Anda di halaman 1dari 85

1.

kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Adakalanya manusia mempunyai

kepentingan perseorangan (untuk

melindunginya diperlukan hak) dan

mempunyai kepentingan bersama.

Manusia yang mempunyai kepentingan

bersama, memperjuangkan suatu tujuan

tertentu, berkumpul dan

mempersatukan diri. Keanekaragaman

pada hakikatnya merupakan suatu

kelebihan yang dimiliki umat manusia.

2.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Perbedaan itu bisa berupa apa saja.

Baik perbedaan jenis kelamin,

kepercayaan, perbedaan umur, tempat

tinggal, warna kulit, bahasa ataupun

budaya. Masing-masing perbedaan

tersebut memiliki keunikan dan

kelebihan masing-masing. Namun

justru perbedaan inilah yang menjadi

bibit perselisihan. Sepanjang sejarah

dunia pada umumnya perselisihan

kerap kali terjadi pada dua kelompok

yang memiliki perbedaan. Banyak

sekali perbedaan yang menjadi cikal

bakal perselisihan ataupun permusuhan

3.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
besar-besaran, tetapi dalam banyak

kasus, perbedaan etnis atau budaya

merupakan salah satu yang paling

sering menjadi sorotan. Perbedaan ini

sering menjadi awal pertikaian yang

sangat sulit untuk dihentikan bahkan

hingga turun temurun.

Perbedaan yang seharusnya

menyatukan cucu Nabi Adam justru

menjadi momok penyebab peristiwa

besar dan berujung pada malapetaka.

Mengatasnamakan kepentingan

manusia dan mengesampingkan hak

untuk bertahan hidup orang lain.

4.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Berawal dari perbedaan ini, segelintir

pemikiran licik manusia

menggencarkan serangan di berbagai

pelosok bumi demi terwujudnya cita-

cita. Dimulai dari pembantaian maupun

pemusnahan suatu kelompok yang tidak

diinginkan keberadaannya (tidak

penting). Gumpalan asap, tangisan, rasa

sakit, dan jeritan menjadi lagu

kemenangan bagi para pencetus

malapetaka ini.

Serangkaian pernyataan di atas

mengacu pada satu pengertian, yaitu

genosida. Genosida merupakan sebuah


5.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
tragedi pembantaian terhadap manusia

yang tergabung dalam satu kelompok

atau suku tertentu secara masif dan

sistematis. Ini sungguh merupakan

kejahatan terbesar di muka bumi.

Kejahatan genosida merupakan mesin

pembunuh berbahan dasar keserakahan

dan kelicikan manusia.

Genosida bukanlah sebuah

ideologi baru ataupun pemikiran

modern, melainkan sebuah kombinasi

dari berbagai ideologi dan kelompok

yang memiliki kesamaan pendapat

bagaimana solusi untuk menghilangkan

6.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
suatu kaum yang tidak dianggap sama

dalam hal kepercayaan, perbedaan

umur, tempat tinggal, warna kulit,

bahasa ataupun budaya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa genosida dikategorikan

sebagai kejahatan terbesar di muka

bumi?

2. Bagaimana pandangan R KUHP

2015?

3. Mengapa kejahatan genosida

terjadi?

7.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
4. Bagaimana cara pengendalian dan

pencegahan genosida dalam

masyarakat?

1.3. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami pengertian dari

Genosida.

2. Memahami penyebab suatu

golongan memusnahkan golongan

yang dianggap menghambat.

3. Memahami serangkaian kasus

genosida yang pernah terjadi.

4. Memahami pengendalian kejahatan

genosida.

8.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
5. Memahami cara mengatasi

kejahatan genosida.

1.4. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah wawasan mengenai

genosida.

2. Memberitahukan kepada pembaca

betapa kejamnya genosida

sehingga dapat mengambil

pelajaran dan turut serta

meminimalisirkan kejadian

tersebut.

9.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. TINJAUAN UMUM TENTANG

PELANGGARAN HAM

Menurut Statuta Roma dan

Undang-Undang no. 26 tahun 2000

tentang Pengadilan HAM, genosida

ialah Perbuatan yang dilakukan

dengan maksud untuk menghancurkan

atau memusnahkan seluruh atau

sebagian kelompok bangsa, ras,

kelompok etnis, kelompok agama

dengan cara membunuh anggota

10.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
kelompok; mengakibatkan penderitaan

fisik atau mental yang berat terhadap

anggota kelompok; menciptakan

kondisi kehidupan kelompok yang

menciptakan kemusnahan secara fisik

sebagian atau seluruhnya; melakukan

tindakan mencegah kelahiran dalam

kelompok; memindahkan secara paksa

anak-anak dalam kelompok

kekelompok lain.

Ada pula istilah genosida

budaya yang berarti pembunuhan

peradaban dengan melarang

penggunaan bahasa dari suatu

11.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
kelompok atau suku, mengubah atau

menghancurkan sejarahnya maupun

simbol-simbol peradabannya.

