Makalah Metlit-Rancangan Eksperimental
Makalah Metlit-Rancangan Eksperimental
Makalah Metlit-Rancangan Eksperimental
Disusun oleh:
1. Adelia D P
2. Eka Wulandari
3. Fitria Romadona
4. Silvia
Diploma IV - Gizi
(X) O
Rancangan perlakuan tunggal ini sama sekali bukan suatu eksperimental, oleh karena tidak satu pun
variabel luar (non-eksperimental) dikendalikan dengan model rancangan ini.
O (X) O
Rancangan ini adalah suatu eksperimen yang amat lemah karena hanya sedikit saja sumber invaliditas
dapat dikendalikan, yaitu mortalitas dan seleksi diferensial. Variabel non-eksperimnetal dan keadaan-
keadaan yang mengganggu validitas dalam dan validitas luar tidak terkendali.
(X) O
(-) O
Model rancangan seperti ini juga masih amat lemah, karena hanya sebagian saja sumber invaliditas
terkendali, seperti : sejarah, pengujian, instrumentasi dan regresi statistik. Sementara sebagian besar
sumber invaliditas yang lain tidak terkendali.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas, ketiga bentuk rancangan tersebut sedapat mungkin
dihindari, karena hasil penelitian dengan rancangan tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
metodologik.
Dalam rancangan penelitian ekperimental ada tiga ciri esensial yang harus ada, yaitu:
(2) Variabel eksperimental, (disebut juga variabel perlakuan) : ialah variabel yang dimanipulasi
performance nya untuk dipelajari efeknya pada variabel tercoba.
(3) Variabel non-eksperimental: yaitu tiap variabel yang diketahui atau secara teoritis mempunyai
pengaruh terhadap variabel tercoba, tetapi yang tidak diinginkan pengaruhnya. Nama lain:
variabel luar, variabel pengacu. Dikenaal dua macam variabel non-eksperimantal:
(a) Variabel terkendali, yaitu varibael luar yang dapat dikendalikan pengaruhnya oleh peneliti
(b) Variabel tak terkendali, yaitu variabel yang pengaruhnya tidak dapat dikendalikan.
Pengendalian terhadap variabel non-eksperimental dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a)
dengan rancangan penelitian, dan (b) dengan pengujian statistic. Pengendalian dengan rancangan
penelitian ialah pengendalian yang diupayakan dengan menyamakan kondisi variabel tersebut pada
subjek-subjek perlakuan dengan subjek-subjek control. Cara ini dapat dilakukan dengan berbagai
alternatif:
(a) Dengan pembatasan subjek. Yang dimaksud dengan pembatasan subjek ialah bahwa
individu-individu yang dijadikan subjek penelitian harus memenuhi persyaratan tertentu,
yaitu yang berkaitan dengan kondisi variabel non-eksperimental yang akan dikendalikan.
Misalnya: dalam suatu penelitian, variabel usia ternyata berpengaruh terhadap variabel
tercoba, tetapi pengaruh tersebut tidak kita kehendaki, maka dipilih subjek-subjek penelitian
yang usianya seragam.
(b) Dengan randomisasi subjek. Cara pembatasan subjek sukar ditempuh kalau subjek yang
tersedia terbatas, atau variabel non-ekspperimental yang akan dikontrol banyak jumlahnya.
Untuk itu, cara randomisasi merupakan pilihan utama. Yang dimaksud randomisasi disini,
ialah membagi kelompok penelitian secara random (random assignment). Dengan demikian,
secara teoritik, variabilitas nilai variabel non-eksperimantal terbagi secara berimbang.
(c) Dengan matching. Matching ialah upaya penyamaan atau penyeimbangan kondisi subjek
kelompok perlakuan dengan subjek kelompok control untuk beberapa variabel, yaitu variabel
yang akan dikendalian pengaruhnya. Cara matching ini memang kurang kuat disbanding cara
random, namun sering dihadapi kenyaaan, terutama pada penelitian dengan subjek manusia,
dimana cara random murni tidak mungkin.
(d) Dengan rancangan sama subjek. Yang dimaksud dengan rancangan sama dengan subjek ialah
rancangan yang menggunakan subjek-subjek perlakuan sekaligus sebagai-sebagai subjek-
subjek control. Randangan ini bermanfaat untuk mengendalikan variabel non-eksperimental
yang berasal dari subjek penelitian sendiri (variabel subjek).
