Anda di halaman 1dari 18

Anggota Kelompok :

1. Anggita Gayatri S (P1337434119011)


2. Mega Sri Wulandari (P1337434119023)
3. Laras Prastika (P1337434119027)
4. Dea Sephiany (P1337434119036)
5. Dhira Setya W (P1337434119041)

METODE KELARUTAN
A. Judul : Identifikasi Lipid Metode Kelarutan

B. Tujuan : Untuk mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu

C. Dasar Teori :
 Klasifikasi Lipid
 Lipid sederhana (simple lipids), merupakan ester gugus asam lemak (sering
disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol.
 Lipid Kompleks (complex lipid), merupakan ester gugus asam lemak dengan
molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan ddengan molekul yang lain,
seperti asam fosfat.
 Turunan lipid (derived lipids), dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton (keton bodies) dan sebagainya
(Boaras, 2006;Mayes)
 Kelarutan Lemak dan Minyak
Menurut Sediaoetama (1985), lemak dan minyak merupakan suatu kelompok dari
golongan lipid. Lipid sendiri merupakan golongan senyawa organik yang tidak larut
dalam air,tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti dietil eter, benzene, kloroform,
dan heksana. Karena tergolong dalam lipid, maka lemak dan minyak dapat larut juga
dalam pelarut - pelarut nonpolar. Kelarutan lemak dan minyak terhadap pelarut
nonpolar tersebut dikarenakan lemak dan minyak mempunyai kepolaran yang sama
dengan pelarut tersebut, yaitu nonpolar.
Pelarut polar memiliki tingkat kepolaran yang tinggi cocok untuk mengekstrak
senyawa – senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal
digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa – senyawa
dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah air,
methanol, ethanol, asam asetat. Pelarur semipolar memiliki tingkat kepolaran yang
rendah dibandingkan denngan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa – senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah aseton, etil,
asetat, klorofrom. Pelarut nonpolar hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa – senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contohnya
heksana dan eter.
 Emulsi
Adalah campuran antara partikel – partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat
cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua baha tak
dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fase yang lain. Dikarenakan
setiap bahan pangan memiliki karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan
memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari
zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain
distabilkan dengan zat pengemulsi.

D. Prinsip Kerja :
Pada prinsipnya, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut karena
lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama
nonpolar.

E. Alat dan Bahan :


Alat Bahan
Rak tabung Minyak Kelapa (sampel)
4 Tabung Reaksi Klorofrom
Gelas ukur Eter
Alkohol dingin
Alkohol panas
F. Cara Kerja :
 Uji Kelarutan Lipid
1) Masukkan 2 ml sampel ke dalam 4 tabung reaksi
2) Masukkan 1 ml Eter ke dalam tabung reaksi 1
3) Masukkan 1 ml Alkohol dingin ke dalam tabung reaksi 2
4) Masukkan Alkohol panas (dipanaskan di atas hotplate) ke dalam tabung reaksi 3
5) Masukkan 1 ml Kloroform ke dalam tabung reaksi 4

G. Skema
Tabung reaksi 1 Tabung reaksi 2
- 2 ml sampel - 2 ml sampel
- 1 ml Eter - 1 ml Alkohol dingin

Tabung Reaksi 3 Tabung Reaksi 3


- 2 ml sampel - 2 ml sampel
- 1 ml Alkohol Panas - 1 ml Kloroform

H. Interpretasi Hasil :
 Uji Kelarutan Lipid
Hasil yang diperoleh pada penambahan Eter yaitu Eter dapat larut dalam
sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Alkohol dingin yaitu Alkohol dingin
tidak dapat larut dalam sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Alkohol panas yaitu Alkohol panas
tidak dapat larut dalam sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Kloroform yaitu Kloroform dapat larut
pada sampel.
I. Hasil ( disertai foto) :
 Uji Kelarutan Lipid
Hasil : penambahan Eter yaitu (+)
penambahan Alkohol dingin yaitu (-)
penambahan Alkohol panas yaitu (-)
penambahan Kloroform yaitu (+)

