Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Nama : Desak Nyoman Dharma Widyani


Kelas : 1 Logistik D
NPM : 16118151

Pertanyaan :
1. Jelaskan secara lengkap apa itu pemilu !
2. Jelaskan mengapa hoax itu dilarang !
3. Apa sikapmu dalam menghadapi pemilu mendatang baik pileg maupun
pilpres ?

Jawaban :
1. Pemilu (Pemilihan Umum)
Pengertian Pemilu
Pasal 1 Nomor 1 UU No. 15 Tahun 2011 menentukan bahwa,
Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Atau, secara ringkas dikemukakan oleh Harmaili Ibrahim bahwa, pemilu
merupakan suatu cara untuk menentukan wakil-wakil rakyat yang akan duduk
di badan perwakilan rakyat. Dengan demikian, pemilu pada hakikatnya
merupakan wahana untuk berkompetisi secara sehat, partisipatif, dinamis,
dan bertanggung jawab bagi Partai Politik (Parpol) dalam menyalurkan
kehendak rakyat, masyarakat, dan bangsa guna mewujudkan tujuan
bernegara.

Tujuan Pemilu
Berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pemilu-Hukum Pemilihan Umum, dapat diidentifikasi tujuan pemilu
adalah sebagai berikut:
a. Memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan/
permusyawaratan rakyat: memilih anggota-anggota DPR, DPD, dan
DPRD;
b. Membentuk pemerintahan: memilih calon presiden dan calon wakil
presiden, memilih calon wakil kepala daerah;
c. Melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan;
d. Mempertahankan keutuhan negara;
e. Menegakkan kedaulatan rakyat;
f. Mencapai tujuan negara.

Fungsi Pemilu
J. Kristiadi mengemukakan fungsi pemilu adalah sebagai berikut:
a. Institusi dan instrumen untuk mengendalikan konflik-konflik kepentingan
yang terjadi dalam masyarakat.
b. Sarana untuk pergantian pemerintahan secara wajar dan damai.
c. Untuk membangun basis legitimasi politik konstitusional.
d. Untuk mengetahui tingkat kedewasaan dan kemantapan budaya politik
nasional.
e. Untuk memperoleh banyak informasi tentang berbagai kebijakan dan
permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara dalam mewujudkan
kesejahteraan warganya.

Makna Pemilu
a. Perspektif tujuan: sebagai pemindahan konflik dari masyarakat ke
perwakilan politik agar integrasi masyarakat tetap terjamin.
b. Perspektif tingkat perkembangan negara: sebagai alat untuk
membenarkan rezim yang berkuasa.
c. Perspektif demokrasi liberal: sebagai upaya untuk meyakinkan dan
melibatkan individu dalam proses politik.
Sistem Pemilu
a. Sistem Distrik
Satu wilayah (satu distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single-
member constituency) atas dasar suara terbanyak. Suara lawan yang
kalah dianggap hilang.
b. Sistem Proporsional
Satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-member
constituency), yang jumlahnya ditentukan berdasarkan rasio, misalnya 1 :
400.000. Artinya 1 wakil dipilih oleh 400.000 pemilih.
c. Sistem Campuran (Distrik-Proporsional)
1. Menggabungkan dua sistem sekaligus (distrik dan proporsional).
2. Setengah dari anggota parlemen dipilih melalui sistem distrik dan
setengahnya lagi dipilih melalui proporsional.
3. Ada keterwakilan sekaligus kesatuan geografis.

Asas Pemilu
1. Langsung: rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan
suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nurani, tanpa
perantara.
2. Umum: pemilahan yang bersifat umum mengandung makna menjamin
kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, dan status sosial.
3. Bebas: setiap warga negara memiliki kebebasan untuk menentukan
pilihannya dalam pelaksanaan pemilihan umum, tanpa adanya unsur
paksaan dari pihak manapun.
4. Rahasia: dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa pilihannya
tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
5. Jujur: dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara pemilu, aparat
pemerintah, peserta pemilu, dan pihak lainnya harus bersikap dan
bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Adil: dalam penyelenggaraan pemilu, setiap peserta pemilu mendapatkan
peralatan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Manfaat Pemilu
Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat.
Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat
yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung, maka melalui
pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat
tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk
pemerintahan.

Jenis pemilu
a. Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD.
b. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
c. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Tahapan Pemilu
a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.
b. Pendaftaran dan penetapan peserta pemilu.
c. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.
d. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten.
e. Masa kampanye.
f. Masa tenang.
g. Pemungutan dan penghitungan jumlah suara.
h. Penetapan hasil pemilu.
i. Pengucapan sumpah/ janji.

2. Hoax adalah informasi palsu atau berita yang sebenarnya bisa berisi fakta
namun telah direkayasa. Pada saat ini kata-kata hoax semakin sering
digunakan untuk menyikapi sebuah berita yang tidak mengandung fakta (fake
news). Alasan mengapa hoax itu dilarang adalah karena hoax merupakan
suatu informasi yang tidak pasti kebenarannya tanpa ditelusuri terlebih
dahulu. Adanya informasi hoax tentunya akan memberikan dampak yang
berbahaya bagi masyarakat, terutama yang aktif dalam menggunakan sosial
media. Adanya informasi hoax akan dengan sangat mudah mempengaruhi
emosi seseorang untuk terpengaruh dengan informasi hoax yang ada.
Masyarakat yang telah terpengaruh dengan adanya informasi-informasi hoax
akan lebih mudah terprovokasi, mudah dalam melontarkan ujaran kebencian
dan terjadinya fitnah-memfitnah, sehingga akan banyak pihak yang akan
merasa dirugikan dari adanya informasi hoax. Bagi pihak-pihak yang
melakukan penyebaran informasi yang bersifat hoax dapat dikenakan KUHP,
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian telah
menyebabkan terjadinya konflik sosial.