Pengendalian variabel dengan analisis statistic dilakukan bila oleh karena kesulitan teknik
variabel mom-eksperimental tidak dapat dikendalikan dengan rancangan penelitian di atas. Dalam hal ini
maka varibael non-eksperimental tersebut dijadikan sebagai variabelpara eksperimental (bukan variabel
eksperimental, tapi yang diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel tercoba). Terhadap variabel ini
juga dilakukan pengukuran untuk kemudiaan dikendalikan pengaruhnya dengan model model analisis
statistic tertentu (analisis kovarians, korelasi parsial, dan sebagainya).
Setelah dikenalkan berbagai bentuk rancangan eksperimental yang inadekuat, berikut ini dikaji
rancangan-rancangan eksperimental yang secara metodologik dapat dipertanggung jawabkan
adekuatitasnya. Dikenal dua kelompok besar rancangan, yaitu :
Rancangan dengan variabel, eksperimental tunggal dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) rancangan eksperimental murni (true experimental design)
b) rancangan eksperimental kuasi (rancangan eksperimental semu, quasi experimental design).
Sebagaimana telah dikemukakan didepan, perbedaan kedua rancangan ini menyangkut sejauh mana
sumber-sumber invaliditas dapat dikendalikan.
Rancangan eksperimental murni (true experimental design) adalah rancangan yang paling ideal
untuk mempelajari mekanisme korelasi sebab-akibat, oleh karena hamper semua sumber-sumber
invaliditas dapat terkontrol dengan baik oleh rancangan. Ciri khas yang menjadi kriterial esensial
rancangan eksperimental murni ialah pengelompokan subjek dilakukan dengan teknik random (random
assignment), sehingga apabila jumlah subjek memenuhi syarat, secara metodologik semua variabel luar
terdistribusi secara merata pada kelompok perlakuan dan kelompok control.
Dikenal tiga bentuk klasik rancangan eksperimental murni, yaitu :
a) Analisis kovarians antara O-2 lawan O-4 dengan menggunakan O-1 dan O-3 sebagai
kovariabel
b) Analisis varians atau uji-t untuk menilai perbedaan O-5 dengan O-6
Kedua, dengan mengabaikan hasil uji awal (kelompok pertama dan kedua), sehingga
yang diperhitungkan, hanya hasil uji akhir dari empat kelompok saja (O-2, O-4, O-5 dan O-6).
Untuk ini digunakan rancangan analisis varians dua jalan dengan tabel kerja sebagai berikut :
Perlakuan
Uji awal
(+) (-)
Interpretasi :
(a) F-kolom mengestimasi efek perlakuan
(b) F-baris mengestimasi efek uji awal
(c) F-interaksi mengestimasi ada tidaknya interaksi uji awal dengan perlakuan
()
B) Rancangan Eksperimental Kuasi
Sering terjadi pada penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan penelitian menghadapi
kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randominasi subjek, dengan demikian makan
rancangan eksperimental murni tidak dapat dilakukan. Apabila mekanisme korelasi sebab-akibat
merupakan tujuan utama penelitian tersebut, maka rancangan eksperimental kuasi merupakan
rancangan yang dapat dipilih.
Telah banyak dikembangkan model rancangan penelitian kuasi oleh metodologi penelitian
social, namun hanya beberapa saja yang bergayut dan dimungkinkan aplikasinya dibidang penelitian
kedokteran dan kesehatan. Disini dikemukakan empat model rancangan penelitian eksperimental
kuasi yang dapat digunakan untuk penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.
O (X) O
O (-) O
Sekalipun rancangan ini tidak seadekuat rancangan eksperimental ulang, tetapi dapat
digunakan pada penelitian di bidang kedokteran klinik maupun kedokteran social yang tidak
mungkin dilakukan randomisasi subjek. Beberapa sumber invaliditas yang tidak terkendali antara
lain : regresi statistik, interaksi uji awal dengan perlakuan dan interaksi seleksi dengan perlakuan.
Model aplikasi statistik yang digunakan sama persis dengan rancangan eksperimental
ulang, yaitu analisis kovarians antar hasil uji akhir dengan menggunkan hasil uji awal sebagai
kovarians.
