Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN FILSAFAT ILMU : ONTOLOGI

Makalah ini Kami ajukan sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen: Dr. Widiati Isana, M.Ag

Di susun oleh:

KELOMPOK 3

Afnan Nurul Akbar NIM 1185010005


Annisa Humaira NIM 1185010014

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019

1
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai seorang dari hambanya yang selalu berada dalam
kasih sayang-Nya dan tidak lupa pula shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.

Atas rahmat dan karunia-Nya, Alhamdulilah kami dapat menyelesaikan penyusunan


makalah tentang Ontologi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu. Maka dengan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
ikut membantu dalam penyusunan makalah ini serta ikut dalam memberi dorongan kepada kami
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makah ini, sehingga kami
senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaannya. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bandung, September 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................................3
ISI.............................................................................................................................................................3
A. Pengertian Ontologi.............................................................................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Ontologi.........................................................................................................3
C. Objek Kajian Ontologi..........................................................................................................................5
D. Aliran-aliran Ontologi..........................................................................................................................6
E. Konsep Ontologi..................................................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................................11
Penutup.................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran,
atau berpikir rasional logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama)
untuk memperoleh kebenaran. Filsafat berasal dari dua kata, yaitu Philos yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan, dan dapat dikatakan filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Berbicara tentang objek kajian filsafat ilmu, terdapat tiga komponen penting
didalamnya, yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi.
Ontology adalah salah satu cabang kajian dalam filsafat ilmu, selain dari epistimologi dan
aksiologi. Ontology mempelajari dan memahami segala sesuatu yang ada (being),
epistimologi berbicara tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan aksiologi
membahas tentang nilai guna dari pengetahuan tersebut. Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek
ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian Ontologi?


2. Bagaimana sejarah perkembangan Ontology?
3. Apa saja kajian objek ontology?
4. Apa saja aliran-aliran dalam Ontology?
5. Bagaimana konsep ontology?

C. Tujuan

1. Untuk mengetauhui pengertian Ontology


2. Untuk mengetaui sejarah perkembangan Ontology

1
3. Untuk mengetahui kajian objek Ontology
4. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam Ontology
5. Untuk mengetahui konsep Ontology

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu on/ontos berarti “yang berada”, dan logi
berati ilmu pengetahuan atau ajaran. Jadi ontology adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan
menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
Sedangkan menurut Suriasumantri (1985), ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”.

Dengan demikian ontologi membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang dapat dipikirkan
manusia secara rasional yang bisa diamati melalui pancaindera manusia. Wilayah ontologi
terdapat pada jangkauan ilmiah pengetahuan manusia. Manakala ruang kajian ontologi tidak
semata-mata dihubungkan dengan pancaindera manusia, melainkan juga pikiran (rasio), maka
objek telaahnya menjadi tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek yang
bersifat fisik materi, tapi juga mencakup objek yang metafisik (metafisika).

Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistemology menjelaskan pertanyaan


bagaimana, dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa. Ontology merupakan salah satu di
antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno, sebagaimana Thales
ketika ia merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat “yang ada” (being) itu, yang pada
akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal-usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah air.

B. Sejarah Perkembangan Ontologi


Istilah ontology muncul sekitar pertengahan abad ke-17. Juga pada waktu itu ungkapan
Filsafat mengenai yang ada (philosophia entis) digunakan untuk hal yang sama. Menurut akar
kata Yunani, ontology berarti; teori mengenai ada yang berada. Karena itu, orang bisa
menyamakan ontology dengan filsafat pertama Aristoteles, yang kemudian disebut metafisika
(murni atau umum). Namun, pada kenyataan nya ontology hanya merupakan bagian pertama

3
metafisika. Yakni, teori mengenai yang-ada, yang berada secara terbatas sebagaimana adanya
dan apa yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut Sbagaimana diketahui
Aristoteles dan Thomas pada zaman dulu, studi mengenai eksitensi dan studi mengenai Allah
merupakan satu ilmu saja. Karena, problem tentang Allah hanya merupakan problem tentang
eksitensi yang dikembangkan secara lebih maju. Dan problem yang disebutkan terakhir imi
tidak lain daripada problem tentang Allah yang belum maju. Namun, karena eksitensi dan Allaj
memisahkan diri satu dari yang lain sebagai dua kutub, mungkinlah untuk terutama
berkonsentrasi pada eksitensi. Dan karena itu kita tiba pada ilmu ontology.

