Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama masa kehamilan, daya tahan seseorang cenderung mengalami


penurunan. Akibatnya, rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan infeksi ringan ,
terkadang sulit untuk dihindari. Padahal, selama kehamilan seorang calon ibu
dituntut untuk menjaga stamina agar tetap prima.

Sekalipun infeksi yang dialami oleh ibu hamil tidak selalu berpengaruh
terhadap janin, namun ceritanya akan lain bila terinfeksi virus herpes dan  virus
varisella Penyakit ini termasuk TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,
herpes simpleks) dan varisella zoster . Kelima  penyakit ini dapat mengakibatkan
kerusakaan janin.Seorang ibu hamil hendaknya mewaspadai terhadap serangan
virus herpes dan virus varisella zoster,  sebab infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual ini, bila mengenai janin akan mengakibatkan kematian.

Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah,
seorang Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus
herpes, melahirkan secara caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak
perlu melewati saluran persalinan yang menjadi persemaian berbagai virus.
Penyakit herpes muncul dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada
permukaan kulit, disertai rasa sakit. Berdasarkan bagian tubuh yang diserang,
dapat dibedakan sebagai herpes genitalis, herpes gestationis, herpes simpleks dan
herpes zoster.

 Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap
penyakit chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah
mengalaminya. Bagi ibu hamil dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang
bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran mati atau
bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada janin kuartal pertama
kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu. Namun
memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini
masih rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk
perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan
risiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal
kehamilan memunculkan risiko kelainan kongenital, sebesar 0,4 – 2%.

2.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Jelaskan definisi umum Herpes genetalis

2. Jelaskan macam-macam Herpes genetalis

2.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian umum dari Herpes genetalis

2. Untuk mengetahui macam-macam dari Herpes genetalis


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM

Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh


virus yang ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan
juga pada mulut penderita karena yang bersangkutan melakukan oral
seks dengan penderita herves.

Ada beberapa jenis herves adalah sebagai berikut:


1. Herpes Simpleks
2. Herpes Genetalis
3. Herpes Zoster
4. Herpes Zoster Oflamik

B. MACAM- MACAM HERPES

1. HERPES SIMPLEKS

a. Definisi

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang di sebabkan oleh


virus Herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe 1 atau tipe 2
yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sebab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer
maupun rekurens.

b. Etiologi
Berdasarkan struktur antigenikya dikenal dua tipe virus herpes
simpleks:

1) Virus Herpes simpleks Tipe 1 ( HSV 1)


Penyakit kulit atau selaput lendir yang ditimbulkan biasanya
disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes
labialis, Herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada
usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak
langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju atau handuk
mandi bersama. Lesi umunya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi : selain itu,
dapat juga dijumpai didaerah genetalia, yang penularanya lewat
koitusoro genetalia ( oral seks).

2. Virus Herpes simpleks tipe 2 ( HSV 2)


Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual tetapi dapat juga
terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan
tenaga medis. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh
dibawah pusar, terutama didaerah genetalia lesi ekstra-genetalia
dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.

c. Patofisilogi

Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung anatar virus


dengan mukosa atau setiap kerusakan dikulit. Virus herpes simpleks
tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran
infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinan terjadi.
Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginpasi
beragam sel melalui vusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi
aktif primer, virus menginpasi sel pejamu dan cepat berkembang
dengan baik, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak
viron penyebar melalui saluran limfe ke kelanjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati. Tubuh melakukan respond imun seluler
dan humural yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah
kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten.
Selama masa ini virus masuk kedalam sel-sel sensorik yang
mempersaravi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang
akson untuk bersembunyi didalam gang lion radikdorsalis tempat virus
berdiam tanpa menimbulkan sitotoksitas atau gejala pada manusia .

d. Manifestasi klinis

1. Inokulasi kompleks primer ( Primary inoculation complex )


infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang
baru pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi
lokal dan sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa
herpes rabialis. Dalam waktu 24jam saja , penderita sudah
mengalami panas tinggi ( 39 – 40 C, disusul oleh pembesaran
kelenjar limfe submentalis, pembengkakkan bibir, dan
lekositosis diatas 12.000 atau mm 3, yang 75 – 80 %nya berupa
sel polimorfonuklear terakhir bentuk ini diikuti rasa sakit pada
tenggorokan. Insidenis tertinggi terjadi pada usia antara 1-5
tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh
spontan setelah 2-6minggu.
2. Herpes gingivostomatitis
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi,
limvadenopati regional malselesi berupa fesikel yang memecah
dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat
meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tongsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk dan penuranan
nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan
asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu.

