METODE KELARUTAN
A. Judul : Identifikasi Lipid Metode Kelarutan
C. Dasar Teori :
Klasifikasi Lipid
Lipid sederhana (simple lipids), merupakan ester gugus asam lemak (sering
disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol.
Lipid Kompleks (complex lipid), merupakan ester gugus asam lemak dengan
molekul alkohol, lipid kompleks juga berikatan ddengan molekul yang lain,
seperti asam fosfat.
Turunan lipid (derived lipids), dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton (keton bodies) dan sebagainya
(Boaras, 2006;Mayes)
Kelarutan Lemak dan Minyak
Menurut Sediaoetama (1985), lemak dan minyak merupakan suatu kelompok dari
golongan lipid. Lipid sendiri merupakan golongan senyawa organik yang tidak larut
dalam air,tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti dietil eter, benzene, kloroform,
dan heksana. Karena tergolong dalam lipid, maka lemak dan minyak dapat larut juga
dalam pelarut - pelarut nonpolar. Kelarutan lemak dan minyak terhadap pelarut
nonpolar tersebut dikarenakan lemak dan minyak mempunyai kepolaran yang sama
dengan pelarut tersebut, yaitu nonpolar.
Pelarut polar memiliki tingkat kepolaran yang tinggi cocok untuk mengekstrak
senyawa – senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal
digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa – senyawa
dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah air,
methanol, ethanol, asam asetat. Pelarur semipolar memiliki tingkat kepolaran yang
rendah dibandingkan denngan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa – senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah aseton, etil,
asetat, klorofrom. Pelarut nonpolar hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa – senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut
polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contohnya
heksana dan eter.
Emulsi
Adalah campuran antara partikel – partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat
cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua baha tak
dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fase yang lain. Dikarenakan
setiap bahan pangan memiliki karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan
memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari
zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain
distabilkan dengan zat pengemulsi.
D. Prinsip Kerja :
Pada prinsipnya, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut karena
lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama
nonpolar.
G. Skema
Tabung reaksi 1 Tabung reaksi 2
- 2 ml sampel - 2 ml sampel
- 1 ml Eter - 1 ml Alkohol dingin
H. Interpretasi Hasil :
Uji Kelarutan Lipid
Hasil yang diperoleh pada penambahan Eter yaitu Eter dapat larut dalam
sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Alkohol dingin yaitu Alkohol dingin
tidak dapat larut dalam sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Alkohol panas yaitu Alkohol panas
tidak dapat larut dalam sampel.
Hasil yang diperoleh pada penambahan Kloroform yaitu Kloroform dapat larut
pada sampel.
I. Hasil ( disertai foto) :
Uji Kelarutan Lipid
Hasil : penambahan Eter yaitu (+)
penambahan Alkohol dingin yaitu (-)
penambahan Alkohol panas yaitu (-)
penambahan Kloroform yaitu (+)
J. Pembahasan :
Eter dan Kloroform
Eter merupakan senyawa yang mempunyai 1 gugus organik melekat pada atom 0
tunggal dan termasuk dalam pelarut nonpolar. Menurut Montgolvery (1993)
mekanisme terjadinya kelarutan minyak dalam nonpolar dengan melarutkan zat-zat
nonpolar pada tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut
nonpolar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta
dielektriknya yang rendah. Ia pun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak
dapat membentuk jembatan hydrogen.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCL3). Kloroform
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar dilaboratorium. Karena nonpolar,
kloroform dapat larut dalam minyak karena tidak memiliki kutub yang positif atau
negatif / penyebaran elektron merata sama halnya dengan eter dalam senyawa
nonpolar tidak memiliki momen lipid.
Alkohol dingin dan Alkohol panas
Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksin (-OH).
Alkohol bersifat polar karena ada gugus –OH. Pelarut polar akan mengalami
pengurangan gaya tarik antara ion yang berlawanan, memecah ikatan kovalen
elektrolit-elektrolit kuat karena pelarut ini bersifat amfiprotik, membentuk ikatan
hydrogen dengan zat pelarut/ terlarut. Karena termasuk polar maka alkohol memiliki
momen dipol. Sifat yang dimiliki minyak dan dimiliki alkohol berbeda karena pada
minyak bersifat nonpolar (tidak terdapat kutub dimana sebaran elektron berat pada
satu sisi)yang jika disatukan akan dapat membentuk jembatan hydrogen.