Karena ontology menajadi suatu cabang khusus pengetahuan teristimewa melalui karya
Christian. Wolff --- hubungan antara eksitensi dan Allah dalam pemikiran modern menjadi
sangat berbelit-belit. Kant membuang sekaligus pengetahuan tentang Allah dan pegetahuan
mengenai eksitensi, karena dalam pandangannya eksitensi tidak bisa diketahui. Dia melihat
dalam kesadaran manusia kenyataan terakhir. Segala sesuatu lainnya harus ditelusuri kembali
pada kenyataan terakhir ini. Bertentangan dengan Kant, dalam abad ke-20 telah tumbuh suatu
ontology baru yang berasal dari non-Kantianisme dan filsafat eksitensial ---sebah ontology yang
sekali lagi mengambil eksitensi sebagai yang terakhir. Demikian pula, Nicolai Hartmann
menutup pintu ontologisnya bagi gagasan tentang Alah dan eksitensi yang dianggap. Heidegger
sebagai dasar eksitensi terbatas yang seluruhnya tetap tidak dapat dijelaskan. Apa yang dituntut
dari ontology pada masa kini adalah menjelaskan dan menilai pemikiran awal ini, mengatasi
semua himbauan rasionalistis dan rintangan. Kant, dan memahami tradisi metafisik.

Pada taraf yang lebih dalam, nama “ontology” menunjukan hubungan antara eksiten dan roh.
Karena, roh tampak sebagai tempat dari eksisten sebagaimana adanya atau di dalam eksitensinya,
eksisten mewujudkan dirinya. Karena itu roh muncul sebagai jenis eksistensi primordial di mana
eksistensi sungguh-sungguh merupakan dirinya sendiri, dan hadir bagi dirinya sendiri. Karena
itu, semakin suatu eksisten mendekati roh atau merupakan roh, semakin tinggi pula
tingkatan/skala eksistensi ini. Dalam bertahun-tahun belakangan ini terdapat kecenderungan
untuk semakin lama semakin memisahkan dari roh dan tidak adanya roh telah dianjurkan sebagai
ukuran tingkatan eksistensi.

4
C. Objek Kajian Ontologi
Cabang utama metafisika adalah ontologi, yakni studi mengenai kategorisasi benda-benda di
alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas
pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang,
waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Disamping itu, metafisika juga merupakan
kajian tentang keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kajian zat dengan pikiran. Jadi disini
terjelaskan, kalau objek kajian ilmu pengetahuan dalam tataran ontologis, tidak hanya
menyangkut dan terbatas pada jangkauan panca indera manusia, melainkan juga akal pikiran
(rasio) manusia.

Penafsiran metafisika keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologi


sebagaimana adanya dengan deduksi-deduksi yand dapat diverivikasi secara fisik. Melalui
pemahaman seperti ini, maka penempatan aspek-aspek yang bersifat ke dalam objek kajian ilmu
pengetahuan menjadi “legal” dan “mulus”. Kajian mengenai kejiwaan (metafisik), dideduksi ke
gejala-gejala kejiwaan yang diverivikasi secara fisik. Demikian pula kajian tentang energi fisik
(metafisik), dideduksi ke satuan-satuan daya atau kekuatan. Satuan kekuatan daya seperti
megawatt, kilowatt, atau watt, secara fisik juga bisa diverifikasi. Deduksi-deduksi serupa juga
berlaku bagi kajian fenomena, kasus, ataupun gejala alam lainnya.

Selanjutnya Nadiroh juga mengemukakan menurut pandangan Aristoteles tentang objek


metafisika, yakni: 1) ada sebagai yang ada, dan 2) ada sebagai ilahi. Yang pertama adalah
pengetahuan yang mengkaji tentang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa benda itu
sungguh-sungguhada dalam arti kata tidak terkena perubahan yang bisa ditangkap panca indera.
Sedangkan keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung kepada yang lain, yakni Tuhan. Ilahi
berarti tidak dapat ditangkap dengan panca indera.

Dalam pengertian yang lebih luas , secara garis besarnya, pengertian ontologi dapat
dirumuskan menjadi: 1) ontologi adalah arti tentang “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial
dari yang ada dalam arti dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak: 2) ontologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas
mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau

5
potensialitas, nyata atau penampakan , esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan
waktu,perubahan dan sebagainya: 3) ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melakukan
hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan
keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya, dan: 4) ontologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu
nyata, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas , bidang ontologi membatasi diri pada objek apa yang dikaji
oleh ilmu pengetahuan. Ontologi membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang dapat
dipikirkan manusia secara rasional dan dapat diamati melalui panca indera manusia.

 Ontologi Sains

Hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya dan menjelaskan apa saja
struktur sains yang menjelaskan cabang-cabang sains.

