Makalah Metlit-Rancangan Eksperimental

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN DAN ALIKASINYA DALAM PENELITIAN


GIZI, PANGAN, DAN KESEHATAN

Disusun oleh:
1. Adelia D P
2. Eka Wulandari
3. Fitria Romadona
4. Silvia

Diploma IV - Gizi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


Jl. Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Rancangan penelitian eksperimental dan aplikasinya dalam penelitian gizi,
pangan dan kesehatan

Rancangan penelitian eksperimental (disebut juga rancangan percobaan, rancangan sebab-akibat)


ialah penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat.
Korelasi sebab-akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subjek
penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut. Rancangan eksperimental ini mempunyai
“kapasitas” uji korelasi yang paling tinggi. Pada penelitian-penelitian: cross sectional, case control dan
cohort, pengujian hanya sampai pada tingkat ada tidaknya korelasi antara fenomena kausa (factor resiko)
dengan fenomena efek (factor penyakit), sementara kedalaman korelasi sebeb-akibat tidak dapat diuji
secara empiric. Kesimpulan adanya mekanisme sebab-akibat pada penelitian-penelitian non-
eksperimental hanya sampai pada tingkat dugaan atau dugaan keras, berdasar atas landasan toeritik atau
penelaahan logic yang dilakukan peneliti.
Inti rancangan penelitian eksperimental ialah adanya menipulasi atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian, kemudian efek manipulasi diobservasi. Secara klasik rancangan ini diwujudkan dalam
bentuk penelitian yang membagi subjek penelitian menjadi dua kelompok yang sama persis keadaannya;
satu kelompok diberi perlakuan (kelompok perlakuan, kelompok eksperimental), sementara kelompok
lain tidak diberi perlakuan (kelompok control). Efek perlakuan diketahui dengan membandingkan
perubahan (perbedaan perubahan) yang terjadi antara kelompok perlakuan dengan kelompok control.
Sebelum dikaji bentuk-bentuk rancangan eksperimental, terlebih dahulu dikemukakan beberapa
bentuk rancangan eksperimental palsu, atau lebih dikenal dengan rancangan praeksperimtal, yang
sebaiknya dihindari oleh peneliti. Disebut praeksperimtal karena susunan rancangannya mirip dengan
ekperimental, sehingga peneliti muda kadang-kadang “terkecoh”, seolah mereka sudah melakukan
penelitian eksperimental. Disebut palsu karena rancangan-rancangan tersebut sama sekali tidak memenuhi
kriteria sebagai suatu eksperimen, pada rancangan ini banyaknya variabel luar dan sumber invaliditas
yang tidak terkendali, sehingga baik validitas dalam maupun validitas luar tidak dapat terpenuhi. Dikenal
tiga bentuk rancangan praeksperimental yaitu :`

a) Rancangan “perlakuan” tunggal


b) Rancangan “perlakuan” ulang
c) Rancangan “perlakuan” statik

a) Rancangan “perlakuan” tunggal


Rancangan “perlakuan” tunggal, disebut juga one shot case study adalah rancangan yang paling
“primitif”. Terhadap sekelompok subjek diberi perlakuan (X), kemudian dilakukan pengamatan (O).
Secara skematis dilukiskan sebagai :

(X) O
Rancangan perlakuan tunggal ini sama sekali bukan suatu eksperimental, oleh karena tidak satu pun
variabel luar (non-eksperimental) dikendalikan dengan model rancangan ini.

b) Rancangan “perlakuan” ulang


Rancangan “perlakuan” ulang, disebut juga one group pre and posttest design, ialah rancangan
penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan pada subjek. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap
sebagai efek perlakuan. Secara skematis dapat dilukiskan sebagai berikut :

O (X) O
Rancangan ini adalah suatu eksperimen yang amat lemah karena hanya sedikit saja sumber invaliditas
dapat dikendalikan, yaitu mortalitas dan seleksi diferensial. Variabel non-eksperimnetal dan keadaan-
keadaan yang mengganggu validitas dalam dan validitas luar tidak terkendali.

c) Rancangan “perlakuan” statik


Rancangan “perlakuan” statik (static group comparison) ialah rancangan penelitian yang
menggunakan dua kelompok subjek. Satu kelompok subjek diberi perlakuan, sementara kelompok
tersebut tidak dilakukan dengan teknik random. Efek perlakuan dinilai dari perbedaan hasil
pengukuran antara kedua kelompok. Secara skematis rancangan “perlakuan” statik dapat
digambarkan sebagai berikut :

(X) O
(-) O
Model rancangan seperti ini juga masih amat lemah, karena hanya sebagian saja sumber invaliditas
terkendali, seperti : sejarah, pengujian, instrumentasi dan regresi statistik. Sementara sebagian besar
sumber invaliditas yang lain tidak terkendali.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, ketiga bentuk rancangan tersebut sedapat mungkin
dihindari, karena hasil penelitian dengan rancangan tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
metodologik.

Dalam rancangan penelitian ekperimental ada tiga ciri esensial yang harus ada, yaitu:

(1) Manipulasi suatu varibael (perlakuan)


(2) Memonitor perubahan (efek) pada variabel lain (mengukur variabel terikat)
(3) Pengendalian pengaruh variable yang tidak dikehendaki (mengendalikan variabel perancu)

MANIPULASI variabel eksperimental

PENGENDALIAN variabel non-eksperimantal

MEMONITOR efek pada variabel tercoba

Dalam rancangan penelitian eksperimental, varibael penelitian dapat dikelompokkan dalam:


(1) Variabel tercoba: yaitu variabel yang dipelajari perubahan performance nya (efek) akibat
perlakuan pada variabel lain. Variabel ini secara umum disebut juga: variabel tergantung, variabel
terpengaruh, efek, dependent variable, criterion variable, psot test.