3. Sikap saya dalam menghadapi pemilu mendatang baik pileg maupun pilpres
adalah dengan tetap bersikap tenang, tidak mudah terprovokasi dengan
berita-berita yang saling menjatuhkan antar kandidat. Tidak mudah
terpengaruh untuk mendukung salah satu kandidat, karena setiap orang
sudah memiliki pilihannya masing-masing. Menolak keras adanya money
politic and black campaign, karena hal tersebut hanya akan merugikan
banyak pihak. Bagi siapapun kandidat yang tepilih nantinya, harapan saya
adalah kandidat tersebut dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang
lebih baik lagi. Baik dari segi tatanan pemerintahnnya, kehidupan sosial,
budaya, dan perekonomian masyarakatnya, mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan yang menyangkut penggunaan fasilitas umum
seperti perbaikan jalan raya di daerah terpencil, memperbaiki akses internet
untuk daerah terpencil, serta mampu mengatasi permasalahan korupsi yang
semakin merajarela di kalangan politisi maupun masyarakat.
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA

Nama : Desak Nyoman Dharma Widyani


Kelas : 1 Logistik G
NPM : 16118151

Pertanyaan :
1. Jelaskan secara lengkap apa itu dosa !
2. Jelaskan makna Yohanes 3:16 !
3. Apa kamu yakin bahwa kamu pasti selamat/ masuk sorga ?

Jawaban :
1. Dosa
Pengertian Dosa Menurut Hindu
Dosa dalam Agama Hindu diartikan sebagai karma buruk karena
kebodohan, dimana kebodohan merupakan akar dari kejahatan. Dosa
menimbulkan penderitaan, dan dosa pula yang mengantarkan atma ke dalam
lingkaran kelahiran dan kematian. Dosa jugalah yang menyebabkan atma
mendapat kehidupan di neraka dan mendapat badan yang tidak sempurna
bila bereinkarnasi kembali.
Pada prinsipnya, kitab suci Hindu tidak ada yang menyebut mengenai
dosa. Yang ada hanyalah hukum karma, yaitu hukum sebab-akibat. Kitab suci
Veda mengartikan dosa dengan cara berhati-hati dan sangat mendalam.
Ketika seseorang mencuri barang milik orang lain, orang itu tidak dikatakan
melakukan dosa, tetapi ia melakukan dosa seperti itu disebabkan karena
ketidaktahuannya akan kebenaran bahwa mengambil barang milik orang lain
adalah perbuatan yang salah dan diliputi kebodohan maya.

Penyebab Dosa
Seseorang melakukan karma buruk karena kebodohan. Kebodohan adalah
ilusi atau maya. Dunia adalah maya, yang berarti bahwa dunia ini selalu
berubah dari apa yang sekarang menjadi sesuatu yang lain tanpa henti.
Agama Hindu mengenal adanya dualitas dalam dunia, benar dan salah, baik
dan buruk, asli dan palsu, yang semuanya ditimbulkan oleh maya. Maya
membuat kita lupa kepada jati diri dan hakikat kita yang sebenarnya. Jadi,
mayalah yang membuat kita melakukan dosa. Khayal atau maya muncul
akibat kekaburan batin serta keterikatan. Adapun ciri-ciri kekaburan batin
antara lain:
a. Terikat pada tubuh.
b. Percaya pada kehidupan jagat yang berubah-ubah (maya).
c. Jiwa mengabaikan dan melupakan sifat sejatinya sebagai kesadaran
murni tanpa dualitas dosa khusus. Dosa khusus yang dimaksud adalah
dosa yang timbul karena situasi tertentu dan dilakukan oleh orang-orang
tertentu (dosa akibat peperangan, dosa oleh anak-anak, dan dosa dalam
upacara korban suci).

2. Yohanes 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16

Ayat ini mengungkapkan isi hati dan tujuan Allah.


Kasih
Kata “kasih” diterjemahkan dari Bahasa Yunani, dari akar kata “agape” yang
bermakna “kasih tanpa pamrih” atau “kasih tanpa mengharapkan balasan”,
suatu bentuk cinta yang paling mulia. “Kasih Allah” dalam ayat ini dikatakan
cukup luas untuk menjangkau semua orang, yaitu “dunia ini”.

Dunia
“Dunia” disini mencakup seluruh ciptaan (Roma 8:19-22; Kolose 1:20). Kasih
Allah tidak terbatas pada satu bangsa atau satu golongan agama tertentu.

Mengaruniakan
Allah “mengaruniakan” Anak-Nya sebagai korban penghapus dosa di atas
kayu salib. Perdamaian mengalir dari hati Allah sendiri yang penuh kasih.
Korban Kristus bukan sesuatu tindakan yang terpaksa dilakukan oleh Allah
(Roma 8:32; Yohanes 4:10).
Tunggal
Frasa “yang tunggal” diterjemahkan dari bahasa Yunani ton monogenē, di
mana kata benda asalnya “monogenés” berarti “satu-satunya, unik”, secara
khusus dalam konteks “anak tunggal”.

Percaya
“Percaya” mengandung tiga unsur utama:
(a) Keyakinan yang kokoh bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan satu-
satunya Juruselamat umat manusia yang hilang;
(b) Persekutuan yang menyangkal diri dan ketaatan kepada Kristus
(bandingkan Yohanes 15:1-10; terutama Yohanes 15:4; Yohanes 14:21);
(c) Kepercayaan penuh di dalam Kristus bahwa Ia mampu dan bersedia
menuntun seseorang hingga mencapai keselamatan kekal dan
persekutuan dengan Allah di sorga.

Binasa
“Binasa” merupakan kata yag sering dilupakan dalam ayat Yohanes 3:16 ini.
Kata ini tidak menunjuk kepada kematian jasmani, tetapi kepada hukuman
kekal yang begitu mengerikan.

