Anda di halaman 1dari 14

ORIENTASI KURIKULUM

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Pembelajaran SKI,
Semester Genap / 6, Tahun 2020

Dosen Pengemban : Eka Apriani aziz, S.Pd.I

Disusun oleh :

Anwar Hardiana: 0101.1701.086

Listiani : 0101.1701.101

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI DR KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2020
2
Abstrak: Kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang sangat
menentukan dalam satuan sistem pendidikan, dan merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Sebagai konsekuensinya, pelaksana di
sekolah harus mengelola kurikulum dengan baik, agar hasil pembelajarannya akan
lebih efektif, untuk mewujudkan itu, maka memerlukan manajemen yang baik.
Manajemen kurikulum ini dimaksudkan supaya proses pendidikan yang akan
berlangsung di sekolah dapat terarah dan terkoordinasi dengan sistematis untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaan kurikulum
sangat dipentingkan tinjauan-tinjauan teoritis dan praktis agar kurikulum yang
dikelola dapat selalu sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, ilmu
pengetahuan, teknologi dan perkembangan pribadi subyek didik. untuk mengatasi
setiap permasalahan yang muncul dalam lingkungan sekolah khususnya dalam
bidang proses belajar mengajar, maka sangat dituntut kebijakan kepala sekolah
sebagai manager untuk selalu melibatkan personil-personil sekolah seperti guru,
komite sekolah, guru bimpen dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum, untuk melakukan peninjauan kurikulum secara berkala dengan
melibatkan semua stakeholders, tujuan peninjauan kurikulum tersebut, sebagai
tujuan efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang maksimal.

A. PENDAHULUAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Karena kurikulum merupakan rencana untuk keperluan pelajaran anak, maka


bahan pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan
pendidikan dapat dicapai. Organisasi atau disain kurikulum dimaksud untuk
memudahkan anak belajar. Dalam organisasi kurikulum dicoba diwujudkan apa
yang diketahui tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak, dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum itu menentukan apa
yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajarinya,
keseimbangan bahan pelajaran dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan
yang akan disampaikan.  

1
Disain kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Seperti halnya dengan disain suatu gedung misalnya, disain itu akan berbeda-beda
menurut tujuan gedung itu, apakah untuk sekolah, gedung toko atau tempat
tinggal, demikian pula ada perbedaan disain kurikulum yang bertalian dengan
tujuan yang diutamakan, apakah penguasaan kebudayaan dan pengetahuan umat
manusia. Bila tujuannya terutama transmisi atau penyampaian kebudayaan dan
pengetahuan maka yang paling sesuai ialah organisasi kurikulum berupa mata
pelajaran yang lazim disebut subject centered. Akan tetapi bila kebutuhan
masyarakat atau anak menjadi tujuan utama maka kurikulum yang paling serasi
ialah kurikulum yang berdasarkan masalah-masalah masyarakat.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Orientasi Kurikulum


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Orientasi adalah peninjauan
untuk menentukan sikap ( baik berupa arah, tempat, maupun tujuan, dan
sebagainya yang berawal dari pemikiran). Selain itu, orientasi juga dapat di
defenisikan sebagai pandangan yang menjadi dasar bagi pikiran, perhatian atau
kecenderungan untuk bertindak dan melakukan sesuatu.
Secara Harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Currere yang berarti
berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum
adalah suatu “arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk mengusai satu
atau lebih keahlian guna mencapai “garis finish” yang ditandai pemberian
diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan (Zais, 1976). Pengaruh definisi ini sangat
besar dan bertahan lama di dunia pendidikan sehingga menentukan orientasi
kurikulum di hampir semua negara di dunia (Mohammad Ansyar, 2015).

2
Kurikulum dalam bahasa Arab disebut dengan istilah manhaj yang berarti
jalan terang dan dilalui manusia di berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan (Hasan Langgulung, 1986).
Menurut Nana Saodih, kurikulum adalah program dan pengalaman belajar
serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui
pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada
peserta didik di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan pribadi serta kompetensi sosial peserta didik. (Nana Sudjana,
1991).
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 poin 19
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
tujuan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik atas tanggung jawab
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan begitu, fasilitas
sekolah, lingkungan yang aman, bersih, suasana pembelajaran, media dan sumber
pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum.
Secara garis besar Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan
kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output
di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi mayarakat.
2. Jenis-jenis orientasi Kurikulum
Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan
sangat meluas pemakaiannya ialah subject curriculum, subject berarti
matapelajaran. Jadi subject curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas
sejumlah matapelajaran, disebut juga subject centered curriculum yang artinya
kurikulum yang berpusat pada matapelajaran. Karena matapelajaran itu pada

