Secara garis besar langkah yang digunakan membantu mengatasi miskonsepsi adalah
Sebelum kita dapat membantu menangani miskonsepsi yang dipunyai peserta didik,
kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang dimiliki siswa dan
darimana mereka mendapatkannya. Baru dengan demikian kita dapat memikirkan
bagaimana mengatasinya. Untuk itu diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau
mendeteksi miskonsepsi tersebut. Disini disebutkan beberapa alat deteksi yang sering
digunakan para peneliti dan guru.
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi peserta didik dalam bidang
matematika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep
dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat
mengungkapkan miskonsepsi peserta didik yang digambarkan dalam peta konsep tersebut.
Miskonsepsi peserta didik dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara
konsep-konsep itu benar atau salah. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi
yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep. Untuk lebih melihat
mengapa peserta didik beranggapan seperti itu, ada baiknya peta konsep itu digabungkan
dengan wawancara klinis.
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep matematika
yang memang hendak diajarakan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat
diketahui miskonsepsi yang dibawa peserta didik dan dalam bidang apa. Setelah
ditemukan miskonsepsinya, dapatlah beberapa peserta didik diwawancarai untuk lebih
mandalami, mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu. Dari wawancara itulah akan
nampak dari mana miskonsepsi itu dibawa.
d. Wawancara Diagnosis
Dalam kelas peserta didik diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep
yang sudah diajarakn atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi
juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi itu, guru dapat mengerti
konsep-konsep alternatif yang dipunyai peserta didik. Cara ini lebih cocok digunakan pada
kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan awal. Yang perlu diperhatikan oleh guru
adalah membantu agar setiap peserta didik berani bicara mengungkapkan pikiran mereka
tentang persoalan yang dibahas.
Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan peserta didik yang
melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah peserta didik
mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum,
guru selalu bertanya bagaimana konsep peserta didik dan bagaimana peserta didik
menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Praktikum ini dapat diurutkan sebagai
berikut
Dari beberapa metode yang digunakan di atas dapat dirumuskan unsur yang penting
dalam metode tersebut
Sebab
Sebab Khusus Cara Mengatasi
Utama
Peserta Prakonsepsi, Dihadapkan pada
Didik Pemikiran asosiatif, kenyataan
Dihadapkan pada
Pemikiran humanistik, kenyataan dan peristiwa
anomali
Reasoning yang tidak lengkap, Dihadapkan pada
kenyataan dan anomali
Intuisi yang salah, Dilengkapi; dihadapkan
pada kenyataan
Tahap perkembangan kognitif Dihadapkan pada
siswa, kenyataan; anomali dan
rasionalitas
Diajar sesuai level
perkembangan; mulai
Kemampuan peserta didik, dengan yang konkret,
Minat belajar peserta didik baru kemudian yang
abstrak
Dibantu pelan-pelan,
proses
Motivasi, kegunaan
matematika, variasi
pembelajaran
Guru Tidak menguasai bahan, Belajar lagi
Bukan lulusan dari bidang ilmu Harusnya sesuai bidang
matematika, ilmunya
Member waktu peserta
Tidak membiarkan peserta didik didik untuk
mengungkapkan gagasan/ide, mengungkapkan gagasan
secara lisan dan tertulis
Relasi guru- peserta didik tidak Relasi yang enak, akrab,
baik humor
Buku Teks Penjelasan keliru, Dikoreksi dan
Salah tulis terutama dalam dibenarkan
rumus, Dikoreksi secara teliti
Tingkat penulisan buku terlalu Disesuaikan dengan level
tinggi bagi peserta didik, peserta didik
Tidak tahu membaca buku teks,
Dilatih oleh guru cara
Buku fiksi sains keliru konsep menggunakan teks
Kartun sains sering salah konsep Dibenarkan
Dikoreksi
Konteks Pengalaman peserta didik, Dihadapkan pada
pengalaman baru sesuai
dengan konsep
Bahasa sehari-hari berbeda, matematika
Dijelaskan perbedaan
Teman diskusi yang salah, dengan contoh
Mengungkapkan hasil
Keyakinan dan agama, yang dikritisi guru
Dijelaskan perbedaannya
Cara Hanya berisi ceramah dan Variasi, diransang
mengajar menulis, dengan pertanyaan
Mulai dari gejala nyata
Langsung ke dalam bentuk baru rumus
matematika, Guru memeberi
kesempatan peserta
Tidak mengungkapkan didik mengungkapkan
miskonsepsi, gagasan
Dikoreksi cepat dan
Tidak mengoreksi PR, ditunjukkan salahnya
Ditunjukkan
Model analogi yang dipakai kemungkinan salah
kurang tepat, konsep
Model demonstrasi/Praktikum, Diungkapkan hasilnya
dan dikomentari
Model diskusi Diungkapkan hasilnya
dan dikomentari
Non multiple intelligences Multiple intelligences
Ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi. Tetapi tidak setiap
cara sesuai bagi peserta didik yang mengalami miskonsepsi, karena kesalahan peserta
didik dapat beraneka ragam. Maka penting bahwa guru pertama-tama mengerti letak
miskonsepsi peserta didik dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah mencoba beberapa
cara yang sesuai dengan keadaan peserta didik.
Berg, Euwe van den. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana Press
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
PT Grasindo
Ibrahim, muslimin, Prof. DR.H. M.Pd, Prakonsepsi dan Miskonsepsi pada Konsep IPA.
Program studi pendidikan Sains. Program pascasarjana UNESA
Ojose, Bobby. Common Misconception in Math: Strategy to Corret Them. Lanham: University
Press of America. 2015