1. Hakikat pengetahuan sains

Pengetahuan sains adalah pengetahuan rasional empiris. Pada dasarnya cara kerja sains
adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain.
Asumsi dasar sains adalah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini dapat dikatakan benar bila
sebab akibat itu memiliki hubungan rasional

Ilmu atau sains berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab-akibat.
Sains tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah
atau tidak indah; sains hanya memberikan nilai benar atau salah.

Dalam garis besarnya Sains dibagi dua, yaitu sains kelaman dan sains social.

1) Sains kelaman :

• Astronomi;

• Fisika : mekanika, bunyi, cahaya dan optic, fisika nuklir

• Kimia : kimia organic, kimia teknik

• Ilmu bumi : palenteologi, ekologi, geofisika, arkeologi, mineralogy, geografi

6
• Ilmu hayat : biofisika, botani, zoology

2) Sains social :

• Sosiologi : sosiologi komunis, sosiologi politik, sosiologi pendidikan

• Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik

• Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal

• Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan

• Politik : politik dalam negeri, politik hokum, politik internasional

 Ontologi Filsafat

Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. Kemudian yang dimaksud struktur filsafat adalah cabang-cabang filsafat
serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu

1. Hakikat pengetahuan filsafat


Poedjawitna mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
akal pikiran belaka. Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat sejenis
pengetahuan yang menyelidik segala sesuatu dengan mendalam, mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

7
2. Struktur Filsafat
Filsafat terdiri dari tiga cabang besar yaitu : ontology, epistemology, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan.
• Ontology, membicarakan hakikat (segala sesuatu); ini berupa pengetahuan
tentang hakikat segala sesuatu.
• Epistemology, cara memperoleh pengetahuan itu.
• Aksiologi, membicarakan guna pengetahuan itu.

D. Aliran-aliran Ontologi
Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara
menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan,
pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-
pandangan pokok pemikiran, seperti :

1. Monoisme

Paham monoisme menganggap bahwa hakikat yang asal dari kenyataan itu hanyalah satu
saja sebagai sumber asal baik materi maupun ruhani. Thomas Davidson menyebutkan monoisme
adalah block universe. Paham monoisme terbagi dua aliran yaitu :

· Materialisme : Menganggap bahwa sumber yang asal adalah materi bukan rohani sering juga
naturalisme.

· Idealisme dinamakan juga spritualisme. Idealisme mengandung arti sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beranekaragam ini berasal dari ruh
yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.

Menurut Rapar (2005:45), aliran materialisme menolak hal-hal yang abstrak. Bagi
materialisme ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata bersifat
materialisme, realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, sesuatu yang riil atau nyata.
Tokoh-tokoh aliran materialisme adalah Thales, anaximenes dan anaximandris.

8
Sedangkan aliran idealisme tumbuh dan berkembang sejak masa Plato yang terkenal dengan
pandangannya mengenai ide. Ide bagi Plato tidak sama dengan ide yang dipahami orang pada
saat ini. Dasar pokok pemahaman ide dikemukakannya sebagai teori logika kemudian meluas
menjadi pandangan hidup dan menjadi dasar umum ilmu dan politik social dan bahkan agama.

2. Dualisme

Aliran dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan dua paham yang saling
bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Aliran dualisme memandang paham yang serba
dua yaitu antara materi dan bentuk. Pengertian materi dalam pandangan aliran dualisme. Materi
dalam arti mutlak adalah asas atau lapisan bawah yang paling akhir dan umum. Tiap benda yang
dapat diamati disusun dari materi. Materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan. Materi tidak dapat
berwujud tanpa bentuk sebaliknya bentuk tidak dapat berada tanpa materi. Tiap benda yang
dapat diamati disusun dari bentuk dan materi.

3. Pluralisme

Paham pluralisme berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.


Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk semuanya
nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion diaktakan sebagai paham yang
menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua
entitas.

Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empodecles, yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah,
api, air, dan udara.

4. Nikhilisme

Dunia ini terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dalam paham ini manusia
bebas berkehendak dan berkreativitas.

5. Agnotisisme

Aliran ini menganut paham bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu
dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkin memiliki hakekat batu, air, dan api. Kemampuan
manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu hakikat sesuatu yang ada. Paham agnotisisme

9
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda baik materi maupun hakikat
rohani.

Sedangkan dalam kajian beberapa pendapat, ontologi dapat dikatakan sebagai metafisika
umum. Pembahasan itu dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang
sesungguhnya dari penampakan eksistensi itu. Menurut Rapar ontologi ada tiga yang paling
terkenal, yaitu:

a. Idealisme

Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya di dunia ide. Segala sesuatu yang
tampak dan berwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari
yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide. Barkeley menyatakan bahwa satu-satunya realitas
yang sesungguhnya adalah aku yang subyektif spiritual, sedangkan Immanuel Kant menyatakan
bahwa obyek pengalaman kita, yaitu yang ada dalam ruang dan waktu, tidak lain daripada
penampilan dan tak memiliki konsistensi independen diluar pemikiran kita dan hal ini ditegaskan
pula oleh Friedrich Hegel bahwa segala sesuatu yang ada adalah bentuk bentuk dari satu pikiran.

b. Materialisme

Materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Baginya, yang ada sesungguhnya
adalah keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada
material. Jadi realitas sesungguhnya adalah lambang kebendaan dan segala segala sesuatu yang
yang mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan
secara materialistis.

c. Dualisme

Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual sendiri dari dua tipe fundamental yang
berbeda dan tak dapat diedukasikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi
itu adalah material dan mental. Dengan demikian dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari
materi atau yang ada secara fisik dan mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisik.
Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang
berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi

10
itu ialah mental. Dengan demikian dualism mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang
ada secara fisis dan mental atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.

E. Konsep Ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi dapat dirangkum menjadi 5 konsep
utama, yaitu:

a) Umum (universal) dan Tertentu (particular)

Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh sesuatu, misalnya:
karakteristik dan kualitas. “Umum” dapat dipisahkan atau disederhanakan melalui cara-cara
tertentu. Sebagai contoh, ada dua buah kursi yang masing-masing berwarna hijau, maka kedua
kursi ini berbagi kualitas ”berwarna hijau” atau ”menjadi hijau”. Tertentu (particular) adalah
entitas nyata yang terdapat pada ruang dan waktu. Contohnya, Socrates (guru dari Plato) adalah
tertentu (particular), seseorang tidak dapat membuat tiruan atau kloning dari Socrates tanpa
menambahkan sesuatu yang baru pada tiruannya.

b) Substansi (substance) dan Ikutan (accident)

Substansi adalah petunjuk yang dapat menggambarkan sebuah obyek, atau properti yang
melekat secara tetap pada sebuah obyek. Jika tanpa properti tersebut, maka obyek tidak ada lagi.
Ikutan (accident) dalam filsafat adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh
sebuah obyek. Menurut Aristoteles, ”ikutan” adalah kualitas yang dapat digambarkan dari
sebuah obyek. Misalnya: warna, tekstur, ukuran, bentuk dsb.

c) Abstrak dan Kongkrit

Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi ”ada” pada
sesuatu yang tertentu, contohnya: ide, permainan tenis (permainan adalah abstrak, sedang pemain
tenis adalah kongkrit). Kongkrit adalah obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan mempunyai
orientasi untuk waktu tertentu. Misalnya: awan, badan manusia.

d) Esensi dan eksistensi

Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi dasar keberadaan sebuah
obyek. Atribut tersebut merupakan penguat dari obyek, jika atribut hilang maka obyek akan

11
kehilangan identitas. Eksistensi (existere: tampak, muncul. Bahasa Latin) adalah kenyataan akan
adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera.

e) Determinisme dan indeterminisme

Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian (termasuk perilaku manusia,


pengambilan keputusan dan tindakan) adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
rangkaian kejadian-kejadian sebelumnya. Indeterminisme merupakan perlawanan terhadap
determinisme. Para penganut indeterinisme mengatakan bahwa tidak semua kejadian merupakan
rangkaian dari kejadian masa lalu, tetapi ada faktor kesempatan (chance) dan kegigihan
(necessity). Kesempatan (chance) merupakan faktor yang dapat mendorong terjadinya
perubahan, sedangkan kegigihan (necessity) dapat membuat sesuatu itu akan berubah atau
dipertahankan sesuai asalnya.

12
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi
berati ilmu pengetahuan atau ajaran. Menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau
konkret maupun rohani atau abstrak. Dengan demikian ontologi membatasi diri pada ruang
kajian keilmuan yang dapat dipikirkan manusia secara rasional yang bisa diamati melalui
pancaindera manusia.

Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara
menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan,
pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-
pandangan pokok pemikiran, seperti: 1) Monoisme; 2) Dualisme; 3) Pluralisme; 4) Nikhilisme;
5) Agnotisisme.

Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi dapat dirangkum menjadi 5 konsep utama,
yaitu:

a) Umum (universal) dan Tertentu (particular)

b) Substansi (substance) dan Ikutan (accident)

c) Abstrak dan Kongkrit

d) Esensi dan eksistensi

e) Determinisme dan indeterminisme

13
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Prof. Dr. H. Endang Komara, M. (2011). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika
Aditama.

Tafsir, P. D. (2009). Filsafat Ilmu. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

https://aprilia734.wordpress.com/2016/02/18/pengertian-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-2/

https://www.tongkronganislami.net/contoh-makalah-ontologi-filsafat-ilmu/

14

Anda mungkin juga menyukai