O O O O (X) O O O O
Dalam bidang kedokteran, penelitian tersebut biasanya dilakukan untuk menguji suatu
obat atau prosedur pengobatan tertentu pada penyakit-penyakit yang kronis sifatnya, sehingga
observasi ulang yang berulang kali dapat dilakukan. Interpretasi efek perlakuan diketahui dengan
melihat fluktuasi hasil pengukuran. Beberapa sumber invaliditas yang tidak terkendali antara
lain : sejarah, instrumentasi, interaksi uji (pengukuran) awal dengan perlakuan. Ada keuntungan
lain rencana ini, yaitu bila subjek penelitian hanya tersedia sedikit jumlahnya, karena
pengelompokan tidak diperlukan.
O O O O (X) O O O O
O O O O (-) O O O O
C) Rancangan Faktorial (eksperimen yang variabel independennya lebih dari satu variabel)
Sebagaimana telah dikemukakan, rancangan faktorial ialah rancangan untuk penelitian
eksperimental yang mempunyai lebih dari satu variabel eksperimental, dan ingin dipelajari efeknya
pada variabel tercoba, baik secara sendiri-sendiri maupun secara interaktif. Tergantung pada berapa
banyak variabel eksperimental yang dikenakan pada subjek, rancangna factorial dapat bertingkat dua,
tingkat tiga dan sebagainya. Secara skemaris rancangan factorial dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Pengelompokan subjek :
(A-1, B-1)
(A-1)
(A-1, B-2; dst.)
Subjek
(A-2, dst; B-1)
(A-2, dst )
Rancangan Perlakuan : (A-2, dst; B-2, dst.)
Randomisasi
subjek Perlakuan Observasi
Sebagai contoh misalnya, akan dipelajari efek pengobatan medikametosa dan pengobatan
fisoterapi terhadap atrofi otot inaktivitas akibat pemasangan gips. Disini, variabel eksperimental
pertama ialah jenis obat (misalnya terdiri atas : obat roboransia, A-1; dengan obat tonika, A-2) yang
diberikan, sementara variabel eksperimen kedua ialah fisioterapi (misalnya terbagi atas :
elektroterapi, B-1; hidroterapi, B-2; dan mekanoterapi, B-3). Variabel tercobanya ialah kesembuhan
tercapainya normotrofi otot (dihitung dalam satuan hari sejak pengobatan).
Dengan menggunakan rancangan penelitian diatas, berarti subjek penelitian dikelompokkan
menjadi enam (2x3) secara random, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut :
Apa yang dapat dicapai dengan rancangan faktorial untuk contoh penelitian tersebut ialah
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :
(a) Apakah ada perbedaan khasiat antara obat tonika dengan obat roboransia terhadap atrofi
inaktivitas otot?
(b) Apakah ada perbedaan kecepatan kesembuhan antrofi otot tersebut antara pengobatan
elektroterapi, hidroterapi dengan mekanoterapi?
(c) Apakah ada pengaruh interaksi (gabungan) antara pengobatan medikamentosa dengan
pengobatan fisioterapi tesebut?
Skema dan contoh diatas ialah untuk rancangan faktorial tingkat dua, untuk rancangan
faktorial tingkat tiga, dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
Pengelompokan subjek
Rancangan perlakuan :
Randomisasi
Perlakuan Observasi
subjek
(a) Factor “sejarah” (history). Factor “sejarah” ialah kejadian-kejadian yang muncul selama
penelitian berlangsung, yang bukan merupakan bagian dari perlakuan tapi berpengaruh
terhadap validitas nilai variabel tercoba subjek. Factor ini akan makin besar pengaruhnya bila
penelitian berlangsung lebih lama.
(b) Factor maturasi. Factor maturasi ialah perubahan-perubahan yang dialami subjek selama
penelitian berlangsung. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik, seperti: makin
lelah, lapar, makin trampil, dan sebagainya. Perubahan dapat juga berupa factor kejiwaan,
seperti: menjadi bosan, lebih bersemangat, menjadi malas, menjadi apatis, dan sebagainya.
(c) Factor pengujian. Factor pengujian ini hanya terjadi kalau dilakukan rancangan ulang (pre
dan post test), yaitu terjadinya kenaikan kenaikan sekor uji akhir akibat subjek pernah
mengerjakan uji awal. Makin dekat jarak waktu uji awal dengan uji akhir, makin tinggi
pengaruh factor pengujian.
(d) Factor instrumental. Yang dimaksud factor instrumental ialah cara dan (atau) instrument
pengukuran yang tidak memenuhi syarat, sehingga akan menghasilkan sekor variabel tercoba
yang tidak akurat. Hal ini perlu lebih diperhatikan kalau yang diuku adalah fenomena psiko-
sosial (dengan alatkuesioner atau wawancara). Sumber invaliditas dapat berupa: derajat
kedukaran yang berbedaa antara uji awal dan uji akhir, pengobservasi atau pewawancara
yang tidak sama tingkat keterampilannya, dan sebagainya.
(e) Factor regresi statistic. Regrasi statistic ialah kecenderungan hasil pengukuran variabel
tercoba untuk bergeser ke arah sentral (ke arah mean). Hal ini terjadi kalau subjek penellitian
dipilih atas dasar nilai ekstrem. Subjek dengan sekor tinggi pada uji awal cenderung akan
turun sekornya pada ujia akhir, sebaliknya, subjek dengan sekor rendah pada uji awal akan
cenderung naik pada uji akhir.
(f) Factor seleksi diferensial. Factor seleksi diferensial ialah gangguan validitas dalam yang
terjadi karena peneliti menggunakan subjek yang memang sejak awal mempunyai variabel
tercoba yang berbeda.
(g) Factor mortalitas. Factor mortalitas terjadi kalau ada subjek penelitian yang drop out selama
penelitian berlangsung, sehingga akan mempengaruhi nilai variabel tercoba kelompok.
Keadaan ini perlu diperhatikan terutama bila penelitian berlangsung lama.
(a) Interaksi uji awal dengan perlakuan. Interaksi ini dapat terjadi pada rancangan ulang, yaitu
terjadinya kenaikan kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan
kepadanya. Dengan sendirinya hasil uji akhir menjadi kurang valid, dan perampatan hanya
berlaku pada subjek-subjek yang telah dilakukan uji awal saja.
(b) Interaksi antara seleksi dengan perlakuan. Interaksi ini dapat timbul apabila terjadi bias
dalam pemilihan subjek penelitian.
(c) Keadaan atau pengaturan yang terlalu spesifik. Hal ini terjadi bila penelitian menggunakan
perangkat alat ukur atau instrument yang amat khusus, atau dilakukan pengaturan yang terlalu
reaktif dalam rangka penelitian tersebut. Sebagai contoh misalnya: lingkungan penelitian
yang terlalu artificial, subjek diperhatikan atau diberi perlakuan khusus. Keadaan-keadaan
semacam itu akan menimbulkan motivasi yang tidak sewajarnya pada diri subjek (novelty
effect).
(d) Factor perlakuan ganda. Perlakuan ganda terjadi bila dalam penelitian subjek diberi
perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan
mempengaruhi perlakuan berikutnya.
Ada dua tahapan besar penelitian obat yaitu penelitian praklinik dan penelitian klinik.
Tahapan penelitian praklinik adalah tahap penelitian obat yang dilakukan sebelum dicobakan
pada manusia. Tahap ini meliputi dua macam penelitian, yaitu :
1) Penelitian aspek farmakologik dan toksikologik praklinik, yang dilakukan pada hewan
percobaan.
2) Penelitian yang menyangkut aspek farmasi obat, baik sejak susunan dan sifat kimiawinya
sampai preparasinya.
Penelitian klinik prapasar ialah penelitian terhadap suatu produk obat manusia sebelum obat
tersebut diedarkan. Penelitian prapasar ini prinsipnya melakukan evaluasi terhadap suatu obat
dalam hal:
Penelitian klinik obat pasca pasar adalah kegiatan penelitian dalam rangka menilai aspek –
aspek terhadap obat yang telah dipasarkan. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian
melalui :
Trial klinik ialah penelitian klinik obat tahap pasca pasar. Walaupun demikian karena prosedur
penelitiannya sama sebagian peneliti menganggap peneliti prapasar pun masuk kedalam kategori
trial klinik.
Daftar pustaka
Praktiknya, Ahmad watik. 1993. Dasar dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada