Disusun Oleh:
APRIANTO DAWALI DATU
191FF05008
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah PKPA Program
Studi Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana
Bandung, 30 November
2019
Disetujui oleh:
Preceptor
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma Sindanglaya, Bandung hingga laporan ini dapat tersusun.
Laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh sidang Program
Pendidikan Profesi Apoteker di Universitas Bhakti Kencana Bandung. Dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan
dan bimbingan, kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Entris Sutrisno, S.Farm., M.H.Kes., Apt. Selaku Dekan
Universitas Bhakti Kencana.
2. Ibu Herni, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Bhakti Kencana.
3. Bapak Dadang Djuanda, M.Si.,Apt. Selaku pembimbing dari Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana, atas bimbingannya selama
pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
4. Ibu Gadisa Zulfa B., S.Farm.,Apt. Selaku Pembimbing I dari Apotek
Kimia Farma Sindanglaya
5. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma Sindanglaya atas
dukungan dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
6. Keluarga yang tak henti-hentinya selalu memberi dukungan dan doa.
7. Segenap teman Profesi Apoteker Angkatan XXII dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
penulis terima demi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Akhir kata semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bandung, November 2019
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................2
KATA PENGANTAR...................................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................6
SUMPAH APOTEKER.................................................................................................................7
Kode Etik Apoteker.......................................................................................................................8
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA...................................................................11
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia....................................................................................18
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................19
1.1 Latar belakang....................................................................................................................19
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoterker (PKPA)..............................................................20
1.3 Waktu Pelaksanaan............................................................................................................20
Bab II Tinjauan Umum...............................................................................................................21
2.1 Pengertian Apotek..............................................................................................................21
2.2 Landasan Hukum Apotek...................................................................................................21
2.3 Persyaratan Apotek............................................................................................................22
2.4 Tugas dan Fungsi Apotek...................................................................................................23
2.5 Pengelolaan Apotek...........................................................................................................24
2.6 Standar Pelayanan Farmasi di Apotek...............................................................................25
2.7 Peranan Apoteker di Apotek..............................................................................................34
2.7.1 Definisi Apoteker.........................................................................................................34
2.7.2 Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja........................................................................34
2.7.3 Peranan Apoteker di Apotek........................................................................................36
2.8 Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi...........................................38
2.8.1 Penyaluran dan Penyerahan.........................................................................................38
2.8.2 Penyimpanan................................................................................................................39
2.8.3 Pemusnahan.................................................................................................................40
2.8.4 Pencacatan dan Pelaporan............................................................................................42
2.9 Tata Cara Pendirian Apotek...............................................................................................43
2.10 Pencabutan Surat Ijin Apotek...........................................................................................44
5
DAFTAR LAMPIRAN
SUMPAH APOTEKER
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada
prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
9
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati
untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
10
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode
etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang
Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 08 Desember 2009
11
BAB I PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga negara
Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan
dalam tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan
dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin Apoteker.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/ Asisten Apoteker.
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI
adalah pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan guna
mencapai kriteria minimal sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat, di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan
etik Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill
dan attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan
bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk
dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
13
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek
Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi
menimbulkan/ mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau
masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi
tanggung jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker
pengganti dan/ atau Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau
tenaga-tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/masyarakat.
15
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker
(SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan
pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan
kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang
tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil
pekerjaan yang diketahuinya secara benar dan patut.
BAB VI PENUTUP
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ini disusun untuk menjadi
pedoman bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi
dibidang farmasi, serta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh
para praktisi tersebut agar dapatmenjalankan praktik kefarmasian secara
profesional.
TUJUAN
Memastikan bahwa seorang apoteker memiliki seluruh kompetensi yang relevan
untukmenjalankan perannya dan mampu memberikan pelayanan kefarmasian
sesuai ketentuantentang praktik kefarmasian.
Memberikan arah dalam pengembangan pendidikan farmasi (identifikasi dan
penetapan capaian pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan evaluasi hasil
belajar) dan pelatihan di tempat kerja.
Memberikan arah bagi apoteker dalam pengembangan kompetensi diri secara
berkelanjutan.
STRUKTUR
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 10 (sepuluh) standar
kompetensi. Kompetensi dalam sepuluh standar tersebut merupakan persyaratan
untuk memasuki dunia kerjadan menjalani praktik profesi.
Standar Kompetensi:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9
tahun 2017 tentang Apotek, menyatakan Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
tentang Apotek pasal 16, apotek menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas
1. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.
2. Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
anak, dan orang lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau terpisah
dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.
24
3. Ketenaga kerjaan.
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki
surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
27
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4) Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (FirstIn First Out).
5) Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep yang selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
29
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat
nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
30
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2) Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3) Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
Warna putih untuk obat dalam/oral;
Warna biru untuk obat luar dan suntik;
Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
31
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dengan resep).
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain.
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil.
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan).
i. Menyimpan resep pada tempatnya.
j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
swamedikasi Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas
atau bebas terbatas yang sesuai.
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat
termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi
e. Melakukan penelitian penggunaan obat.
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
g. Melakukan program jaminan mutu.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker
menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat
yang digunakan Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian
lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan
dengan satu jenis obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
Tahap kegiatan konseling:
1) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2) Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three
Prime Questions, yaitu:
o Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
o Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?
o Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
Anda menerima terapi obat tersebut?
3) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
34
1. Kepemimpinan (leadership)
Terkait dengan kemampuan untuk mengarahkan atau menggerakkan orang
lain (anggota atau bawahan) untuk bekerja dengan rela sesuai dengan apa
yang diinginkannya, dalam mencapai tujuan tertentu. Kualitas
kepemimpinan seseorang pemimpin ditentukan dengan adanya sasaran dan
program yang jelas, bekerja sistematis, dan efektif, mempunyai kepekaan
terhadap hubungan antar manusia, dapat membentuk tim dengan kinerja
tinggi, dan dapat mengerjakan tugas-tugas dengan efektif dan efisien.
2. Perencanaan (planning)
Terkait dengan kemampuan untuk menyusun perencanaan dari suatu
pekerjaan, cara, waktu pengerjaan, dan siapa yang mengerjakannya.
39
3. Pengorganisasian (organizing)
Terkait dengan kemampuan untuk mengatur dan menentukan perkerjaan
yang akan dilaksanakan oleh karyawan dengan efektif dan efisien, sesuai
dengan pendidikan dan pengalaman.
4. Pelaksanaan (actuating)
Apoteker harus dapat menjadi pemimpin yang menjadi panutan karyawan,
seperti mengetahui permasalahan, dapat menunjukan jalan keluar masalah,
dan turut berperan aktif dalam kegiatan.
5. Pengawasan (controlling)
Terkait dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi setiap kegiatan dan
mengambil tindakan demi perbaikan dan peningkatan kualitas.
sarana bisnis yang mengacu pada regulasi, sehingga peran apoteker sebagai
retailer berkaitan dengan aktivitas bisnis yang terjadi di apotek, yaitu penjualan
dan pemberian layanan kefarmasian kepada konsumen/pasien.
2.8.2 Penyimpanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Tempat penyimpanan Psikotropika di
42
2.8.3 Pemusnahan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi mengenai pemusnahan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau
tidak dapat diolah kembali
2. Telah kadaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa
penggunaan
4. Dibatalkan izin edarnya, atau
5. Berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan dapat dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi
Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
43
Bab III
Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma
VISI
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
MISI
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset.
49
BUDAYA PERUSAHAAN
Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai
inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/pedoman
bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya meningkatkan
kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah budaya perusahaan
(corporate culture) perseroan:
Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun produk
unggulan
Collaborative
Bekerja bersama adalah kunci kesuksesan.
Agile
Beradaptasi dan Bergerak dengan Cepat.
Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan
dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah.
Enthusiastic
Jadilah energetik.
50
Kerja Ikhlas:
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
Kerja Cerdas:
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi yang tepat
Kerja Keras:
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk
mendapatkan hasil terbaik
Kerja Antusias:
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk mencapai
tujuan bersama
Kerja Tuntas:
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan output
maskimal yang sesuai dengan harapan.
Bandung dan tepat di pertigaan jalan menuju daerah Pasir Impun serta berdekatan
dengan Lembaga Permasyarakatan Sukamiskin.
Ruang operasional apotek terdiri kursi tunggu pasien, tempat penerimaan resep,
tempat penyerahan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang cuci
alat, ruang administrasi, ruang praktek dokter, mushola dan toilet. Apotek Kimia
Farma Sindanglaya juga dilengkapi dengan sarana penunjang seperti area parkir
yang memadai, praktek dokter yang terdiri dari dokter anak serta swalayan
farmasi yang menjual barang-barang yang dapat dlihat langsung oleh konsumen
terdiri dari kosmetika, obat-obat topikal, obat OTC (Over The Counter), obat
tradisional, multivitamin, produk baby care, tissue dan pembalut, alat
kontrasepsi, food supplement, perlengkapan mandi, perlengkapan P3K, milk and
nutrition (susu dan produk gizi), dan makanan juga minuman ringan. Denah
Kimia Farma Sindanglaya Bandung dapat dilihat pada (Lampiran 1)
I. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan untuk menentukan jumlah dan
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan yang akan disediakan oleh apotek untuk
memenuhi kebutuhan yang dilakukan secara efektif dan efisien sehingga tidak
terjadi kekosongan atau penumpukan obat. Jika perbekalan farmasi berlebih maka
terdapat biaya penyimpanan yang lebih besar, potensi kerusakan besar, dan
membutuhkan modal kerja lebih besar. Sedangkan jika stok obat kurang maka
kesempatan transaksi berkurang. Obat-obat yang akan dipesan direncanakan
terlebih dahulu dengan pencatatan stok obat yang jumlahnya minimum atau telah
habis dicatat dalam buku defekta, ataupun dapat dilakukan berdasarkan
kebutuhan. obat diluar buku defekta. Dasar perencanaan dapat dilakukan
berdasarkan data histori pada periode tertentu, data terkini dan data penolakan.
Perencanaan perbekalaan sediaan farmasi di Apotek Kimia farma Sindanglaya
berdasarkan:
a) Data History
Data yang berada dikomputer yang merupakan rata-rata penjualan dalam jangka
waktu 3 sampai 6 bulan terakhir. Kemudian data pareto yang diklasifikasikan
berdasarkan nilai jual (harga), kuantitas penjualan atau kombinasi keduanya.
b) Data Defekta
Data defekta yaitu dimana petugas apotek Kimia Farma 126B secara rutin
akan mengecek jumlah persediaan barang apotek dengan cara menulis dan
menghitung jumlah obat yang akan habis atau sudah habis. Hasil defekta
kemudian dikumpulkan dan dijadikan bahan acuan dalam pemesanan atau
perencanaan barang di apotek.
Hasil analisis pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun berdasarkan
omsetnya, mulai dari obat yang menghasilkan omset terbesar bagi apotek hingga
obat yang menghasilkan omset terkecil bagi apotek. Dengan begitu, akan
diketahui obat-obat apa saja yang penjualannya besar, sedang, dan kecil, sehingga
perencanaan dan pemesanan barang dapat lebih dioptimalkan pada obat-obat
yang berkontribusi besar terhadap omset apotek. Pengelompokkan barang
menggunakan analisis pareto dikenal juga sebagai” Klasifikasi ABC”, dimana:
Klasifikasi A: 15-20% dari jumlah jenis barang yang terjual bernilai 80%
dari nilai penjualan.
Klasifikasi B: 20-25% dari jumlah jenis barang yang terjual bernilai 15%
dari nilai penjualan.
Klasifikasi C: 50-60% dari jumlah jenis barang yang terjual bernilai 5%
dari nilai penjualan.
Keuntungan dengan menggunakan analisis pareto adalah perputaran lebih
cepat sehingga modal dan keuntungan tidak terlalu lama berwujud barang, namun
dapat segera berwujud uang, mengurangi resiko penumpukan barang, mencegah
terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving dan meminimalisasikan
penolakan resep.
c) Data penolakan
Data penolakan didasarkan atas frekuensi penolakan suatu jenis produk,
penolakan lebih dari tiga kali akan dijadikan data pertimbangan untuk dilakukan
pemesanan terhadap produk tersebut.
II. Pengadaan
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Tujuan
pengadaan perbekalan farmasi adalah untuk menjamin tersedianya jenis dan
jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan di apotek. Pemesanan barang ke
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dilakukan melalui Bisnis Manager (BM) Unit
Bandung. Dalam proses pengadaan, pemilihan distributor/ PBF juga sangat
berpengaruh dalam kualitas barang yang akan dijual di Apotek. Berikut adalah
kriteria pemilihan PBF atau distributor untuk Apotek Kimia Farma:
Legalitas, misalnya izin sesuai, dan Certificate of Analysis
a) Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin di Apotek Kimia Farma Sindanglaya merupakan pengadaan
yang dilakukan secara terpusat, dilakukan oleh BM menggunakan sistem
Forecasting, yaitu pengadaan oleh BM dilihat dari penjualan yang paling banyak
di Apotek tertentu, tanpa harus membuat pengadaan oleh apotek. Sistem ini
mengacu pada data penjualan selama 3 bulan terkahir. BM akan merekapitulasi
permintaan tersebut dalam bentuk SP yang dikirim kepada PBF dan SP tersebut
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek. PBF akan
mengirimkan barang-barang yang dipesan ke masing-masing apotek berdasarkan
SP.
Khusus untuk pengadaan narkotika, psikotropika dan obat yang mengandung
bahan prekursor, surat pesanan (SP) harus dibuat langsung oleh apotek yang
bersangkutan menggunakan form SP khusus. SP khusus tersebut harus
ditandatangani Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) dengan
mencantumkan nama dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) serta diberi stampel
apotek. Pada surat pemesanan narkotik dalam satu SP hanya berlaku untuk satu
jenis obat narkotik saja. Selain itu pembeliannya hanya boleh ke distributor atau
PBF tunggal yang ditunjuk pemerintah yaitu PBF Kimia Farma
b) Pengadaan Non Rutin
III. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Apotek Kimia Farma Sindanglaya melakukan
penerimaan telah disesuaikan dengan penerimaan yang diatur dalam Permenkes
No. 73 tahun 2016. Semua barang yang datang dari pengadaan dicek
kesesuaiannya antara surat pesanan, faktur dan barang yang datang. Pengecekan
keseuaian dilakukan pada nama barang, bentuk kemasan, jumlah barang, tanggal
kadaluarsa, nomor batch, dan kondisi fisik dari produk tersebut. Jika barang telah
sesuai, maka pihak penerima barang harus menandatangani faktur dan memberi
tanggal penerimaan yang disertai dengan tanda tangan, nama jelas penerima dan
stempel apotek. Faktur asli akan diserahkan kembali kepada PBF dan faktur copy
sebagai arsip apotek dan BM. Barang yang telah sesuai juga didokumentasikan
ke dalam buku penerimaan barang yang meliputi nomor urut penerimaan dan
nama PBF. Kemudian barang yang sudah diterima diinput kedalam sistem
komputer untuk memperbaharui stok barang yang ada pada sistem. Selanjutnya
barang atau produk tersebut disimpan sesuai dengan bentuk dan jenisnya. Pada
penerimaan barang obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dari PBF
harus diterima dan ditandatangai oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek
(APA) ataupun Apoteker Pendamping (APING) yang sudah mendapat surat
delegasi dan disetujui PBF. Namun jika barang yang datang tidak sesuai dengan
faktur maka barang tersebut tidak dapat diterima dan dikembalikan (retur) dan
membuat surat penolakan (Lampiran 3).
IV. Penyimpanan
Barang yang telah diterima dan diperiksa, kemudian langsung disimpan pada rak
penyimpanan yang tersedia dan dicatat tanggal, jumlah, asal, sisa, serta paraf
petugas penerima didalam kartu stok. Jika tempat penyimpanan tidak cukup maka
barang disimpan di gudang apotek. Penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma
Sindanglaya dilaksanakan berdasarkan sistem FIFO (First in First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Sistem FIFO merupakan cara penyimpanan
barang dimana barang yang datang terlebih dahulu akan disimpan didepan
sehingga akan dikeluarkan terlebih dahulu dari yang lainnya, sedangkan barang
yang datang terakhir akan disimpan dibelakang, demikian seterusnya. Sistem
FEFO adalah penyimpanan barang yang memiliki tanggal kadaluarsa masih lama
diletakkan dibelakang, sedangkan barang yang sudah mendekati tanggal
kadaluarsa disimpan didepan. Sistem ini digunakan agar perputaran barang di
Apotek dapat dipantau dengan baik sehingga meminimalkan banyaknya obat-obat
di apotek yang mendekati tanggal kadaluarsa. Penyimpanan obat di Apotek Kimia
Farma Sindanglaya disusun secara alfabetis disertai dengan penandaan untuk
expired date, penulisan LASA (Look Alike Sound Alike) yang dibedakan
berdasarkan:
i. Golongan Obat
Berdasarkan penggolongan obat, penyimpananya sebagai berikut: Obat bebas dan
bebas terbatas disimpan dirak swalayan, untuk obat keras disimpan di rak
penyimpanan di area pelayanan resep. Obat narkotik dan psikotropik disimpan
ditempat khusus didalam lemari yang terbuat dari kayu memiliki dua pintu
dengan kunci ganda disimpan oleh petugas yang bertanggung jawab.
vii. Berdasarkan obat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma TbK
V. Pemusnahan
Pemusnahan di apotek dilakukan pada obat yang sudah kadaluarsa, obat rusak,
dan resep. Obat-obatan yang telah kadaluarsa sebelumnya dicatat terlebih dahulu
jumlah dan tanggal kadaluarsanya, kemudian disimpan atau dikumpulkan lalu
dimusnahkan. Pemusnahan obat harus dibuat berita acara pemusnahan obat yang
ditujukan kepada ditujukan kepada Dirjen Binfar dan Kepala Badan POM
serta dilakukan pelaporan atas pelaksanaan pemusnahan kepada BM Apotek
setempat. Pemusnahan obat yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau
surat izin kerja. Selain itu pemusnahan juga dilakukan terhadap resep yang telah
disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun. Pemusnahan resep dilakukan oleh
apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
VI. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mematau kebutuhan barang masuk dan keluar,
mengantisipasi keterlambatan kedatangan, mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian tersebut berupa:
Uji petik
Uji petik merupakan kegiatan pencatatan stok barang di apotek yang dilakukan
setiap hari untuk 20 item obat yang diambil secara acak pada rak penyimpanan
obat. Pencatatan yang dilakukan dengan cara mencocokkan stok fisik obat, kartu
stok dengan stok yang ada di komputer. Uji petik bertujuan untuk mengawasi
ketersediaan barang setiap harinya. Uji petik diutamakan terhadap produk-produk
mahal, fast moving, dan obat-obat pareto.
Stock Of Name
Stock opname merupakan kegiatan pengendalian sediaan farmasi yang dilakukan
setiap 3 bulan sekali. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah jumlah fisik barang sesuai dengan stok yang ada dikomputer. Jika terjadi
perbedaan maka dilakukan pengecekan ulang atau jika terjadi kehilangan akan
dilakukan penelusuran untuk barang yang hilang. Stock opname juga dilakukan
untuk mengetahui kadaluarsa barang, barang-barang slow moving dan fast
moving. Sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai persediaan barang yang
berguna untuk menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP).
Pelaporan yang dilakukan oleh Apotek ini terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal dilakukan setiap 1 bulan sekali sebelum tanggal 10 melalui sistem
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan psikotropika). Pencatatan dan pelaporan
dilakukan sebagai bentuk pengendalian di Apotek untuk mempermudah
pengawasan barang yang keluar dan masuk di Apotek. Setiap obat memiliki kartu
stok yang berguna untuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran obat.
Pelaporan di Apotek Kimia Farma 126B Sindanglaya terdiri dari:
a) Bukti Setoran Kas Apotek
Berisi jumlah penerimaan uang yang berasal dari penjualan obat dengan
resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan alat kesehatan dan dari bagian
swalayan. Juga jumlah uang yang dikeluarkan untuk kepentingan operasional.
Hasil penjualan dikurangi pengeluaran adalah jumlah uang yang disetorkan ke
bagian administrasi keuangan untuk dimasukan ke bank yang ditunjuk,
disertai dengan buku setoran kasir apotek. Penyetoran uang dilakukan pada saat
pergantian waktu kerja (dua kali sehari).
1. Administrasi penjualan
Laporan penjualan Apotek berupa Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) baik
untuk. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian Tunai (LIPHT) maupun Laporan
Ikhtisar Penjualan Harian Kredit (LIPHK) yang dibuat setiap hari. LIPHT di
verifikasi dengan Bukti Setoran Kas (BSK), kemudian dilaporkan ke bagian
administrasi tunai di BM. LIPHK di verifikasi dengan resep kredit. Jika data
telah sesuai dan lengkap maka LIPHK beserta lampiran resep kredit diserahkan
ke BM piutang dagang untuk ditagihkan pada instansi yang bersangkutan.
2. Administrasi Pembelian
Faktur pembelian diadministrasikan. Isi faktur terdiri dari nama kreditur,
nomor faktur, tanggal faktur, tanggal terima di Apotek, nomor terima dan
nominal faktur. Faktur di-entry kemudian dicetak. Faktur asli disimpan di Apotek
dan copyan diserahkan ke BM. Administrasi pembelian (pengeluaran)
seluruhnya diserahkan atau dikelola pada BM.
3. Uji Petik
Uji petik adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendata penyesuaian
jumlah obat yang ada di Apotek secara fisik dengan data yang ada di komputer.
Dilakukan dengan cara mendata 10 jenis obat perharinya secara acak antara fisik
dan data komputer. Tujuan uji petik ini yaitu untuk mengetahui dan menghindari
terjadinya kehilangan barang di Apotek (deteksi dini).
4. Kartu stok
Kartu stok merupakan kegiatan penyesuaian jumlah barang yang tertera dalam
komputer dengan jumlah barang sebenarnya yang dicatat dalam kartu stok di
setiap pengeluaran barang sehingga mengetahui jumlah barang di Apotek
setiap waktunya serta menghindari terjadinya kekurangan dan kehilangan barang.
1. Praktik dokter
Untuk meningkatkan pelayanan Kesehatan dan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen Apotek Kimia Farma Sindanglaya bekerja sama dengan dokter.
Dengan bekerja sama dengan klinik pratama yang terdapat praktik dokter yaitu:
Dokter anak. Dalam hal ini, Apotek bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
baik dalam hal meningkatkan pelayanan Kesehatan dan kepuasan pelanggan.
Anak
Ketoprofen telah banyak digunakan dalam pengelolaan kondisi inflamasi dan
muskuloskeletal, nyeri, dan demam pada anak-anak dan orang dewasa. Ini
melintasi penghalang darah-otak dan karena itu memiliki potensi untuk
menyebabkan efek analgesik sentral. Penggunaan ketoprofen pada anak-anak
telah diteliti untuk perawatan nyeri dan demam, nyeri peri dan pasca operasi, dan
kondisi nyeri inflamasi. ketoprofen pada anak-anak mungkin merupakan alternatif
yang aman dan manjur, namun pelaporan yang kurang pada kisaran usia ini harus
dipertimbangkan kembali dan perhatian harus diberikan pada penggunaan yang
tidak berlabel ini.
Ibu Hamil
Tidak ada data terkontrol dalam kehamilan manusia tentang penggunaan
ketoprofen. Penelitian pada hewan gagal mengungkapkan bukti embriotoksisitas
atau teratogenisitas kecuali pada dosis yang menghasilkan toksisitas ibu yang
signifikan. Ketika ketoprofen digunakan di akhir kehamilan, ketoprofen dapat
menyebabkan penutupan prematur dari ductus arteriosus dan dapat
memperpanjang persalinan. Ketoprofen hanya direkomendasikan untuk digunakan
selama kehamilan ketika manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Ketoprofen
harus dihindari pada trimester terakhir kehamilan dan tidak boleh digunakan
dalam dua trimester pertama kecuali jika potensi manfaat bagi pasien melebihi
potensi risiko pada janin. Sebagai asam lemah, NSAID diekskresikan dalam
jumlah kecil ke dalam ASI manusia dengan risiko kecil untuk efek buruk pada
bayi yang menyusu.
Lansia
Pasien lanjut usia berisiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping dari
obat-obatan. [20] Penuaan mengubah farmakodinamik dan farmakokinetik obat
yang mempengaruhi pilihan, dosis, dan frekuensi pemberian beberapa obat. [21]
Meskipun harapan hidup secara bertahap meningkat di negara-negara Barat, orang
tua terus dikeluarkan dari berpartisipasi dalam uji klinis. Obat-obatan ini terutama
diuji pada subjek di bawah 65 tahun, tetapi kemudian sering digunakan pada
pasien usia lanjut dengan beberapa penyakit yang bersamaan. Lansia memiliki
peningkatan risiko mengembangkan patologi iatrogenik yang sering kali lebih
tinggi dan lebih parah daripada orang yang lebih muda. Obat-obatan yang
beresiko berpotensi menimbulkan reaksi serius pada lansia seringkali adalah obat
yang biasanya diresepkan untuk pengobatan penyakit kronis. Ketoprofen
dikaitkan dengan tingkat kumulatif tertinggi yang dilaporkan dari ADR serius
(0,78 kasus per juta dosis harian yang ditentukan). ADR serius yang paling sering
dilaporkan adalah kulit, diikuti oleh gastrointestinal, hati, ginjal, dan jarang,
kejadian kardiovaskular. ADR serius yang paling sering dilaporkan dengan
NSAID oral yang dipilih adalah kutaneus, diikuti oleh gastrointestinal, hepatik,
dan kejadian ginjal. Risiko tertinggi untuk efek samping gastrointestinal serius,
hati, kulit, dan ginjal terkait, masing-masing, dengan ketoprofen, nimesulide,
meloxicam, dan tenoxicam dibandingkan dengan NSAID lainnya.
Bab V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di
Apotek Kimia Farma Sindanglaya, penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
5.2 Saran
Dari hasil pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia
Farma Sindanglaya penulis memberikan saran dalam rangka peningkatan
pelayanan dan kepuasan konsumen di antaranya:
1. Memberdayakan Kotak saran dengan cara mensosialisasikannya kepada
konsumen, sehingga Apotek dapat memperbaiki kinerjanya secara terus
menerus, dan dapat lebih memahami keinginan konsumen.
2. Mempertahankan bahkan meningkatkan keramahan dan kecepatan
pelayanan di Apotek.
3. Meningkatan kedisiplinan dalam pencatatan kartu stok obat agar kontrol
persediaan obat lebih mudah dilakukan.
4. Kartu stok obat rutin diisi, untuk menyelaraskan selisih stok antara sistem
dikomputer dengan kartu stok.
Daftar Pustaka
Pintu Masuk
pendingin
Lemari
Alat
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Swalayan
Le
ar
m
Lemari
Lemari
obat
Meja
Kulkas peracikan Wastafel
Gudang
Toilet
Tangga
Lampiran 2 Stuktur Organisasi Apotek Kimia Farma Sindanglaya
Apoteker Pendamping
Megawati Mardliyah, S.Farm.,Apt