Hidup kekal
“Hidup kekal” adalah karunia yang dianugerahkan Allah kepada seseorang
pada saat orang itu dilahirkan kembali. Karena bentuk katanya adalah masa
sekarang, maka artinya “kehidupan kekal” sudah dijalani “sekarang ini juga”,
bukan masih menunggu pada masa depan. “Kekal” bukan saja mengacu
kepada “keabadian” dari segi waktu tetapi juga kepada kualitas kehidupan ini;
suatu jenis kehidupan yang ilahi, kehidupan yang membebaskan orang
beriman dari kuasa dosa dan Iblis serta meniadakan yang duniawi di dalam
diri orang itu supaya ia dapat mengenal Allah (bandingkan Yohanes 8:34-36;
Yohanes 17:3).
3. Keyakinan untuk masuk sorga
Sebagai permulaan kita harus mengerti masalah yang menghadang
kita dari Surga. Masalahnya adalah bahwa khodrat berdosa kita sedang
menghalangi kita mempunyai hubungan dengan Allah. Kita adalah pendosa
dalam khodrat dan dalam pilihan. "Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Kita tidak dapat
menyelamatkan diri kita sendiri. "Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus
2:8-9). Sebenarnya kita patut mati dan dikirim ke neraka, "sebab upah dosa
ialah maut" (Roma 6:23).
Allah adalah kudus dan adil dan harus menghukum dosa, namun Ia
juga mengasihi kita dan menyediakan pengampunan-Nya kita dari dosa.
Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes
14:6). Yesus mati bagi kita di atas kayu salib: "Sebab juga Kristus telah mati
sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak
benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18a). Yesus
dibangkitkan dari kematian: "Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita" (Roma 4:25).
Percayalah dalam Tuhan Yesus Kristus dan Anda akan diselamatkan
(Kisah 16:31). "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-
Nya" (Yohanes 1:12). Anda dapat menerima kehidupan kekal sebagai
anugerah gratis. "Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita" (Roma 6:23). Anda dapat mengalami hidup yang penuh, yang
bermakna sekarang juga. Yesus berkata, "Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes
10:10). Anda dapat menghabiskan kekekalan bersama Yesus di Surga,
karena Ia telah berjanji: "Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada"
(Yohanes 14:3).
Menurut Agama Hindu
a. Pandangan Hindu Mengenai Konsep Sorga dan Neraka
Banyak umat Hindu beranggapan bahwa di dalam ajaran Hindu tidak
ada dan tidak dikenal konsep mengenai Sorga dan Neraka mengingat
konsep dalam Panca Sraddha (lima keyakinan) umat Hindu mempercayai
adanya Punarbawa (reinkarnasi). Sorga dan Neraka dalam pandangan
Hindu sangat jarang diperbincangkan, karena agama Hindu kerap hanya
dipahami meyakini hukum kharmapala dan mempercayai reinkarnasi atau
kehidupan kembali setelah kematian, sehingga banyak orang meyakini
bahwa Hindu tak mengenal Sorga dan Neraka.
Sesungguhnya konsep Sorga dan Neraka ada dalam ajaran Hindu.
Namun ia bukan tujuan akhir dari kehidupan manusia, sehingga bagi
orang Hindu tujuan akhir adalah bukan masuk Sorga, melainkan Moksha
atau bersatunya jiwa (Atman) dengan Sang Maha Pencipta (Brahman).

b. Seperti apa Sorga dan untuk apa ?


Sorga dalam Hindu seperti digambarkan dalam Veda, adalah suatu
tempat, satu dunia, dimana cahaya selalu bersinar, suatu masyarakat
orang suci, dunia kebaikan, dunia abadi. Beberapa pemikiran
mengatakan bahwa Sorga dan Neraka bukanlah tempat, melainkan suatu
kondisi. Artinya, apabila kita dalam kondisi senang atau bahagia, itulah
Sorga. Sebaliknya, apabila kita dalam kondisi sedih atau menderita, itulah
neraka.
Dalam kitab suci Veda disebutkan, Sorga dan Neraka adalah suatu
tempat di balik dunia ini yang dibatasi oleh kematian. Dengan kata lain,
Sorga dan Neraka akan kita temukan setelah kita melewati “jembatan”
yang bernama kematian. Secara harfiah, Sorga berasal dari kata
Sanskerta “svar” dan “ga”. “Svar” artinya cahaya dan “ga” artinya pergi.
Jadi, svarga artinya perjalanan menuju cahaya. Di dalam Veda juga
dikatakan bahwa Sorga adalah “dunia ketiga” yang penuh sinar dan
cahaya.
c. Sorga sebagai persinggahan sementara
Dalam kitab suci Hindu dikatakan bahwa Sorga merupakan
persinggahan sementara. Bahkan, menurut Swami Dayananda Saraswati,
Sorga adalah pengalaman liburan. Bhagawad Gita dalam hal ini
mengatakan: “setelah menikmati Sorga yang luas, mereka kembali ke
dunia. Sorga adalah kesenangan sementara, sedangkan kebahagiaan
yang sejati adalah Moksha, bersatunya Atman (jiwa) dengan Brahman
(Tuhan).

d. Neraka Menurut Hindu


Di Hindu, Neraka dikatakan merupakan balasan yang diterima pada
saat reinkarnasi atau dalam proses kelahiran kembali. Di dalamnya kita
diberikan dua pilihan yang berdasar pada perbuatan kita pada masa hidup
terdahulu, yaitu reinkarnasi Sorga atau reinkarnasi Neraka. Reinkarnasi
Sorga ada dalam proses kelahiran kembali kita mendapatkan takdir yang
lebih baik, sedangkan reinkarnasi Neraka apabila kita dilahirkan dengan
takdir yang lebih buruk. Di Hindu kelainan fisik pada saat kelahiran dapat
dijelaskan sebagai sebuah bentuk penebusan terhadap segala perbuatan
buruk pada masa lalu yang pernah dilakukan. Konsep Sorga-Neraka
seperti ini mungkin berbeda dengan konsep serupa dalam agama lain,
yang menyatakan setiap manusia yang lahir adalah sebuah individu baru
dan suci, ibarat buku belum ternoda oleh tinta kehidupan.
Bagi umat Hindu, kehidupan ini adalah suatu perjalanan yang saling
berhubungan dan berjalan terus-menerus. Dalam kerangka Tuhan Maha
Pengampun, Hindu menjelaskan setiap manusia selalu diberikan
kesempatan untuk selalu memperbaiki dirinya dalam beberapa kali masa
kehidupan untuk kemudian mencapai tujuan tertinggi dalam Hindu, yaitu
“Moksha”.

Jadi, untuk menjawab pertanyaan di atas apakah saya yakin pasti


selamat/ masuk sorga, jawaban saya adalah yakin dan tidak yakin. Karena,
seperti yang ada pada penjelasan di atas, Sorga adalah sebuah kondisi. Saat
kita merasa bahagia maka itulah Sorga. Sedangkan pada saat kita
merasakan penderitaan dan kesedihan yang mendalam maka itulah Neraka.
Sorga atau Neraka juga dapat diartikan sebagai sebuah batas dari kematian.
Jika saya tidak berada pada kondisi tersebut, maka saya tidak akan tahu
apakah saya akan masuk Sorga atau tidak. Dalam agama Hindu, Sorga
bukanlah akhir dari tujuan hidup manusia, melainkan Moksha, yaitu
bersatunya jiwa dengan Sang Maha Pencipta.
Pengertian Freight Forwarding

Nama : Desak Nyoman Dharma Widyani


Kelas : 1 Logistik D
NPM : 16118151

Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa dapat mendefinisikan freight manajemen dan mengetahui status, aspek
dan jenis freight dan usahanya dalam bisnis logistik.