2.2. HUBUNGAN ANTARA HUKUM

INTERNASIONAL DAN HUKUM

NASIONAL

Dalam hubungan antara hukum

internasional dengan hukum nasional,

ada dua teori yang terkemuka, yaitu:

1. Dualisme

Teori ini dikemukakan oleh para

penulis positivis seperti Triepel dan

Anzilotti. Bagi mereka, dengan

12.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
konsepsi teori kehendak mereka

tentang hukum internasional,

merupakan hal yang wajar apabila

menganggap hukum nasional

sebagai suatu sistem yang terpisah.

Menurut Triepel, terdapat dua

perbedaan fundamental di antara

kedua sistem hukum tersebut yaitu:

a. Subjek-subjek hukum nasional

adalah individu-individu,

sedangkan subjek-subjek

hukum internasional adalah

semata-mata dan secara

13.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
eksklusif hanya Negara

Negara.

b. Sumber-sumber hukum

keduanya berbeda: sumber

hukum nasional adalah

kehendak Negara itu sendiri,

sumber hukum internasional

adalah kehendak bersama dari

Negara-negara

Adapun butir (a) di atas tidak

dapat dikatakan benar karena hukum

internasional juga mengikat individu-

individu, sedangkan butir (b) agak

menyesatkan karena di atas kehendak

14.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
bersama tersebut terdapat prinsip-

prinsip fundamental hukum

internasional yang lebih tinggi darinya

dan yang mengatur pelaksanaan atau

pernyataannya.Sedangkan Anzilotti

menganut suatu pendekatan yang

berbeda, ia membedakan hukum

internasional dan hukum nasional

menurut prinsip-prinsip fundamental

dengan mana masing-masing sitem itu

ditentukan. Dalam pendapatnya, hukum

nasional ditentukan oleh prinsip atau

norma fundamental bahwa perundang-

undangan Negara harus ditaati,

15.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
sedangkan sistem hukum internasional

ditentukan oleh prinsip pacta sunt

servanda, yaitu perjanjian antar Negara-

negara harus dijunjung tinggi, sehingga

kedua sistem itu memang terpisah

sehingga tidak mungkin terjadi

pertentangan antara keduanya, yang

mungkin terjadi adalah penunjukan-

penunjukan (renvois) dari sistem yang

satu ke sistem yang lain, selain

daripada itu tidak ada hubunganapa-

apa. Mengenai teori Anzilotti ini,

cukuplah mengatakan bahwa karena

alasan-alasan yang dikemukakan, tidak

16.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
benar bahwa pacta sunt servanda harus

dianggap sebagai norma yang

melandasi hukum internasional; prinsip

ini hanya merupakan sebagian contoh

dari prinsip yang sangat luas yang

menjadi akar hukum internasional.

2. Monisme

Berbeda dengan para penulis yang

menganut teori dualism, pengikut-

pengikut teori monism

menganggap semua hukum sebagai

suatu ketentuan tunggal yang

tersusun dari kaidah-kaidah hukum

yang mengikat, baik berupa kaidah

17.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
yangmengikat Negara-negara,

individu-individu, atau kesatuan-

kesatuan lain yang bukan Negara.

Menurut pendapat mereka, ilmu

pengetahuan hukum merupakan

kesatuan bidang pengetahuan dan

poin yang menentukan karenanya

adalah apakah hukum internasional

itu merupakan hukum yang

sebenarnya atau bukan. Jika secara

hipotesis diakui bahwa hukum

internasional merupakan suatu

sistem kaidah yang benar-benar

berkarakter hukum, maka menurut

18.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Kelsen dan penulis-penulis

monistis lainnya, tidak mungkin

untuk menyangkal bahwa kedua

sistem hukum tersebut merupakan

bagian dari kesatuan yang sama

dengan kesatuan ilmu pengetahuan

hukum. Dengan demikian, suatu

konstruksi selain monisme,

khususnya dualism, bermuara pada

suatu penyangkalan karakter

hukum yang sebenarnya dari

hukum internasional. Penulis-

penulis monistis tidak akan

berpendapat lain selain

19.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
menyatakan bahwa kedua sistem

tersebut, karena keduanya

merupakan sistem kaidah-kaidah

hukum, merupakan bagian-bagian

yang saling berkaitan di dalam

suatu struktur hukum.Namun,

penulis-penulis lain yang

mendukung monime berdasarkan

alasan-alasan yang bukan cuma

abstrak semata-mata, dan penulis-

penulis tersebut menyatakan,

sebagai suatu masalah yang

memiliki nilai praktis, bahwa

hukum internasional dan hukum

20.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
nasional keduanya merupakan

bagian dari keseluruhan kaidah

hukum universal yang mengikat

segenap umat manusia baik secara

kolektif ataupun individual.

