PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penderita hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini dapat
berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh,
termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi retina dengan karakteristik
terjadi perubahan vaskularisasi retina, perdarahan retina, eksudat, edema papila,
dan edema retina (Mosby Medical Dictionary, 2015).
Menurut catatan WHO tahun 2016 ada satu milyar orang di dunia
menderita hipertensi dan dua pertiga diantaranya berada di Negara berkembang
yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Jumlah penderita hipertensi di
Indonesia cukup tinggi bahkan cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
RISKESDAS KEMENKES RI, selamalima tahun terakhir angka kejadian
hipertensi berjumlah 31,7 persen. Sementara kasus hipertensi yang belum
terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76 persen.
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk
golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi
kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal.
Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ
lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan
darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler
secara premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau
disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil
hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada
data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat tergantung
dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi
sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%. Hampir semua
hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon
dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena
komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat
menyebabkan syok, gagal ginjal, gangguan retina mata.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak terkontrol
(seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti
kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam).
Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan bahwa penyakit ini
bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai
subkelompok berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa
hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang bersifat endogen
seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen
seperti rokok, nutrisi dan stress.
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat
menyebakan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler
koroner, dan sistem konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner, kelainan system
konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang biasanya
secara klinis tampak sebagai angina atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial
fibrilasi), dan gagal jantung kongestif (CHF).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi ?
2. Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi
2. Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi
D. Metode Penulisan
1. Metode Penelusuran melalui internet
2. Metode Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik yang tidak normal (Silvia A Price, 2013).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 2016 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2011).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (FKUI, 2011).
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Etiologi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2011 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alkohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
b. Vascular
Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolestrol
Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
d. Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
e. Obat – obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
3. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap
tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-
adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-
aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi
pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir.
Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat
sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit
jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh
koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi
berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner,
yaitu:
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer.
2. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler
per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak
difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama
pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri.
5. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
a. Optimal <120 <80
b. Normal 120 – 129 80 – 84
c. High Normal 130 – 139 85 – 89
d. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
6. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi
dalam dua kategori—pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang
tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal
adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit
ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.
Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
Diet kaya buah dan sayur.
Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan
jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi
endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu
sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal
yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya
eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO
yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan
obat antihipertesni.
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel
blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
a.Pemeriksaan retina
b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
c.EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
d. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
e.Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
f. Foto dada dan CT scan.
8. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan
tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran
seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala,
mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi
essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai
berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-
kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.
pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan
karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a.Stroke
b. Gagal jantung
c.Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata
3. Perencanaan Keperawatan
Dx 1 : Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d beban akhir
meningkat, Vasokontriksi.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah -Pantau TTD -Perbandingan dari tekanan
diberikan memberikan gambaran yang lebih
asuhan lengkap tentang keterlibatan/bidang
keperawata masalah vascular.
n -Catat -Denyutan karotis,jugularis,radialis
diharapkan keberadaan,kualitas dan femolarismungkin
klien mau denyutan sentraldan teramati/terpalpasi.Denyut pada
berpartisipa perifer tungkai mungkin
si dalam menurun,mencerminkan efek dari
aktivitas vasokontriksi(peningkatan SVR)
yang dan kongesti vena.
menurunkan -Auskultasi tonus -S4 umumnya terdengar pada
TD/beban jantung dan bunyi nafas pasien hipertensi berat karena
kerja adanya hipermetrofi
jantung atrium(peningkatan
dengan volume/tekananatrium)Perkembang
KH : an S3 menunjukkan hipertrofi
- TD dalam ventrikel dan kerusakan
rentang fungsi,adanya krakles,mengi dapat
individu mengindikasikan kongesti paru
yang dapat skunder terhadap terjadinya atau
diterima gagal ginjal kronik.
- Irama dan -Amati warna -adanya pucat,dingin,kulit lembab
frekuensi kulit,kelembaban,suhu,d dan masa pengisian kapiler lambat
jantung an masa pengisian mungkin berkaitan dengan
stabil dalam kapiler vasokontriksi atau mencerminkan
rentang dekompensasi/penurunan curah
normal jantung
-Catat edema -Dapat mengindikasikan gagal
umum/tertentu jantung,kerusakan ginjal atau
vascular.
-Berikan lingkungan -Membantu untuk menurunkan
tenang dan rangsang simpatis;meningkatkan
nyaman,kurangi relaksasi
aktivitas/keributan
lingkungan .batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.
-Pertahankan -Menurunkan stress dan ketegangan
pembatasan aktivitas yang mempengaruhi tekanan darah
seperti istirahat ditempat dan perjalanan penyakit hipertensi.
tidur/kursi;jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan;bantu pasien
melakukan perawatan
diri sesuai kebutuhan.
-Lakukan tindakan- -Mengurangiketidaknyamanan dan
tindakan nyaman seperti dapat menurunkan rangsang
pijatan punggung dan simpatis.
leher,miringkan kepala
di tempat tidur.
-Anjurkan tehnik -Dapat menurunkan rangsangan
relaksasi,panduan yang menimbulkan stress,membuat
imajinasi ,aktivitas efek tenang,sehingga menurunkan
pengalihan. TD.
-Pantau respon terhadap -Respon terhadap terapi obat
obat untuk mengontrol “stepeed”(yang terdiri atas
tekanan darah diuretic.inhibitorsimpatis dan
vasodilator)tergantung pada
individu dan efek sinergis
obat.karena efek samping
tersebut,maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling
rendah.
4. Evaluasi
Dx 1: Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan beban akhir meningkat, vasokontriksi.
Kriteria Evaluasi :
a. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
b. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, BUN, dan kreatinin
plasma dalam batas normal.
c. Mempunyai warna kulit yang normal.
d. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik.
e. Menggambarkan diet, obat,aktivitas dan batasan yang diperlukan.
f. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat
dilaporkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini
termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi
kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal.
Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ
lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan
darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler
secarapremature1.
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat
menyebakan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler
koroner, dan sistem konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner, kelainan system
konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang biasanya
secara klinis tampak sebagai angina atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial
fibrilasi), dan gagal jantung kongestif (CHF).
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Ed-3,Jakarta:EGC
Rilantono,L.dkk.2002.Buku Ajar Kardiologi,Jakarta:Universitas Indonesia
Smeltzer,C Suzanne dan Bare,Brenda G.Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah,Ed- 8,vol.2,Jakarta:EGC
Mansjoer,arif.dkk.2011.Kapita Selekta kedokteran ,Ed-3, jilid I.Jakarta:FKUI
Media Aesculapius
Wilkinson,Judith M & Nancy R. Ahern.2014.Diagnosis Keperawatan, Jakarta :
EGC