Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 3 :
Namun demikian, tuntutan standar mutu yang ada, sejauh ini masih
terfokus pada mutu fisik produk. Produk dengan tampilan yang baik dan menarik
masih menjadi pilihan utama konsumen. Standar mutu yang terkait dengan
cemaran biologi dan cemaran kimia (residu pestisida) belum mendapatkan
perhatian yang memadai. Kedepan, konsumen pasti akan semakin memberi
perhatian yang lebih besar terhadap residu pestisida, seiring dengan kesadaran
terhadap kesehatan.
Berdasarkan pada bahan penyusun serta cara kerja maka pestisida dapat
digolongkan atas :
a. Golongan khlorhidrokarbon
b. Golongan organofosfat
c. Golongan karbamat
d. Golongan/ senyawa dipiridil
e. Golongan arsen
f. Golongan antikoagulan
g. Pyrethroid
Pemakaian pestisida dengan bentuk dan jenis yang beragam pada sektor
pertanian, terutama holtikultura secara tidak langsung dapat menimbulkan
masalah, yaitu dengan dijumpai adanya residu pestisida pada makanan dan alam
sekitarnya, apabila pemakaian tidak mengikuti aturan yang telah diberikan.
Pemakaian yang berlebih-lebihan baik dosis maupun frekuensinya dan pemakaian
pestisida yang berbahaya atau dilarang akan menimbulkan masalah bagi manusia
dan ternak.
Definisi residu pestisida telah diuraikan oleh FAO/WHO pada tahun 1968,
dan dijelaskan bahwa residu dari bahan-bahan kimia yang dipakai untuk
mengendalikan hama tidak hanya terdapat di bagian luar saja, melainkan
merupakan seluruh bagian dari produk yang telah bermetabolisme dengan
makanan tercemar.
Residu pestisida pada tanah dapat terjadi secara langsung yaitu aplikasi
langsung terhadap hama nematoda, gulma dan lain-lain. Pada lingkungan perairan
pestisida masuk secara langsung yaitu pada saat aplikasi pengendalian hama ikan,
gulma tanaman air dan nyamuk.
Kuantitas residu pestisida pada tanah atau air umumnya tidak memiliki
efek toksikologi yang berbeda, tetapi kuantitasnya akan bertambah besar jika
sampai atau turut mencemari rantai makanan. Sebagai contoh residu pestisida
organokhlorin pada rumput dijumpai 0,01 ppm, maka dalam air susu dapat
meningkat menjadi 1 ppm pada sapi yang mengkonsumsi rumput yang terkena
perlakuan pestisida tersebut secara langsung maupun tidak.
Oleh sebab itu perhatian yang lebih serius patut diberikan terhadap bahaya
bio-akumulasi dan bio-konsentrasi di dalam rantai makanan.
a. Toksisitas Akut
Dalam keadaan ini pestisida yang terserap terdapat dalam jumlah yang
besar dan dalam waktu yang singkat. Akan tetapi keadaan ini jarang
terjadi, seperti mengkosumsi dengan segera makanan yang baru saja diberi
perlakuan pestisida.
b. Toksisitas Semi-Kronis
Keadaan dimana pestisida yang terserap berlangsung berulang kalidengan
periode yang pasti, sehingga tidak sampai menimbulkan gejala toksik akut.
c. Toksisitas Kronis
Toksisitas terjadi karena penyerapan berulang kali dalam jumlah yang
kecil sekali untuk periode yang lama. Efek yang ditimbulkan tidak segera
terlihat, tetapi umumnya dapat menimbulkan akibat yang tetap.
2.4.2 Ekstraksi
Prosedur ekstraksi hendaknya dapat mengeluarkan residu pestisida sebaik-
baiknya. Sebagai contoh, satu butir buah-buahan dapat mengalami beberapa
perlakuan seperti intekstisida, acarisida dan fungisida. Sebagai bahan pelarut
harus dapat mengeluarkan residu dari bermacam-macam pestisida tersebut.
Metode ekstraksi tidak boleh mengakibatkan terjadinya perubahan pada
struktur pestisida. Kecuali dalam kasus-kasus seperti ekstraksi dalam asam kuat
kenaikan suhu harus dihindarkan. Pelarut-pelarut yang umum dipakai adalah
aseton, asetonitril, etil asetat, etil eter, dikhlorometan, heksana, methanol,
petroleum eter, dan lain-lain.
Efisiensi pelarut yang digunakan tidak boleh kurang dari 80% dan cukup
selektif terhadap batas minimum dari purifikasi serta tidak mencampuri hasil
determinasi. Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi tergantung dari polaritas
pestisida. Pestisida organoklorin umumnya nonpolar, sedang organofosfat dan
karbamat adalah polar. Heksana atau campuran heksana aseton merupakan salah
satu jenis pelarut untuk bahan non polar larutan lemak. Untuk bahan yang lebih
polar seperti organofosfat dan karbamat dipergunakan pelarut asetonitril,
kloroform dan dikloromethan atau campuran dari ketiga larutan tersebut.
Oleh sebab itu lebih baik memilih pelarut selektif atau campurabn pelarut
yang dapat menghasilkan ekstrak yang relatif bebas dari interferon (zat perantara).
Untuk mengetahui teknik apa yang harus dipakai maka sejumlah ekstraksi
penting dipertimbangkan untuk beberapa hal berikut :
1. Tingkat kelarutan pestisida yang sangat tinggi didalam pelarut yang
dipergunakan
2. Hubungan tertutup antara substansi yang diekstrak dengan pelarut
Beberapa teknik ekstraksi dengan mempergunakan instrument yang
berbeda telah dibuat yaitu :
1. Mencuci permukaan
2. Maserasi atau digiling
3. Ekstraksi dengan menyaring didalam instrument khusus ( misal :
Soxhlet)
4. Sweep co-Distilation
Dimana F = 1
BAB III
KESIMPULAN