Dengan perkataan lain, individulah

yang sesungguhnya menjadi akar

kesatuan dari semua hukum

tersebut. Dari segi pandang teori

dualistik yang menekankan

kedaulatan kehendak Negara maka

primat (primacy) terletak pada

hukum nasional. Dalam hal ini,

pendukung Monisme berbeda

21.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
pendapat. Kelsen, misalnya dengan

membuat suatu analisis struktural

hukum internasional dan hukum

nasional. Kelsen menerapkan

doktrin hirarkis yang mana

menurut doktrin ini kaidah-kaidah

hukum ditentukan oleh kaidah-

kaidah atau prinsip-prinsip lain

yang dengan mana kaidah-kaidah

tersebut mendapat validitas atau

kekuatan mengikatnya; dengan

demikian kaidah yang ditetapkan

dalam peraturan-peraturan atau

ketentuan-ketentuan perundang-

22.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
undangan ditentukan oleh kaidah

yang lebih tinggi. Dengan ini,

Kelsen berkeberatan atas

pandangan mengenai pemilihan

antara hukum internasional dan

hukum nasional didasarkan pada

alasan bahwa cara pandangnya

tersebut berakar pada suatu

pendekatan filosofis yang sangat

meragukan. Lebih lanjut, tesis

mengenai pemberian primat akhir

pada hukum nasionaldapat

dikatakan tidak berhasil dalam dua

hal penting, yaitu apabila hukum

23.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
internasional memperoleh

validitasnya hanya dari konstitusi

Negara, maka hukum internasional

tidak akan berlaku lagi apabila

konstitusi yang menjadi sandaran

otoritasnya tersebut tidak berlaku.

Akan tetapi yang lebih pasti adalah

bahwa berlaku sahnya hukum

internasional tidak bergantung

pada perubahan atau penghapusan

konstitusi-konstitusi atau pada

revolusi. Masuknya Negara-negara

baru ke dalam masyarakat

internasional. Telah menjadi

24.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
ketetapan bahwa hukum

internasional mengikat Negara-

negara baru tanpa harus ada

persetujuan Negara tersebut, dan

persetujuan demikian apabila

dinyatakan secara tegas hanya

merupakan suatu pernyataan

mengenai kedudukan hukum yang

sebenarnya saja. Di samping itu,

terdapat tugas bagi setiap Negara

untuk menyelaraskan bukan hanya

undang-undangnya saja, tapi juga

konstitusinya, dengan hukum

internasional.

25.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PENGERTIAN

Genosida atau genosid (Bahasa

Inggris: genocide) adalah sebuah

pembantaian besar-besaran secara

sistematis terhadap satu suku bangsa

atau kelompok dengan maksud

memusnahkan (membuat punah)

bangsa tersebut. Kata ini pertama kali

digunakan oleh seorang ahli hukum

Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun

1944 dalam bukunya Axis Rule in

26.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Occupied Europe yang diterbitkan di

Amerika Serikat. Kata ini diambil dari

bahasa Yunani γένοςgenos ('ras',

'bangsa' atau 'rakyat') dan bahasa Latin

caedere (pembunuhan).

Genosida merupakan satu dari

empat pelanggaran HAM berat yang

berada dalam yurisdiksi International

Criminal Court. Pelanggaran HAM

berat lainnya ialah kejahatan terhadap

kemanusiaan, kejahatan perang, dan

kejahatan Agresi.

27.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
3.2. GENOSIDA DKATEGORIKAN

SEBAGAI KEJAHATAN PALING

SERIUS

Kejahatan genosida dan kejahatan

terhadap kemanusiaan merupakan

gross violation of human rights yang

dikategorikan sebagai musuh umat

manusia (hostis humanis generis).

Literatur hukum menyatakan bahwa

kejahatan genosida dan kejahatan

terhadap kemanusiaan merupakan jus

cogens, yakni hukum yang memaksa

dan berada dalam posisi hierarkhis

28.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
yang tertinggi dibandingkan dengan

semua norma dan prinsip lainnya.

Norma jus cogens dianggap mutlak

(peremtory) dan tidak dapat diabaikan.

Terhadap kejahatan ini, setiap umat

manusia mempunyai tanggung jawab

(obligatio erga omnes) untuk

melakukan penghukuman secara adil.

Dalam sejarahnya, penghukuman

atas kejahatan terhadap kemanusiaan

telah terjadi pasca perang dunia kedua.

Pengadilan Nurenberg dan Pengadilan

Tokyo pada 1948 menjadi awal atas

proses penghukuman bagi para pelaku


29.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
gross violation of human rights.

Selanjutnya pada 1993 digelar

Pengadilan Pidana Internasional Ad hoc

untuk mengadili pelaku berbagai

pelanggaran serius terhadap hukum

humaniter internasional di negara bekas

Yugoslavia. Pada 1994 juga dibentuk

Pengadilan Pidana Internasional ad hoc

untuk mengadili kejahatan Genosida,

Pelanggaran Konvensi Jenewa dan

Kejahatan Terhadap Kemanusiaan yang

terjadi di Rwanda pada 1994.