K. Kesimpulan :
Lipid dalam hal ini minyak hanya mampu larut dalam pelarut yang memiliki sifat
nonpolar yaitu pada penambahan eter dan kloroform.
METODE EMULSI
G. Cara Kerja :
1. Menyaipkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Memasukkan 2 ml aquadest dan 2 tetes minyak kelapa pada tabung reaksi pertama lal
u homogenkan
3. Memasukkan 2 ml aquadest, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan Na 2CO3 0,5 %
pada tabung reaksi kedua lalu homogenkan
4. Memasukkan 2 ml aquadest, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan sabun pada tab
ung reaksi ketiga lalu homogenkan
5. Mengamati perubahan pada setiap tabung reaksi
6. Mencatat hasil pengamatan
H. Skema : :
- 2 ml aquadest - 2 ml aquadest
- 2 tetes sampel minyak kelapa - 2 tetes minyak kelapa
- 2 tetes larutan sabun
- 2 ml aquadest
- 2 tetes sampel minyak kelapa
- 2 tetes larutan Na2CO3 0,5 %
I. Hasil Pemgamatan :
Tabung Hasil
J. Pembahasan :
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau
tidak homogen. Emulsi dapat diartikan sebagai disperse atau suspense menstabil suatu cai
ran lain yang keduanya tidak saling melarutkan supaya terbentuk emulsi yang stabil diper
lukan zat pengemulsi atau emulsifier atau emulgator yang berfungsi untuk menurunkan te
gangan permukaan antara kedua fase cairan.
Pada pengamatan identifikasi lipid metode emulsi pada tabung pertama yang beris
i sampel minyak kelapa dan aquadest didapatkan hasil emulsi yang tidak stabil karena tid
ak terdapat zat emulsifier. Pada tabung kedua yang berisi sampel minyak kelapa, aquades
t dan larutan Na2CO3 0,5 % didapatkan hasil emulsi yang tidak stabil karena tidak terdapa
t zat emulsifier. Sedangkan, pada tabung ketiga yang berisi sampel minyak kelapa, aquad
est, dan larutan sabun didapatkan hasil emulsi yang stabil karena terdapat zat emulsifier b
erupa larutan sabun. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di
sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diabsorpsi melapi
si butir-butir munyak sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butr-butir minyak s
atu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan emulsi dengan zat emulsifier menjadi stabil.
Contoh Zat emulsifier adalah berupa protein, brom, sabun, atau garam empedu.
K. Kesimpulan :
Tabung pertama dan kedua menghasilkan pembentukan emulsi yang tidak stabil. Tabung
ketiga menghasilkan pembentukan emulsi yang stabil.
L. Lampiran :
METODE KOLESTROL
2. Bahan
· Kolesterol 0,5 % dalam kloroform
· Minyak kelapa
· Minyak tengik
· Asam asetat anhidrid
· Kloroform
· H2SO4 pekat
G. Cara Kerja
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering. Isilah tabung pertama dengan 1
ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak tengik, dan tabung ketiga
dengan 5 tetes kolesterol 0,5 %.
2. Pada setiap tabung, tambahkan kloroform sebanyak 2 ml.
3. Tambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrid.
4. Melalui dinding tabung, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
5. Kocoklah hati-hati dan diamkan beberapa detik.
6. Amati perubahan warna yang terjadi.
H. Skema
- 1 ml minyak kelapa
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat
- 5 tetes minyak tengik
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat
- 5 tetes kolesterol 0,5 %
- Kloroform 2 ml
- 10 tetes asam asetat anhidrid
- 2-3 tetes asam sulfat pekat
I. Interpretasi Hasil
Hasil : Terbentuk - - +
warna merah,
kemudian biru dan
hijau (+/-)
K. Pembahasan :
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya sterol (kolesterol) dalam
suatu bahan. Pada percobaan ini digunakan asam anhidrid, kloroform, dan asam sulfat
pekat yang bertindak sebagai pereaksi Liebermann Burchard, yang berfungsi untuk
mengidentifikasi adanya sterol dalam suatu larutan.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah minyak kelapa yang ditambahkan
dengan kloroform mengalami perubahan dari segi kejernihannya, yakni menjadi lebih
bening. Demikian pula minyak tengik yang ditambahkan klorofom, menjadi lebih bening.
Pada penambahan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat terhadap minyak kelapa,
terjadi tidak terjadi perubahan warna akan tetapi minyak kelapanya terlarut. Dan pada
penambahan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat terhadap minyak tengik, terjadi
reaksi yang negatif, hal ini mungkin disebabkan karena sedikitnya kandungan kolesterol
atau kesalahan dalam pengerjaan. Sedangkan pada larutan kolesterol, saat ditambahkan
dengan klorofom, asam asetat anhidrid, dan asam sulfat pekat terlihat sedikit memerah,
hal ini menunjukkan bahwa larutan benar mengandung kolesterol. Menurut teori yang
ada, minyak kelapa yang direaksikan dengan pereaksi Liebermann Burchard perubahan
warna larutan menjadi merah disebabkan karena di dalam minyak kelapa tidak
terkandung kolesterol (artinya ia bereaksi negatif). Hal ini karena minyak kelapa
merupakan minyak nabati, sementara kolesterol tidak terkandung dalam tumbuh-
tumbuhan termasuk minyak nabati, hasil menunjukkan minyak kelapa tidak mengandung
kolesterol. Pada minyak tengik, terjadi perubahan warna larutannya menjadi merah bata
dan timbul endapan karena minyak tengik merupakan minyak hewani. Pada hasil yang
kami dapat minyak tengik mengandung minyak hewani tapi konsentrasinya lebih sedikit,
karena konsentrasi minyak hewani yang besar ditunjukkan dengan warna hijau pekat.
Sedangkan pada larutan kolesterol, hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada,
bahwa larutan kolesterol akan bereaksi positif terhadap pereaksi Liebermann Burchard
karena sudah jelas larutan kolesterol mengandung banyak kolesterol. Hasil yang
diperoleh ialah terjadi perubahan pada penambahan pereaksi LiebermannBurchard
terhadap larutan kolesterol, yakni perubahan warna menjadi sedikit lebih merah.
L. Kesimpulan :
1. Kolesterol hanya terkandung pada hewan dan manusia, pada tumbuhan
terkandung minyak nabati
2. Hasil yang diperoleh menunjukkan kesessuaian dan tidak kesesuaian dengan teori
3. Pada minyak tengik tidak terbentuknya reaksi yang menunjukkan adanya
kolesterol, terjadi ketidak sesuaian dengan teori, hal ini mungkin disebabkan
karena terjadi kesalahan dalam pengerjaan praktikum.
METODE SULKOWSKI
G. Hasil
Positif
H. Pembahasan
Uji salkowski dilakukan untuk mengidentifikasi kolestrol dalam suatu bahan. Berdasarkan
praktikum mengenai percobaan salkowski, dalam menentukan adanya kolesterol ataau tidak,
dapat dilakukan dengan melihat adanya fluorosensi. Pada contoh ini bahan yang diginakan yaitu
sampel putih telur. Terlebih dahulu sampel putih telur dilarutkan dalam kloroform.Setelah itu
larutan sampel ditetesi oleh asam sulfat pekat hingga terbentuk 3 lapisan dengan warna
karakteristik hijau fluorescensi, merah dan bening kekuningan apabila sampel terbukti positif
kolestrol.
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid dan untuk
membentuk kompleks warna.. Warna merah merupakan hasil dari reaksi antara kloroform dan
kolesterol yang berupa kolestadiena. Fluoresensi hijau, merupakan hasil reaksi antara
kolestadiena dan asam sulfat yang berupa asam sulfonat. Warna tersebut merupakan fluorosensi
hijau yang letaknya antara lapisan kuning dan bening. Adanya fluoresensii hijau terjadi bila
terkena cahaya. Proses perubahan warna fluorosensi yang mula-mula akan berwarna merah
kemudian biru dan hijau.
I. Simpulan
Berdasarkan uraian percobaan pada video uji lipid metode salkowski dapat disimpulkan
bahwa sampel putih telur mengandung kolestrol. Hal ini dibutikan dengan terbentuknya warna
lapisan hijau fluorescensi, merah dan bening kekuningan setelah ditetedi asam sulfat pekat secara
perlahan melalui dinding tabung.