Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN

EMULSIFIKASI

OLEH :

NAMA : NURMIATI RAMLI

STB : 15020120011

KELAS : 31

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : FERNA PUTRI PRADYTHA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013
EMULSIFIKASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai

berbagai bentuk sediaan dengan jenis, bentuk dan

penggunaan yang berbeda antara satu dan yang lainnya.

Setiap obat memiliki bentuk dan jenis yang berbeda sesuai

dengan kandungan bahan obat dan tujuan penggunaannya.

Sifat sediaan obat tergantung dari bahan obat dan bentuk

sediannya yang dapat mempengaruhi stabilitas suatu

sediaan. Sediaan obat yang sering kita jumpai antara lain,

sediaan berupa larutan, sirup, suspensi, emulsi, tablet, kapsul

dan lain-lainnya. Setiap sediaan memiliki tingkat kestabilan

tertentu, dimana kestabilan terssebut dapat dipengaruhi oeh

beberapa faktor antara lain, suhu, cahaya, pH, sifat bahan

obat dan secara biologis dapat dipengaruhi oleh

mikroorganisme.

Salah satu bentuk sediaan yang memiliki tingkat

kestabilan yang rendah adalah emulsi yang merupakan

sediaan yang berupa campuran abtara minyak dan air.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Stabilitas emulsi ini salah satunya dapat dipengaruhi oleh

bahan emulgator. Kandungan bahan emulgator dalam

sediaan akan mempengaruhi viskositas sediaan dan

kestabilan sediaan tersebut.

Tanpa adanya emulgator, maka emulsi akan segera

pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium

pendispersinya, yang ringan terapung diatas yang berat.

Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu

emulsi karena emulgator menurunkan tegangan permukaan

secara bertahap. Adanya penurunan tegangan secara

bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan

untuk pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya

emulsi akan menjadi stabil bila dilakukan penambahan

emulgator yang berfungsi untuk menurunkan energi bebas

pembentukan emulsi semakasimal mungkin.

B. Tujuan praktikum

1) Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang

digunakan dalam pembuatan emulsi.

2) Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator

golongan surfaktan

3) Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

4) Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dealam

pembuatan emulsi.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi

terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke

seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan

emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan

medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi

yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut

emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai

emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam

air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan

dikenal sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar dari suatu

emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak dalam air bisa

diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat

dalam air (Ansel, 1989).

Sistem emulsi berkisar dari cairan (lotio) yang

mempunyai viskositas relatif rendah sampai salep atau krim

yang merupakan semisolid. Diameter partikel dari fase

terdispersi umumnya berkisar dari 0,1-10 µm dan sebesar

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

100 µm bukan tidak biasa dalam beberapa sediaan (Martin,

1993).

Emulsi dikatakan sistem termodinamika yang tidak

stabil karena tersusun dari minimal dua atau lebih cairan

yang tidak bercampur satu sama lain, dimana cairan yang lain

terdispersi dalam cairan yang lain, dan untuk

memantapkannya diperlukan penambahan suatu emulgator

(Voight, 1994).

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe

M/A di mana tetes minyak terdispersi ke dalam fase air, dan

tipe A/M di mana fase interen adalah air dan fase eksteren

adalah minyak. Fase interen disebut pula fase dispers atau

fase disontinu (Anief,1993).

Penggunaan emulsi dapat dibagi menjadi 2 golongan

yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk

pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi per

oral atau pada injeksi intervena yang untuk pemakaian luar

digunakan pada kulit atau membrane mukosa yaitu linimen,

losion, krim dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral

biasanya mempunyai tipe M/A (Anief,1993).

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Dalam hal emulsi farmasi, creaming mengakibatkan

ketidakrataan dari distribusi obat dan tanpa pengocokan

yang sempurna sebelum digunakan, berakibat pemberian

dosis yang berbeda. Tentunya bentuk penampilan dari suatu

emulsi dipengaruhi oleh creaming, dan ini benar-benar

merupakan suatu masalah nyata bagi pembuatannya jika

terjadi pemisahan dari fase dalam (Martin, 1993).

Volume relatif dari fasa dalam dan fasa luar suatu

emulsi adalah penting, tanpa melihat tipe zat pengemulsi

yang digunakan. Jika konsentrasi dalam suatu emulsi

meningkat terjadi peningkatan viskositas emulsi sampai titik

tertentu sesudah itu viskositas berkurang dengan tajam.

Pada titik ini emulsi dapat inversi, yakni ia telah berubah dari

suatu emulsi m/a ke emulsi a.m atau sebaliknya. Dalam

praktek emulsi dapat dibuat tanpa mengalami inversi

dengan paling banyak kira-kira 75% dari volume produk

tersebut sebagai fase dalam (Ansel, 1989).

Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah

kontak antar muka yang luas dan untuk memproduksi hal ini

memerlukan sejumlah kerja sama dengan hasil kali dari

tegangan permukaan dan perubahan luas. Berbicara secara

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

termodinamika, kerja ini adalah energi bebas antar muka

yang tinggi cenderung untuk mengurangi daerah

permukaan. Pertama dengan menyebabkan tetesan tidak

dianggap sebagai suatu bentuk bulat (luas permukaan

minimum) untuk volume tertentu , dan kemudian

menyebabkan tetesan trsebut tergabung (dengan hasil

menurut dalam jumlah tetesan) ini adalah alas an

memasukan kata-kata “tidak stabil secara termodinamika”

dalam defenisi klasik dari emulsi buram (Lachman,1989).

Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi

terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke

seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan

emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan

medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi

yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air

disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda

sebagai emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai

fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam

minyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar

dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau

suatu preparat dalam air (Ansel, 1989).

Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan

zat pengemulsi. Agar berguna dalam hal preparat farmasi,

zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu. Salah

satunya adalah dapat dicampurkan dengan bahan formulatif

lainnya dan tidak mengganggu kestabilan atau efikasi dari

zat terapeutik. Ia harus tidak toksik pada penggunaan

dimaksud dan jumlahnya yang dimakan oleh pasien. Juga

harus berbau, rasa, dan warna lemah. Barangkali yang

paling penting adalah kemampuan zat pengemulsi untuk

membentuk emulsi dan menjaga stabilitas dari emulsi agar

tercapai shelf life dari produk tersebut (Ansel 1989).

B. Uraian bahan
a. Air Suling (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Aquadest

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Berat molekul : 18,02 g/mol

Rumus molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut.

b. Parafin (FI III : 475)

Nama resmi : Paraffinum liquidum

Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak

berfluoresensi, tidak berwarna, hampir

tidak berbau, hampir tidak mempunyai

rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam

etanol (95 %), larut dalam klorofrm Pdan

dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai fase minyak

c. Tween-80 (Dirjen POM, 1979)

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Nama lain : Polisorbat-80

Nama resmi : POLYSORBATUM-80

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih dan

kuning, bau asam lemak khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol

(95%) P, dalam etil asetat P, dan dalam

metanol P, sukar larut dalam parafin dan

minyak biji.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai surfaktan

d. Span 80 (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : SORBITON MONO

Nama Lain : Span 80

Pemerian : Cairan kental seperti minyak jernih,

kuning, bau asam lemak khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air, daalam

etanol 95% P sukar larut dalam Parafin

cair dan dalam minyak biji kapas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai surfaktan

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

C. Prosedur kerja (Anonim, 2013)

a. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar

R/ Minyak 200

Emulgator 3%

Air ad 100%

Buatlah satu seri emulsi dengan HLB butuh masing-

masing 5,6,7,8,9,10,11,dan 12 :

Dengan cara :

 Hitung jumlah tween dan span yang diperlukan

untuk setiap nilai HLB butuh.

 Timbang masing-masing bahan yang diperlukan.

 Campurkan minyak dengan span, campurkan air

dengan tween, panaskan keduanya diatas tangas

air yang bersuhu 600 c.

 Tambahkan campuran minyak kedalam campuran

air dan segera diaduk menggunakan npengaduk

elektrik selama lima menit.

 Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi

dan beri tanda sesuai nilai HLB masing-masing.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

 Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama dan

catat waktu mulai memasukkan emulsi kedalam

tabung.

 Amati njenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi

selama 6 hari. Bila terjadi kriming, ukur tinggi

emulsi yang membentuk cream.

 Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak

relative paling stabil.

b. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLb sempit

Dari hasil percobaan pada diatas diperoleh nilai HLB

butuh berdasar atas emulsii yang tampak relative

paling stabil, misalnya nilai HLB butuhnya 9. Untuk

memperoleh nilai HLB butuh yang lebih akurat, perlu

dibuat satu seri emulsi lagi dengan nilai HLB 8 sampai

10 dengan jarak HLB masing-masing 0,25. Prosedur

kerjanya sam dengan diatas.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan

Adapun alat – alat yang di gunakan pada praktikum kali

ini yaitu:

 Batang pengaduk

 Cawan Porselin

 Gelas arloji

 Gelas kimia

 Gelas ukur

 mixer

 pipet tetes

 thermometer

 Timbangan.

B. Bahan Yang Digunakan


Adapun bahan yang digunakan adalah:

 Aquadest

 Paraffin cair

 Span 80

 Tween 80

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

 Tissue

C. Cara kerja
 Dihitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk

masing-masing harga HLB butuh.

 Ditimbang masing-masing paraffin, tween, dan span

sejumlah yang dibutuhkan.

 Dicampurkan parafin dengan span, dan air dengan

tween. Lalu dipanaskan di atas penangas air sampai

suhu 60°C.

 Ditambahkan campuran air dan span ke dalam

campuran paraffin dan tween dan segera diaduk

dengan mixer pada kecepatan dan waktu yang sama

selama beberapa menit

 Dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diberi label untuk

masing-masing HLB.

 Diamati creaming yang terjadi.

 Dicatat harga HLB emulsi yang relative paling lambat.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Volume pemisahan pada hari ke (ml)


HLB butuh
1 2 3
6 59 59 59
7 - - -
8 10 11 11
9 59 61 62
10 60 60 60
11 58 64 66
12 60 60 60
13 17 19 21
14 16 16 16

Perhitungan

R/ Parafin cair 20%

Emulgator 3%

Air ad 100%

20
 Parafin cair = x 100 g = 20 g
100

3
 Emulgator = x 100 g = 3 g
100

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

 Aquadest = 100 ml – (20+3)

= 77 ml

HLB butuh

1. HLB 6

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 6x3

15 a + 12,9 – 4,3a = 18

10,7a = 5,1

a = 0,476 g

Tween 80 = 0,476 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 0,476 g

= 2, 524 g

2. HLB 7

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 7x3

15 a + 12,9 – 4,3a = 21

10,7a = 8,1

a = 0,757 g

Tween 80 = 0,757 g

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 0, 757 g

= 2, 243 g

3. HLB 8

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 8x3

15 a + 12,9 – 4,3a = 24

10,7a = 11,1

a = 1,037 g

Tween 80 = 1,037 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 1,037 g

= 1,963 g

4. HLB 9

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 9x3

15 a + 12,9 – 4,3a = 27

10,7a = 14,1

a = 1,317 g

Tween 80 = 1, 317 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 1, 317 g

= 1,683 g

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

5. HLB 10

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 10 x 3

15 a + 12,9 – 4,3a = 30

10,7a = 17,1

a = 1,598 g

Tween 80 = 1, 598 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 1, 598 g

= 1,402 g

6. HLB 11

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 11 x 3

15 a + 12,9 – 4,3a = 33

10,7a = 20,1

a = 1,878 g

Tween 80 = 1, 878 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 1, 878 g

= 1,122 g

7. HLB 12

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 12 x 3

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

15 a + 12,9 – 4,3a = 36

10,7a = 23,1

a = 2,158 g

Tween 80 = 2,158 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 2,158 g

= 0,842 g

8. HLB 13

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 13 x 3

15 a + 12,9 – 4,3a = 39

10,7a = 26,1

a = 2,439 g

Tween 80 = 2, 439 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 2, 439 g

= 0,561 g

9. HLB 14

15 a + [ (3 – a) 4,3 ] = 14 x 3

15 a + 12,9 – 4,3a = 42

10,7a = 29,1

a = 2,719 g

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

Tween 80 = 2, 719 g

Span 80 = 3 g – a

= 3 g – 2, 719 g

= 0,281 g

B. Pembahasan

Emulsi merupakan suatu system yang secara

termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fase

sebagaia globul-globul dalam fase cair yang lainnya yang

distabilkan oleh emulgator.

Mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi

oleh emulgator yang digunakan, mekanisme kerja dari

emulgator adalah menurunkan tegangan antar permukaan,

air dan minyak serta membentuk lapisan film pada

permukaan globul-globul fase pendispersi.

Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator

merupakan faktor yang sangat penting karena mutu dan

kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang

digunakan. Mekanisme kerjanya emulgator adalah

menurunkan tegangan antar permukaan cairan dan minyak

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

serta membentuk lapisan tipis pada permukaan fase

terdispersi.

Pembuatan emulsi dalam percobaan ini menggunakan

tween dan span, ini untuk mendapatkan harga HLB yang

diinginkan, dan sifat-sifat emulsi yang baik, emulgator yang

digunakan dari golongan surfaktan atau bahan aktif

permukaan. Bahan aktif permukaan mengurangi tegangan

antar muka karena absorbsinya pada batas minyak/air

membentuk lapisan-lapisan monomolekuler.

Suatu emulsi terdiri dari fase minyak dan fase air, di

dalam percobaan ini, yang menjadi fase minyak adalah span-

60 dan parafin, dan yang menjadi fase air adalah tween – 80

dan air. Dalam percobaan, span-60 dimasukkan ke dalam

minyak karena bersifat liporfil. Sedangkan tween-80

dimasukkan dalam air karena bersifat hidrofil.

Pencampuran antara fase cair dan fase minyak

dilakukan pada suhu 60oC. Hal ini dilakukan agar hasilnya

stabil dimana jika di atas 60oC maka surfaktan akan rusak.

Pengocokan dilakukan untuk mendapatkan emulsi yang stabil.

Berdasarkan hasil percobaan yang sebelumnya telah

diamati beberapa hari, didapatkan volume rata-rata pada HLB

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

6 hari ke 1 , 2 dan 3 adalah 59 ml ; HLB 8 adalah hari ke 1 =

10ml , hare ke 2 dan 3 = 11 ml; HLB 9 , hari ke 1 = 59 ml ,

hari ke 2 = 61 ml, hari ke 3 = 62 ml ; HLB 10, hari ke 1, 2 dan

3 adalah 60 ml ; HLB 1, hari ke 1 = 58 ml, hari ke 2 = 64 ml,

hari ke 3 = 66 ml; HLB 12 hari ke 1, 2 dan 3 adalah 60 ml ;

HLB 13 hari ke 1 = 17 ml, hari ke 2 =194 ml, hari ke 3 = 21

ml ; HLB 14, hari ke 1, 2 dan 3 adalah 16 ml . Sedangkan

pada HLB butuh 7 tidak terjadi pemisahan fase. Jadi bias

dikatakan bahwa pada HLB 7 adalah fase yang sttabil.

Faktor-faktor yang mempunyai hasil percobaan hingga

hasil yang diperoleh bebeda dengan literatur adalah :

 Ketidak telitian dalam penimbangan bahan

 Intensitas pencampuran yang berbeda dan pengadukan

yang kurang merata.

 Suhu yang tidak konstan

 Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi

 Pengocokan yang tidak merata/kuat sehingga kedua fase

tidak bercampur rata.

 HLB butuh yang digunakan tidak sesuai untuk paraffin

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

 Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur,

dimana kenaikan tempratur dapat mengurangi tegangan

antara muka dan viskositasnya.

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa

emulsi stabil berada pada HLB butuh 7.

B. Saran

Sebaiknya lebih teliti dalam melaksanakan praktikum,

agar tidak memperoleh kesalahan dalam pengambilan data .

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011
EMULSIFIKASI

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. UGM


Press.
Yogyakarta.

Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika II.


Universitas Muslim Indonesia : Makassar

Ansel, H..C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi IV. UI-


press :Jakarta

Ditjen POM .1979 Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen


Kesehatan RI: Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen


Kesehatan RI: Jakarta.

Lachman Leon, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi


Ketiga, Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Martin, Alfred.dkk, 1993. Farmasi Fisika Edisi III Jilid II. UI press :
Jakarta

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press :


Yogyakarta

NURMIATI RAMLI FERNA PUTRI PRADHYTA


15020120011

Anda mungkin juga menyukai