Disusun oleh :
1. Listiasih (342118010)
2. Maghfiroh Izzania M (342118023)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inovasi merupakan konsep yang terus berkembang dari waktu ke
waktu. Tren dari keberhasilan pada masa sekarang merupakan indikasi
dari terwujudnya dampak inovasi. Inovasi banyak memberikan dampak
terhadap kondisi organisasi maupun kreatifitas dimana inovasi berasal,
baik perorangan maupun organisasi. Dinamika perubahan lingkungan yang
begitu cepat yang ditandai dengan kemajuan ilmupengetahuan dan
teknologi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan selalu
belajar.
Inovasi merupakan upaya mempertahankan keberadaan organisasi
dalam lingkungan. Inovasi dalam suatu organisasi menjadi hal yang
penting dilakukan untuk membawa organisasi menjadi lebih baik dalam
pencapaian tujuan dan tepat sasaran secara efektif dan efisien. Adanya
inovasi organisasi diharapkan dapat menanggapi kompleksitas lingkungan
dan dinamisasi perubahan lingkungan, terutama dalam persaingan yang
ketat dan menciptakan sumber-sumber bagi keunggulan bersaing.
Dengan memahami proses inovasi dalam organisasi akan mudah
untuk memahami proses inovasi pendidikan, karena pada dasarnya
pelaksana pendidikan formal adalah suatu organisasi. Pelaksana
pendidikan formal secara nasional (makro) adalah organisasi departemen
pendidikan dan kebudayaan beserta komponen-komponennya, sedangkan
pelaksana pendidikan formal secara mikro di sekolah (organisasi sekolah).
Inovasi pendidikan dilaksanakan karena suatu kebutuhan supaya
kualitas pendidikan semakin baik. Selama ini inovasi pendidikan
dilaksanakan sepotong-potong hanya pada lingkup sekolah sehingga
hasilnya tidak maksimal seperti yang diharapkan. Bahkan inovasi
pendidikan di beberapa daerah hanya menjadi suatu wacana atau hanya
dibicarakan pada lingkup seminar, work shop, maupun diskusi belum
diimplementasikan untuk memecahkan permasalahan pendidikan.
Memang harus kita akui, sudah ada yang melaksanakan inovasi
pendidikan tetapi hanya pada lingkup pembelajaran (CAR) yang dilakukan
oleh guru di kelas, itupun dilakukan kerena ada proyek seperti school grant
dll. Semestinya inovasi dilakukan pada semua tingkatan/lingkup baik
disdik, pengawas, maupun sekolah sehingga akan menghasilkan sesuatu
yang lebih baik. Di samping itu, pelaksanaan inovasi juga harus
melibatkan seluruh komponen baik pemkot/pemkab, disdik, sekolah
(warga sekolah), pengawas, dan masyarakat yang di dalamnya termasuk
LSM pendidikan maupun orang tua siswa.
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya
yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang
menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan
dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar di sekolah bersama
dengan komponen-komponen yang lain. Dengan kata lain setiap kegiatan
yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun yang
tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola
sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting,
terutama dalam rangka MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), yang
memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan
memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu
dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis
pada sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna organisasi pendidikan?
2. Apa maksud dari Disekonomi, Feminisasi, dan Budaya Sekolah?
3. Apa yang dimaksud reorientasi budaya manajemen sekolah?
4. Apa yang dimaksud organisasi dewan pendidikan?
5. Apa yang dimaksud misi sebagai penggerak penganggaran?
6. Bagaimana Efisiensi dan Efektivitas penganggaran MBS?
7. Apa keunggulan penganggaran MBS?
8. Bagaimana desain penganggaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna organisasi pendidikan
2. Untuk mengetahui maksud dari disekonomi, feminisasi, dan budaya
sekolah
3. Untuk mengetahui maksud reorientasi budaya manajemen sekolah
4. Untuk mengetahui maksud organisasi dewan pendidikan
5. Untuk mengetahui maksud misi sebagai penggerak penganggaran
6. Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas penganggaran MBS
7. Untuk mengetahui keunggulan penganggaran MBS
8. Untuk mengetahui desain penganggaran
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),
hlm.122-125
c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan
d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat.
2. Fungsi Dewan Pendidikan
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi),
pemerintah, dan DPRD berkenan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat
d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
pemerintah daerah/DPRD mengenai:
1) kebijakan dan program pendidikan;
2) kriteria tenaga daerah dalam bidang pendidikan;
3) kriteria tenaga kependidikan, khususnya guru/tutor dan kepala
satuan pendidikan
4) kriteria fasilitas pendidikan; dan
5) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
e. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan
f. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 044/U/2002 menjelaskan bahwa Dewan Pendidikan
bertujuan untuk :
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan;
2. Meningkatkan tanggungjawab dan peranserta aktif dari seluruh
lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan;
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan
yang bermutu.5
5
Sudarwan Danim…..hlm.127
g. anggaran yang digerakan oleh misi membebaskan komunitas
sekolah dari belenggu pengucuran dana yang tidak relevan dengan
spekturum tugas pokok dan fungsi manusia yang ada didalamnya.
H. Desain Anggaran
George E. Ridler dan Robert J. Shlockley dalam buku mereka School
Administrator’s Budget Handbook: A Step-By-Step Guide For Preparing And
Managing Your School Budget (1989) mengemukakan bahwa ada lima
system dalam mendesain penganggaran, yaitu:
1. Penganggaran berbasis item-item pengeluaran
Penganggaran berbasis item-item pengeluaran merupakan desain yang
paling umum dipakai karena dipandang paling “menguntungkan” dan
sederhana mengerjakannya. Penganggaran semacam ini dilakukan dengan
menuangkan setiap kategori dalam “garis”, misalnya gaji dan upah, gaji-
6
Sudarwan Danim……hlm.140
gaji lainnya, biaya kontrak, dll. System ini amat memudahkan prosedur
akunting, pemantauan keuangan, dan prosedur pelaporan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, seperti staf, dewan atau majelis srkolah, dan
masyarakat umum.
2. System penganggaran berbasis program
System ini didesain untuk mengidentifikasi biaya per program. Program
penganggaran semacam ini menganggarkan pembiayaan menurut subset
program sebagai bagian dari program itu sendiri, misalnya, penganggaran
untuk kegiatan penataran bidang studi.
3. Penganggaran berbasis nol
Setiap mata anggaran dimulai dari nol. Anggaran ini dibuat sedemikian
rupa dengan menentukan prioritas program sekolah menurut area
keguatan.
4. Penganggaran secara incremental
Penyusunan anggaran ini menggunakan anggaran tahun yang lalu menjadi
basis penyusunan anggaran tahun sekarang atau tahun-tahun berikutnya.
5. System kombinasi dalam penganggaran
Bukan tidak mungkin system penganggaran di sekolah berbasis MBS
dilakukan dengan mengkombinasikan system-sistem yang telah di sajikan
tersebut. Hal ini adalah sah keberadaannya, sepanjang dapat diterapkan
disekolah dan memudahkan system administrasi, berikut
pertanggungjawabannya. Kombinasi itu dibuat dapat ditentukan oleh
kepala sekolah, bendahara, atau menurut kesepakatan bersama.7
7
Sudarwan Danim…….hlm. 144
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makna organisasi pendidikan adalah tempat untuk melakukan
aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidiklan yang di
inginkan. Sedangkan pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses
pembentukan tempat atau system dalam rangka melakukan kegiatan
kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
2. Disekonomi (penurunan kerja), Feminisasi Organisasi feminin
dapat diberi makna bagaimana wanita diasosiasikan. Asosiasi yang
dimaksudkan disini adalah persamaan sifat. Budaya organisasi
mengandung makna sebuah sistem nilai yang secara taat asas dianut oleh
komunitas sebuah organisasi tertentu yang membedakannya dengan
organisasi-organisasi lain.
3. Perubahan pola manajemen sekolah dari konvensional (sentralistik)
ke berbasis Manajemen Sekolah (desentralisasi) berimplikasi pada
perubahan kultur organisasi sekolah.
4. Dewan Pendidikan adalah badan yang mewadahi peranserta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota.
5. Menurut Osborne dan Gaebler (dlm Danim: 139) anggaran yang
digerakkan oleh misi akan memberikan beberapa dampak positif secara
hipotesis dan kualitatif
6. Ketiga kategori pendukung MBS adalah efisiensi administrasi,
keefektifan pendidikan, dan keterlibatan partisipan.
7. Penganggaran berbasiskan sekolah membuka peluang kepada
institusi untuk mengkreasi anggaran, bebas mendapatkan dan
membelajakan. Ada enam keuntungan teoritis penganggaran berbasiskan
sekolah menurut Lowry
8. Ada lima system dalam mendesain penganggaran yaitu
penganggaran berbasis pada item-item pengeluaran, berbasis pada
program, berbasis nol, secara incremental, dan secara kombinasi.
B. Saran
Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna dan kai
sangat mengharapkan saran dan kritik guna membangun dan bisa
memperbaiki makalah kami. Karena ada pepatah yang mengatakan “semakin
ilmu itu digali maka semakin banyak yang kita ketahui”.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara
James L, Gibson. 1995. Organization. Jakarta: Banarupa Aksara
Kurniawan, Didin. Machali, Imam. 2012. Manajemen Pendidikan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Rus Media
Robbin, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain, Dan Aplikasi.
Jakarta: Arcan