Berdasarkan statuta dalam dua

pengadilan diatas, muncul juga

30.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
perumusan dan pendefinisian tentang

kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada 1998 dengan disahkannya

dokumen dasar pembentukan

Mahkamah Pidana Internasional

(International Criminal Court) yaitu

Statuta Roma 1998 menandai adanya

perumusan tentang maksud kejahatan

genosida dan kejahatan terhadap

kemanusiaan. Pasal 5 ayat (1) Statuta

Roma juga menyatakan bahwa

kejahatan terhadap kemanusiaan,

kejahatan genosida adalah kejahatan

paling serius yang menyangkut


31.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
masyarakat internasional secara

keseluruhan. Statuta Roma 1998

menempatkan kejahatan terhadap

kemanusiaan dan kejahatan genosida

sebagai kejahatan dengan karakteristik

khusus yang dalam hal-hal tertentu

prinsip-prinsip hukum pidana dan

acaranya berbeda dengan kejahatan

pidana biasa.

Statuta ini juga dilengkapi dengan

perumusan tentang unsur-unsur

kejahatan dan prosedur beracara dan

pembuktian tersendiri. Statuta Roma

juga menegaskan bahwa perintah alasan


32.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
atas adanya perintah atasan atau

komandan tidak membebaskan

tanggung jawab pidananya karena

ketidatahuan bahwa perintah tersebut

melanggar hukum atau tidak nyata-

nyata melanggar hukum. Perintah untuk

melakukan genosida dan kejahatan

terhadap kemanusiaan jelas-jelas

melanggar hukum. Sehingga dalih

bahwa perbuatan itu dilakukan karena

perintah jabatan atau ketidaktahuan

bahwa tindakan yang dilakukan bukan

merupakan pelanggaran hukum tidak

33.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
melepaskan tanggung jawab pidana

pelakunya.

3.3. CONTOH GENOSIDA DI DUNIA

a. Pembantaian bangsa Kanaan oleh

bangsa Yahudi pada millennium

pertama sebelum Masehi.

Pembantaian bangsa Helvetia oleh

Julius Caesar pada abad ke-1 SM.

b. Pembantaian suku bangsa Keltik

oleh bangsa Anglo-Saxon di

Britania dan Irlandia sejak abad ke-

7.

c. Pembantaian bangsa-bangsa Indian

di benua Amerika oleh para


34.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
penjajah Eropa semenjak

tahun1492. Pembantaian bangsa

Aborijin Australia oleh Britania

Raya semenjak tahun1788.

d. Pembantaian Bangsa Armenia oleh

beberapa kelompok Turki pada

akhir Perang Dunia I.

e. Pembantaian Orang Yahudi, orang

Gipsi (Sintidan Roma) dan suku

bangsa Slavia oleh kaum Nazi

Jerman pada Perang Dunia II.

f. Pembantaian suku bangsa Jerman

di Eropa Timur pada akhir Perang

Dunia II oleh suku-suku bangsa

35.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Ceko, Polandia dan Uni Soviet di

sebelah timur garis perbatasan

Oder-Neisse.

g. Pembantaian lebih dari dua juta

jiwa rakyat oleh rezim Khmer

Merah pada akhir tahun1970-an.

h. Pembantaian bangsa Kurdi oleh

rezim Saddam Hussein Irak pada

tahun1980-an.

i. Efraín Rios Montt, diktator

Guatemala dari 1982 sampai 1983

telah membunuh 75.000 Indian

Maya.

36.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
j. Pembantaian Rwanda,

pembantaian suku Hutu dan Tutsi

di Rwanda pada tahun1994 oleh

terutama kaum Hutu.

k. Pembantaian suku bangsa Bosnia

dan Kroasia di Yugoslavia oleh

Serbia antara1991 - 1996. Salah

satunya adalah Pembantaian

Srebrenica, kasus pertama di Eropa

yang dinyatakan genosida oleh

suatu keputusan hukum.

l. Pembantaian kaum berkulit hitam

di Darfur oleh milisi Janjaweed di

Sudan pada 2004.

37.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
m. Pembantaian korban 40.000 jiwa

oleh Westerling di Sulawesi

Selatan pada tahun 1946.

n. Pembantaian pada zaman G30 S /

PKI pada tahun 1964.

o. Pembantaian oleh Daendels pada

saat pembangunan jalan Anyer–

Panarukan pada tahun 1808.

p. Pembantaian etnis Tionghoa pada

tahun 1740.

q. Pembantaian etnis Rohingya pada

tahun 2012.

38.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
3.4. KEJAHATAN GENOSIDA

Pada 9 Desember 1948, dalam

bayang-bayang Holocaust dan berkat

upaya besar tanpa kenal lelah dari

Lemkin sendiri, PBB menyetujui

Konvensi tentang Pencegahan dan

Penghukuman Kejahatan Genosida.

Konvensi ini menetapkan "genosida”

sebagai suatu kejahatan internasional,

di mana negara-negara

penandatangannya “berupaya untuk

mencegah dan menghukum” kejahatan

ini. Genosida didefinisikan sebagai:

39.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
[G]enosida berarti tindakan

apapun berikut ini yang dilakukan

untuk menghancurkan, seluruhnya atau

sebagian, suatu kelompok bangsa,

etnis, rasa tau agama, seperti:

a. Membantai anggota kelompok;

b. Menyebabkan kerusakan fisik atau

mental yang serius terhadap

anggota kelompok;

c. Secara sengaja memberikan

kondisi hidup yang tidak

menyenangkan kepada kepada

kelompok masyarakat yang


40.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
diperhitungkan akan menimbulkan

pengrusakan fisik secara

keseluruhan atau separuhnya:

d. Menerapkan tindakan-tindakan di

dalam kelompok masyarakat:

e. Secara paksa memindahkan anak-

anak dari suatu kelompok

masyarakat ke kelompok

masyarakat lainnya.

f. Sebelum tahun 1944, tidak ada

istilah "genosida". Istilah ini sangat

spesifik yang merujuk pada

kejahatan kekerasan yang

41.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
dilakukan terhadap kelompok

masyarakat dengan tujuan untuk

membasmi keberadaan kelompok

itu. Hak asasi manusia,

sebagaimana yang dituangkan

dalam Deklarasi Hak-Hak (Bill of

Rights) AS atau Deklarasi Hak-

Hak Asasi Manusia Universal PBB

1948, adalah terkait dengan hak-

hak individu.

g. Pada 1944, seorang pengacara

Yahudi Polandia bernama Raphael

Lemkin (1900-1959) berupaya

menggambarkan kebijakan

42.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
pembantaian sistematis Nazi,

termasuk pembinasaan kaum

Yahudi Eropa. Ia membentuk kata

"genocide" (genosida) dengan

menggabungkan kata geno-, dari

bahasa Yunani yang berarti rasa

tau suku, dengan kata -cide (sida),

berasal dari bahasa Latin yang

berarti pembantaian. Ketika

mengusulkan istilah baru ini,

Lemkin membayangkan "sebuah

rencana terkoordinasi dengan

beragam aksi yang bertujuan untuk

menghancurkan landasan dasar

43.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
kehidupan kelompok-kelompok

masyarakat secara nasional, dengan

maksud memusnahkan kelompok-

kelompok itu sendiri.

h. Pada tahun berikutnya, Pengadilan

Militer Internasional yang

diselenggarakan di Nuremberg,

Jerman mendakwa impinan Nazi

dengan “kejahatan terhadap

kemanusiaan. Kata genosida

dicantumkan dalam dakwaan

tersebut tapi sebagai isrilah

deskriptif, bukan hukum.

44.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
i. Kendati banyak dari kasus

kekerasan yang ditujukan ke

kelompok masyarakat yang terjadi

sepanjang sejarah dan bahkan sejak

Konvensi tersebut diberlakukan,

pengembangan hukum dan

internasional dari istilah tersebut

terkonsentrasi pada dua periode

sejarah berbeda: masa sejak

penciptaan istilah tersebut hingga

penerimaannya sebagai hukum

internasional (1944-1948) dan

masa pengaktifannya dengan

pembentukan pengadilan kejahatan

45.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
internasional untuk menuntut

kejahatan genosida (1991-1998).

Pencegahan genosida, kewajiban

konvensi utama lainnya, tetap

menjadi tantangan yang akan terus

dihadapi bangsa-bangsa di dunia

dan individu.

3.5. PANDANGAN R KUHP 2015

MENGENAI GENOSIDA

Rancangan Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (R KUHP) telah

memasukkan kejahatan genosida dan

kejahatan terhadap kemanusiaan

46.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
sebagai bagian yang akan diatur dalam

KUHP. Dimasukkannya jenis kejahatan

ini merupakan hasrat besar dari

penyusun R KUHP untuk memasukkan

semua jenis tindakan yang masuk

dalam kategorisasi pidana dalam

kerangka upaya kodifikasi hukum

pidana. Namun muncul kekhawatiran

dimasukkannya kejahatan genosida dan

kejahatan terhadap kemanusiaan dalam

R KUHP akan melemahkan bobot

kejahatan (gravity of the crimes)

dikarenakan jenis-jenis kejahatan

tersebut telah dikenal sebagai kejahatan

47.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
luar biasa (extraordinary crimes) dan

merupakan kejahatan internasional.

Kejahatan-kejahatan ini merupakan

kejahatan yang mengejutkan hati nurani

umat manusia (shocking conciousness

of humankind).

Sebagai konsekuensinya,

terhadap kejahatan-kejahatan yang

tergolong serius ini, asas dan doktrin

hukum menunjukkan adanya

pemberlakukan asas-asas umum yang

berbeda untuk menjamin adanya

penghukuman yang efektif.

48.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Tindak Pidana Genosida dan

Kejahatan terhadap Kemanusiaan diatur

dalam Pasal 400 dan 401 R KUHP

yang menyatakan :

Pasal 400

 Dipidana dengan pidana mati

atau pidana penjara seumur hidup, atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun, setiap orang yang dengan

maksud menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian

49.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
kelompok bangsa, ras, etnis, atau

agama melakukan perbuatan:

1. membunuh anggota kelompok

tersebut;

2. mengakibatkan penderitaan

fisik atau mental berat terhadap anggota

kelompok;

3. menciptakan keadaan

kehidupan yang bertujuan mengaki-

batkan kelompok tersebut musnah

secara fisik baik seluruh atau

sebagiannya;

50.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
4. memaksakan cara-cara yang

bertujuan mencegah kelahiran di dalam

kelompok tersebut; atau

5. memindahkan secara paksa

anak-anak dari kelompok tertentu ke

kelompok lain.

(2) Setiap orang yang melakukan

percobaan dan pembantuan untuk

melakukan tindak pidana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dipidana

dengan pidana yang sama.

Pasal 401

51.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
(1)Dipidana dengan pidana mati

atau pidana penjara seumur hidup, atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun, setiap orang yang melakukan

salah satu perbuatan yang dilakukan

sebagai bagian dari serangan yang

meluas atau sistemik yang diketahuinya

bahwa serangan tersebut ditujukan

secara langsung terhadap penduduk

sipil berupa:

1. pembunuhan;

2. pemusnahan;

3. perbudakan;
52.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
4. pengusiran atau pemindahan

penduduk secara paksa;

5. perampasan kemerdekaan atau

perampasan kebebasan fisik lain secara

sewenang-wenang yang melanggar

asas-asas atau ketentuan pokok hukum

internasional;

6. penyiksaan;

7. perkosaan, perbudakan

seksual, pelacuran secara paksa,

pemaksaan kehamilan, pemandulan,

atau sterilisasi secara paksa atau

bentuk-bentuk kekerasan seksual lain

yang setara;

53.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
8. penganiayaan terhadap suatu

kelompok tertentu atau perkumpulan

yang didasari persamaan paham politik,

ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,

jenis kelamin atau alasan lain yang

telah diakui secara universal sebagai

hal yang dilarang menurut hukum

internasional;

9. penghilangan orang secara

paksa;

10.kejahatan apartheid; atau

11.perbuatan lain tidak

manusiawi yang mempunyai sifat sama

dengan perbuatan untuk menimbulkan

54.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
penderitaan mental maupun fisik yang

berat.

o Setiap orang yang melakukan

percobaan atau pembantuan untuk

melakukan tindak pidana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dipidana

dengan pidana yang sama.

Dalam naskah penjelasan R

KUHP dijelaskan alasan tentang

masuknya kedua kejahatan ini ke dalam

R KUHP. Dalam penjelasannya

disebutkan :

55.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Seperti halnya dengan terorisme,

perbuatan yang dirumuskan dalam

ketentuan Pasal ini juga telah dijadikan

salah satu tindak pidana internasional

berdasarkan konvensi internasional

Convention on the Prevention and Pun-

ishment of The Crime of Genocide (9

Desember 1948). Karena Indonesia

merupakan anggota Perserikatan

Bangsa-Bangsa, maka melalui

ketentuan dalam Pasal ini ditetapkan

perbuatan “genocide” sebagai tindak

pidana.

56.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Karena itu, penting melihat

kembali apakah kedua kejahatan ini

tepat untuk dimasukkan kedalam R

KUHP. Karena memasukkan kejahatan

genosida dan kejahatan terhadap

kemanusiaan ke dalam R KUHP

dikhawatirkan akan menjadi

penghalang untuk adanya penuntutan

yang efektif karena adanya ketentuan

dan asas-asas umum dalam hukum

pidana yang justru tidak sejalan dengan

karakteristik kejahatan genosida dan

kejahatan terhadap kemanusiaan.

3.6. PENYEBAB GENOSIDA TERJADI


57.kebenaran-kemanusiaan tak bisa
dibungkam
Keinginan  kuat menguasai suatu

daerah atau kelompok dengan tujuan

menjadi pemimpin ialah alasan nan

mendasar untuk bisa menguasai suatu

daerah masyarakat yang tak satu paham

dengannya harus dimusnahkan. Agar

perjalanannya menuju tampuk

kekuasaan berjalan dengan mulus,

alasan politik memang paling banyak

digunakan. Kekuasaan dan keserakahan

telah membutakan mata hati manusia

tersebut. Salah satu kejahatan genosida

yang berlatar belakang politik seperti

58.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
ini adalah pembantaian yang terjadi di

Rwanda

59.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
3.7. PENGENDALIAN DAN

PENCEGAHAN GENOSIDA

DALAM MASYARAKAT

Telah dibahas sebelumnya

bahwa Genosida merupakan bagian dari

pola hubungan antar kelompok, dalam

pokok bahasan disini, Genosida

menjadi salah satu pola hubungan antar

kelompok etnis. Berdasarkan uraian

kasus kasus diatas, dapat terlihat bahwa

genosida yang terjadi khususnya antar

kelompok etnis berkembang dan pecah

bukan hanya karena perilaku

60.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
menyimpang dari kedua belah pihak

yang memanfaatkan rasa etnosentris

pada diri mereka untuk melakukan hal

yang tidak manusiawi, tetapi ada juga

faktor dari luar kelompok yang

menyebabkan itu bisa terjadi.Salah satu

yang dibahas diatas adalah

ketidakpuasan kelompok atas kinerja

pemerintah yang tidak tuntas dalam

menyelesaikan masalah antar dua belah

pihak sehingga menyebabkan

kelompok bersangkutan mencari cara

lain untuk menyelesaikan. Atas dasar

solidaritas terhadap sesama kelompok

61.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
satu etnis, maka mereka melakukan

tindakan yang melanggar hukum dan

tidak manusiawi. Tindakan ini bisa

dikategorikan tindakan yang

menyimpang atau tidak sesuai harapan

masyarakat. Selain itu adanya

diversifikasi yang terjadi baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat

menyebabkan kecemburuan sosial dan

berujung pada dendam yang mengakar.