(2) Variabel eksperimental, (disebut juga variabel perlakuan) : ialah variabel yang dimanipulasi
performance nya untuk dipelajari efeknya pada variabel tercoba.

(3) Variabel non-eksperimental: yaitu tiap variabel yang diketahui atau secara teoritis mempunyai
pengaruh terhadap variabel tercoba, tetapi yang tidak diinginkan pengaruhnya. Nama lain:
variabel luar, variabel pengacu. Dikenaal dua macam variabel non-eksperimantal:
(a) Variabel terkendali, yaitu varibael luar yang dapat dikendalikan pengaruhnya oleh peneliti
(b) Variabel tak terkendali, yaitu variabel yang pengaruhnya tidak dapat dikendalikan.

Pengendalian terhadap variabel non-eksperimental dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a)
dengan rancangan penelitian, dan (b) dengan pengujian statistic. Pengendalian dengan rancangan
penelitian ialah pengendalian yang diupayakan dengan menyamakan kondisi variabel tersebut pada
subjek-subjek perlakuan dengan subjek-subjek control. Cara ini dapat dilakukan dengan berbagai
alternatif:

(a) Dengan pembatasan subjek. Yang dimaksud dengan pembatasan subjek ialah bahwa
individu-individu yang dijadikan subjek penelitian harus memenuhi persyaratan tertentu,
yaitu yang berkaitan dengan kondisi variabel non-eksperimental yang akan dikendalikan.
Misalnya: dalam suatu penelitian, variabel usia ternyata berpengaruh terhadap variabel
tercoba, tetapi pengaruh tersebut tidak kita kehendaki, maka dipilih subjek-subjek penelitian
yang usianya seragam.

(b) Dengan randomisasi subjek. Cara pembatasan subjek sukar ditempuh kalau subjek yang
tersedia terbatas, atau variabel non-ekspperimental yang akan dikontrol banyak jumlahnya.
Untuk itu, cara randomisasi merupakan pilihan utama. Yang dimaksud randomisasi disini,
ialah membagi kelompok penelitian secara random (random assignment). Dengan demikian,
secara teoritik, variabilitas nilai variabel non-eksperimantal terbagi secara berimbang.

(c) Dengan matching. Matching ialah upaya penyamaan atau penyeimbangan kondisi subjek
kelompok perlakuan dengan subjek kelompok control untuk beberapa variabel, yaitu variabel
yang akan dikendalian pengaruhnya. Cara matching ini memang kurang kuat disbanding cara
random, namun sering dihadapi kenyaaan, terutama pada penelitian dengan subjek manusia,
dimana cara random murni tidak mungkin.

(d) Dengan rancangan sama subjek. Yang dimaksud dengan rancangan sama dengan subjek ialah
rancangan yang menggunakan subjek-subjek perlakuan sekaligus sebagai-sebagai subjek-
subjek control. Randangan ini bermanfaat untuk mengendalikan variabel non-eksperimental
yang berasal dari subjek penelitian sendiri (variabel subjek).
Pengendalian variabel dengan analisis statistic dilakukan bila oleh karena kesulitan teknik
variabel mom-eksperimental tidak dapat dikendalikan dengan rancangan penelitian di atas. Dalam hal ini
maka varibael non-eksperimental tersebut dijadikan sebagai variabelpara eksperimental (bukan variabel
eksperimental, tapi yang diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel tercoba). Terhadap variabel ini
juga dilakukan pengukuran untuk kemudiaan dikendalikan pengaruhnya dengan model model analisis
statistic tertentu (analisis kovarians, korelasi parsial, dan sebagainya).
Setelah dikenalkan berbagai bentuk rancangan eksperimental yang inadekuat, berikut ini dikaji
rancangan-rancangan eksperimental yang secara metodologik dapat dipertanggung jawabkan
adekuatitasnya. Dikenal dua kelompok besar rancangan, yaitu :

1) Rancangan dengan variabel eksperimental tunggal (single variabel design)


2) Rancangan dengan variabel eksperimental ganda (rancangan faktorial, factorial design)

Rancangan dengan variabel, eksperimental tunggal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) rancangan eksperimental murni (true experimental design)
b) rancangan eksperimental kuasi (rancangan eksperimental semu, quasi experimental design).
Sebagaimana telah dikemukakan didepan, perbedaan kedua rancangan ini menyangkut sejauh mana
sumber-sumber invaliditas dapat dikendalikan.

A) Rancangan Eksperimental Murni

Rancangan eksperimental murni (true experimental design) adalah rancangan yang paling ideal
untuk mempelajari mekanisme korelasi sebab-akibat, oleh karena hamper semua sumber-sumber
invaliditas dapat terkontrol dengan baik oleh rancangan. Ciri khas yang menjadi kriterial esensial
rancangan eksperimental murni ialah pengelompokan subjek dilakukan dengan teknik random (random
assignment), sehingga apabila jumlah subjek memenuhi syarat, secara metodologik semua variabel luar
terdistribusi secara merata pada kelompok perlakuan dan kelompok control.
Dikenal tiga bentuk klasik rancangan eksperimental murni, yaitu :

1) Rancangan eksperimental sederhana


2) Rancangan eksperimental ulang
3) Rancangan eksperimental Solomon

1) Rancangan Eksperimental Sederhana (tanpa )