J. Pembahasan :
 Eter dan Kloroform
Eter merupakan senyawa yang mempunyai 1 gugus organik melekat pada atom 0
tunggal dan termasuk dalam pelarut nonpolar. Menurut Montgolvery (1993)
mekanisme terjadinya kelarutan minyak dalam nonpolar dengan melarutkan zat-zat
nonpolar pada tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut
nonpolar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta
dielektriknya yang rendah. Ia pun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak
dapat membentuk jembatan hydrogen.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCL3). Kloroform
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar dilaboratorium. Karena nonpolar,
kloroform dapat larut dalam minyak karena tidak memiliki kutub yang positif atau
negatif / penyebaran elektron merata sama halnya dengan eter dalam senyawa
nonpolar tidak memiliki momen lipid.
 Alkohol dingin dan Alkohol panas
Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksin (-OH).
Alkohol bersifat polar karena ada gugus –OH. Pelarut polar akan mengalami
pengurangan gaya tarik antara ion yang berlawanan, memecah ikatan kovalen
elektrolit-elektrolit kuat karena pelarut ini bersifat amfiprotik, membentuk ikatan
hydrogen dengan zat pelarut/ terlarut. Karena termasuk polar maka alkohol memiliki
momen dipol. Sifat yang dimiliki minyak dan dimiliki alkohol berbeda karena pada
minyak bersifat nonpolar (tidak terdapat kutub dimana sebaran elektron berat pada
satu sisi)yang jika disatukan akan dapat membentuk jembatan hydrogen.

K. Kesimpulan :
Lipid dalam hal ini minyak hanya mampu larut dalam pelarut yang memiliki sifat
nonpolar yaitu pada penambahan eter dan kloroform.

METODE EMULSI

A. Judul : Identifikasi Senyawa Lipid dengan Metode Emulsi


B. Hari,tanggal : Jumat, 10 April 2020
C. Tujuan : Untuk mengetahui terjadinya pembentukan emulsi pada sampel minyak.
D. Prinsip Kerja : Melakukan percampuran antara sampel, etanol, dan aquadest didalam tab
ung reaksi.Pembentukan emulsi terjadi bila semua cairan yang direaksikan tidak saling m
elarutkam dan supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan zat pengemulsi yang diseb
ut emulsifier.
E. Dasar Teori :
Lipid diidentifikasikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diekstraksi
dari makhluk hidup dengan menggunakan pelarut yang kurang polar atau pelarut non pol
ar. Istilah lipid mencakup golongan senyawa-senyawa yang memiliki keanekaragaman str
uktur. Ciri khas yang umum dijumpai disemua lipid adalah kandungan hidrokarbonnya di
turunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai segera setelah rantai i
tu terbentuk contohnya polimerisasi asetat menghasilkan rantai hidrokarbon linear yang p
anjang. Asam lemak yang terjadi pada hidrolisis lemak mengalami proses hidrolisis lema
k dan proses oksidasi menghasilkan asetil koenzim A (Poedjiadi,2004).
Lipid dibagi atas tiga golongan yaitu lipid sederhana , lipid kompleks, dan derivat
e lipid. Fungsi lipid seperti minyak dan lemak adalah sebagai nutrisi dan sumber energi ut
ama yang digunakan sebagai energi cadangan yang disimpan pada jaringan adipose didal
am tubuh.
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) de
ngan zat cair lainnya(fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan
tidak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar didalam fasa yang lain seperi minyak
dan air. Dikarenakan setiap bahan pangan memiliki karakteristik masing-masing maka set
iap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. E
mulsi tersususn atas tiga komponen utama yaitu pertama fase terdispersi (zat cair yang ter
bagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain / fase internal. Kedua, fase pendispe
rsi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar pendukung dari emulsi / fase eksternal. K
etiga, emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi) (Fessenden,1990).

F. Alat dan Bahan :


Alat Bahan

Beaker glass Minyak kelapa

Tabung reaksi Aquadest

Rak tabung reaksi Larutan Na2CO3 0,5 %

Pipet tetes Larutan sabun

G. Cara Kerja :
1. Menyaipkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Memasukkan 2 ml aquadest dan 2 tetes minyak kelapa pada tabung reaksi pertama lal
u homogenkan
3. Memasukkan 2 ml aquadest, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan Na 2CO3 0,5 %
pada tabung reaksi kedua lalu homogenkan
4. Memasukkan 2 ml aquadest, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan sabun pada tab
ung reaksi ketiga lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan pada setiap tabung reaksi
6. Mencatat hasil pengamatan

H. Skema : :

- 2 ml aquadest - 2 ml aquadest
- 2 tetes sampel minyak kelapa - 2 tetes minyak kelapa
- 2 tetes larutan sabun

- 2 ml aquadest
- 2 tetes sampel minyak kelapa
- 2 tetes larutan Na2CO3 0,5 %
I. Hasil Pemgamatan :

Tabung Hasil

1 Tidak larut ( tidak stabil )

2 Tidak larut ( tidak stabil )

3 Tidak larut ( stabil )

J. Pembahasan :

Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau
tidak homogen. Emulsi dapat diartikan sebagai disperse atau suspense menstabil suatu cai
ran lain yang keduanya tidak saling melarutkan supaya terbentuk emulsi yang stabil diper
lukan zat pengemulsi atau emulsifier atau emulgator yang berfungsi untuk menurunkan te
gangan permukaan antara kedua fase cairan.
Pada pengamatan identifikasi lipid metode emulsi pada tabung pertama yang beris
i sampel minyak kelapa dan aquadest didapatkan hasil emulsi yang tidak stabil karena tid
ak terdapat zat emulsifier. Pada tabung kedua yang berisi sampel minyak kelapa, aquades
t dan larutan Na2CO3 0,5 % didapatkan hasil emulsi yang tidak stabil karena tidak terdapa
t zat emulsifier. Sedangkan, pada tabung ketiga yang berisi sampel minyak kelapa, aquad
est, dan larutan sabun didapatkan hasil emulsi yang stabil karena terdapat zat emulsifier b
erupa larutan sabun. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di
sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diabsorpsi melapi
si butir-butir munyak sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butr-butir minyak s
atu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan emulsi dengan zat emulsifier menjadi stabil.
Contoh Zat emulsifier adalah berupa protein, brom, sabun, atau garam empedu.
K. Kesimpulan :
Tabung pertama dan kedua menghasilkan pembentukan emulsi yang tidak stabil. Tabung
ketiga menghasilkan pembentukan emulsi yang stabil.
L. Lampiran :

Gambar pembentukan emulsi

METODE KOLESTROL

A. Judul : Identifikasi Senyawa Lipid dengan Metode Kolesterol


B. Hari,tanggal : Jumat, 10 April 2020
C. Tujuan :Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara
kualitatif.
D. Prinsip Kerja
Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang
terdapat dalam membran semua sel hidup. Kolesterol adalahsterol utama yang banyak
terdapat di alam. Untuk mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat dilakukan uji
kolesterol menggunakan reaksi warna. Salah satu diantaranya ialah reaksi Lieberman
Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukkan warna yang berubah dari merah ,
kemudian biru, dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding dengan konsentrasi
kolesterol dalam bahan.
E. Dasar Teori :
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan
ester dengan asam lemak. Lemak yang dimakan terdiri atas kolesterol lemak jenuh dan
lemak tidak jenuh. Karbohidrat dan lemak tersebut di dalam tubuh akan diproses menjadi
suatu  senyawa yang disebut asetil koenzim A. Bahan ini akan membentuk beberapa zat
penting seperti asam lemak, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol, sehingga bila tubuh
terlalu banyak asupan makanan yakni melebihi kebutuhan maka jumlah trigliserida dan
kolesterol akan meningkat. Hal tersebut akan membuat endapan / kristal lempengan yang
akan mempersempit / menyumbat pembuluh darah (Dalimartha 2001). Oleh sebab itulah
diperlukan pengujian kolesterol pada lipid untuk mengetahui keberadaan kolesterol,
sehingga dapat mencegah meningkatnya kolesterol dalam tubuh yang terdapat di dalam
makanan yang dikonsumsi.
Fungsi dari kolesterol ialah sebagai pelindung otak, 11 % dari berat otak ialah
kolesterol; bersama zat gizi lainnya kolesterol dan sinar matahari membentuk vitamin D;
merupakan zat esensial untuk membran sel; merupakan bahan pokok untuk pembuatan
garam empedu yang diperlukan untuk pencernaan makanan; bahan baku pembentukan
hormon steroid, misalnya progesterone dan estrogen pada wanita, testosteron pada laki-
laki (Kasim dkk 2006).

F. Alat dan Bahan :


1. Alat
·   Tabung reaksi
·   Pipet tetes

2. Bahan
·   Kolesterol 0,5 % dalam kloroform
·   Minyak kelapa
·   Minyak tengik
·   Asam asetat anhidrid
·   Kloroform
·   H2SO4 pekat

G. Cara Kerja
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Isilah tabung pertama dengan 1
ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak tengik, dan tabung ketiga
dengan 5 tetes kolesterol 0,5 %.
2.  Pada setiap tabung, tambahkan kloroform sebanyak 2 ml.
3. Tambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4. Melalui dinding tabung, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
5. Kocoklah hati-hati dan diamkan beberapa detik.
6. Amati perubahan warna yang terjadi.

H. Skema

- 1 ml minyak kelapa
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat
- 5 tetes minyak tengik
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat
- 5 tetes kolesterol 0,5 %
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat

I. Interpretasi Hasil

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Minyak kelapa 1 ml - -
Minyak tengik - 5 tetes -
Kolesterol 0,5 % - - 5 tetes
dalam kloroform

Hasil : Terbentuk - - +
warna merah,
kemudian biru dan
hijau (+/-)

J. Hasil ( Disertai foto )


Hasil : Minyak kelapa yaitu (-)
Minyak tengik (-)
Kolesterol 0,5% dalam kloroform (+)

K. Pembahasan :
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya sterol (kolesterol) dalam
suatu bahan. Pada percobaan ini digunakan asam anhidrid, kloroform, dan asam sulfat
pekat yang bertindak sebagai pereaksi Liebermann Burchard, yang berfungsi untuk
mengidentifikasi adanya sterol dalam suatu larutan.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah minyak kelapa yang ditambahkan
dengan kloroform mengalami perubahan dari segi kejernihannya, yakni menjadi lebih
bening. Demikian pula minyak tengik yang ditambahkan klorofom, menjadi lebih bening.
Pada penambahan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat terhadap minyak kelapa,
terjadi tidak terjadi perubahan warna akan tetapi minyak kelapanya terlarut. Dan pada
penambahan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat terhadap minyak tengik, terjadi
reaksi yang negatif, hal ini mungkin disebabkan karena sedikitnya kandungan kolesterol
atau kesalahan dalam pengerjaan. Sedangkan pada larutan kolesterol, saat ditambahkan
dengan klorofom, asam asetat anhidrid, dan asam sulfat pekat terlihat sedikit memerah,
hal ini menunjukkan bahwa larutan benar mengandung kolesterol.  Menurut teori yang
ada, minyak kelapa yang direaksikan dengan pereaksi Liebermann Burchard perubahan
warna larutan menjadi merah disebabkan karena di dalam minyak kelapa tidak
terkandung kolesterol (artinya ia bereaksi negatif). Hal ini karena minyak kelapa
merupakan minyak nabati, sementara kolesterol tidak terkandung dalam tumbuh-
tumbuhan termasuk minyak nabati, hasil menunjukkan minyak kelapa tidak mengandung
kolesterol. Pada minyak tengik, terjadi perubahan warna larutannya menjadi merah bata
dan timbul endapan karena minyak tengik merupakan minyak hewani. Pada hasil yang
kami dapat minyak tengik mengandung minyak hewani tapi konsentrasinya lebih sedikit,
karena konsentrasi minyak hewani yang besar ditunjukkan dengan warna hijau pekat.
Sedangkan pada larutan kolesterol, hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada,
bahwa larutan kolesterol akan bereaksi positif terhadap pereaksi Liebermann Burchard
karena sudah jelas larutan kolesterol mengandung banyak kolesterol. Hasil yang
diperoleh ialah terjadi perubahan pada penambahan pereaksi LiebermannBurchard
terhadap larutan kolesterol, yakni perubahan warna menjadi sedikit lebih merah.

L. Kesimpulan :
1. Kolesterol hanya terkandung pada hewan dan manusia, pada tumbuhan
terkandung minyak nabati
2. Hasil yang diperoleh menunjukkan kesessuaian dan tidak kesesuaian dengan teori
3.  Pada minyak tengik tidak terbentuknya reaksi yang menunjukkan adanya
kolesterol, terjadi ketidak sesuaian dengan teori, hal ini mungkin disebabkan
karena terjadi kesalahan dalam pengerjaan praktikum.

METODE SULKOWSKI

A. Judul Praktikum : Uji Lipid Metode Salkwoski


B. Dasar Teori
Lipid adalah biomolekul organik yang tidak dapat larut dalam air. Dapat diekstraksi dari sel
dan jaringan dengan menggunakan zat pelarut non polar seperti CHCL 3, eter, benzena, dan
hexane. Secara kimia, lipd adalah ester dari asam lemak atau zat pembentuk ester. Dialam
terdapat banyak didalam bahan nabati dan hewani. Beberapa lipid diantaranya fosfolipid dan
sterol terdapat dalam semua sel hidup. Dimana proteein dan karobohidrat membentuk suatu
bagian yang penting dari koloid protoplasma
Lipida umumnya merupakan senyawa yang hanya larut dalam pelarut nonpolar, misalnya
kloroform, eter, alkohol, aseton, dan pelarut nonpolar lainnya. Lipida tidak larut dalam pelarut
polar misalnya air. Lipida memilki beberapa fungsi yaitu sebagai cadangan makanan misalnya
triasilgliserol, sebagai penyusun struktur membran misalnya phospholipidas yang merupakan
penyusun utama membran sel, derivat lipida dapat membentuk hormon, bersama protein
membentuk seyawa gabungan (lipoprotein), yang memiliki fungsi khusus dalam tubuh
organisme (Suhara, 2008).
Uji lipid metode sulkowski merupakan identifikasi kolestrol secara kualitatif. Bila H 2SO4
ditambahkan pada larutan kolestrol dalam CHCl3, Maka akan timbul 2 lapisan warna yang
karakteristik. Lapisan CHCl3 atas memberikan warna merah-biru dan lapisan asam memberikan
warna hijau fluorescensi apabila terdapat kolestrol. Pemberian asam sulfat berfungsi sebagai
pemutus ikatan ester lipid.

C. Tujuan : Untuk mengetahui adanya senyawa kolesterol dalam suatu bahan.


D. Prinsip :
Bahan uji sampel telur dilarutkan dalam CHCl3,anhidrat, lalu ditetesi H2SO4 secara
perlahan melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan warna yang karakteristik warna
merah-biru - hijau fluorescensi apabila positif terdapat kolestrol.
E. Cara Kerja :
- Siapkan alat berupa tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, serta menyiapkan
bahan berupa sampel putih telur,CHCl3,anhidrat, dan H2SO4.
- Melarutkan 10 gram sampel putih telur dalam 1 ml CHCl3
- Tambahkan H2SO4. pekat dengan hati-hati sehingga turun lewat dinding
tabung untuk membentuk 2 lapisan.
- Catat warna yang dihasilkan
F. Interpretasi hasil

Uji Sampel Hasil Pengamatan Perubahan warna

Salkowski Putih telur Positif(+) Awalnya larutan


berwarna bening
dan terbentuk
lapisan antara
kloroform dan
sampel. Setelah
penambahan asam
sulfat terjadi 3
lapisan hijau
fluorescensi,
kuning dan bening .
Setelah beberapa
detik terjadi lapisan
hijau fluorescensi,
merah dan bening

G. Hasil

Positif

H. Pembahasan
Uji salkowski dilakukan untuk mengidentifikasi kolestrol dalam suatu bahan. Berdasarkan
praktikum mengenai percobaan salkowski, dalam menentukan adanya kolesterol ataau tidak,
dapat dilakukan dengan melihat adanya fluorosensi. Pada contoh ini bahan yang diginakan yaitu
sampel putih telur. Terlebih dahulu sampel putih telur dilarutkan dalam kloroform.Setelah itu
larutan sampel ditetesi oleh asam sulfat pekat hingga terbentuk 3 lapisan dengan warna
karakteristik hijau fluorescensi, merah dan bening kekuningan apabila sampel terbukti positif
kolestrol.
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid dan untuk
membentuk kompleks warna.. Warna merah merupakan hasil dari reaksi antara kloroform dan
kolesterol yang berupa kolestadiena. Fluoresensi hijau, merupakan hasil reaksi antara
kolestadiena dan asam sulfat yang berupa asam sulfonat. Warna tersebut merupakan fluorosensi
hijau yang letaknya antara lapisan kuning dan bening. Adanya fluoresensii hijau terjadi bila
terkena cahaya. Proses perubahan warna fluorosensi yang mula-mula akan berwarna merah
kemudian biru dan hijau.

I. Simpulan
Berdasarkan uraian percobaan pada video uji lipid metode salkowski dapat disimpulkan
bahwa sampel putih telur mengandung kolestrol. Hal ini dibutikan dengan terbentuknya warna
lapisan hijau fluorescensi, merah dan bening kekuningan setelah ditetedi asam sulfat pekat secara
perlahan melalui dinding tabung.

Anda mungkin juga menyukai