Sub Pokok Bahasan:


1.1 Pendahuluan
1.2 Definisi Freight Manajemen
1.3 Status Freight Forwarding
1.4 Aspek tata laksana Freight Forwarding
1.5 Jenis Freight Forwarding

Pembahasan:

1.1 Pendahuluan
Pada zaman dahulu, orang-orang yang memerlukan barang-barang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dapat melakukan kegiatan barter untuk
mendapatkan barang yang diinginkannya. Barter merupakan suatu kegiatan
melakukan tukar-menukar barang dari lokasi tempat tinggal masyarakat yang
berbeda. Contohnya adalah seseorang yang tinggal di pesisir pantai membutuhkan
sayur dan buah-buahan untuk dikonsumsi sehari-hari, namun di tempat tinggal
mereka tidak ada barang tersebut. Adapula orang yang tinggal di wilayah
pegunungan, mereka membutuhkan ikan dan garam untuk dikonsumsi sehari-hari,
namun di wilayah tempat tinggal mereka tidak ada barang tersebut. Jadi, untuk
dapat memenuhi kebutuhan antara kedua pihak tersebut mereka dapat melakukan
barter atau pertukaran barang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Saat dan setelah terjadinya pertukaran barang tersebut, tentunya diperlukan
suatu usaha untuk memindahkan barang-barang tersebut ke tempat sipemilik
barang yang baru. Pada saat itu, barang-barang tersebut dibawa dengan cara
digotong, dipanggul, maupun mengusung barang. Namun seiring dengan
meningkatnya kecerdasan masyarakat dan munculnya uang sebagai alat transaksi
yang sah, maka kegiatan pengangkutan barang menjadi semakin lebih modern.
Misalnya, orang yang melakukan pembelian barang dari luar negeri dapat
menggunakan sarana transportasi udara dan transportasi laut untuk membawa
barang yang dibelinya di luar negeri. Penggunaan alat transportasi udara akan
memerlukan ongkos yang lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan alat
transportasi laut karena waktunya yang singkat. Jika barang yang dibeli tidak
digunakan dalam waktu yang cepat, maka si pembeli dapat menggunakan jasa
transportasi laut karena ongkosnya yang lebih murah meskipun memakan waktu
yang cukup lama. Pemilik atau pembeli barang juga dapat meminta nasihat kepada
forwarder karena forwarder telah mengetahui dengan baik mengenai jalur-jalur
angkutan yang akan dipergunakan untuk mengirim barang seperti yang
dikehendaki pemilik atau pembeli barang.

1.2 Definisi Freight Forwarding


Freight Forwarder dalam kamus Bahasa Indonesia-Inggris tahun 1984
hal. 255 karangan John M Achols & Hasan Syadily menyebutkan sebagai berikut:
Freight = muatan (1), pengangkutan (2) dan Forwarding : Agent Expeditur;
Kantor Ekspedisi. Freight Forwarder adalah usaha yang ditujukan untuk
mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan muatan melalui transportasi darat, laut, maupun udara yang meliputi
kegiatan, antara lain:
 Penerimaan;
 Penyimpanan;
 Sortasi;
 Pengemasan;
 Penimbunan muatan;
 Pengurusan, penyelesaian, dan penerbitan dokumen angkutan;
 Perhitungan biaya angkutan, klaim asuransi;
 Penyelesaian tagihan yang berkaitan dengan pengiriman muatan
sampai diterima oleh consignee (penerima barang).
Selain dapat bertindak sebagai pengirim maupun penerima barang,
Freight Forwarder juga dapat membantu eksportir/ shipper melakukan hal-hal
yang berkaitan dengan:
 Membantu penyerahan barang tepat waktu;
 Membantu pengawasan terhadap kondisi barang agar tetap utuh dan
dalam kondisi baik;
 Membantu menekan biaya serendah mungkin;
 Membantu mengamankan barang, dalam hal adanya kerusakan barang
yang harus diperbaiki, dan penyelesaian dokumen impor.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui subyeknya yaitu


“Company or any company” dan objeknya adalah “property” atau barang
milik orang lain. Pada dasarnya forwarder tidak menawarkan jasa untuk
mengangkut, tetapi menawarkan “jasa pengiriman barang milik si pengirim
(penjual/ pemilik barang)” yang disampaikan ke tempat tujuan dimana
pembeli bertempat tinggal. Perintah untuk mengirimkan barang biasanya
bukan hanya dari satu pengirim atau penjual saja, melainkan dari beberapa
pihak pengirim atau penjual. Maka dari itu, agar forwarder dapat mengirimkan
barang dari beberapa pihak pengirim maupun penjual, forwarder akan
melakukan sebuah tindakan yang disebut Groupage System. Groupage System
merupakan kegiatan yang dilakukan forwarder untuk mengumpulkan barang-
barang menjadi satu pengiriman, dimana barang-barang tersebut akan
diklasifikasikan berdasarkan volumenya, dan forwader juga akan membuat
daftar nama dan alamat pegirim, penerima, berat barang dan jumlah
seluruhnya, dengan syarat bahwa tujuan pelabuhannya adalah pelabuhan yang
sama.
Forwarder juga bertindak sebagai seorang perantara, dimana hal
tersebut dapat dibuktikan dengan definisi sebagai berikut: “The Freight
Forwarder is the therefore a person, acting as an intermediary, between
people who want goods moved (shipper) and people who have the means to
move these goods (carrier)”. Yang berarti: “Freight Forwarder pada dasarnya
adalah seseorang yang bertindak sebagai perantara mereka yang menginginkan
barang-barangnya dikirim (si pengirim) dan mereka yang memiliki sarana
angkutan untuk memindahkan (mengangkut) barang tersebut (si pengangkut)”.
1. Bahwa Freight Forwarder bekerja hanya atas dasar “perintah” dari
mereka yang menginginkan agar barangnya dikirim ke tempat lain.
2. Untuk menggerakan barang muatan tersebut, Forwarder tidak harus
memiliki sarana angkutannya.
3. Forwarder bertindak sebagai perantara antara si pengirim, pengangkut
dan penerima barang.

Berdasarkan keseluruhan definisi yang terdapat di atas, maka dapat


diambil rumusan mengenai Freight Forwarder adalah sebagai berikut: “Seseorang
atau Badan Hukum yang melaksanakan perintah pengiriman barang (muatan) dari
atau beberapa orang pemilik barang, yang dikumpulkan dari satu atau beberapa
tempat, sampai ke tempat tujuan akhir melalui sistem pengaturan lalu-lintas
barang dan dokumen, dengan menggunakan satu atau beberapa jenis angkutan,
dan harus memiliki sarana angkutan yang dimaksud”.
Freight Forwarder dahulu dikenal dengan sebutan EMKL (Ekspedisi
Muatan Kapal Laut) dan EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara). Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Menhub No. KM 10 tahun 1988 tanggal 26 Februari
1988 disebut sebagai Jasa Pengurusan Transportasi, kemudian mereka membentuk
Asosiasi Freight Forwarder Indonesia atau Indonesia Freight Forwarder
Association (INFFA), dan sekarang bernama ALFI (Asosiasi Logistik dan Freight
Indonesia).
Berdasarkan SK Menhub No. KM 10 Tahun 1988 yang dimaksud dengan
Perusahaan “Jasa Pengurusan Transportasi” atau “Freight Forwarding” adalah:
Usaha yang ditujukan untuk mewakili pemilik barang, untuk mengurus semua
kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang
melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup penerimaan,
penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan,
pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan
biaya angkutan, klaim asuransi, atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan
dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut
sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.
Sesuai dengan keputusan Kemenhub tersebut di atas, adapaun persyaratan
untuk mendirikan Perusahaan Freight Forwarding diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan Freight Forwarding atau perusahaan jasa pengurusan
transportasi harus memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Pengurusan
Transportasi (SIUJPT), yang diterbitkan oleh Kementerian
Perhubungan RI.
b. Perusahaan Freight Forwarding harus berbentuk Perseroan Terbatas
(PT), dengan modal yang disetor kepada bank, minimal Rp
200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah).
c. Memiliki tenaga ahli dibidang “ Freight Forwarding” yang memiliki
ijazah freight forwarder (jasa pengurusan transportasi) minimal
setingkat sarjana muda atau sederajat serta telah berpengalaman dalam
bidangnya.
d. Memiliki mitra usaha (Agent) di luar negeri maupun di dalam negeri,
yang akan bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Forwarding
bersangkutan, dalam rangka penyerahan barang kepada yang berhak
menerimanya.
e. Memiliki ruang kantor yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan dilengkapi sarana/ perangkat komunikasi yang memadai
maupun sarana dan prasarana lainnya.
f. Disamping tenaga ahli dibidang freight forwarding, perusahaan harus
memiliki tenaga-tenaga staf yang berpengalaman dibidang pengurusan
lalu-lintas dokumen perdagangan atau surat-surat berharga lainnya,
serta lalu-lintas barang baik di dalam maupun di luar pelabuhan, serta
aspek-aspek angkutan darat, laut dan udara.
g. Lain-lain yang dapat menunjang kegiatan operasional maupun teknis
administratif usaha pengurusan transportasi.

Adapun pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan atau usaha Freight


Forwarder adalah:
1. Perusahaan Pengangkut
 Pemilik Kapal
 Angkutan Darat, Angkutan Laut dan Jasa Kereta Api
 Angkutan Udara
 Angkutan Sungai, Danau dan Pengairan dalam dan Ferry (ASDP)
 Angkutan Mini-bridge dan Land-bridge. Mini-bridge adalah
pengangkutan peti kemas dengan throught B/L yaitu pengangkutan
peti kemas yang dilakukan oleh pelayaran dari tempat asal ke
tempat tujuan melalui angkutan laut dan selanjutnya diteruskan
pengirimannya ke negara ketiga dengan menggunakan alat
angkutan kereta api. Sedangkan Land-bridge adalah angkutan peti
kemas yang dilakukan melalui angkutan laut, kemudian diteruskan
kembali dengan angkutan darat dan kemudian di angkut lagi
melalui angkutan laut. Dalam layanan angkut peti kemas yang
bersifat intermodal transportasi, perusahaan pelayaran akan
mengeluarkan dokumen pengangkutan yang disebut “Combined
Transport Bill of Lading”, yang hanya dibuat satu kali saja.
2. Tempat Penyimpanan
Bisa terdiri dari gudang terbuka (Container Yard), gudang tertutup
(Warehousing), dan Depot Container ( Empty Container).
3. Pihak Ketiga
Baik pihak swasta maupun pemerintah seperti Perbankan,
Asuransi, Petugas Valuta, Pelabuhan/ Bandara, Surveyor, Bea Cukai, dsb.

Apabila forwarder dari sebelum tanggal pelaksanaan pengiriman telah


memperoleh perintah serta informasi yang diperlukan dari pihak pemakai jasa
bersangkutan terhadap barang-barang yang akan dikirim ke tempat tujuan akhir, akan
mampu memberikan suatu perencanaan program pengiriman/ pengangkutan barang
yang diserahkan kepadanya, keterangan-keterangan yang dimaksud, antara lain :
 “Packing list” suatu daftar keterangan tentang barang yang akan dikirim, yang
memuat segala sesuatu tentang barang bersangkutan, terutama mengenai jenis
kemasan barang, berat, ukuran/ volume barang baik tiap unit/ satuan atau
jumlah keseluruhan unit.
 “Invoice” dokumen yang menjelaskan tentang nilai dan harga barang
bersangkutan.
 Dokumen-dokumen lain, tentang persyaratan penyerahan barang, seperti
“Letter of Credit” (L/C) atau “sales contract” dan sebagainya.
 Shipping Instruction atau perintah-perintah yang diterimanya sebagai
pedoman untuk pelaksanaan pengiriman barang.
Dalam melakukan pengiriman barang, forwarder menerapkan suatu sistem
pengangkutan atau pengiriman barang (hal banyak terjadi setelah
dipergunakannya petikemas sebagai unit barang atau box yang diisi sejumlah
komoditi) yaitu “Groupage System”. Groupage System adalah suatu sistem
pengiriman barang yang dikirim dengan menggunakan petikemas atau container
dimana pengirim atau pemilik barangnya lebih dari satu orang yang terdiri dari
beberapa partai barang dengan volume yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan volume container bersangkutan, untuk satu tujuan pelabuhan yang sama.

1.3 Status Freight Forwarder


Freight Forwarder yang profesional akan menjadi tempat berkumpulnya
para pemilik barang yang ingin segera mengirimkan barang atau muatannya ke
tempat tujuan masing-masing, dan diantara mereka yang ingin menggunakan jasa
freight forwarder ada yang sudah mengetahui dengan baik segala sesuatu tentang
forwarder teserbut, sifat-sifat barangnya, maupun jalur pengiriman barang yang
akan ditempuh. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang menggunakan jasa
freight forwarder belum mengenal dengan baik bagaimana tatacara yang baik
dalam mengirimkan barang-barangnya, jalur pengiriman barang, dsb.
Dari sini dapat dikatakan bahwa forwarder adalah tempat dimana para
pemilik barang akan menerima advice atau nasihat dari forwarder tentang segala
sesuatu terhadap aspek-aspek pengangkutan dan pengiriman barang. Untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-harinya, forwarder akan selalu melibatkan pihak-
pihak tertentu, agar pekerjaan serta jasa yang ditawarkan kepada para pemilik
barang akan berjalan dengan lancar. Adapun pihak-pihak yang dimaksud adalah:
a. Selaku seorang konsultan dari para pemilik barang.
b. Selaku kuasa dari pemilik barang yang diserahkan kepadanya untuk
segera dikirim ketempat tujuan akhir (menerima dan menyerahkan
barang).
c. Selaku koordinator dan pengawas terhadap suatu proses pengiriman
barang.
d. Pemilik barang (baik itu penjual atau pembeli ataupun pihak lainnya).
e. Pihak stevedore atau di Indonesia disebut dengan nama Perusahaan
Bongkar Muat (PBM) yang membantu forwarder untuk memuat/
membongkar barangnya.
f. Cargo Surveyor pemeriksa barang di pelabuhan.
g. Pihak pengangkut barang serta dokumen muatannya.
h. Asuransi dan bank untuk dokumentasi dan keamanan barang serta
sistem pembayaran yang terkait.
i. Perdagangan, perhubungan, dan sebagainya.

1.4 Aspek-Aspek Tatalaksana Forwarding


Tata cara pelaksanaan operasional dari Perusahaan Freight Forwarding itu
ada beberapa macam tindakan para Forwarder dalam hal mengelola usaha jasa
forwarding. Secara singkat beberapa langkah biasanya akan diambil oleh
perusahaan Forwarding, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Proses pengurusan dokumen, pemeriksaan barang oleh petugas pabean,
dan sebagainya.
b. Melaksanakan negosiasi mengenai tarif angkutan, baik dengan pihak
pengangkut maupun pemilik barang.
c. Apabila segala sesuatunya telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
segera menghubungi pihak pengangkut yang akan melaksanakan
pengiriman barang dimaksud.
d. Apabila proses pengiriman barang berjalan dengan lancar dan barang
telah diterima dengan baik, kemudian dilakukan penagihan atas jasa
Forwarding secara lengkap kepada pihak yang terkait (Penerimaan dan
Pengiriman).

Sebagai perusahaan, maka sorang forwarder dalam menjalankan tugasnya


akan selalu melaksanakan operasionalnya dengan menciptakan suatu kombinasi
antara prinsip-prinsip ekonomi dengan tatalaksana mobilisasi material dan logistik
termasuk sistem distribusi sesuai perintah dari pemilik barang. Oleh karena itu,
forwarder akan selalu memperhatikan dan melaksanakan suatu pekerjaan yang
lebih efisien, yaitu segala hal mengenai:
a. Aspek-aspek pemasaran bagi produksi jasanya.
b. Koordinasi penggunaan berbagai macam peralatan pengendalian dan
pemeliharaan barang.
c. Pemanfaatan tata ruang gudang yang diisi barang dagangan/ muatan
kapal yang efisien.
d. Koordinasi terhadap lalu lintas dokumen/ custom clearance.
e. Pemanfaatan ruang kapal yang berada di bawah unit operasionalnya
agar dapat diisi muatan secara maksimal/ stowage plan.
f. Menerima dan menyerahkan barang.
g. Penanggung jawab terhadap hasil pekerjaan daripada subkontraktor
yang bekerja untuknya.

Pada sisi lain sebenarnya pemilik barang dapat melakukan sendiri kegiatan
pengiriman barang agar sampai ke tempat tujuan yang hendak dituju. Namun para
pemilik barang tersebut memiliki pemikiran lain, bahwa jika barang tersebut
dikirim oleh forwarder maka si pemilik barang akan terlepas dari beberapa
masalah mengenai barang produksi yang siap untuk dipasarkan tersebut. Adapun
permasalahan-permasalahan yang dimaksud adalah:
a. Memikirkan bagaimana sistem kemasan atas barangnya yang terbaik,
agar ekonomis dan efisien.
b. Untuk mengangkut hasil produksinya ke pelabuhan harus berhubungan
dengan pemilik usaha angkutan darat (kereta api dan truck).
c. Di pelabuhan harus mencari EMKL (khusus di Indonesia) untuk
mengurus penyelesaian dokumen muatan dan sebagainya.
d. Mencari perusahaan bongkar dan muat (stevedoring) dan pelayaran
yang baik di pelabuhan agar hasil produksinya tersebut dapat dimuat
ke kapal dan dikirim kepada penerima di luar negeri.
e. Menghubungi perusahaan asuransi untuk mengurangi resiko kerugian
yang mungkin akan dideritanya di kemudian hari.
1.5 Jenis-Jenis Freight Forwarding
Dalam menjalankan kegiatan opersionalnya sehari-hari, Freight
Forwarding dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Atas dasar operasional
b. Atas dasar sarana angkutan