Rancangan eksperimental sederhana, disebut juga posttest only control group design
adalah rancangan eksperimental murni yang paling sederhana tapi cukup adekuat. Walaupun
pegendalian tidak sesempurna dua rancangan eksperimental murni yang lain, tetapi karena secara
teknis dan ekonomis paling mudah, rancangan ini lebih banyak dilakukan orang.
Dalam rancangan eksperimental sederhana subjek di bagi dalam dua kelompok (atau
lebih) secara random perlakuan diberikan pada satu (atau lebih) kelompok (kelompok perlakuan),
dan kelompok lain tidak diberi perlakuan, atau diberikan perlakuan dengan “dosis” yang berbeda,
atau diberi perlakuan lain (kelompok kontrol). Setelah waktu yang ditentukan, kemudian
diobservasi (diukur) variabel tercoba pada kedua kelompok tersebut (lihat skema berikut).
Perbedaan hasil observasi antara kedua kelompok (O-1 dengan O-2) menunjukan efek perlakuan.
X O-1
R : (-) O-2
Sekilas rancangan ini hampir sama dengan rancangan praeksperimental (rancangan
“perlakuan” statik). Akan tetapi, rancangan ini cukup adekuat karena dilakukan randomisasi
dalam pengelompokan subjek, sehingga secara teoretik variabel-variabel luar dan sumber
invaliditas hampir semuanya terkendali. Kenyataan ini memberi petunjuk, betapa dengan hanya
berbeda teknik pengelompokan subjek saja, dua penelitian akan berbeda jauh bobot validitasnya.
Keunggulan rancangan ini dari rancangan eksperimental murni yang lain ialah : secara
teknis lebih sederhana, lebih ekonomis, dan lebih alamiah. Karena keunggulan tersebut,
rancangan ini merupakan rancangan yang paling sering dipergunakan pada penelitian
eksperimental dibidang kedokteran, terutama pada trial klinik.
Model aplikasi statistik yang biasanya digunakan ialah uji-t, atau analisis varians.
Apabila penelitian memunculkan variabel lain sebagai variabel “para-eksperimental”, maka uji
statistik yang digunakan ialah analisis varians ganda (2 jalan atau lebih), atau analisis
konavarians, tergantung sifat (level of measurement) variabel “para-eksperimental” tersebut.

2) Rancangan Eksperimental Ulang


Rancangan eksperimental ulang, yang juga disebut pretest posttest control group design
merupakan bentuk pengembangan rancangan eksperimental sederhana, yaitu dengan melakukan
pengukuran atau observasi awal sebelum perlakuan diberikan (lihat skema berikut). Dengan
demikian, pada rancangan eksperimental ulang ini diperoleh empat macam kelompok observasi
variabel tercoba, dua hasil observasi awal (O-1 dan O-3), dan dua hasil observasi akhir (O-2 dan
O-4).

O-1 (X) O-2


R:
O-3 (-) O-4
Dengan rancangan tersebut hampir semua variabel luar dan sumber invaliditas terkendali
sepenuhnya. Sumber invaliditas yang tidak terkendali hanya interaksi uji awal dengan perlakuan
saja. Dalam keadaan teknis dan etik memungkinkan, dianjurkan menggunakan rancangan ini,
terutama untuk penelitian-penelitian yang dibutuhkan tingkat validitas yang tinggi. Rancangan ini
juga dianjurkan untuk keadaan-keadaan dengan variabel subjek yang amat besar pengaruhnya
terhadap variabel tercoba, sehingga ditakutkan akan mencemari hasil pengaruh perlakuan.
Dengan rancangan ini, praktis variabel subjek terkendali dengan sempurna.
Model aplikasi statistik yang biasanya digunakan untuk rancangan eksperimental ulang
ialah analisis kovarians, yaitu menilai hasil uji akhir (O-2 dengan O-4) dengan mengendalikan
hasil uji awal (O-1 dan O-3) sebagai kovariabel. Dari sisi lain, pengujian perbedaan antara uji
awal dan uji akhir juga akan memberi gambaran “laju” perubahan variabel tercoba akibat
pengaruh perlakuan.

3) Rancangan Eksperimental Solomon


Rancangan eksperimental Solomon, secara lengkap disebut Solomon four groups design,
merupakan pengembangan lebih lanjut dua rancangan eksperimental sebelumnya. Rancangan ini
tidak membagi kelompok subjek menjadi dua, melainkan membagi menjadi empat secara
random. Kelompok pertama dan kedua dilakukan uji awal, sementara kelompok ketiga dan
keempat tidak diberi uji awal.
Dengan demikian, rancangan eksperimental Solomon ini sebenarnya merupakan
gabungan dari rancangan eksperimental sederhana dan rancangan eksperimental ulang. Secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

O-1 (X) O-2


O-3 (-) O-4
X O-5
(-) O-6
Sebagaimana terlihat pada skema, rancangan ini praktis mengendalikan semua variabel
luar dan sumber invaliditas penelitian, dan karenanya merupakan rancangan yang paling unggul.
Namun demikian, dari sisi lain terlihat juga bahwa rancangan tersebut kurang praktis maupun
ekonomis.
Belum ada model aplikasi statistik yang sekaligus dapat menganalisis data hasil
rancangan Solomon ini. Biasanya analisis statistic untuk rancangan empat kelompok ini
dipecahkan dengan cara sebagai berikut.
Pertama, dengan mengabaikan efek dari uji awal dan interaksi uji awal dengan
perlakuan. Untuk ini digunakan :

a) Analisis kovarians antara O-2 lawan O-4 dengan menggunakan O-1 dan O-3 sebagai
kovariabel
b) Analisis varians atau uji-t untuk menilai perbedaan O-5 dengan O-6

Kedua, dengan mengabaikan hasil uji awal (kelompok pertama dan kedua), sehingga
yang diperhitungkan, hanya hasil uji akhir dari empat kelompok saja (O-2, O-4, O-5 dan O-6).
Untuk ini digunakan rancangan analisis varians dua jalan dengan tabel kerja sebagai berikut :

Perlakuan
Uji awal
(+) (-)