3. Infeksi herpes kompleks seminata


Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6bulan- 3tahun ,
dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat
mengenai paru-paru dan menimbulkan verimia masif, yang
berakibat gastroentitis disfungsi terjadi pada stadiun vremia
yang berat.
4. Herpes genetalis ( proge nitalis )
infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3 – 5 hari.
Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-
genital, orogenital, maupun anogenital, Eropisnya juga berupa
vesikel, tunggal atau menggerombol, bilateral pada dasar kulit
eritematus, kemudian berkonfuensi, memecah, bentuk erosi
atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31%. Penderita
mengalami gejala kontutusi berupa demam, malase mialgia,
dan sakit kepala : dan 50% mengalami limfadenopati ingunial.

e. Penataklasanaan medis
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi
ditunjukan untuk menggendalikan gejala dan menurunkan
pengeluaran virus. Obat anti virus analognukleoksida
merupakan terapi yang dilanjutkan. Obat-obatan ini bekerja
dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA
polymerase HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis
dana dan replikasi virus. Tiga obat anti virus yang dianjurkan
oleh petunjuk
CDC1998 adalah aksilovir, famsiklovir , dan valaksilovir obat
anti virus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk
mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda
sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari.
Pasien yang mengalami kekambuhan 6x atau lebih 1tahun
sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat
menguragi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical
dengan kirim atau salep anti virus tidak terbukti efektif. Terapi
supresif atau provilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko
infeksi prenatal dan keharusan melakukan seksiosis area pada
wanita yang positif HSV vaksin untuk mencegah infeksi HSV
-2 sekarang sedang diteliti.

f. Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat
dengan jumlah pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah
pasangan adalah langkah pertama menuju pencegahan. Untuk
menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus di hindari
ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan
mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual
harus dihindari selama waktu ini herpes bahkan dapat
menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk
meminimalkan resiko penyebaran herpes, kondom lateks harus
digunakan selama semua kontak seksual. busa serpemisida dan
jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun
bukti mengenai hal ini kontrovesial. Virus herpes juga dapat
menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh
bagian lain dari tubuh. Jika anda menyentuh luka, cuci tangan
anda dengan sabun dan air sesegara mungkin. Juga tidak
berbagi handuk atau pakaian dengan siapapun.
2.HERPES GENETALIS

a. Definisi

Herpes genetalis adalah suatu penyakit menular seksual


didaerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah
disekitarnya disebabkan oleh virus herpes simpleks.

b. Etiologi

penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada dua jenis virus


herpes simpleks HSV – 2. HSV – 2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 menginfeksi mulut. Kedua
jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin,
kulit disekeliling rektum atau tangan ( terutama bantalan kuku )
dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainya ( misalnya permukaan
mata ). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi
beberapa penderita juga memiliki organisme lainya pada luka
tersebut yang ditularkan secara seksual ( misalnya sifilis atau
cangkroid ) .

c. Patofisiologi

gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4- 7 setelah terinfeksi.


Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh
sekumpulan lempuhan kecil yang terasa nyeri. Lempuhan ini pecah
dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang
terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan bentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika
berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10
hari tetapi bisa meninggalkan jaringam perut.
Kelenjar getah bening selangkang biasanya agak membesar. Gejala
awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas
dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan
demam dan tidak enak badan. Pada pria , lempuhan dan luka bisa
terbentuk disetiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis
yang tidak disunat. Pada wanita , lempuhan dan luka bisa terbentuk
di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan
seksual melalui anus, maka lempuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan ( misalnya penderita
HIV ), luka herpes bisa sangat berat, menyebar kebagian tubuh
lainya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten
terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala – gejalnya cenderung kambung kembali didaerah yang sama
atau disekitarnya , karena virus menetap disaraf panggul terdekat
dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV – 2
mengalami pengaktifan kembali didalam saraf panggul. HSV-1
mengalami pengaktifan kembali didalam saraf wajah dan fever
blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu
virus akan memberikan kekebalan persial terhadap virus lainya ,
sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.