1.5.1 Atas Dasar Operasional


Pengiriman barang oleh forwarder hanya dapat dilaksanakan
dengan menggunakan sarana angkutan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh mereka, yaitu dengan melihat bentuk, kemasan, berat,
dan isi barang bersangkutan. Di Indonesia, forwarder dapat dibedakan
menjadi tiga (3) kategori, yaitu:
 Forwarder Internasional (kelas A)
Forwarder kelas A (International Freight Forwarder)
merupakan forwarder yang telah profesional dalam hal
menjalankan kegiatan freight forwarding dengan memberikan
pelayanan jasa pengiriman barang kepada pemakai jasanya,
yang telah melampaui batas negara dengan tujuan barang di
salah satu negara di luar negeri.
 Forwarder Domestik/ Regional (kelas B)
Forwarder kelas B merupakan forwarder yang yang
menjalankan kegiatan freight forwardingnya dengan ruang
lingkup operasionalnya secara resmi hanya disekitar batas suatu
negara (seluruh Nusantara Indonesia) maupun ke negara-negara
tetangga (negara-negara ASEAN dan Australia). Pada
prakteknya, forwarder kelas B juga melayani pekerjaan
pengiriman barang ke seluruh dunia dengan mengadakan suatu
kerja sama muatan dengan Forwarder Internasionl yang telah
berhak mengeluarkan Bill of Lading sendiri.
 Forwarder Lokal (kelas C)
Forwarder ini merupakan forwarder dengan klasifikasi minim,
karena disini yang termasuk golongan forwarder lokal adalah
mereka yang belum memiliki agen di luar negeri dan mereka
adalah pengelola EMKL, EMKU, dan EMKA yang seluruh
volume pekerjaan pengiriman barang belum menggunakan
sarana angkutan yang terpadu.

1.5.2 Atas Dasar Sarana Angkutan


Jenis forwarder lainnya yang berdasarkan sarana angkutan yang
dilayani oleh yang bersangkutan, dalam hal ini menggunakan sarana
angkutan laut, udara atau kereta api saja, maka untuk forwarder jenis
ini dapat dibagi sebagai berikut:

1.5.2.1 Ocean Freight


Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka
yang mengkhususkan kegiatan usahanya pada pengiriman
barang muatan melalui angkutan laut dan angkutan darat seperti
kereta api atau sarana angkutan darat lainnya. Terdapat tiga
kategori umum mengenai barang muatan atau kargo yang harus
diketahui oleh seorang forwarder tentang teknik pelayanannya
(cargo handling), masing-masing jenisnya yaitu:
a. Bulk Cargo
b. Unity Load Cargo
c. Containerrised Cargo

Pengiriman melalui laut dapat diterapkan pada semua


jenis muatan, termasuk barang komersial dan barang-barang
industri selain juga barang milik pribadi (personal goods)
seperti: furniture, house goods, dan mobil. Biaya pengiriman
barang akan sangat ditentukan oleh ukuran peti kemas, berat
muatan, dokumen yang diperlukan, transportasi yang
digunakan dari dan menuju pelabuhan. Terdapat dua jenis
pengiriman barang melalui laut, diantaranya adalah:
1. LCL (Less Container Load)
Less Container Load merupakan metoda atau cara
pengapalan muatan dimana muatan tersebut tidak cukup
untuk memenuhi isi satu peti kemas. Sehingga pengapalan
muatan akan digabungkan dalam satu peti kemas dengan
muatan milik orang lain.
2. FCL (Full Container Load)
Merupakan metoda pengumpulan data, dimana muatan
dalam satu peti kemas dimiliki oleh satu pemilik.
Keuntungan penggunaan metoda ini adalah digunakannya
segel peti kemas sehingga dari segi keamanan lebih
terjamin dibandingkan dengan metoda pengapalan secara
LCL karena tidak seorangpun dapat menyentuh isi muatan
sampai peti kemas tersebut dibuka di negara tujuan.
3. Konsolidasi Muatan (Cargo Consolidation)
Konsolidasi muatan merupakan pengumpulan atau
penggabungan beberapa pengiriman muatan LCL dari
beberapa shipper untuk beberapa consignee di suatu tempat
dalam satu unit peti kemas untuk satu tujuan penerima yang
sama. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dengan
adanya konsolidasi muatan tersebut bagi seorang eksportir
atau shipper adalah pembayaran freight yang lebih rendah
daripada berhubungan langsung dengan pihak pengangkut
terutama untuk muatan yang sedikit.

Beberapa model Consolidation buyer and saler adalah sebagai berikut:


Buyers Consolidation (Nomination Shipment)

SHIPPER 1
SHIPPER 2 SHIPPING LINE CONSIGNEE/ BUYER

SHIPPER 3

Seller Consolidation BUYER 1

SHIPPER SHIPPING LINE BUYER 2


BUYER 3
Freight Forwarder Consolidation

SHIPPER 1 BUYER A
FREIGHT FREIGHT
SHIPPER 2 FORWARDI SHIPPING LINE FORWARDI BUYER B
SHIPPER 3 NG NG
BUYER C

Multi Country Consolidation (MCC)

SHIPPER 1 BANGKOK
FREIGHT FREIGHT
SHIPPER 2 FORWARDI SHIPPING LINE FORWARDI HONGKONG
SHIPPER 3 NG NG
OSAKA

Beberapa contoh jenis kemasan:


a. Crate
Biasa digunakan untuk mengemas muatan berat bernilai tinggi, untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada muatan.
Double-Walled Corrugated Cardboard
Cara pengemasan ini merupakan alternatif lain dari Crate. Untuk memastikan
keamanan muatan furniture atau muatan yang berukuran besar lainnya, digunakan
styrofoam sebagai pengganjal.
Double-Boxing
Cara pengemasan ini sering digunakan untuk muatan pecah belah seperti: glassware,
china dan muatan kecil lainnya yang memerlukan perhatian ekstra. Muatan ini
dimasukkan ke dalam inner shipping box, lalu kemudian dimasukkan ke dalam carton
box.
Corrugated Cardboard (standard grade)
Cara pengemasan ini biasa digunakan untuk muatan seperti: pakaian, buku, plastik,
ataupun barang lain yang tidak mudah pecah.
Pallet
Cara pengemasan ini biasa digunakan untuk menggabungkan muatan berukuran kecil,
muatan berukuran besar serta muatan berat. Untuk penanganannya diperlukan “pallet
jack” atau forklift.
Dalam hal penanganannya, ada beberapa jenis barang/ muatan yang perlu mendapat
perhatian khusus, yaitu:
 Muatan Curah (Bulk Cargo)
 Peralatan Besar (Heavy Lift Cargo), Mesin, dll
 Barang bernilai tinggi (High Value Cargo)
 Barang mudah rusak (Perishable Cargo)
 Barang yang memerlukan pendinginan (Refrigerated Cargo)
 Binatang ternak hidup (Live Stock)
 Muatan berbahaya (Dangerous and Hazardous Cargo)