(+) O-2 O-4

(-) O-5 O-6

Interpretasi :
(a) F-kolom mengestimasi efek perlakuan
(b) F-baris mengestimasi efek uji awal
(c) F-interaksi mengestimasi ada tidaknya interaksi uji awal dengan perlakuan
()
B) Rancangan Eksperimental Kuasi
Sering terjadi pada penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan penelitian menghadapi
kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randominasi subjek, dengan demikian makan
rancangan eksperimental murni tidak dapat dilakukan. Apabila mekanisme korelasi sebab-akibat
merupakan tujuan utama penelitian tersebut, maka rancangan eksperimental kuasi merupakan
rancangan yang dapat dipilih.
Telah banyak dikembangkan model rancangan penelitian kuasi oleh metodologi penelitian
social, namun hanya beberapa saja yang bergayut dan dimungkinkan aplikasinya dibidang penelitian
kedokteran dan kesehatan. Disini dikemukakan empat model rancangan penelitian eksperimental
kuasi yang dapat digunakan untuk penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.

1) Rancangan Eksperimental Ulang Non-random


Rancangan eksperimental ulang non-random ini, yang disebut juga non-randomized
pretest-posttest control group design, mirip dengan rancangan eksperimental ulang, hanya
pembagian subjek dalam kelompok tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian
terhadap variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat. Secara skematis dapat
dilukiskan sebagai berikut :

O (X) O

O (-) O

Sekalipun rancangan ini tidak seadekuat rancangan eksperimental ulang, tetapi dapat
digunakan pada penelitian di bidang kedokteran klinik maupun kedokteran social yang tidak
mungkin dilakukan randomisasi subjek. Beberapa sumber invaliditas yang tidak terkendali antara
lain : regresi statistik, interaksi uji awal dengan perlakuan dan interaksi seleksi dengan perlakuan.
Model aplikasi statistik yang digunakan sama persis dengan rancangan eksperimental
ulang, yaitu analisis kovarians antar hasil uji akhir dengan menggunkan hasil uji awal sebagai
kovarians.

2) Rancangan Eksperimental Seri


Rancangan eksperimental seri disebut juga time series design, merupakan rancangan
yang observasi variabel tercoba dilakukan beberapa kali pada subjek, sebelum dan sesudah
perlakuan. Dalam hal ini, sebjek perlakuan sekaligus berlaku sebagia subjek control. Secara
skematis dapat dilukiskan sebagai berikut :

O O O O (X) O O O O

Dalam bidang kedokteran, penelitian tersebut biasanya dilakukan untuk menguji suatu
obat atau prosedur pengobatan tertentu pada penyakit-penyakit yang kronis sifatnya, sehingga
observasi ulang yang berulang kali dapat dilakukan. Interpretasi efek perlakuan diketahui dengan
melihat fluktuasi hasil pengukuran. Beberapa sumber invaliditas yang tidak terkendali antara
lain : sejarah, instrumentasi, interaksi uji (pengukuran) awal dengan perlakuan. Ada keuntungan
lain rencana ini, yaitu bila subjek penelitian hanya tersedia sedikit jumlahnya, karena
pengelompokan tidak diperlukan.

3) Rancangan Eksperimental Seri-Ganda (periodik untuk melihat perkembangan)


Rancangan eksperimen seri-ganda yang disebut juga multiple time series design,
merupakan pengembangan dari rencana eksperimental seri dan rancangan eksperimental non-
random, sebagaimana terlihat dalam skema berikut :

O O O O (X) O O O O

O O O O (-) O O O O

Sebagai bentuk pengembangan dari dua rancangan sebelumnya, rancangan eksperimental


seri-ganda ini lebih adekuat dalam mengendalikan sumber-sumber invaliditas. Sumber invaliditas
dalam praktis terkendali semua, sementara yang tidak terkendali interaksi uji awal dengan
perlakuan dan interaksi seleksi dengan perlakuan. Interpretasi efek perlakuan diketahui dengan
melihat perbedaan fluktuasi hasil obsevasi antar dua kelompok.

4) Rancangan Eksperimental Sampel-Seri


Rancangan eksperimental sampel-seri (equivalent time samples design) merupakan
modifikasi rancangan eksperimental seri, yang modelnya dapat diskemakan sebagai berikut :

(Xp O) (Xo O) (Xp O) (Xo O)


Rancangan ini cukup adekuat dan dalat digunakan pada penelitian trial klinik untuk
membandingkan efektivitas obat satu (baru) dengan obat yang lain (lama, baku) pada penyakit
kronis. Sumber invaliditas dalam praktis terkendali semua, sementara yang tidak terkendali ialah
interaksi uji awal dengan \perlakuan dan pengaturan yang berlalu spesifik.

C) Rancangan Faktorial (eksperimen yang variabel independennya lebih dari satu variabel)
Sebagaimana telah dikemukakan, rancangan faktorial ialah rancangan untuk penelitian
eksperimental yang mempunyai lebih dari satu variabel eksperimental, dan ingin dipelajari efeknya
pada variabel tercoba, baik secara sendiri-sendiri maupun secara interaktif. Tergantung pada berapa
banyak variabel eksperimental yang dikenakan pada subjek, rancangna factorial dapat bertingkat dua,
tingkat tiga dan sebagainya. Secara skemaris rancangan factorial dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Pengelompokan subjek :

(A-1, B-1)
(A-1)
(A-1, B-2; dst.)
Subjek
(A-2, dst; B-1)
(A-2, dst )
Rancangan Perlakuan : (A-2, dst; B-2, dst.)

Randomisasi
subjek Perlakuan Observasi

(A-1 ; B-1 (Xa-1 ; Xb-1) O

(A-1 ; B-2 (Xa-1 ; Xb-2) O


(A-2 ; B-1 (Xa-2 ; Xb-1) O

(A-2 ; B-2 (Xa-2 ; Xb-2) O

Sebagai contoh misalnya, akan dipelajari efek pengobatan medikametosa dan pengobatan
fisoterapi terhadap atrofi otot inaktivitas akibat pemasangan gips. Disini, variabel eksperimental
pertama ialah jenis obat (misalnya terdiri atas : obat roboransia, A-1; dengan obat tonika, A-2) yang
diberikan, sementara variabel eksperimen kedua ialah fisioterapi (misalnya terbagi atas :
elektroterapi, B-1; hidroterapi, B-2; dan mekanoterapi, B-3). Variabel tercobanya ialah kesembuhan
tercapainya normotrofi otot (dihitung dalam satuan hari sejak pengobatan).
Dengan menggunakan rancangan penelitian diatas, berarti subjek penelitian dikelompokkan
menjadi enam (2x3) secara random, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut :

(1) Kelompok satu diberi obat roboransia dan elektroterapi


(2) Kelompok dua diberi obat roboransia dan hidroterapi
(3) Kelompok tiga diberi obat roboransia dan mekanoterapi
(4) Kelompok empat diberi obat tonika dan elektroterapi
(5) Kelompok lima diberi obat tonika dan hidroterapi
(6) Kelompok enam diberi obat tonika dan mekanoterapi

Apa yang dapat dicapai dengan rancangan faktorial untuk contoh penelitian tersebut ialah
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :

(a) Apakah ada perbedaan khasiat antara obat tonika dengan obat roboransia terhadap atrofi
inaktivitas otot?
(b) Apakah ada perbedaan kecepatan kesembuhan antrofi otot tersebut antara pengobatan
elektroterapi, hidroterapi dengan mekanoterapi?
(c) Apakah ada pengaruh interaksi (gabungan) antara pengobatan medikamentosa dengan
pengobatan fisioterapi tesebut?

Skema dan contoh diatas ialah untuk rancangan faktorial tingkat dua, untuk rancangan
faktorial tingkat tiga, dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
Pengelompokan subjek

(A-1 ; B-1 ; C-1)


(A-1, B-1)
(A-1 ; B-1 ; C-2, dst)
(A-1)
(A-1 ; B-2 ; C-1)
(A-1, B-2; dst.)
(A-1 ; B-2 ; C-2, dst)
Subjek
(A-2 ; B-1 ; C-1)
(A-2, dst; B-1)
(A-2 ; B-1 ; C-2, dst)
(A-2, dst )
(A-2 ; B-2 ; C-1)
(A-2 ; B-2 ; C-2, dst)

Rancangan perlakuan :

Randomisasi
Perlakuan Observasi
subjek

(A-1 ; B-1 ; C-1 (Xa-1 ; Xb-1 ; Xc-1) O

(A-1 ; B-1 ; C-2 (Xa-1 ; Xb-1 ; Xc-2) O


(A-1 ; B-2 ; C-1 (Xa-1 ; Xb-2 ; Xc-1) O

(A-1 ; B-2 ; C-2 (Xa-1 ; Xb-2 ; Xc-2) O


Subjek
(A-2 ; B-1 ; C-1 (Xa-2 ; Xb-1 ; Xc-1) O

(A-2 ; B-1 ; C-2 (Xa-2 ; Xb-1 ; Xc-2) O


(A-2 ; B-2 ; C-1 (Xa-2 ; Xb-2 ; Xc-1) O
Model aplikasi statistik yang digunakan untuk rancangan faktorial ialah analisis varians
(A-2 ; B-2 ; C-2 (Xa-2 ; Xb-2 ; Xc-2) O
ganda (dua jalan atau lebih, tergantung banyaknya variabel eksperimental). Apabila ada variabel
bebas lain yang dijadikan sebagai variabel “para-eksperimental”, missal variabel usia, maka uji
statistik yang digunakan ialah analisis kovarians ganda dengan usia sebagai kovariabel.

VALIDITAS RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL


Di depan telah dikemukakan bahwa yang harus diupayakan seorang peneliti ialah mengingkatkan
setinggi mungkin dan menyeimbangkan validitas dalam dan validitas luar. Untuk mengupayakan hal
tersebut, peneliti perlu mengenal dua hal, yaitu (1) keadaan-keadaan apa yang mengganggu kedua macam
validitas tersebut, dan (2) variabel-variabel apa saja yang mengganggu validitas atau menimbulkan
terjadinya keadaan tersebut pada butir (1). Berikut ini akan diuraikan secara garis besar keadaan dan
variabel yang merupakan sumber invaliditas tersebut.
Berikut ini di ungkapkan keadan-keadaan penelitian eksperimental yang mengganggu validitas
dalam (sumber invaliditas dalam):

(a) Factor “sejarah” (history). Factor “sejarah” ialah kejadian-kejadian yang muncul selama
penelitian berlangsung, yang bukan merupakan bagian dari perlakuan tapi berpengaruh
terhadap validitas nilai variabel tercoba subjek. Factor ini akan makin besar pengaruhnya bila
penelitian berlangsung lebih lama.
(b) Factor maturasi. Factor maturasi ialah perubahan-perubahan yang dialami subjek selama
penelitian berlangsung. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik, seperti: makin
lelah, lapar, makin trampil, dan sebagainya. Perubahan dapat juga berupa factor kejiwaan,
seperti: menjadi bosan, lebih bersemangat, menjadi malas, menjadi apatis, dan sebagainya.
(c) Factor pengujian. Factor pengujian ini hanya terjadi kalau dilakukan rancangan ulang (pre
dan post test), yaitu terjadinya kenaikan kenaikan sekor uji akhir akibat subjek pernah
mengerjakan uji awal. Makin dekat jarak waktu uji awal dengan uji akhir, makin tinggi
pengaruh factor pengujian.
(d) Factor instrumental. Yang dimaksud factor instrumental ialah cara dan (atau) instrument
pengukuran yang tidak memenuhi syarat, sehingga akan menghasilkan sekor variabel tercoba
yang tidak akurat. Hal ini perlu lebih diperhatikan kalau yang diuku adalah fenomena psiko-
sosial (dengan alatkuesioner atau wawancara). Sumber invaliditas dapat berupa: derajat
kedukaran yang berbedaa antara uji awal dan uji akhir, pengobservasi atau pewawancara
yang tidak sama tingkat keterampilannya, dan sebagainya.
(e) Factor regresi statistic. Regrasi statistic ialah kecenderungan hasil pengukuran variabel
tercoba untuk bergeser ke arah sentral (ke arah mean). Hal ini terjadi kalau subjek penellitian
dipilih atas dasar nilai ekstrem. Subjek dengan sekor tinggi pada uji awal cenderung akan
turun sekornya pada ujia akhir, sebaliknya, subjek dengan sekor rendah pada uji awal akan
cenderung naik pada uji akhir.
(f) Factor seleksi diferensial. Factor seleksi diferensial ialah gangguan validitas dalam yang
terjadi karena peneliti menggunakan subjek yang memang sejak awal mempunyai variabel
tercoba yang berbeda.
(g) Factor mortalitas. Factor mortalitas terjadi kalau ada subjek penelitian yang drop out selama
penelitian berlangsung, sehingga akan mempengaruhi nilai variabel tercoba kelompok.
Keadaan ini perlu diperhatikan terutama bila penelitian berlangsung lama.

Gangguan Terhadap Validitas Luar


Keadaan-keadaan yang merupakan pengganggu validitas luar penelitian eksperimental ialah:

(a) Interaksi uji awal dengan perlakuan. Interaksi ini dapat terjadi pada rancangan ulang, yaitu
terjadinya kenaikan kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan
kepadanya. Dengan sendirinya hasil uji akhir menjadi kurang valid, dan perampatan hanya
berlaku pada subjek-subjek yang telah dilakukan uji awal saja.
(b) Interaksi antara seleksi dengan perlakuan. Interaksi ini dapat timbul apabila terjadi bias
dalam pemilihan subjek penelitian.
(c) Keadaan atau pengaturan yang terlalu spesifik. Hal ini terjadi bila penelitian menggunakan
perangkat alat ukur atau instrument yang amat khusus, atau dilakukan pengaturan yang terlalu
reaktif dalam rangka penelitian tersebut. Sebagai contoh misalnya: lingkungan penelitian
yang terlalu artificial, subjek diperhatikan atau diberi perlakuan khusus. Keadaan-keadaan
semacam itu akan menimbulkan motivasi yang tidak sewajarnya pada diri subjek (novelty
effect).
(d) Factor perlakuan ganda. Perlakuan ganda terjadi bila dalam penelitian subjek diberi
perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan
mempengaruhi perlakuan berikutnya.

Macam-macam Variabel Pengacau


Kalau keadan-keadaan yang diuraikan di atas mengganggu validitas dalam maupun validitas
validitas luar penelitian secara langsung, maka variabel-variabel berikut merupakan pengganggu validitas
penelitian baik secara langsung (mempengaruhi variabel tercoba) maupun secara tidak langsung, yaitu
dengan menimbulkan terciptanya salah satu keadaan sumber invaliditas, terutama invaliditas dalam.
Variabel pengacau ini ada empat macam menurut sumbernya, yaitu: (a) variabel subjek, (b) variabel
lingkungan, (c) variabel pengukuran, dan (d) variabel peneliti.

(a) Variabel Subjek


Variabel subjek adalah variabel-variabel non-eksperimental yang berasal atau berada dalam diri
subjek penelitian. Termasuk dalam variabel subjek ini antara lain: faktor-faktor genetic,
pendidikan, pengalaman, predisposisi, dan sebagainya. Upaya untuk mengendalikan variabel
subjek antara lain dilakukan dengan:
- Randomisasi dalam pengelompokkan subjek (random assignment).
- Pengelompokkan subjek secara matching, kalau randomisasi tidak mungkin. Namun teknik
matching ini tidak dapat dilakukan bila variabel subjek tidak dapat diukur (missal factor
predisposisi, factor genetic, dan sebagainya).
- Menggunakan rancangan ulang.
- Memasukkan variabel tersebut sebagai variabel “para eksperimental”, untuk kemudian
dikendalikan pengaruhnya dengan statistic.

(b) Variabel Lingkungan


Variabel lingkungan ialah keadaan lingkungan (baik fisik, biologic, maupun psiko-sosial) yang
mempengaruhi variabel tercoba selama penelitian berlangsung. Sebagai contoh misalnya: cuaca,
sinar, kebisingan, kesibukan, suasana social, dan sebagainya. Pengendalian terhadap variabel
lingkungan dilakukan dengan:
- Membuat lingkungan tetap ajeg ( konstan) selama penelitian berlangsung.
- Melakukan randomiassi subjek
- Memperlakukan variabel tersebut sebagai variabel “para eksperimental”

(c) Variabel Pengukuran


Yang termasuk dalam variabel ini ialah cacat yang terjadi baik pada metode maupun alat ukur,
sebagaimana telah dijelaskan pada keadaan invaliditas instrumental di atas. Pengendalian
dilakukan dengan:
- Mengingkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran (antara lain dengan melakukan uji coba
alat pengukuran tersebut terlebih dulu, terutama untuk alat ukur phenomena psiko-sosial).
- Melakukan counter balance, pengukuran subjek-subjek kelompok perlakuan dan kelompok
control dilakukan secara berselang-seling.