d. Menifestasi klinis
menifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi,
dan status imunisasi Host infeksi primer dengan HSV
perkembangan pada orang yang belum punya kekebalan
sebelumnya terhadap HSV -1 atau HSV-2 , yang biasanya menjadi
lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering
menyebabkan komplikasi.

Berbagai macam menifestasi klinis:


1. Infeksi oro-fasial
2. Infeksi genitial
3. Infeksi kulit lainya
4. Infeksi okular
5. Kelainan neorelogist
6. Penurunan imunitas
7. Herpes. Neonatal

e. Penataklasanaan

sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genetalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan,
seperti :

a) Menjaga kebersihan lokal

b) menghindari trauma atau faktor pencetus. Penggunaan


indoxurindine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar
5% - 40% dalam dimethyle sangat bermangfaat. Namun,
pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, diantaranya
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat maselasi kulit dapat juga
terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genitel, penyediaan
layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti virus untuk
menangani gejala dan bantuan mencegah terjadinya autbreaktis hal
ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada patner
seksual. Obat-obatan untuk menanggani herves genetalia adalah :

a. Aksilovir ( zovirus)
Pada infeksi herpes genetalis primer, aksilovir intravena ( 5mg –
kg , bb- 8jam selama 5hari ) , aksilovir oral 200mg ( 5x-hari
selama 10 – 14hari ) dan aksilovir tropical ( 5% dalam salep
propilen gelikol ) disapat mengurangi lamanya gejala dan eksresi
virus serta mempecepat penyembuhan.
b. Famisklovir
Adalah jenis pamisklovir suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV -1 dan HSV-2
c. Palasiklovir ( valtres)
Adalah suatu ekster dari asklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asklovir oleh enzim hempar dan
meningkatkan bioafafalitas asklovir – 54% oleh karena itu
dosis oral 1000mg vipalasiklovir menghasilkan kadar obat
dalam darah yang sama dengan aksiklovir intravena.
Valasiklovir 1000mg telah dibandingkan aksiklovir 200mg 5x
sehari selama 10hari untuk terapi herpes genetalis episode
awal.

F. Pencegahan
Untuk mencegah herpes genetalis adalah sama dengan
mencegah penyakit menular seksual lainya. Kuncinya adalah
untuk menghindari terinfeksi dengan HSV yang sangat menular
pada waktu lesi ada cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktifitas seksual atau membatasi
hubungan seksual dengan hanya 1orang yang bebas infeksi

3. HERPES ZOSTER
a. Definisi
Herpes zoster disebut juga singles. Dikalangan awam
populer atau lebih dikenal dengan sebutan “ dampa”
atau “ cacar cair “. Herpes zoster merupakan infeksi
virus yang akut pada bagian dermatoma ( terutama dada
dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella
zoster ( virus yang juga menyebabkan penyakit
varicella atau cacar atau chikenpox.

b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster.
Virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk
ikosedral dengan diameter 100nm kapsid tersusun atas
162sub unit protein – viron yang lengkap dengan
diameternya 150 – 200nm , dan hanya viron yang
terselambung yang bersifat infeksius, infeksiosilitas
virus ini dengan cepat dihancurkan oleh baham organik,
detergen, enziem proteliotik, panas dan suasana Ph
yang tinggi . masa inkubasinya 14-21 hari

c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk
ketubuh hostpes ( penerimaan virus ). Selanjutnya,
terjadilah pengambungan virus dengan DNA hostpest,
menandakan multikasi atau replikasi sehingga
menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke gang lion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi
hasil reaktipasi virus varicella yang menetap digang
lion sensorik setelah infeksi chikenpox pada masa
anak- anak sekitar 20% orang yang menderita cacar
akan menderita singles selama hidupnya dan biasanya
hanya terjadi 1x ketika reaktipasi virus berjalan dari
gang lion kekulit area dermatom .

d. Manifeltasi klinis
a. Pengobatan
1. Pengobatan tropical
 Pada stadium versikuler diberi bedak salep 2% atau
bedak kocok kelamin untuk mencegah vesikel pecah
 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres
terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres
dingin dengan larutan burow 3x sehari selama 20
menit
 Apabila lesi berkurusta dan agak basah dapat
diberikan salep antibiotik ( basitrasin/ polispolin)
untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2. Pengobatan sistematik drugofchoice -nya adalah
achylovin meninterpensi sistesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri . dapat diberikan
secara oral , tropichal atau pariental pemberian
lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca
kemunculan vesikel namun hanya memiliki efek
yang kecil terhadap posterpetich neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine
( Ara- Avira A) dapat diberikan lewat infus
intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat
digunakan untuk menurunkan respond inflamasi
dan efektiktif namun menggunakanya masih
kontraversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respond imune
analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan
untuk manajemen nyeri dan anti sistem vitamin
diberikan untuk menyembuhkan pririntus
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang
menunjukan hubungan dengan cabang nasisioalis
nervios apatamikus harus ditangani dengan
konsultasi ophatermologis. Dapat diobati dengan
salep mata esteroid tropical dan mydriathik anti
virus dapat diberikan.
c. Neuralgia Pasca Herpes Zoster
1) Bila masih terasa meskipun sudah diberikan
achylovis pada fase akut, maka dapat diberikan
anti depresan triskilik ( misalnya : amitripilin 10
– 75 mg – hari )
2) Tindakan lanjut ketat bagi penenangan nyeri dan
dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
3) Interpensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri di
perlukan pada neuralgia berat yang tidak
teratasi.

E.Pecegahan
untuk mencegah herpes zoster , salah satu cara yang
dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin
berfungsi untuk meningkatkan respon speksipik
limfosi sitotoksik terhadap virus tersebut pada
pasien seropropositif usia lanjut. Vaksin herpes
zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah
dilemahkan atau komponen seluler virus tersebut
yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus
yang telah dilemahkan telah terbukti dapat
mencegah atau mengurangi resiko terkena penyakit
tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut
usia dan penderita imunokometen , serta,
imunosurepsi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut , yang disebakan oleh virus
herpes simpleks ( virus hominis ) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukotutan , sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
Herpes genetalis adalah suatu penyakit menular seksual didaerah
kelamin, kulit disekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga singles. Dikalangan awam populer atau
lebih dikenal dengan sebutan “ dampa “ atau “ cacar air “ . herpes zoster
merupkan infeksi virus yang akut pada bagian dermotoma ( terutama dada
dan leher ) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster ( virus yang
juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar / chikenpox.

B. Saran
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Oleh karena itu jagalah
kesehatan dengan cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada
tanda-tanda yang mengarah pada penyakit herpes.

DAFTAR ISI

Johnston C, Koelle DM, Wald A (Dec 2011). "HSV-2: in pursuit of a


vaccine". JClinInvest. 121 (12):46009. 
Liu J, Tuli SS, Bloom DC, Schultz GS, Ghivizzani SC, Lewin AS
(2006). "801. RNA Gene Therapy Targeting Herpes Simplex
Virus". Molecular Therapy. 13: S310. doi:10.1016/j.ymthe.2006.08.890.
 "Potential new herpes therapy studied". University of Florida News. 2009-
02-03. Diakses tanggal 2020-3-02
 Fox, Maggie (2008-07-02). "New approach offers chance to finally kill
herpes". Reuters. Diakses tanggal 2020-03-02
 Kingsbury, Kathleen (2008-07-02). "A Cure for Cold Sores?". Time.
Diakses tanggal 2020-03-02
 Foley, James A. (21 Oct 2013). "Hitchhiking Herpes Virus Aligns with
Spread of Human Civilization". NatureWorldNews.com. Diakses
tanggal 2020-03-02

Anda mungkin juga menyukai