4. Freight Rate
Freight Rate adalah sejumlah uang yang diminta
perusahaan pelayaran, sebagai balas jasa atas pengangkutan
muatan. Perlu dibedakan antara ongkos angkut Charter
Party (Charter Party Freight Rate) dan ongkos angkut biasa
(Bill of Lading Freight Rate). Ongkos angkut Charter Party
didasarkan atas perjanjian yang dibuat antara penyewa dan
pemilik kapal yang jumlahnya didasarkan pada banyak
muatan yang diangkut atau lamanya kapal sewa. Sedangkan
ongkos angkut B/L Freight Rate dihitung atas dasar tiga
macam cara, yaitu:
a. Dihitung berdasarkan berat muatan
b. Dihitung berdasarkan volume muatan
c. Dihitung berdasarkan harga muatan

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan Freight


Rate, diantaranya adalah:
a. Advance Freight
Freight Rate yang diminta dimuka.
b. Freight Collect
Payable at destination, Freight Forward atau Destination
Freight, Freight Rate yang dibayar bila muatan akan
diserahkan. Carrier dapat menahan muatan jika Freight
Rate belum dibayar seluruhnya.
c. Dead Freight
Freight Rate yang dapat diminta oleh pemilik kapal
kepada penyewa bila penyewa tidak jadi menyewa
ruangan kapal yang telah dipesan (uang ganti rugi).
d. Back Freight
Freight Rate untuk muatan berlebih (over carried
cargo) yang tidak dapat dibongkar ditujuan sehingga
dibawa oleh kapal untuk dibongkar di pelabuhan lain.
e. Freight all Kind
Freight Rate yang tarifnya sama untuk setiap peti kemas
yang diangkut, biasanya untuk pengiriman jarak dekat.

5. Sistem Tarif
Dalam sistem tarif dikenal beberapa jenis tarif,
diantaranya adalah:
a. Based Rate
Tarif yang berlaku antara pelabuhan utama (base port)
yang disinggahi secara langsung.
b. Class Rate
Tarif yang dikenakan pada muatan yang memiliki sifat
dan jenis yang sama dan dikelompokkan dalam satu
kelas.
c. Commodity Rate
Tarif yang dikenakan untuk setiap jenis komoditi.
d. Valuation Scale
Digunakan untuk menghitung tarif yang didasarkan
pada harga barang per ton/m3.
e. Lump sum Freight
Tarif yang dihitung berdasarkan pada unit atau sejumlah
unit tertentu.
f. Ad Valorem
Tarif yang dihitung berdasarkan pada persentase
tertentu atau harga barang yang berkisar antara 2-3%
dan biasa dikenakan pada barang bernilai tinggi.
g. Minimum Freight
Tarif minimum yang harus dibayar per B/L oleh pemilik
muatan dan jumlahnya bukan berdasarkan ton/m3.
h. Additional Freight (Surcharges)
Tarif tambahan yang dikenakan untuk muatan yang
memiliki volume atau berat yang melebihi normal
sehingga memerlukan peralatan bongkar muat khusus.

1.5.2.2 Air Freight


Yang dimaksud muatan udara adalah sesuatu barang
yang diangkut di dalam pesawat yang tidak diikuti/ dibawa
pemiliknya dan tersurat di dalam Air Way Bill (Surat Muatan
Kapal Udara).
Muatan udara dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis,
yaitu:
a. Revenue Basic
b. Traffie Basic
Online : Kargo yang diangkut oleh satu
penerbangan.
Interline : Kargo yang diangkut oleh lebih dari 2
penerbangan.
Off-line : Kargo yang diangkut seluruhnya oleh
penerbangan lain.
c. Handling Basic
 General Cargo
Semua cargo yang bersih, kering tidak berbahaya,
tidak mudah busuk, bukan barang berharga dan
tidak memerlukan penanganan serta penyimpanan
khusus.
 Special Cargo
Cargo yang memerlukan penanganan khusus yang
hanya dapat diterima bila telah memenuhi
persyaratan tertentu, contoh: dangerous cargo, live
animal, perishable cargo, valuable cargo.

1.5.2.3 Syarat angkutan muatan udara


 Persyaratan umum
 Cargo Acceptance
 Batas barang kiriman
 Hak pemeriksaan penerbangan
 Surat Muatan Kapal Udara (Air Way Bill)
 Dasar biaya dan tarif
 Jadwal rute dan pembatalan penerbangan

1.5.2.4 Penolakan penerima untuk mengambil barang kiriman


Pengirim atau pemilik barang secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri menanggung segala ongkos dan biaya yang
timbul sehubungan dengan terjadinya penolakan untuk
mengambil barang, termasuk ongkos yang timbul atas
pengembalian barang. Bila pengembalian ditujukan
kepelabuhan udara asal, dan pengirim serta penerima atau
pemilik barang menolak pembayaran dalam jangka waktu 15
hari setelah barang kembali, maka pihak penerbangan dapat
memusnahkan barang tersebut dihadapan umum setelah
menyampaikan informasi ke alamat yang tercantum di dalam
AWB selambat-lambatnya 10 hari.

1.5.2.5 Pembuangan kiriman yang mudah busuk


Bila terdapat pengiriman barang yang mudah busuk
yang ditolak ditujuan, maka pihak penerbangan dapat
melakukan pemusnahan barang tersebut sebagian atau
seluruhnya, semua biaya yang timbul termasuk biaya sewa
gudang, proses pelanggan harus tunduk pada aturan yang
ditetapkan oleh perusahaan penerbangan.

1.5.2.6 Tanggung jawab pengirim muatan


a. Pengirim bertanggung jawab terhadap kelayakan kemasan
untuk pengangkutan melalui udara dan tidak akan melukai
orang atau merusak barang dan hak milik lainnya. Setiap
kemasan harus diberi tanda secara benar dan seharusnya
dengan mencantumkan nama dan alamat jelas pengirim dan
penerima.
b. Pengirim menjamin pembayaran untuk semua biaya yang
belum dilunasi, uang muka, biaya penerbangan, denda,
kerugian waktu, biaya kerusakan yang timbul disebabkan
oleh pengiriman barang. Dengan melakukan pengiriman
dan memberlakukan hak-hak yang tercantum di dalam
kontrak pengangkutan, penerima setuju untuk membayar
segala biaya dan uang muka (Freight Collect).

Anda mungkin juga menyukai