3
umumnya diajarkan secara terpisah-pisah, maka disebut juga separate subject-
curriculum.
Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :
1.   Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Centered). Ada beberapa
pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a. Mata pelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
c. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)
2.   Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered).  Ada
beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
a) Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
b) Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience
Centered)
3.   Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan :
a. Kurikulum berpusat pada tujuan (Goal Oriented)
b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
4.   Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat. Ada beberapa pendekatan yang
digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
c. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstuksi sosial (Social
Reconstruction)
A.     Orientasi pada mata pelajaran (subject centered)
1.      Mata Pelajaran Terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
Dalam subject centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda
mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah
dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan
kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian
mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk
menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. Kurikulum ini masih
sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung keuntungan-
keuntungan, namun banyak pula kelemahan-kelemahannya ditilik dari sudut
pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja bertalian

4
erat dengan pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran.
Kelemahan-kelemahan kurikulum ini ialah:
a) Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
b) Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang
dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
c) Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau
dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu
psikologis ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak.
d) Tujuan kurikulum ini terlampau batas.
e) Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
f) Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.

2.    Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)


Correlated  berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti
korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi
bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
Korelasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara:
a. Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
b. Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
c. Dapat pula beberapa mata pelajaran disatukan (Broad Fields).

3.      Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)


Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi.
Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-kurikulum ini, ialah:
a. korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka
mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara
terpisah-pisah dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang berbeda-
beda, akan tetapi dalam satu pelajaran, dimana pokok itu disoroti dari
berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan
mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara
matapelajaran-matapelajaran

5
c. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila
didapat penjelasan dari berbagai matapelajaran.
Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah :
a. Tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan
kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang
hangat yang dihadapi murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai
berbagai mata pelajaran.
c. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

B.     Orientasi pada Siswa (Student centered)


1.      Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah
peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi
belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu
organisme yang punya potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga
berkembang sendiri. Student Centered bersumber dari konsep Rousseau
menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum
didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Ada variasi model ini,
yaitu Activity atau Experience Centered.
2.      Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience
Centered)
Beberapa ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan
ciri ini guru hendaknya:a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b)
Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Kedua,
karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh
guru dengan para siswa. Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur
pemecahan masalah.
Ada beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu:

6
a. kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta
didik. 
b. pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam
kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga
kalau mereka melakukan kegiatan individual.
c. kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan
dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu:
a. Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu
cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b. Kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik.
Kurikulum tidak mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak
semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design telah
mengembangkan struktur ini. 

C.     Orientasi pada Tujuan (Goal centered)


Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat
pada tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-
based)
1.      Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan
tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan
tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan
pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah
ada, selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar
mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada
tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan
secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini
kegiatan pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan
dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-
tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup
aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap.

7
Dalam pengembangan semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan
tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan dari tercapainya hasil
pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia
adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka
disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-
sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
a) Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan,
metode, jenis-jenis kegiatan juga jelas dalam menetapkannya.
Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka memudahkan
penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
b) Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para
pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-perbaikan /
perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.
2.      Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai,
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian
kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu
Depdiknas (2002) mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut : 
a. Menekankan pada kecakapan kompetensi baik secara individu
maupun klasikal. 
c. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman. 
d. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi. 
e. Sumber belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang
memenuhi unsur edukatif.

Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-


model kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual),
karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk
mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar
berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan

8
standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). 
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan  memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-
aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan ketrampilan.

D.     Orientasi pada Masalah (Problem centered)


Problem Centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum
ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup
bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah
bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi
dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk
meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Centered menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik.
Ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu:
1.  Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
Life situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar melalui
pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan
pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan
dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-
bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-
bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan merangkumkan
pengalaman-pengalaman sosial peserta didik. Dengan demikian, desain ini
sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya dalam masyarakat. 

9
Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-
bentuk desain lainnya, yaitu:
a) Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema-problema
kehidupan sosial.
b) Kurikulum diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik
dalam kehidupan sosial, maka desain ini mendorong penggunaan
prosedur belajar pemecahan masalah.
c) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
d) Motivasi belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu
dirangsang dari luar.
Adapun beberapa kelemahan-kelemahannya, yaitu:
a) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang
sangat esensial (penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum
yang berbeda-beda.
b) Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
c) Mengabaikan warisan budaya
d) Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.
2.      Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social
Reconstruction)
Kurikulum ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid
dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa
pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan
kerja sama. Interaksi itu terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
siswa dengan orang dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan
kerja sama semacam ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum
rekonstruksi sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :

10
a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b) Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan
pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
c) Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah sebagai tema utama
terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama tersebut
dijabarkan dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad (2015). Kurikulum: Hakikat, Desain & Pengembangan.


Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Langgulung, Hasan (1986). Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa


Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Sudjana, Nana (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di


Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

 S. Nasution,Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,


1993), hal. 108

11
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum edisi kedua, (Jakarta: Bumi Aksara),
hal.185-190

Dakir, Perencanaan & Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2010), hal. 44-45

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan


Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)

12

Anda mungkin juga menyukai