Anda di halaman 1dari 12

Makalah

ALAT TANGKAP BUBU DAN SERO

OLEH:

KELOMPOK 10

Winarsi Maspeke 1111419034

Indrawan Abas 1111419035

Moh. Rivai P. Nagaring 1111419036

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BUDIDAYA PERAIRAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Dasar Penangkapan

Ikan diprogram studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di

Universitas Negeri Gorontalo. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Syamsudin, M.P. selaku dosen

pembimbing mata kuliah Dasar Penangkapan Ikan dan kepada segenap pihak

yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan berharap makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Gorontalo, 25 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Perangkap Bubu dan Sero 3
2.2 Deskripsi Alat Tangkap Bubu dan Sero 4
2.2.1 Bubu 4
2.2.2 Sero 4
2.3 Cara Pengoperasian Alat Tangkap Bubu dan Sero 5
2.3.1 Bubu 5
2.3.2 Sero 6
BAB III PENUTUP 8
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap),

sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya

memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana,

jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai, dan produktivitas

yang relatif masih rendah. Menurut Barus (1991) dalam Malik (2013),

produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya

keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun

perahu yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan

penggunaan faktor- faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat

berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya

berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya.

Agar pemanfaatan sumber daya ikan dengan alat tangkap diperoleh hasil

yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi,

teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumber daya ikan,

termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi

untuk memanfaatkan sumber daya ikan, berupa alat tangkap, armada

penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain. Sedangkan

aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan

perikanan tersebut (Kurniawati, 2005 dalam Malik 2013).


Bubu dasar adalah salah satu alat penangkapan yang dikategorikan sebagai

alat tangkap perangkap. Bubu dasar termasuk jenis alat tangkap yang sifatnya

pasif atau menetap di dasar perairan yang bertujuan menangkap ikan-ikan

demersal. Sehubungan dengan jumlah ikan yang menjadi tujuan penangkapan,

maka penentuan daerah penangkapan didasarkan pada tempat yang diperkirakan

banyak terdapat ikan demersal, yang biasanya ditandai dengan banyaknya

terumbu karang atau pengalaman dari nelayan (Hatapayo, 2004).

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian perangkap bubu dan sero.

2. Mengetahui deskripsi alat tangkap bubu dan sero

3. Mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bubu dan sero.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Memahami pengertian perangkap bubu dan sero.

2. Memahami deskripsi alat tangkap bubu dan sero

3. Memahami cara pengoperasian alat tangkap bubu dan sero.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perangkap Bubu dan Sero

Bubu adalah alat tangkap yang berupa perangkap atau jebakan. Alat ini

berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup yang mana mempunyai 1 atau 2

pintu masuk dan dapat diangkat dengan atau tanpa perahu dan kapal ke daerah

penangkapan ikan. Bubu dapat terbuat dari rotan, kawat, besi, jaring, kayu, dan

plastik yang dirangkai sedemikian rupa agar ikan tidak dapat keluar.

Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar

yang akan menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut banjang,

bila, belat, seroh, dan kelong.


2.2 Deskripsi Alat Tangkap Bubu dan Sero

2.2.1 Bubu

Rangka, dibuat dari material yang kuat , pada umumnya rangka bubu

dibuat dari besi atau baja. Namun ada juga bubu yang dibuat dari papan, kayu,

bambu, dan rotan. Badan, bubu banyak yang terbuat dari jaring, kawat yang di

anyam, bahkan ada yang terbuat dari plastik. Adapun rangka bubu umumnya

terbuat dari baja atau besi. Mulut, salah satu bentuk mulut pada bubu adalah

corong. Lubang corong bagian dalam biasanya mengarah ke bawah dan

dipersempit untuk menyulitkan ikan keluar dari bubu. Jumlah mulut bubu

bervariasi ada yang hanya satu dan ada pula yang lebih dari satu.

2.2.2 Sero

Badan, terdiri dari kamar-kamar (chamber). Banyaknya kamar-kamar

bervariasi, tergantung dari ukuran sero. Untuk alat tangkap sero yang berukuran

kecil umumnya terdiri 1-2 bilik atau kamar, untuk ukuran yang sedang terdiri dari
3 kamar dan untuk ukuran sero yanglebih besar terdapat 4 kamar. Penajo,

memiliki panjang yang bervariasi , tergantung besar kecilnya sero. Untuk sero

berukuran besar panjang penajo dapat mencapai antara 300-500 meter. Bagian

penajo yang dekat dengan badan sero ± 1/4 - 1/3 dipasang kere-kere dari bambu.

2.3 Cara Pengoperasian Alat Tangkap Bubu dan Sero

2.3.1 Bubu

1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)

Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal, yang dalam

pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu

diikatkan pada bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang

atau di antara karang-karang atau bebatuan. Bubu ini dilengkapi dengan

pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu

ditinggalkan di daerah operasi bubu ditinggalkan untuk kemudian diambil

2-3 hari setelah di pasang.

2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)

Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu,

dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali

disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kalidari kedalaman air.

3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)

Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut, bubu disusun dalam 3

kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).

Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu): 10 buah diikatkan


pada ujung tali penonda terakhir,kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah

dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung

diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai kurang lebih 60-150

meter.

4. Bubu Jernal (Tidal Trap)

Pada bubu jernal, operasi penangkapan dilakukan dengan menekan galah

yangterdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar

sehingga mulut kantong jaring terbuka. Bubu kemudian di angkat setelah

dibiarkan 20-30 menit.Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan

menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas,

kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui

katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali

pada ujung belakang kantong.

2.3.2 Sero

Fungsi penajo sangat penting dibanding kedua sayap/kaki lainnya,

sebab ia merupakan suatu penghalang (penghalau) perjalanan ikan. Sifat ikan

umumnya berenang menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan penajo

maka cenderung akan membelok dan berenang menelusuri penajo ke arah

tempat yang lebih dalam dan akhirnya terperangkap masuk ke kamar-kamar

sero dan terakhir sampai ke bagian bunuhan (crib) dan dapat terperangkap.

Untuk sero yang dipergunakan di pulau-pulau, pemasangan penajo tidak


diletakkan secara tegak lurus dengan pantai tetapi justru sejajar dengan

pantai.

Bagian sayap atau kaki berfungsi sebagai penghalang atau tepatnya

berfungsi untuk mempercepat jalannya ikan masuk ke dalam badan atau

kamar-kamar sero. Sisir berfungsi membantu dan mengiring ikan-ikan dari

kamar terdepan ke kamar di belakangnya sampai bunuhan dan akhirnya

pengambilan ikan dilakukan dengan cara menyerok memakai sibu-sibu

(serok) dengan cara menyelam atau dari atas permukaan air dengan

menggunakan serok bertangkai panjang.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa bubu
adalah alat tangkap yang berupa perangkap atau jebakan. Alat ini berbentuk
kurungan seperti ruangan tertutup yang mana mempunyai 1 atau 2 pintu masuk
dan dapat diangkat dengan atau tanpa perahu dan kapal ke daerah penangkapan
ikan. Bubu dapat terbuat dari rotan kawat, besi, jaring, kayu, dan plastik yang
dirangkai sedemikian rupa agar ikan tidak dapat keluar. Bubu terbagi atas 4 jenis
dengan cara pengoperasian yang berbeda-beda tergantung dari jenis bubu yang
digunakan.
Sero adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar
yang akan menuntun ikan-ikan menuju perangkap. Sero juga disebut banjang,
bila, belat, seroh, dan kelong. Sero dioperasikan dengan cara membuat ikan
terperangkap masuk ke dalam bilik-bilik hingga tiba di bilik bunuhan, sehingga
ikan yang terperangkap akhirnya diangkat dengan menggunakan sibu-sibu (serok)
dengan menyelam atau dari permukaan dengan menggunakan serok yang
bertangkai panjang.
3.2 Saran
Peran dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan
perairan agar dalam pengoperasian alat tangkap bubu dan sero dapat memberikan
hasil tangkapan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Bubu atau Traps and Pots http://diaselalubahagia.blogspot.com/


2013/12/traps-and-pots.html. Diakses pada 26 Maret 2020, Pukul 20.32
WIB
Ariyogagautama, Dwi. 2011. Bubu dasar di perairan Alor http://www.wwf.or.id/
beritafakta/blog/2011/?2506/bubu-dasar-di-perairan-alor. Diakses pada 26
Maret 2020, Pukul 19.34 WIB
Ayha. Alat Tangkap Ikan di Laut http://www.academia.edu/3304700/Jenis-
JenisAlatTangkapIkandanPengoperasiannya. Diakses pada 26 Maret 2020,
pukul 22.40 WIB
Boesono, Herry. 2014. Traps and Guiding Barriers. http://de315.4shared.com/
doc/uzHH4hRP/preview.html. Diakses pada 26 Maret 2020, pukul 19.23
WIB
FAO, 2010. alat penangkapan ikan dan pengoperasiannya. http://www.fao.org/
docrep/010/ah827/ah827id04.htm. Diakses pada 26 Maret 2020, pukul
20.00 WIB
Hatapayo, R, 2004. Pengaruh Penggunaan Umpan Yang berbeda Pada Bubu
Dasar DiPerairan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi.Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.
Malik, Fikri R.. Kajian Beberapa Desain Alat Tangkap Bubu Dasar Di Perairan
Kepulauan Ternate Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmiah agribisnis dan
Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) 6.1 (2013): 1-6.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, 2014. Alat Penangkapan Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. http://ngada.org/
menkp6kep-2010.htm. Diakses pada 26 Maret 2020, pukul 22.43 WIB.
PPL, 2011. bubu udang barong. http://mimbarpenyuluhanpertanian.blogspot.com/
2011/04/bubu-udang-barong-html. Diakses pada 26 Maret 2020, pukul
18.35 WIB
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, M.Pi. 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan
Ikan. Jakarta : Rineka Cipta, diakses pada Sabtu, 22 Maret 2014 pukul
20.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai