Rangkuman PTP - Tasha Aini - 200110180053
Rangkuman PTP - Tasha Aini - 200110180053
NPM : 200110180053
Kelas : C
MATERI 1 PENDAHULUAN
Alasan yang dikemukakan oleh para ahli makanan mengenai sifat dan karakteristik produk susu
sebagai makanan manusia hasil produksi peternakan sapi perah :
1. Protein : protein susu sebagian besar (90-95%) terdiri atas kasein,laktogobulin dan
lactalbumin. Diantara ketiga itu kasein meruoakan yang terbanyak, yakni 80%.
2. Lemak susu : Kandungan lemak dalam air susu bervariasi antara 3-6 %. Lemak susu
terdiri atas trigliserida yang terbentuk dari tiga molekul asam lemak dengan satu molekul
gliserol, sehingga dapat membentuk kira-kira 60 macam asam lemak susu. Susu memiliki
rantai yang pendek.
3. Karbohidrat : Karbohidrat utama dari air susu adalah laktosa yang terdapat dalam bentuk
α dan β laktosa, yang kadarnya dalam air susu adalah sebesar 4,8%.
4. Vitamin : Hampir seluruh vitamin yang adadi alam dikandung dalam air susu, tetapi
sebagian besar terdiri atas golongan vitamin A, B,C, D, E, dan K..
5. Mineral : Beberapa mineral utama yang terdapat dalam air susu antara lain adalah
mineral Calsium, Phosphor, Potasium, Chlorine, Magnesium, dan Sodium.
Sapi perah masuk ke Indonesia sejak abad ke 17, abad ke 19 dan 20 didatangkan dari
Australia dan eropa karena kebutuhan tidak cukup.
Sapi perah Holstein mulai dimasukkan ke Indonesia pada zaman Hindia Belanda dahulu.
Tepatnya pada tahun 1891-1892 mulai didatangkan sapi jantan Holstein ke daerah
Pasuruan, Jawa Timur
Sejak tahun 1900 di daerah Lembang, Jawa Barat, telah terdapat peternakan sapi perah
yang memelihara Holstein.
Pada tahun 1932 didatangkan 22 ekor pejantan FH dari negeri Belanda dan ditempatkan
di daerah Grati, Pasuruan. Di daerah ini sebelumnya telah ada sapi-sapi perah Milking
Shorthon, Ayrshire, dan Jersey yang didatangkan dari Australia.
Dikawintakn sapi FH dengan sapi local yakni sapi Grati, akan tetapi karena tidak ada
pembinaan jadi populasinya tidak berkembang.
Sekitar tahun 1957 diimpor sapi perah Red Danish dari Denmark.
Pada tahun 1962 didatangkan lagi sapi perah FH dari Denmark. Kemudian tahun 1964
didatangkan sapi perah FH dari Negeri Belanda sebanyak 1.354 ekor
Pada tahun 1979 didatangkan lagi sapi perah FH dari Australia dan Selandia Baru
Selama periode tahun 1979-1984, jumlah sapi perah yang telah diimpor telah mencapai
67.000 ekor. Kemudian tahun 1988 didatangkan lagi sapi perah FH dari Amerika Serikat
dan Selandia Baru dan disebarkan di Pulau Jawa.
a. Kuningan - Cirebon.
b. Pangalengan - Lembang - Bandung - Cianjur - Sukabumi - Bogor -Jakarta
Sejarah Domestikasi
Mesopotamia ditunjukkan dengan adanya sisa pahatan yang ditinggalkan oleh bangsa
Sumeria dalam reruntuhan Candi di daerah Uhr, yaitu kira-kira 3.000 tahun sebelum
masehi, pahatannya menunjukkan gambar sapi kecil. Sapi tersebut dengan tanduk kecil
dan ambing kecil pula, serta pemerah dibelakangnya dan anak terdapat pada bagian
depan yang dimaksudkan sebagai perangsang supaya susu induknya keluar. Cara seperti
ini masih dilakukan di daerah Afrika. Selain itu bangsa Sumeria dikenal pula sebagai
bangsa yang pertama kali membuat mentega.Mesir, bangsa Mesir purba menganggap
sapi sebagai hewan yang keramat dan mulai mengenal ternak sapi kira-kira 3.000 tahun
sebelum masehi. Pada gambar atau pahatan mereka membuat mentega, keju dan cara
pemerahan menyerupai bangsa Sumeria.
India, sapi dianggap sebagai ternak suci dan mengenal sapi perah untuk diambil susunya
serta dibuat mentega kira-kira 2.000 sebelum Masehi
Bangsa Yunani / Greek, (1550 sebelum Masehi) mengenal air susu yang berasal dari
Kambing.
Bangsa Romawi (750 sebelum Masehi) mengenal air susu yang berasal dari biri-biri.
Bangsa Greek dan bangsa Itali sedikit mengenal sapi perah dan lebih mengenal air susu
dan keju berasal dari Kambing dan Biri-biri sebagai makanan yang penting, selain itu
mentega dibuat sebagai bahan obat. Pada permulaan tahun Masehi air susu dan keju
mulai dikenal sebagai makanan di Eropa terutama di daerah Perancis, Belanda, Swiss
dan Norwegia.
Taksonomi Sapi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
SubClass : Eutheria
Ordo : Ungulata
SubOrdo : Pecora
Family : Bovidae
Genus : Bos
Sub Genus : Taurine, Bibovine
Spesies : Bos Taurus, Bos Indicus
Bos taurus termasuk nenek moyang dari sapi Eropa dan banyak ditemukan di Amerika.
a) Bos Taurus Premigenius disebut juga Ox atau Ox aurochs adalah hewan berbadan besar yang
merupakan nenek moyang sapi di hutan cadangan di Inggris
b) Bos Taurus Longiforms sapi ini berbadan kecil, mukanya agak datar (rata) yang dinamakan
Celtic Shorthorn didomestikasikan di daerah sekitar utara pegunungan Alpen atau sekitar
timur laut Asia.
c) Bos Taurus Frontasus terdapat didaerah Swiss
d) Bos Taurus Brachycephallus, sapi-sapi yang berleher pendek
Sapi-sapi yang telah didomestikasi sekitar tahun 2.000 sebelum Masehi masih dijumpai sapi-
sapi keturunan langsung dari :
Klasifikasi Sapi
1. Menurut kemurnian bangsa : Pure bred, Grade, Cross bred, Scrub animal
2. Menurut kegunaan :
Sapi tipe perah : • Fries Holland • Brown Swiss • Ayrshire • Guernsey • Red Danish •
Jersey
Sapi tipe Daging: • Hereford • Aberdeen Angus • Shorthorn
Sapi Tipe Dwi Guna: • Red Polled • Milking Shorthorn • Devon
Pubertas
Estrus (berahi)
Siklus estrus pada sapi berkisar 17-24 hari atau rata-rata 21 hari
Lama estrus pada sapi FH yang dewasa rata-rata 18-19 jam dan yang muda 15 ± 3 jam
Satu siklus berahi apabila berdasarkan dari perubahan gejala dari luar dapat dibagi dalam
4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
Fase proestrus : Fase proestrus atau fase persiapan perubahan terjadi yaitu sedikit
gelisah, alat kelamin vulva mulai merah dan bengkak. Walaupun demikian betina
tersebut belum mau untuk kawin. Pada fase ini terjadi pertumbuhan dari folikel tersier
menjadi folikel de Graaf.
Fase Estrus : Fase estrus, pada fase ini tanda-tanda berahi meningkat dan
betina sudah mau menerima pejantan/kawin. Selain perubahan dari alat kelamin bagian
luar (merah, bengkak dan keluar lender), juga ternak kurang nafsu makan dan gelisah.
Pada fase estrus ini pertumbuhan folikel de Graaf telah maksimal dan menonjol keluar
dari ovarium, tetapi belum terjadi ovulasi. Ovulasi pada sapi terjadi setelah gejala estrus
selesai atau 10-11 jam setelah estrus berakhir. Pada fase proestrus dan estrus disebut juga
sebagai fase folikel.
Fase metestrus : Fase metestrus. Gejalanya hampir sama dengan pada fase
proestrus dan betina juga menolak untuk kawin. Pada ovarium terbentuknya corpus
hemorraghicum, ovum berada di oviduct dan serviks telah menutup.
Fase diestrus : Fase diestrus. Aktivitas kelamin tidak ada, ternak menjadi tenang
dan tidak terjadi kebuntingan. Terjadi proses dari corpus hemorraghicum menjadi korpus
luteum. Fase diestrus merupakan fase yang terlama dalam siklus berahi. Fase metestrus
dan diestrus disebut juga fase luteum.
Waktu Kawin
Waktu kawin yang baik pada saat pagi hari setelah terlihat tanda tanda birahi, pada saat sore atau
malam terlihat birahi waktu kawinnya adalah besoknya sebelum jam 12 siang
Kelenjar hormon yang berfungsi selama kebuntingan yaitu antara lain korpus luteum,
plasenta dan folikel merupakan kelenjar utama
Kelenjar hipotalamus dan hifosa sebagai kelenjar pengatur
Corpus luteum sebagai penghasil progesteron, plasenta penghasil progesteron dan
estrogen, sedangkan folikel penghasil estrogen.
Progesteron berperan dalam merawat/memelihara kebuntingan terutama pada saat
implantasi sampai dengan pertengahan umur kebuntingan.
Kelahiran
FERTILITAS
Faktor nutrisi
Performans Reproduksi
Ada beberapa ukuran efisensi reproduksi untuk sapi perah berdasarkan performans reproduksi
selama satu periode laktasi yaitu :
1. Periode kosong (days open) yaitu periode atau selang waktu sejak sapi beranak sampai
dikawinkan kembali dan terjadi kebuntingan. Apabila kawin pertama setelah beranak terjadi
kebuntingan, maka periode kosong sama dengan selang waktu kawin pertama setelah
beranak (first service postpartus).
2. Kawin pertama setelah beranak (first service postpartus) yaitu selang waktusejak sapi
beranak sampai dikawinkan kembali. Kawin pertama setelah beranak yang baik berkisar 45-
60 hari (pada berahi kedua atau berahi ketiga).
3. Periode kawin (service period) yaitu selang waktu sejak sapi kawin pertama setelah beranak
sampai kawin terakhir terjadi kebuntingan. Lamanya periode kawin dipengaruhi oleh jumlah
kawin perkebuntingan (S/C, service per conseption)
4. Jumlah kawin perkebuntingan (S/C, service per conseption) yaitu berapa kali sapi
dikawinkan sampai terjadi kebuntingan. S/C yang ideal berkisar 1-3.
5. Jarak beranak (calving interval) yaitu selang waktu antara beranak sampai beranak
berikutnya. Jarak beanak yang ideal berkisar 12-14 bulan.
6. Indeks beranak (calving index) yaitu perbandingan antara annual calving dengan calving
interval yang didapat dari seekor sapi perah. Annual calving yang ideal di Indonesia 12 bulan
(365 hari).
1. Siklus berahi (heat period) yaitu selang waktu dari berahi sampai berahi berikutnya.
Siklus berahi pada sapi dewasa berkisar 18-24 hari atau rata-rata 21 hari, sedangkan pada
sapi dara biasanya lebih pendek yaitu 15-17 hari.
2. Lama berahi (heat of duration) yaitu selang waktu sejak sapi mulai berahi sampai sapi
normal kembali. Lamanya berahi pada sapi perah berkisar 6-36 jam atau rata-rata 18 jam.
Pada sapi dara lebih cepat yaitu rata-rata 15 jam. Awal berahi dan lamanya berahi sangat
penting untuk menentukan waktu perkawinan yang tepat.
3. Lama bunting (gestation period) yaitu selang waktu sejak sapi dikawinkan dan terjadi
kebuntingan sampai beranak. Lama bunting pada sapi perah 283±5 hari atau sembilan
bulan.
1. Pakan
2. Suhu udara dan musim
3. Manajemen
4. Penyakit
PENGELOLAAN REPRODUKSI
Pada sapi perah yang dikandangkan terus menerus harus dilakukan exercise untuk
melancarkan peredaran darah dan mendapatkan sinar matahari secara langsung agar
ternak lebih sehat dan fungsi reproduksi normal.
Pada sapi sesudah beranak, yang memperlihatkan gejala berahi kurang lebih 20% dan
pada berahi kedua kurang lebih 40%. Tampilan gejala berahi yang kurang jelas banyak
menimbulkan masalah terutama dalam menentukan waktu kawin yang tepat.
MATERI 3 : PEMULIAAN PADA TERNAK PERAH
Secara umum yang dimaksud dengan pemuliaan ternak adalah aktivitas perbaikan mutu
genetik ternak dalam suatu usaha peternakan melalui seleksi dan atau sistem perkawinan yang
kemudian diikuti dengan pengafkiran (culling), sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan
ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya yang akan dijadikan sebagai bibit atau tetua bagi
generasi selanjutnya.
Metoda pemuliaan ternak melalui sistem perkawinan dapat dilakukan dengan cara
inbreeding, crossbreeding, grading up, out breeding atau crissrissing, sedangkan melalui seleksi
dapat dilakukan dengan seleksi individu atau seleksi massa. Fungsi serta peranan program
pemuliaan sapi perah terutama ditujukan untuk meningkatkan keuntungan usaha peternakan
melalui peningkatan produksi susu setiap individu sapi perah.
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam pemuliaan sapi perah yaitu mengenai silsilah
(pedigree) atau hubungan keluarga antara satu individu ternak dengan individu ternak lainnya.
1. Silsilah (Pedigree). Pedigree adalah garis keturunan dari suatu hubungan keluarga antara satu
individu sapi perah dengan individu lainnya yang menjadi tetua-tetuanya atau yang
menurunkannya.
2. Collateral Relationship (Hubungan Kolateral) adalah hubungan keluarga antara dua individu
ternak yang diturunkan oleh salah satu tetua yang sama.
3. Direct Relationship (Hubungan Langsung adalah hubungan keluarga antara satu individu
ternak dengan individu lain dalam suatu silsilah keturunan.
4. Koefisien Inbreeding adalah suatu nilai yang mencerminkan besarnya derajat hubungan
darah antara satu individu ternak dengan individu lain dalam suatu perkawinan yang
mempunyai pertalian keluarga dekat maka homozigositas akan meningkat sedangkan hetero-
zigositas menurun yang ditandai dengan meningkatnya nilai koefisien inbreeding.
Beberapa Sifat Genetis yang Merugikan pada Sapi Perah
1. Lethal adalah sifat genetis yang menyebabkan kematian dari individu saat dilahirkan atau
sesudah individu dilahirkan di dalam keadaan pemeliharaan (manajemen) yang baik dan
normal.
2. Sub Lethal Pada keadaan sub lethal telah terjadi perubahan fisiologis dan anatomis
sewaktu hewan dilahirkan. Hewan kemudian mati karena tidak mendapatkan makanan
yang cukup misalnya karena pergelangan kaki yang bengkak pada FH.
3. Semi Lethal misalnya terjadi hernia yang dalam beberapa keadaan tertentu dapat
menyebabkan kematian. Usus dari hewan masuk ke dalam kantong hernia dan tergencet.
Heritabilitas
Heritabilitas atau heritability tersusun oleh kata heredity yang berarti keturunan dan
ability yang berarti kemampuan. Dengan demikian heritabilitas merupakan kekuatan suatu sifat
dari tetua yang diturunkan kepada anaknya atau derajat kemiripan turunan (anak) dengan
tetuanya dari sebuah sifat.
Ripitabilitas
Ripitabilitas atau repeatability berasal dari kata repeat yang berarti pengulangan dan
ability yang berarti kemampuan. Dengan demikian ripitabilitas berarti kemampuan seekor
individu/kelompok ternak sapi perah untuk mengulang produksi selama hidupnya.