(d) Variabel Peneliti


Yang termasuk dalam variabel peneliti ialah factor sibjektivitas peneliti yang akan menimbulkan
bias terutama pada waktu melakukan pengukuran. Pengendalian terhadap variabel peneliti
dilakukan dengan:
- Blind experiment, yaitu peneliti tidak mengetahui nama subjek dari kelompok perlakuan,
mana subjek dari kelompok control.
- Pengukuran dilakukan oleh lebih dari seorang pengukur, dan kalau mungkin secara berulang.
TAHAPAN KEGIATAN PADA RANCANGAN EKSPERIMENTAL
Langkah-langkah yang perlu dikerjakan oleh peneliti apabila rancangan eksperimental telah dipilih untuk
menjawab permasalahan penelitian yang dihadapi. Tahapan tindakan tersebut meliputi:

1. Identifikasi variabel-variabel penelitian


Berdasarkan landasan teoretik yang digunakan peneliti untuk mengembangkan
hipotesis,maka dapat dijabarkan variabel-variabel penelitian, baik secara eksplisit disebutkan
dalam hipotesis maupun tidak disebutkan dalam hipotesis, tetapi berpengaruh terhadap variabel
yang dipelajari. Identifikasi variabel penelitian disamp[ing mendeskripsikan variabel secara
operasional , juga mengidentifikasi kedudukan variabel satu terhadap varabel lainya. Dengan
demikian rancangan penelitian akan ditetapkan sebagai berikut:
 Variabel –variabel mana yang termasuk variabel tercoba
 Variabel mana yang termasuk variabel eksperimental (perlakuan) dan bagaimana variasi
perlakuannya
 Variabel mana yang termasuk variabel non eksperimental yang mana dapat dikendalikan
dan mana saja yang tidak dapat dikendalikan.

2. Penetapan subjek penelitian dan populasinya


Khusus untuk rancangan eksperimental dibidang kedokteran dan kesehatan, atas dasar
pertimbangan etik, sering subjek penelitian yang digunakan bukan manusia melainkan hewan.
Dalam pemilihan hewan perlu diperhatikan masalah ekstrapolasinya pada manusia.
3. Pemilihan sampel
Hampir semua penelitian eksperimental tidak meneliti secara langsung pada semua
subjek populasi, melainkan dilakukan pada sampelnya. Sesuai dengan tujuan penelitian
eksperimen pada umumnya dimaksudkan untuk mencoba suatu perlakuan pada sekelompok kecil
subjek,dengan harapan apabila efek perlakuan sesuai dengan yang diharapkan, perlakuan tersebut
dapat dilakukan pada populasi. Dari landasan pemikiran di atas, maka dalam rancangan penelitien
eksperimental tindakan pemilihan subjek sampel dari populasi penelitian memegang peranan
yang menentikan validitas luar penelitian. Dalam kaitan ini maka teknik pemilihan yang paling
menjamin representativitas sampel perlu diupayakan.
Disamping itu besar sampel juga perlu diperhatikan , baik atas dasar pertimbanagn
representativitas maupun pertimbangan analisis. Pertimbangan terakhir misalnya menyangkut
penelitian eksperimental dengan rancangan faktorial, sehingga subjek terbagi menjadi banyak
kelompok –kelompok penelitian, supaya perhitungan jumlah minimum anggota tiap kelompok
tersebut agar analisis statistik yang direncanakan dapat dilakukan dengan baik.
Dapat juga Besar sampel tidak ditentukan sebelumnya terutama kalau peneliti
menghadapi kesulitan dalam penentuan besar sampel tersebut sehubungan dengan sedikitnya
subjek penelitian. Untuk ini peneliti dapat melakukan prosedur analisis sekuensial yaitu jumlah
subjek sampel baru ditentukan kemudian setelah analisis terhadap hasil penelitian dapat
membuktikan apakah hipotesis penelitian benar atau salah.
4. Pemilihan rancangan eksperimen
Perlu menyiapkan beberapa macam model rancangan eksperimental yang tersedia,
kemudian memilih salah satu yang dipandang paling tepat. Dasar pertimbangan pemilihan ini
disamping menyangkut pertimbangan teknik medologik ( maksimasi secara berimbang validitas
dalam dan luar) juga pertimbangan etik, apabila peneliti menggunakan manusia atau penderita
sebagai subjek penelitian. Peneliti perlu mengupayakan suatu rancangan eksperimental murni
apabila pertimbangan etik memungkinkan. Jenis penyakit yang dihadapi juga perlu
dipertimbangkan. Penyakit-penyakit yang kronis sifatnya lebih adekuat bila didekatkan dengan
rancangan seri (time series design).
Dengan dipilihnya model rancangan eskperimental tertentu peneliti perlu meninjau
kembali kedudukan variabel-variabel non eksperimental yang telah diidentifikasi pada langkah
pertama. Variabel mana yang terkendali. Demikian pula sumber invaliditas dalam dan luar mana
yang terkendali mana yang tidak. Setelah itu peneliti perlu menilai seberapa jauh kontribusi
keadaan atau variabel tersebut dalam konteks penelitian yang dihadapi , baik yang mempengaruhi
variabel tercoba secara langsung maupun tidak langsung. Apabila variabel cukup mendominasi
pengaruhnya , maka masukkan variabel tersebut sebagai variabel yang diperhitungkan sebagao
variabel “para eksperimental” untuk kemudian dikendalikan pengaruhnya dengan analisis
statistik.
5. Pemberian perlakuan dan observasi
Langkah ini tergantung pada model rancangan eksperimental yang dipilih , misalnya
apakah dilakukan observasi atau pengukuran dulu sebelum perlakuan atau tidak perlu
diperhatikan prosedur pengukuran dapat ditepati sedemikian rupa sehingga pengukuran benar –
benar memenuhi kriteria validitas dan reabilitas. Variabel-variabel lingkungan yang mengganggu
perlu dikendalikan pengaruhnya dengan membuat suasana konstan selama penelitian berlangsung
, termasuk saat dilakukan pengukuran. Jarak waktu antara perlakuan dengan pengukuran atau
sebaliknya, pada kedua kelompok penelitian juga harus ditepai dengan cermat, karena diketahui
bahwa banyak variabel luar yang bekerja didalam unsur waktu tersebut.
6. Analisis hasil
Prinsip dasar analisi hasil rancangan eksperimental telah dikemukakan pada tiap model rancangan
eksperimental diatas. Hal yang perlu ditambahkan adalah menyangkut ada atau tidaknya
variabel “para eksperimental”. Kalau variabel tersebut ada , maka modifikasi dari analisis statistik
perlu dilakukan (analisis varian ganda, kovarians, dan sebagainya).

RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL


TRIAL KLINIK

Penelitian trial adalah termasuk dalam kelompok penelitian evaluatif di bidang


kedokteran dan kesehatan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menilai aspek tertentu dari
tindakan medik (health care) , baik dari aspek diagnostik , preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
Peneliti mencoba melalui suatu metode, alat, material baru dalam berbagai aspek tindakan medik
tersebut: seberapa jauh lebih efektif, lebih akurat, lebih manjur dan lebih ekonomis,dibandingkan
dengan metode, alat atau material lama.
Dibidang diagnostik, avaluasi meliputi alat dan metode diagnostik serta
penatalaksanaannya. Dibidang preventif, evaluasi meliputi penilaian efektivitas upaya
pencegahan penyakit tertentu, seperti imunisasi, peningkatan sanitasi dan sebagainya. termasuk
dalam pengertian evaluasi di bidang pencegahan ini ialah penilaian terhadap cara cara atau
penatalaksanaan medik tertentu agar suatu penyakit tidak berkembang lebih jauh atau muncul
komplikasi yang lebih berat lagi.
Trial dibidang kuratif merupakan penelitian evaluatif yang paling sering dikerjakan.
Tindakan kuratif yang dinilai meliputi semua aspek, baik menyangkut penggunaan
medikamentosa (obat) maupun prosedur terapi yang lainnya. Seperti terapi pembedahan,
fisioterapi dan radioterapi dan sebagainya. dibidang rehabilitasi evaluasi meliputi aspek metode
dan penatalaksanaannya baik rehabilisasi fisik –biologiknya , rehabilisasi psikis, maupun
rahabilisasi sosil.
Dari sudut proses, penelitian ini peneliti memanipulasi subjek. Manipulasi berupa ujicoba
metode, alat, material maupun penatalaksanaan baru dan mengamati efek manipulasi tersebut
yang berupa akurasi diagnosis, efektifitas tindakan , pencegahan, kemanjuran pengobatan, dan
sebagainya. Trial sebagai penelitian eksperimental dapat berupa rancangan eksperimental murni
kuasi.
Dari sudut pendekatan terhadap subjek penelitian, trial dapat dibagi menjadi dua yaitu
trial klinik dan trial program. Disebut klinik apabila pendekatan (perlakuan) terhadap subjek
dilakukan secara individual , sementara trial program ialah bila pendekatan terhadap subjek
dilakukan secara kelompok.

TRIAL KLINIK MEDIKEMENTOSA


Trial dalam pengertian terbatas atau khusus adalah penelitian evaluatif dalam rangka
menguji atau tindakan medik kuratif yang menggunakan obat atau medikementosa. Secara lebih
terperinci ciri deskriptif suatu trial klinik adalah disebutkan sebagai berikut:
1) Objek evaluasi : medikementosa dalam rangka tindakan medik kuratif.
2) Sasaran : dilakukan dengan pendekatan individual
3) Tujuan : menetapkan derajat kemanjuran dan keamanan penggunaan suatu obat.
4) Proses dan sifat penelitian : eksperimental, komparatif, prospektif.

Ada dua tahapan besar penelitian obat yaitu penelitian praklinik dan penelitian klinik.
Tahapan penelitian praklinik adalah tahap penelitian obat yang dilakukan sebelum dicobakan
pada manusia. Tahap ini meliputi dua macam penelitian, yaitu :

1) Penelitian aspek farmakologik dan toksikologik praklinik, yang dilakukan pada hewan
percobaan.
2) Penelitian yang menyangkut aspek farmasi obat, baik sejak susunan dan sifat kimiawinya
sampai preparasinya.

Penelitian klinik prapasar ialah penelitian terhadap suatu produk obat manusia sebelum obat
tersebut diedarkan. Penelitian prapasar ini prinsipnya melakukan evaluasi terhadap suatu obat
dalam hal:

1) Aspek farmakologinya termasuk kinetika dan khasiat pada manusia.


2) Aspek kegunaan suatu obat berkaitan dengan suatu penyakit tertentu. Dalam hal ini
dinilai seberapa jauh pengaruh pemberian obat tersebut pada individu yang sakit terhadap
kesembuhannya.
3) Aspek kemasan dan efek samping obat, baik dalam kondisi individu biasa aupun dalam
keadaan –keadaan atau kondisi khusus (adanya kelainan tertentu,reaksi imunologinya
tertentu dan sebagainya

Penelitian klinik obat pasca pasar adalah kegiatan penelitian dalam rangka menilai aspek –
aspek terhadap obat yang telah dipasarkan. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian
melalui :

a) Tingkat efektivitas dan keamanan obat


b) Tingkat efisiensi obat dibandingkan obat lain yang telah baku atau biasa digunakan.

Trial klinik ialah penelitian klinik obat tahap pasca pasar. Walaupun demikian karena prosedur
penelitiannya sama sebagian peneliti menganggap peneliti prapasar pun masuk kedalam kategori
trial klinik.

Daftar pustaka

Praktiknya, Ahmad watik. 1993. Dasar dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai