pasien agar pasien menentukan nasibnya sendiri. Advokasi bertujuan
untuk membela klien, kelompok dan masyarakat yang tidak mampu
berbicara atau mengeluarkan pendapat. Perawat dapat memberikan
bantuan kebutuhan lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
perlindungan terhadap risiko gangguan kesehatan. Pemberian informasi
tentang bantuan pembiayaan untuk terapi akibat gangguan mobilisasi
sangat dibutuhkan lansia.
2.7.3 Kolaborator
Hitchock, Schubert, dan Thomas (1999), menyebutkan kolaborasi sebagai
proses membuat keputusan dengan bidang lain dalam proses keperawatan.
Perawat komunitas dapat melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan
lain seperti psikolog, ahli gizi, ahli terapi rehabilitasi medis/fisioterapis
dan bidang lainnya untuk membantu lansia dalam mempertahankan
kesehatannya.
2.7.4 Konselor
Peran konselor yang dilakukan perawat adalah dengan memberikan
masukan agar lansia dan keluarga dapat mengambil keputusan dalam
memberikan perawatan pada lansia yang mengalami gangguan mobilisasi.
Pola komunikasi dengan lansia dan keluarga harus dilakukan dengan baik
agar terbina hubungan saling percaya, sehingga lansia dapat melakukan
perannya dengan optimal.
2.7.5 Pendidik
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
54
2.7.6 Peneliti
Perawat dapat melakukan penelitian pada lansia dengan gangguan
mobilisasi dengan tujuan agar diperoleh jenis intervensi keperawatan yang
tepat untuk mengurangi gangguan tersebut. Hasil penelitian dapat menjadi
acuan bagi penatalaksanaan dan pencegahan dari masalah gangguan
mobilisasi akibat rematik. Penelitian terkait gangguan mobilisasi yaitu
tentang pengaruh latihan gerak sendi untuk menurunkan nyeri, pola makan
yang adekuat bagi penderita rematik, dan tingkat nyeri dihubungkan
dengan pola aktifitas.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
55
BAB 3
Bab ini menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep yang mendasari
praktek keperawatan komunitas pada aggregat lansia yang mengalami gangguan
mobilisasi akibat rematik. Kerangka konsep praktik residensi dalam pengelolaan
aggregat lansia yang mengalami gangguan mobilisasi akibat rematik
menggunakan pendekatan intervensi berjenjang.
55 Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
56
family centre nursing. Ketiga model tersebut dapat berguna untuk mengetahui
masalah yang ada pada individu, kelompok keluarga, dan komunitas.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
MANAJEMEN
55
• Perencanaan : Visi‐misi, tujuan, strategi,
SPM, indikator, sasaran
• Pengorganisasian : struktur organisasi, MANAJEMEN MANAJEMEN
tupoksi, kerjasama LP dan LS
• Pelaksanaan : pelaksanaan Tupoksi 1. Sosialisasi program 1. Peran dan fungsi kader
• Kontrol/evaluasi : supervisi, pendelegasian 2. Pelaksana program meningkat
3. Bentuk kegiatan 2. Kemampuan kader
INTERVENSI 4. Monev program meningkat
COMMUNITY AS PARTNER 3. Kemampuan petugas
Tingkat Prevensi : ASKEP KOMUNITAS dalam supervisi
1. Inti Komunitas
Nilai dan Kepercayaan : budaya terhadap
Primer : 1. Self Helf Group
penyakit ASKEP KOMUNITAS
Demografi : jumlah lansia, usia, j.kelamin, Pendidikan kes : 2. Support Group
pendidikan, jumlah penderita Konseling, 3. Kampanye program 1. Meningkatnya
2. Sub Sistem coaching,kampanye :senam rematik, ROM, pengetahuan lansia
Layanan Kesehatan & Sosial
Sekunder : Gerak jalan santai, sebesar 20%
Ekonomi;Pendidikan; Komunikasi
3. Persepsi masyarakat Identifikasi faktor Toga, Terapi Modalitas 2. Adanya yankes bagi lansia
Masalah
( resiko / komplementer dan 3. Adanya sosial support
Kesehatan pada
Screening media promkes 4. Meningkatnya
Lansia dengan
Tersier : 4. Refreshing kader pengetahuan masy
gangguan
SELF CARE; OREM THEORY Rehabilitasi (pelatihan, aktifitas sebesar 20%
mobilisasi
(bantuan penuh, sosial, game, simulasi)
1. Universal Self Care requisite
Aktifitas, Makanan, interaksi sosial sebagian dan
2. Developmental self care requisite motivasi)
Penyediaan lingkungan fisik, dukungan klg
ASKEP KELUARGA
3. Nursing System Berdasarkan Strategi ASKEP KELUARGA
Supportive educative Intervensi : 1. Pelatihan/coaching
care giver 1. Meningkatnya
1. Pendidikan 2. Konseling lansia RA pemahaman pola hidup
Kesehatan 3. Konseling caregiver sehat pada lansia dan
2. Proses Kelompok 4. Pengaturan Gizi keluarga sebesar 20%
3. Kemitraan 5. ROM dan Senam 2. Meningkatnya
FAMILY CENTRE NURSING
4. Pemberdayaan Rematik kemandirian keluarga
1. Tugas Kes keluarga 6. Pengaturan obat
55 Universitas Indonesia 3. Kemandirian lansia
2. Koping Keluarga
7. Terapi Modalitas meningkat
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 8. 2012
Herbal/TOGA
55
55 Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
BAB 4
4.1.1.1 Perencanaan
60 Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
61
1
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
62
4.1.1.2 Pengorganisasian
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
63
4.1.1.3 Pengarahan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
64
4.1.1.4 Pengawasan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
66
Pengorganisasian Perencanaan
Petugas kurang, setiap Pengembangan potensi
petugas memegang masyarakat (kader) Tidak ada
bnyk program rendah, kader belum pedoman yang Pelayanan kes
Ada struktur garis mendapat pelatihan jelas dalam upaya pada lansia belum
komando, namun pencegahan dan optimal
belum berjalan Kegiatan pelayanan penatalaksanaan
sesuai yang di masyarakat belum faktor risiko
diharapkan rematik Tidak tercapainya 1. Perencanaan tahunan belum
optimal
target cakupan
Penatalaksanaan Perencanaan menggambarkan rencana
PTM khususnya pelayanan kes
tahunan pada pelaksanaan program PTM
Koordinasi LP – LS gangguan pada lansia
program PTM secara komprehensif
belum optimal mobilisasi belum
belum jelas Pembinaan keluarga termasuk SDM, fasilitas dan
optimal
Pembinaan Terbatasnya SDM dan lansia belum dana
SDM di puskesmas
kader tidak yang sesuai optimal 2. peran dan fungsi kader
terbatas
optimal kompetensi belum optimal dalam
penatalaksanaan gangguan
Beban kerja tinggi Motivasi petugas mobilisasi pada
Kemampuan kader Belum adanya dalam melakukan
di puskesmas, Aggregatelansia
jadi rendah penilaian kinerja kegiatan tidak
supervisi tidak 3. Belum optimalnya supervise
petugas dalam optimal sehingga
optimal Motivasi kader kader oleh PJ wilayah
pembinaan di mutu yankes dpt
Evaluasi menurun masyarakat
posbindu
menurun
dokumentasi 4. Belum adanya evaluasi
Tidak diketahui kinerja kelompok kader
masalah PTM Evaluasi kegiatan
potensi masalah Upaya peningkatan
berupa laporan yang dilakukan di posbindu
pelayanan belum
tidak optimal yang mungkin timbul masyarakat optimal dilakukan
Pelaksanaan kegiatan belum terlaksana
oleh kader tidak dengan baik
optimal dan motivasi
kader menurun Pengawasan
Pengarahan
60 Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
67
Berdasarkan analisis data fish bone maka diperoleh rumusan masalah manajemen
pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan masalah
gangguan mobilisasi Rematik sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
68
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
selama 9 bulan peran dan fungsi kader dalam membina kesehatan
lansia dengan gangguan mobilisasi akibat Rematik di kelurahan
Pasir Gunung Selatan menjadi optimal
b) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
diharapkan :
1) Terbentuknya kelompok kader yang akan melaksanakan
intervensi berjenjang pada Aggregate lansia dengan gangguan
mobilisasi akibat Rematik
2) Terlaksananya kegiatan pelatihan bagi kader tentang
penatalaksanaan gangguan mobilisasi akibat Rematik pada
lansia
3) Meningkatnya kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan
sikap) kader tentang penatalaksanaan lansia dengan gangguan
mobilisasi akibat Rematik sebesar minimal 20%
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
70
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
selama 9 bulan diharapkan pelaksanaan supervisi kader oleh PJ
wilayah menjadi optimal
b) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
diharapkan :
1) Adanya koordinasi antara residen dengan puskesmas dalam
melakukan supervisi sebagai bentuk evaluasi kinerja kader
2) Petugas Puskesmas memberikan pengarahan pada kelompok kader
pada pelatihan
3) Terlaksananya pembinaan berkelanjutan dari PJ wilayah / residen
puskesmas terhadap kelompok kader
4) Terlaksananya pendampingan terhadap kader saat memberikan
penilaian pada kader dalam memberikan pendidikan kesehatan di
kelompok lansia
5) Diperolehnya umpan balik dari PJ wilayah / residen terkait
pelaksanaan pendidikan kesehatan
6) Adanya pendampingan pada kader oleh PJ Wilayah/residen yang
melakukan kunjungan rumah pada lansia yang mengalami
gangguan mobilisasi akibat Rematik
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
74
4.1.7 Evaluasi
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
78
1. Analisa Situasi
Ibu M sering mengeluh nyeri pada sendi lutut dan punggung kaki kiri,
serta merasakan baal (kebas) pada telapak tangan kiri. Ibu M juga
mengeluhkan keterbatasan pergerakan saat beraktifitas seperti adanya
nyeri saat menekuk lutut dan pergelangan kaki. Saat pertama ditemui
Ibu M tampak menahan nyeri karena terdapat bengkak pada lutut
kirinya. Skala nyeri berdasarkan skala Wong/Face Baker adalah 4.
Nilai Asam urat saat dikaji 6.2 mg/dl (bulan sebelumnya 8.1 mg/dl).
BB = 60 kg, dan TB 144 cm, TD = 120/80 mm/Hg, Nadi =74 x/menit.
Nyeri yang dirasakan Ibu M menyebabkan Ibu M mengurangi
aktifitasnya. Pada lutut kiri Ibu M tampak bengkak dan terdapat nyeri
saat di tekan. Ibu M mengatakan kalau berjalan nyeri dan kadang-
kadang diseret kakinya. Ibu M juga khawatir saat berjalan akan jatuh.
Sampai saat ini Ibu M belum pernah mengalami jatuh.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
80
2. Pohon Masalah
Hasil pengkajian diatas dapat dianalisis dengan menggunakan web of
caution sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada
keluarga Bp E
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
81
Pemeliharaan
kesehatan tidak Harga diri rendah
Resiko jatuh
efektif
Gangguan Mobilisasi
akibat Rematik
Pola Perilaku hidup
sehat tidak efektif
terkait faktor risiko
Rematik
Skema 4.1 Pohon Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gangguan mobilisasi
akibat Rematik
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
82
3. Prioritas Masalah :
Berdasarkan hasil analisis dan skoring prioritas masalah maka
diperoleh masalah keperawatan pada Ibu M sebagai berikut : 1)
ketidaknyamanan fisik akibat nyeri kronis, 2) pemeliharaan kesehatan
tidak efektif, 3) gangguan pergerakan, 4) resiko jatuh.
4.2.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
83
dilakukan di dekat lokasi nyeri, di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan
dengan lokasi nyeri dan memakan waktu 5 sampai 10 menit.
Hasil asuhan keperawatan yang dilakukan residen pada seluruh keluarga binaan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Adanya penurunan tingkat nyeri : 80% menurun, 10% tetap, dan 10% meningkat
tingkat nyerinya. Adanya peningkatan nyeri pada klien Bp In disebabkan adanya
komplikasi kolesterol yang tinggi 255 mg/dl dan asam urat 10.9 ,mg/dl. Bp In
tidak berobat ke pelayanan kesehatan tapi memeriksakan ke tabib sesuai
kebiasaan dan keyakinan dari keluarganya. Hasil lengkap dari penurunan nyeri
dapat dilihat pada lampiran 10.
Adanya peningkatan angka pada Barthel Index pada 60% keluarga, 30% angka BI
tetap, dan 10% angka BI menurun. Penurunan angka BI terdapat pada Bp In
karena komplikasi kolesterol yang dideritanya. Bp In pada akhir pertemuan
tampak bedrest dan menjalani perawatan di rumah. Hasil lengkap nilai BI dapat
dilihat pada lampiran 8.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
84
Pembenaran : Latihan fisik merupakan salah satu bentuk terapi modalitas yang
sesuai diberikan pada lansia yang mengalami risiko atau keterbatasan mobilisasi
akibat Rematik. Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun perlu mempertahankan
kebugaran jasmani untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan sangat
bermanfaat bagi semua golongan umur termasuk lansia. Latihan yang teratur akan
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kepadatan tulang, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi neuromuskular, meningkatkan daya tahan, mengurangi
tekanan darah, memperbaiki mood dan mencegah risiko jatuh (Beers & Berkow,
2000 dalam Nies & McEwen, 2007 dalam Hamdiana, 2010).
Latihan Range of Motion merupakan salah satu jenis latihan fisik, komponen
kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang
merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh
pergerakan. Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan
memperbaiki kelenturan. Manfaat latihan ROM ini antara lain; mengoptimalkan
gerak otot dan sendi; meningkatkan kebugaran jasmani; mengurangi risiko cedera
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
85
otot dan sendi; mengurangi ketegangan dan nyeri otot. (Perry & Potter, 2002).
Edelman dan Mandle (2006), menyatakan bahwa terdapat keuntungan dari latihan
gerakan secara rutin untuk meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari
penyakit lainnya.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
86
80% dan KM III 20%. Tabel kemandirian keluarga selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 13.
Kader yang membina lansia secara kontinyu sebanyak 8 orang, sehingga diperoleh
data lengkap hasil pembinaan lansia sebanyak 8 lansia. Hasil pembinaan lansia
yang dilakukan kader adalah sebagai berikut : 1) adanya penurunan tingkat nyeri
pada 5 orang lansia (62.5%), 2) berkurangnya bengkak pada 2 orang lansia
(66.7%) dari lansia yang mengalami bengkak sebelumnya, 3) pegal pegal
berkurang pada 4 orang lansia (50%), 4) adanya perubahan kebiasaan berolahraga
pada 6 orang lansia (75%), 5) lansia yang memilih jahe sebagai obat tradisional
untuk mengatasi nyeri sebanyak 6 orang lansia (75%). Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran ke 10b.
1. Analisis Situasi
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
89
2. Pohon Masalah
Penatalaksanaan
Tidak efektifnya terapeutik tidak
fungsi afektif, efektif pada
perawatan, koping Aggregate lansia
dengan gangguan Menarik diri dari
keluarga dan
mobilisasi kegiatan kelompok
masyarakat PGS
dalam mengatasi
Sosialisasi
masalah Rematik
penatalaksanaan
pada lansia
Aggregate lansia
dengan gangguan
mobilisasi belum
Kurangnya dukungan optimal
dari keluarga, kader Pelayanan kesehatan
kesehatan terhadap Gangguan mobilisasi pada Aggregate
Aggregate lansia akibat Rematik pada lansia belum optimal
dengan masalah Aggregatel ansia
Rematik
Kepedulian
Aggregate lansia
dalam perilaku hidup
sehat rendah terkait
pencegahan Rematik
Kumpulan Aggregate
lansia yang
mengalami
gangguan mobilisasi
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
90
3. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat menggunakan tehnik Scoring menurut Ervin
(2002) yaitu : 1) Pentingnya untuk dipecahkan; 2) Perubahan positif
untuk masyarakat; 3) Peningkatan kualitas hidup jika dipecahkan; 4)
urutkan semua masalah dari 1 – 6. Penapisan masalah manajemen
dapat dilihat pada lampiran. Hasil prioritas masalah adalah sebagai
berikut :
1) Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif pada aggregate lansia
dengan gangguan mobilisasi
2) Tidak efektifnya koping keluarga dan masyarakat dalam mengatasi
masalah Rematik pada aggregate lansia
3) Resiko isolasi sosial dari aggregate lansia yang mengalami
gangguan mobilisasi
4.3.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
91
2) Rasional intervensi
Strategi intervensi yang digunakan adalah : Pendidikan kesehatan,
pemberdayaan masayarakat dan proses kelompok. 1) Pendidikan
kesehatan. Anderson dan Mc.Farlane (2000) menjelaskan bahwa perawat
komunitas bertanggung jawab terhadap berbagai program kesehatan
termasuk program pendidikan kesehatan di masyarakat terkait dengan
resiko dan dampak dari penyakit menular. Pendidikan kesehatan perlu
dirancang secara baik dan komprehensif selain menarik untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat agar tahu, mau dan
mampu untuk hidup sehat. Peningkatan pemahaman masyarakat tidak
hanya untuk mencegah timbulnya penyakit, tetapi diharapkan terjadi
perubahan perilaku sehat. 2) Proses kelompok. Pembentukan kelompok
melalui proses penggabungan individu tersebut memungkinkan terjadinya
penyelesaian masalah yang dihadapi melalui tahapan perencanaan
pencapaian tujuan akhir dari kelompok tersebut (Cohen, 1991 dalam
Helvie, 1998). Inti dari proses kelompok adalah penyelesaian masalah
berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki dengan satu tujuan
akhir yang sama. Adapun tujuan pembentukan kelompok adalah
menghindari terjadinya duplikasi antara sesama indiv:idu;
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
92
Latihan fisik merupakan salah satu bentuk terapi modalitas yang sesuai
diberikan pada lansia yang mengalami risiko atau keterbatasan mobilisasi.
Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun perlu mempertahankan kebugaran
jasmani untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan sangat
bermanfaat bagi semua golongan umur termasuk lansia. Latihan yang
teratur akan meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kepadatan
tulang, memperbaiki keseimbangan, koordinasi neuromuskular,
meningkatkan daya tahan, mengurangi tekanan darah, memperbaiki mood
dan mencegah risiko jatuh (Beers & Berkow, 2000 dalam Nies &
McEwen, 2007 dalam Hamdiana, 2010).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
93
Selain ROM, senam Rematik dapat diberikan pada lansia dan pra lansia.
Menurut Tulaar dan Nuhonni (2008), senam Rematik dapat menurunkan
rasa nyeri, menguatkan otot, melancarkan peredaran darah. Pada penderita
Rematik. Secara umum gerakan-gerakan senam Rematik dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan
otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomekanik sendi dan posisi sendi.
3) Indikator Evaluasi
(1) Meningkatnya pengetahuan aggregate lansia tentang Rematik
sebesar 20%
(2) Terbentuknya kelompok aggregate lansia dengan masalah Rematik
(3) Aggregate lansia mampu melakukan latihan gerak sendi
(4) Aggregate lansia mampu mengatasi nyeri
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
94
Evaluasi.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
95
Diagnosa 2 :
1) Tujuan Umum :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas koping keluarga dan
masyarakat menjadi efektif
2) Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas selama 5 bulan,
keluarga dan masyarakat mampu
a. Menjelaskan konsep Rematik dan penatalaksanaannya
b. Meningkatnya pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang
penatalaksanaan gangguan mobilisasi pada aggregate lansia.
c. Memberikan bantuan pada aggregate lansia dengan gangguan
mobilisasi akibat Rematik
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
96
3) Rencana Tindakan
(1) Pendidikan Kesehatan pada kelompok Ibu-ibu pengajian dan
posbindu di wilayah binaan
(2) Penyebaran informasi tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
97
Evaluasi.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
98
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
99
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
99
Bab 5
PEMBAHASAN
99 Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
100
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
101
pengetahuan yang kuat dan daya (keinginan dengan intensitas yang kuat).
Perilaku/keterampilan kader dalam memberikan penyuluhan kepada
keluarga dan lansia harus terus dibina agar perilaku positif tetap bisa
dipertahankan.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
102
peningkatan pengetahuan dari pre test dan post test sebesar 20% telah
memberikan keberhasilan dari kegiatan tersebut. Demikian pula saat
perwakilan kader melakukan demonstrasi penyuluhan kesehatan dengan
materi yang telah dipelajari telah memberikan dampak hasil pelatihan kader
tersebut. Menurut Ketua Paguyuban Posbindu, kader yang telah melakukan
penyuluhan dalam pelatihan tersebut telah mampu menampilkan harapan
yang positif bagi peningkatan peran kader dalam menginformasikan
kesehatan kepada warga, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan.
Selain metoda dan media, faktor yang paling penting yang harus dilakukan
kader adalah penguasaan materi. Penulis terus memotivasi kader untuk
melakukan persiapan 1-2 hari sebelum memberikan penyuluhan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
103
Dukungan harus selalu diberikan kepada kader oleh PJ wilayah dan Ketua
Paguyuban Kader. Hal ini akan meningkatkan motivasi kader dalam
menghadiri kegiatan-kegiatan di posbindu serta kegiatan sosial lainnya.
Kegiatan supervisi yang berkesinambungan akan meningkatkan
kepercayaan diri bagi kader.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
104
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
105
Hasil dari diagnosa kedua dari Ibu M adalah bahwa keluarga Bp E sudah
mampu memelihara kesehatan dengan efektif. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kemampuan keluarga menyebutkan konsep rematik dengan baik,
yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta akibat rematik.
Kemampuan melakukan perawatan diri dan pemeliharaan kesehatan
keluarga sudah baik. Ibu M dan Bp E mampu melakukan latihan gerak
sendi.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
106
Latihan gerak sendi latihan fisik yang diberikan pada lansia yang mengalami
risiko atau keterbatasan mobilisasi. Latihan Range of Motion merupakan
salah satu jenis latihan fisik, komponen kebugaran jasmani yang dapat
dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang merupakan kemampuan untuk
menggerakkan otot dan sendi pada seluruh pergerakan. Latihan fisik yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kelenturan.
Manfaat latihan ROM ini anatara lain; mengoptimalkan gerak otot dan
sendi; meningkatkan kebugaran jasmani; mengurangi risiko cedera otot
dan sendi; mengurangi ketegangan dan nyeri otot. (Perry & Potter, 2002)
Selain itu Ibu M sudah mampu memilih jahe sebagai obat tradisional yang
dapat mengatasi nyeri persendiannya. Obat tradisional berkhasiat untuk
pengobatan, karena terdapat zat ekstrak yang khasiatnya dapat
dimanfaatkan untuk penyembuhan (Adi, 2006).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
107
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
108
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
109
Hasil dari intervensi berjenjang yang dilakukan kader terhadap lansia yang
dibinanya adalah sebagai berikut : 1) adanya penurunan tingkat nyeri pada
5 orang lansia (62.5%), 2) berkurangnya bengkak pada 2 orang lansia
(66.7%) dari lansia yang mengalami bengkak sebelumnya, 3) pegal pegal
berkurang pada 4 orang lansia (50%), 4) adanya perubahan kebiasaan
berolahraga pada 6 orang lansia (75%), 5) lansia yang memilih jahe sebagai
obat tradisional untuk mengatasi nyeri sebanyak 6 orang lansia (75%).
Hasil ini menunjukkan bahwa kader telah mampu memotivasi lansia untuk
berubah perilakunya, terutama dalam beraktifitas latihan/exercise dan
mengatasi nyeri. Peran kader sangat penting dalam membina keluarga dan
lansia, sehingga lansia dapat beraktifitas secara optimal. Kelompok lansia
sudah mampu melakukan perawatan diri (self care). Orem (2001, dalam
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
110
5.2 Keterbatasan
Pelaksanaan pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas
ditemukan beberapa keterbatasan yaitu :
1) Penerapan pendekatan intervensi berjenjang tidak dilakukan pada
wilayah lain (RW lain). Hal ini menyebabkan tidak ada pembanding
antara kelompok perlakuan secara intensif dan yang tidak diperlakukan
intensif.
2) PJ wilayah tidak melakukan kegiatan supervisi pada semua kader,
sehingga tidak mendapat gambaran secara menyeluruh pada kemampuan
kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan. Intervensi berjenjang
belum dapat sepenuhnya dievaluasi pada setiap kader.
3) Intervensi berjenjang belum dapat dilakukan secara berkesinambungan
oleh PJ Wilayah, sehingga belum ada tindak lanjut dari PJ Wilayah.
Dampak yang ditimbulkannya adalah program pembinaan kader akan
mengalami hambatan. Motivasi kader akan menurun jika program ini
tidak ditindaklanjuti.
4) Deteksi pada penyakit rematik sulit dilakukan oleh petugas maupun
kader. Keluhan pegal dan nyeri yang sifatnya akut menyebabkan keragu-
raguan dalam pemilihan kasus kelolaan kader.
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
111
5.3 Implikasi
5.3.1 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Komunitas
Intervensi berjenjang melalui pemberdayaan kader tepat dilakukan untuk
mengelola dan memberikan asuhan keperawatan komunitas. Pelatihan yang
diberikan pada kader level kelurahan akan menyebar ke setiap rukun warga
dan akhirnya pada kader tingkat rukun tetangga dan keluarga serta
aggregate lansia. Intervensi berjenjang juga dapat dimanfaatkan oleh
keluarga dan lansia untuk memperoleh informasi lebih lanjut terkait
penatalaksanaan gangguan mobilisasi akibat rematik. Lansia dengan segala
keterbatasannya dapat diberikan pembinaan oleh kader terlatih. Harapan
agar lansia mampu memelihara kesehatan secara mandiri akan cepat
tercapai.
Perlu juga dilakukan koordinasi dan advokasi hasil intervensi berjenjang ini
pada Unit Kegiatan Berbasis Masyarakat (UKMB) yang mengelola lansia,
serta perkumpulan/organisasi yang memberikan perhatian pada lansia seperti
Pergeri, Komnas Lansia, Komda Lansia, Bina Keluarga Lansia (BKL),
Lembaga Lanjut Usia Indonesia propinsi Jawa Barat (LLI).
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
112
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan kesimpulan hasil inovasi yang dilakukan dalam praktik
residensi keperawatan komunitas dan saran terhadap pengelola pelayanan
keperawatan komunitas dan perkembangan ilmu keperawatan komunitas:
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Hasil KIA ini juga dapat ditindaklanjuti dengan penelitian terkait dengan
kemampuan kader dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
dan lansia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kader
melakukan peran dan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi LT. (2006). Tanaman Obat dan Jus untuk Asam Urat dan Rematik. Jakarta;
Agro Media Pustaka
Allender, J.A, & Spradley B.W. (2005). Community Health Nursing. Promoting
and Protecting the Public’s Health. Philadelphia. Lippincot & Williams
Ansari WE, & Andersson E. (2011). Beyond value? Measuring the costs and
Benefits of Public Participation. Diunduh dari www. Ebsco..Pada tanggal 18
April 2012)
Ayu K. (2011). Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas; Jakarta. EGC
Cho LM, Diane L, & Chau MD. (2007). Pain management in the Elderly.
Diperoleh dari www.FPRonline.com tanggal 2 Januari 2012
1
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
117
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2008). Profil kesehatan Kota Depok tahun 2008.
Depok: Dinkes Kota Depok
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2006). Rencana strategis dinas kesehatan Kota
Depok tahun 2007 – 2011. Depok: Dinkes Kota Depok
Friedman, M., Bowden, V.R, & Jones, G.Elaine (2003). Family nursing:
research, theory & practice. 5th Ed. New Jersey
Hidayat D.R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta. Trans Info Media
Lembaga Lanjut Usia Prov. Jabar Indonesia (2010). Program Nyaah Ka Kolot.
Bandung: LLI
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
118
Lueckenotte, Annette G, & Meiner, E., Sue (2006). Gerontologic Nursing. Third
edition, Philadelphia: Mosby
Marquis, Bessie L. & Huston, Carol J. (2003). Leadership roles and management
function in nursing: theory and application. 4th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Maurer F.A, & Smith, C.M. (2005). Community Public Health Nursing Practice ;
Health for Families and Population. Maryland : Elsevier & Saunders
Middling et. al. (2011). Gardening and the social engagement of older people.
Diunduh dari www. Ebsco. Pada tanggal 18 April 2012
Miller,C.A (1999). Nursing care of older adult : Theory and practice. 3rd edition.
Lippincot
global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4
1767:mitos-rematik-d tanggal 5 September 2010
Roesmidi & Risyanti R. (2008). Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang; Alqa
print
Februari 2012
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
119
Swanson & Nies (1997). Community Health Nursing : Promoting The Health of
Aggregate 2nd Philadelphia: Wb. Saunders Company
Tomey & Alligood . (2006). Nursing Theories and Their Works. USA : Elsevier
Tseng, CN., Chen CCH., dan lin, LC. (2006). Effect of a Range Of Motion
exercise Programme. JAN original research. Diunduh dari www.ebsco.
7
Universitas Indonesia
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Lampiran 1 :
Diagnosa 1 1 2 1 2 6
Diagnosa 2 3 3 3 5 14
Diagnosa 3 3 3 2 3 11
Diagnosa 4 2 3 3 4 12
1
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
pelayanan tindakan mengatasi
kesehatan masalah yang
muncul
Tersebarnya
• Pelaksanaan informasi hasil Kader Posbindu
Diseminasi hasil pelatihan oleh Ketua Paguyuban
pelatihan kader ketua posbindu
90% Peserta yang
diundang hadir
2
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
RTL Tersusunnya RTL Kader posbindu
• Penyusunan RTL ditentukan pelaksanaan Ketua paguyuban
pelaksanaan oleh waarga penyuluhan kader
penyuluhan oleh dan puskesmas untuk masalah
kader lansia dengan
rematik
Belum TUM :
optimalnya Setelah dilakukan
pelaksanaan pengelolaan
monitoring dan manajemen pelayanan
kesehatan komunitas
evaluasi dari
selama 8 bulan
pimpinan pada diharapkan
anggota kader pelaksanaan evaluasi
pada kader dalam
pembinaan kesehatan
pada lansia dengan
masalah rematik
menjadi optimal
TUK :
Setelah dilakukan
pengeloalaan
3
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
manajemen pelayanan
komunitas diharapkan
:
1. Meningkatkan Controlling • Koordinasi Adanya 1. Tersebarnya Kader
ya fungsi (Pengendalian/ pelaksanaan informasi hasil informasi hasil Puskesmas
manajemen Evaluasi) monitoring dan pengkajian pengkajian
controlling evaluasi yang telah keperawatan
pada kader dilakukan selama komunitas dan
posbindu pengkajian manajemen
2. Kader dan pelayanan
Puskesmas kesehatan
mampu komunitas
menyusun alat
evaluasi • Diskusikan dengan Perencanaan 2. Tersusunnya Ketua Paguyuban
penkes Ketua Paguyuban system rencana system dan Puskesmas
3. Meningkatnya dan puskesmas monitoring monitoring dan
koordinasi system monitoring dan evaluasi evaluasi pada
kader dan dan evaluasi kader kader posbindu
puskesmas terhadap kinerja ditentukan di PGS
kader posbindu
4
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
• Diskusi
pelaksanaan hasil
supervisi
• Penyusunan RTL
monitoring dan
evaluasi berikutnya
• Laporan hasil
monev pada
puskesmas dan
dinas kesehatan
• Penyampaian hasil
pengelolaan
manajemen
pelayanan
kesehatan
komunitas di kel.
PGS
5
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Lampiran 3 :
Diagnosa 1 3 2 3 6 14
Diagnosa 2 3 2 3 5 13
Diagnosa 3 3 2 3 4 12
Diagnosa 4 3 2 3 3 11
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA DENGAN MASALAH KESEHATAN
REMATIK DI KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KOTA DEPOK
TUK :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan :
1. Adanya Pendidikan • Lakukan koordinasi Adanya jadwal Adanya respon Mahasiswa
peningkatan Kesehatan dengan kader untuk waktu dan positif dari kader Kader Posbindu
pengetahuan lansia kegiatan tempat untuk dan tersusunnya Ketua Paguyuban
tentang rematik pendidikan pelaksanaan waktu dan tempat
dan perawatannya kesehatan tentang pendidikan rencana penkes
rematik dan kesehatan bagi lansia dan
perawatannya bagi warga
lansia dan warga
lainnya
1
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
n dengan
jumlah
lansia dan
warga
- Media
menarik
2
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
pada lansia sesama Teridentifikasi
penderita lansia dengan
rematik masalah rematik
3
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
4. Meningkatnya • Diskusikan tentang Terlaksananya Adanya respon Mahasiswa
kemampuan pentingnya diskusi dengan positif dari kader
seluruh kader pelatihan kader kader tentang pentingnya
untuk memberikan terkait perawatan pelatihan
perawatan pada pada lansia dengan perawatan rematik
lansia dengan rematik
masalah rematik
• Lakukan kegiatan Terlaksananya Terlaksananya Mahasiswa
pelatihan tentang kegiatan kegiatan pelatihan Ketua Paguyuban
rematik dan pelatihan kader posbindu Puskesmas
perawatannya bagi tentang tentang rematik
kader posbindu rematik dan tannya pada lansia
perawatannya
90% kader
posbindu hadir
pada pelatihan
4
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
kegiatan sosial kegiatan sosial
masyarakat : masyarakat
posbindu, arisan
dan pengajian
Puskesmas
• Evaluasi Adanya 100% Kader yang Kader
pelaksanaan evaluasi lisan memberikan
penyuluhann oleh dan tulisan penyuluhan
kader mampu
menyebutkan
keberhasilan dan
kekurangan dalam
memberikan
penyuluhan pada
masyarakat
Puskesmas
• Damping kader Terlaksananya 75% Kader mampu
dalam memberikan kegiatan memberikan
penyuluhan penyuluhan penyuluhan
kesehatan pada kesehatan oleh kesehatan di
lansia dengan kader di keluarga
masalah rematik di keluarga
5. Adanya kerjasama Kemitraan keluarga
lintas program dan
lintas sektoral • Evaluasi Adanya Kader mampu Puskesmas Kader
terkait upaya pelaksanaan evaluasi lisan menyebutkan
perawatan rematik penyuluhann oleh dan tulisan keberhasilan dan
pada lansia kader di keluarga kekurangan dalam
memberikan
penyuluhan di
keluarga
5
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
Group dan metode supervise,
pendampingan alat evaluasi dan
penyuluhan feedback bagi
kader
Adanya dukungan
• Lakukan advokasi dari puskesmas
kepada puskesmas meliputi adanya
tentang pentingnya petugas yang
media untuk ditunjuk untuk
memudahkan kader membina
dalam kelompok SHG
melaksanakan dan SG
perannya
Tersedianya media
• Lakukan kerjasama terkait rematik di
pengadaan media dalam kelompok
terkait perawatan SHG dan SG
rematik pada
puskesmas PGS
dan dinas kesehatan
kota Depok
Adanya dukungan
• Lakukan kerjasama dari lintas sektor
lintas sektor dengan dan tersedianya
lembaga herbal tanaman herbal
kota Depok untuk terkait rematik dan
pengadaan tanaman PTM lainnya
herbal dan
penjelasannya
2. Intoleransi/keter TUM :
batasan aktifitas Meningkatnya
pada lanjut usia kemampuan lansia
dengan rematik dengan masalah
rematik dalam
melakukan aktifitas
TUK :
Setelah diberikan Proses 1. Berikan pendidikan Adanya respon 75% lansia mampu Mahasiswa dan
tindakan keperawatan Kelompok kesehatan tentang postitif dari menyebutkan kader posbindu
6
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
selama 8 bulan latihan gerak sendi lansia dalam tahapan ROM (kelompok Support
diharapkan : 2. Lakukan latihan kegiatan dengan benar Group)
- Lansia mampu rentang gerak sendi pendidikan
menyebutkan (range of kesehatan 90% lansia mampu
manfaat latihan motion/ROM) melakukan gerakan
gerak sendi 3. Lakukan re- ROM ROM dengan benar
- Lansia dapat demonstrasi pada dilakukan secara mandiri
melakukan gerakan lansia dengan benar
rentang sendi 4. Bersama lansia sesuai urautan 50% lansia dan pra
- Lansia dan pra susun jadwal langkah- lansia mampu
lansia mampu kegiatan ROM langkahnya melakukan gerakan
menyebutkan 5. Berikan pendidikan senam rematik
manfaat senam kesehatan tentang dengan benar
rematik senam rematik Adanya
- Lansia dan pra 6. Lakukan senam kemamuan
lansia mampu rematik lansia
melakukan senam 7. Lakukan re melakukan
rematik demonstrasi senam ROM setiap
rematik pada lansia hari sesuai
dan pra lansia kemampuan
8. Lakukan evaluasi
kegiatan bersama
warga
7
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
- Kader mampu Proses • Sosialisasikan Adanya Tersebarnya Kader
berperan sebagai Kelompok kegiatan kelompok sosialisasi informasi pada Puskesmas
peer educator bagi bagi lansia dan atau tentang lansia dan atau Mahasiswa
kelompok lansia dan caregivernya keberadaan caregivernya
atau caregivernya kader tentang keberadaan
dengan masalah posbindu kader sebagai peer
rematik educator
8
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
gratis yang telah kesehatan kartu kartu jaminan
disediakan jamkesmas kesehatan gratis
pemerintah daerah • Koordinasi dengan dari pemda
bagi warga yang Ketua Paguyuban,
membutuhkan Ketua RW Siaga, Koordinasi Kader mampu
KEtua RW, dan advokasi berkoordinasi
puskesmas PGS untuk memperoleh
untuk pembuatan kartu jaminan
rujukan dan kesehatan bagi
persyaratan ke warganya
dinkes kota Depok
9
Pemberdayaan kader..., Nandang Jamiat Nugraha, FIK UI, 2012
17
Lampiran 5 :
RENCANA PERAWATAN PADA IBU M DENGAN MASALAH REMATIK
secara benar dan Respon Relaksasi progresif merupakan melakukan kerja yang
teratur Psikomotor tehnik untuk menurunkan rasa berat.
nyeri melalui metode distraksi. Memberi pujian atas
Klien terlentang, dan menutup kemampuan keluarga
mata, serta mengikuti perintah Menganjurkan keluarga
seperti : menutup mata, untuk terus melakukan
membuka mata, mengepal, cara perawatan yang telah
menganggkat tangan, diajarkan dan dicoba
memikirkan hal hal yang
indah
4. Keluarga mampu Menciptakan lingkungan
memodifikasi yang nyaman, tenang dan
lingkungan Respon afektif Lingkungan yang nyaman, tidak bising
tenang dan tidak bising dapat Memberi pujian terhadap
menyebabkan rasa nyeri perubahan yang sudah
berkurang dilakukan keluarga
5. Keluarga mampu Menganjurkan lansia
memanfaatkan untuk datang ke posbindu
pelayanan kesehatan atau puskesmas jika nyeri
tak tertahankan
Respon Adanya kunjungan klien ke Melakukan kerjasama
psikomotor tempat pelayanan kesehatan dengan tim medis untuk
pemberian obat analgetik
(jika nyeri tak
tertahankan)
2. Keluarga mampu
mengambil keputusan
untuk mengatasi
rematik pada Ibu M :
a. Menjelaskan Respon Verbal Menyebutkan akibat lanjut 1. Jelaskan akibat lanjut bila
minimal 3 dari 4 dari rematik : rematik tidak segera diatasi
akibat yang terjadi 1. Perubahan bentuk sendi 2. Beri kesempatan keluarga
bila rematik tidak dan tulang bertanya
diatasi segera 2. Berpengaruh terhadap 3. Dorong keluarga untuk
jantung dan ginjal mengungkapkan kembali
3. BB turun, kurang darah, akibat lanjut bila rematik
demam tidak segera diatasi
4. Pengeroposan tulang 4. Beri pujian atas kemampuan
keluarga
b. Mengambil Respon Verbal Keluarga dapat mengambil 1. Gali pendapat keluarga
keputusan yang tepat dan afektif keputusan agar rematik pada bagaimana cara mengatasi
untuk segera Ibu M segera diatasi agar rematik
mengatasi rematik rematik tidak bertambah berat 2. Bimbing dan bantu keluarga
untuk mengambil keputusan
yang tepat
3. Beri kesempatan keluarga
memikirkan kembali
keputusan yang diambil
4. Beri pujian atas keputusan
yang diambil keluarga
3. Keluarga dapat
menyebutkan cara
merawat keluarga
rematik di rumah
a. Menjelasksn cara Respon verbal Menyebutkan cara merawat 1. Gali pengalaman keluarga
merawat keluarga keluarga dengan rematik dalam merawat rematik di
dengan rematik di dirumah rumah
rumah 1. Kurangi makanan yang 2. Beri pujian atas usaha
mengandung asam urat keluarga yang sudah tepat
seperti jeroan, kacang- 3. Diskusikan beberapa cara
kacangan, jengkol, pete, sederhana merawat rematik
melinjo di rumah
2. Latihan gerakan sendi 4. Dorong keluarga untuk
secara teratur mengungkapkan kembali
3. Posisi yang tepat pada saat penjelasan yang telah
mengangkat beban atau diberikan
memindahkan barang
4. Kompres air hangat pada
sendi yang bengkak dan
kompres dingin bila ada
kemerahan
4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang aman
untuk mencegah injury
pada keluarga yang
rematik
a. Menyebutkan Respon verbal Cara memelihara lingkungan 1. Diskusikan lingkungan
lingkungan yang yang aman : yang aman bagi keluarga
aman untuk 1. Lantai tidak licin dengan rematik
mencegah injury 2. Penerangan memadai 2. Identifikasi dengan keluarga
3. Kamar mandi dan WC lingkungan yang ada dalam
mudah dijangkau dan tidak keluarga
tinggi 3. Dorong keluarga
4. Pakai tongkat bila berjalan untuk menyebutkan
5. Pakai alas kaki yang baik kembali penjelasan yang
diberikan
3. Keluarga mampu
melakukan perawatan
diri untuk menurunkan Respon verbal Cara menurunkan berat badan 1. Jelaskan cara
berat badannya dan adalah dengan mengatur jenis menurunkan berat
- Menjelaskan cara psikomotor makanan dan pola makan. badan
menurunkan berat Jenis makanan harus 2. Diskusikan jenis dan
badan mengandung kebutuhan tubuh pola makan yang
- Menjelaskan pola seperti zat tenaga, zat sehat
makan dengan gizi pembangun dan zat pengatur 3. Motivasi untuk
seimbang mengukur berat
- Menentukan jenis Pantau berat badan. badan setiap 2
makanan yang sesuai Peningkatan berat badan 0.5 minggu
dengan kondisi kg dalam 1 minggu beresiko 4. Beri pujian saat
kesehatan (rematik) terhadap kelebihan berat mampu
dan disukai badan. melakukannya
- Mengukur berat badan
setiap 2 minggu
keterbatasan gerak
5. Beri pujian atas kemampuan
keluarga
2. Keluarga mampu Respon verbal Menyebutkan akibat lanjut 1. Jelaskan akibat lanjut bila
mengambil keputusan dari keterbatasan pergerakan keterbatasan gerak tidak
untuk menghindarkan 1. Kekakuan persendian segera diatasi
keterbatasan 2. Adanya krepitasi 2. Beri kesempatan keluarga
pergerakan 3. Perubahan bentuk bertanya
a. Menjelaskan tulang sendi 3. Dorong keluarga untuk
akibat lanjut dari 4. Kecacatan mengungkapkan kembali
keterbatasan gerak akibat lanjut bila
keterbatasan gerak tidak
segera diatasi
4. Beri pujian atas kemampuan
keluarga
b. Mengambil Respon verbal Keluarga dapat mengambil 1. Gali pendapat keluarga
keputusan yang dan afektif keputusan yang tepat untuk bagaimana cara mengatasi
tepat untuk menghindari resiko adanya keterbatasan pergerakan
menghindari keterbatasan gerak 2. Bimbing dan bantu keluarga
gangguan gerak untuk mengambil keputusan
yang tepat
3. Beri kesempatan keluarga
memikirkan kembali
keputusan yang diambil
4. Beri pujian atas keputusan
yang diambil keluarga
3. Keluarga dapat Respon verbal Menyebutkan cara perawatan : 1. Gali pengalaman keluarga
menyebutkan cara 1. Latihan gerak sendi secara dalam merawat rematik di
merawat keterbatasan rutin rumah
pergerakan di rumah 2. Lakukan senam rematik 2. Beri pujian atas usaha
a. Menjelaskan cara 3. Hindari berat badan keluarga yang sudah tepat
perawatan berlebih 3. Diskusikan beberapa cara
4. Motivasi untuk lakukan sederhana merawat resiko
diet untuk menurunkan keterbatasan gerak di rumah
berat badan 4. Dorong keluarga untuk
mengungkapkan kembali
penjelasan yang telah
diberikan
4. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
yang ada untuk
mengatasi rematik
a. Menyebutkan Fasilitas kesehatan yang dapat 1. Diskusikan jenis fasilitas
fasilitas kesehatan digunakan oleh keluarga untuk kesehatan yang tersedia
Respon verbal
yang tersedia di mengatasi resiko keterbatasan dilingkungan keluarga
lingkungan gerak : 2. Bantu keluarga memilih
1. Puskesmas fasilitas kesehatan yang
2. Posbindu sesuai dengan kondisi
3. Dokter praktek keluarga
4. Klinik perusahaan 3. Anjurkan keluarga
memanfaatkan fasilitas
Kepada :
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Hormat Kami,
ANGKET PENGKAJIAN
PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN REMATIK
Petunjuk Pengisian:
Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu
Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang paling benar
Isilah kolom yang tersedia sesuai keyakinan/jawaban Bapak/Ibu
1. Informasi Responden
Nama : -----------------------------------
Usia : -----------Tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Berat badan/Tinggi badan : --------kg/ -------cm
Tekanan Darah : ----------------mmHg
Nilai Asam Urat : ----------------mg/dl
Alamat : -----------------------------------
-----------------------------------
No Pernyataan B S
1. Penyakit rematik selalu menyerang persendian kaki, tangan dan pinggang
2. Penyakit rematik disebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh
3. Penyakit rematik disebabkan seringnya mandi pada malam hari
4. Penyakit rematik tidak dapat disembuhkan
5. Penyakit rematik disebabkan makan sayuran berwarna hijau
6. Penyakit rematik disebabkan makan melinjo dan kol
7. Penyakit rematik disebabkan makanan yang mengandung lemak tinggi
8. Penyakit rematik disebabkan makanan yang mengandung protein tinggi
seperti daging
9. Pegal-pegal pada kaki, tangan dan pinggang sering dirasakan oleh penderita
rematik
10. Nyeri pada kaki, tangan dan pinggang sering dirasakan penderita rematik
11. Kekakuan pada daerah sendi kaki, tangan dan pinggang sering muncul pada
penderita rematik
TERIMA KASIH
Nama : ……………………………..
Usia : ……………………………..
Alamat : …………………………….............................................................................
Rekapitulasi : kemampuan lansia dalam BARTHEL INDEX (skala 0‐100)
sebelum intervensi
no. aspek yg dinilai Ny M Bp O Ny A Ny I Ny T Bp In Bp I Ny E Bp A Ny M Rata‐rata
1 makan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 mandi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 berdandan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 berpakaian 5 5 10 10 10 10 5 10 10 10 8,5
5 BAB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6 BAK 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
7 Toileting 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 9,5
8 Berpindah tempat 10 10 10 10 10 5 10 10 15 10 10
9 bergerak 5 10 15 15 10 10 10 10 10 10 10,5
10 naik turun tangga 5 5 5 5 10 5 5 5 5 5 5,5
Jumlah 75 75 90 90 90 80 80 85 90 85 84
Sesudah intervensi
no. aspek yg dinilai Ny M Bp O Ny A Ny I Ny T Bp In Bp I Ny E Bp A Ny M Rata‐rata
1 makan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 mandi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 berdandan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 berpakaian 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 BAB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6 BAK 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
7 Toileting 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
8 Berpindah tempat 10 10 15 15 15 5 15 10 15 10 12
9 bergerak 10 10 15 10 15 5 10 10 15 10 11
10 naik turun tangga 10 5 10 5 10 5 5 5 10 5 7
Jumlah 90 85 100 90 100 75 90 85 100 85 90
Hasil Pembinaan lansia yang dilakukan kader
Sebelum diintervensi kader
no. aspek yg dinilai kader 1 kader 2 kader 3 kader 4 kader 5 kader 6 kader 7 kader 8
1 skala nyeri 4 3 3 2 3 4 3 2
2 bengkak ya tidak ada ya tidak ada tidak ada ya tidak ada tidak ada
3 pegal ya ya ya ya ya ya ya ya
4 nilai asam urat 4,5 6,2 6,4 3,5 5,1 6,7 7,1 6,1
5 kebiasaan olahraga tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
6 konsumsi nabati ya ya ya ya ya ya ya ya
7 konsumsi hewani tidak ya ya ya ya ya ya ya
8 Obat tradisional warung warung cina warung cina warung warung warung
Setelah diintervensi kader
no. aspek yg dinilai kader 1 kader 2 kader 3 kader 4 kader 5 kader 6 kader 7 kader 8
1 skala nyeri 3 2 3 1 2 2 3 2
2 bengkak tidak ada tidak ada ya tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
3 pegal berkurang berkurang ya berkurang ya berkurang ya ya
4 nilai asam urat tidak diukur tidak diukur tidak diukur tidak diukur tidak diukur tidak diukur tidak diukur tidak diukur
5 kebiasaan olahraga Kadang Kadang tidak Kadang Kadang Kadang tidak Kadang
6 konsumsi nabati ya ya ya ya ya ya ya ya
7 konsumsi hewani tidak ya ya ya ya ya ya ya
8 obat tradisional jahe jahe jahe jahe cina Herbal jahe jahe
Petunjuk : Untuk jawaban yang bapak/ibu pilih, berikan tanda (v) pada kolom
yang sesuai
Frekuensi Kehadiran Kader dalam Pelatihan
EVALUASI HASIL TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN MOBILISASI AKIBAT REMATIK
Keterangan :
Tingkat Kemandirian Keluarga I = jika I dan II terpenuhi
Petunjuk : Untuk jawaban yang bapak/ibu pilih, berikan tanda (v) pada kolom
yang sesuai
Nama Kader :
Pelaksanaan :
- Kader mengenalkan diri
- Materi yg disampaikan jelas
dimengerti
- Kader menghargai keluarga
- Memberikan umpan balik
Penutup :
- Meminta keluarga mengulang
materi
- Membuat simpulan materi
- Membuat kontrak waktu
- Mengucapkan salam
Penilai
………………………………..
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,
telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati --
Kacang-kacangan kering 25
gr atau tahu, tempe, oncom
Nama :..................................................
Tema : ..................................................
Tempat : ..................................................
Waktu : ...................................................
Supervisor :.....................................................
Supervisor
(..................................................)
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
KUESIONER
1. Nama : ……………………………………………………………
2. Usia : ……………………………………………………………
4. Pendidikan : …………………………………………………………….
5. Pekerjaan : …………………………………………………………….
6. Suku : …………………………………………………………….
Data Kesehatan
Protein Hewani:
Protein Hewani:
Protein Hewani:
Hari ke Jenis Obat yang Keluhan Nyeri Keluhan Pegal Adanya Bengkak
diminum
1. Ada Ada Ada
Nama Kader :
Pelaksanaan :
- Kader mengenalkan diri
- Materi yg disampaikan jelas dimengerti
- Kader menghargai keluarga
- Memberikan umpan balik
Penutup :
- Meminta keluarga mengulang materi
- Membuat simpulan materi
- Membuat kontrak waktu
- Mengucapkan salam
……………………………………… ………………………….
Email : ndgjem@yahoo.com
Pendidikan :