Sehubungan dengan

penyimpangan yang dilakukan

kelompok tentunya ada pengendalian

sosial yang dilakukan. Menurut Berger,

62.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
cara pengendalian terakhir dan tertua

adalah dengan paksaan fisik.Pada kasus

kerusuhan Sampit maupun kasus

Rwanda, bentuk pengendalian yang

dilakukan adalah dalam bentuk fisik.

Hal ini dilakukan karena kategori

penyimpangan yang dilakukan

masyarakat sudah memasuki kategori

criminal berat yang direncanakan oleh

kolektif. Bentuk pengendalian yang

diambil pun lebih kuat yaitu melalui

militer pemerintahan yang turun

langsung dan menghentikan tindakan

Genosida secara langsung dan fisik.

63.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Dalam kasus Rwanda khususnya yang

merupakan peristiwa cukup besar,

militer yang digunakan untuk

mengendalikan sebagian besar berasal

dari luar negri dimana pasukan-pasukan

perdamaian berdatangan dari berbagai

Negara untuk menghentikan tragedi

kemanusiaan abad ke 20 itu.

Disamping itu, baik di

Indonesia maupun internasional telah

ditetapkan hukum-hukum tentang

keberlangsungan hidup (HAM) pada

umumnya dan perlindungan terhadap

kelompok masyarakat dan golongan

64.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
baik etnis atau bukan. Di Indonesia

Pengadilan HAM berkedudukan di

daerah kabupaten atau daerah kota yang

daerah hukumnya meliputi daerah

hukum Pengadilan Negeri yang

bersangkutan. Pengadilan HAM

bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus perkara pelanggaran hakasasi

manusia yang berat. Pengadilan HAM

berwenang juga memeriksa dan

memutus perkara pelanggaran hak asasi

manusia yang berat yang dilakukan di

luar batas teritorial wilayah negara

65.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Republik Indonesia oleh warga negara

Indonesia.

Akan tetapi Pengadilan HAM

tidak berwenang memeriksa dan

memutus perkara pelanggaran hak asasi

manusia yang berat yang dilakukan

oleh seseorang yang berumur di bawah

18 (delapan belas) tahun pada saat

kejahatan dilakukan. Berdasarkan UU

no. 26 tahun 2000, pelanggaran HAM

meliputi kejahatan Genosida

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7a : “ adalah setiap perbuatan

yang dilakukan dengan maksud untuk

66.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
menghancurkan atau memusnahkan

seluruh atau sebagian kelompok

bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok

agama, dengan cara: Membunuh

anggota kelompok; Mengakibatkan

penderitaan fisik atau mental

yang berat terhadap anggota-anggota

kelompok; Menciptakan kondisi

kehidupan kelompok yang akan

mengakibatkan kemusnahan secara

fisik baik seluruh atau sebagiannya;

Memindahkan secara paksa anak-anak

dari kelompok tertentu ke kelompok

lain; Memaksakan tindakan-tindakan

67.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
yang bertujuan mencegah kelahiran di

dalam kelompok; “

Dunia internasional sendiri

merujuk peraturan HAM oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

yang merupakan organisasi dunia dan

dibentuk dengan alasan utama hak asasi

manusia. Kekejaman dan Genosida

setelah Perang Dunia II menyebabkan

munculnya konsensus bahwa organisasi

baru ini harus bekerja untuk mencegah

tragedi serupa di masa mendatang.

Tujuan awal adalah menciptakan

kerangka hukum untuk

68.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
mempertimbangkan dan bertindak atas

keluhan tentang pelanggaran hak asasi

manusia.

Beberapa hak 370 juta

masyarakat adat di seluruh dunia juga

merupakan suatu fokus untuk PBB,

dengan Deklarasi tentang Hak-Hak

Masyarakat Adat yang disetujui oleh

Majelis Umum pada tahun

2007. Deklarasi ini menguraikan hak-

hak individu dan kolektif untuk budaya,

bahasa, pendidikan, identitas, pekerjaan

dan kesehatan, menyikapi isu-isu

pasca-kolonial yang dihadapi

69.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
masyarakat adat selama berabad-abad.

Deklarasi tersebut bertujuan untuk

mempertahankan, memperkuat dan

mendorong pertumbuhan adat, budaya

institusi dan tradisi. Deklarasi ini juga

melarang diskriminasi terhadap

masyarakat adat dan mendorong

partisipasi aktif mereka dalam hal-hal

yang menyangkut masa lalu, masa

sekarang dan masa depan mereka.

Meski bisa dilakukan tindakan

pengendalian, perlu juga dipahami

bahwa tindakan pencegahan akan jauh

lebih baik jika tindakan pencegahan

70.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
juga dilakukan sejak awal. Jika menilik

kasus genosida bernuansa etnis di atas,

dapat terlihat bahwa masalh antar dua

kelompok bertikai dimulai dari

ketidakcocokan dan prasangka yang

berkembang menjadi streotip negatif

tertentu. Diversifikasi etnis yang

dilakukan pihak luar ataupun

pemerintah juga menjadi salah satu

penyebabnya. Dan yang paling utama

adalah tidak terselesaikannya urusan

hukum secara tuntas antara kedua belah

pihak yang berseteri sehingga salah

satu pihak atau keduanya memilih

71.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
untuk bertindak secara agresif untuk

mendapat keinginannya. Karena itu

tindakan pencegahan yang paling

penting adalah berasal dari pemerintah

sebagai pihak yang memiliki kuasa

lebih.

Tindakan pencegahan yang

paling utama adalah memastikan

apabila ada kasus antar dua

kempompok etnis, proses hukum

berjalan dengan sebagaimana mestinya

sesuai peraturan yang berlaku dan tanpa

memihak salah satunya. Dengan

berjalannya proses hukum yang baik,

72.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
akan menimbulkan kepercayaan

terhadap hukum sehingga jika ada suatu

pertikain baik bernuansa etnis ataupun

tidak, kelompok-kelompok tersebut

akan mempercayakan penyelesaiannya

kepada hukum pemerintah bukannya

malah bertindak agresif dan

menyimpang.Tindakan pencegahan

berikutnya adalah memastikan

peraturan-peraturan yang ada sudah

cukup meng-cover segala hak dan

kewajiban serta perlindungan bagi

masyarakat etnis tanpa mendahulukan

atau menkhususkan etnis manapun.

73.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
Dengan adanya peraturan tersebut,

masyrakat etnis akan merasa aman dan

tidak akan terpicu untuk membuat

tindakan sendiri tapi menjadikan

peraturan pemerintah sebagai rujukan

pertama.

Kedua pencegahan diatas

sangat penting untuk menghindari

eskalasi konflik yang mungkin terjadi

antar dua kelompok etnis terutama di

Negara Indonesia yang terdiri dari

ribuan suku bangsa berbeda. Penting

bagi Indonesia untuk memliki peraturan

dengan status hukum yang kuat tentang

74.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
keberadaan ettnis-etnis yang berbeda

dalam kawasaanya. Tugas

pemerintahlah untuk memastikan

semua peraturan dijalankan dengan

sesuai.

Selain pencegahan dari pihak

luar, anggota kelompok etnis sendiri

pun perlu menumbuhkan rasa

toleransi terhadap etnis lain sebagai

salah satu langkah merubah pola pikir

atas prasangka maupun stereotip etnis

tertentu yang kerap kali menjadi awal

permusuhan antar etnis. Stereotip-

stereotip yang berkembang seperti

75.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
suku Minang yang perhitungan, suku

Batak yang kasar ataupu suku Jawa

yang kaku dan konservatif sebenarnya

bisa dihapuskan. Harus ada

pemahaman di kalangan semua

masyarakat terutama masyarakat yang

masih menganut nilai-nilai etnis

tertentu bahwa stereotip bukanlah

penilaian mutlak untuk keseluruhan

mayarakat etnis tertentu. Sehingga

tidak ada anggapan bahwa etnis

tertentu adalah lebih baik dari etnis

lainnya. Sikap saling toleran dan

terbuka dengan perbedaan tentunya

76.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
mampu menumbuhkan sikap saling

menghormati antar etnis sehingga

tidak akan terjadi pertikaian hingga

tindakan seperti Genosida.

77.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Genosida yaitu pembunuhan

massal terhadap suatu etnis tertentu

merupakan tindakan menyimpang yang

tidak manusiawi yang seringkali diikuti

dengan perilaku menyimpang lainnya

seperti penculikan, pemerkosaan dan

penyiksaan. Banyak hal yang melatar

belakangi tindakan Genosida seperti

adanya kepentingan politik, ekonomi

78.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
dan juga rasa etnosentrisme berlebihan

sehingga membuat suatu etnis pantas

memusnahkan etnis lainnya. Rasa

etnosentrisme negatif dapat dicegah

mulai dari pemerintah yang harus

memastikan adanya peraturan hukum

yang kuat tentang masyarakat etnis,

pelaksanaanya hingga tuntas dan tanpa

memihak, serta harus adanya

pemahaman dari masyrakat sendiri

tentang toleransi antar etnis.

Pengendalian Genosida apabila sudah

terjadi adalah berupa pengendalian fisik

melibatkan pihak berwajib baik dari

79.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
dalam negeri maupun luar negeri jika

dibutuhkan. Kejahatan terbesar di muka

bumi ini memiliki latar belakang

keserakahan.

4.2. SARAN

Tindak pidana GENOSIDA ini

bukan masalah yang biasa ,tindakan ini

merupakan tidakan yang menyimpang

dan tidak manusiawi .Sebaiknya para

penegak hukum harus lebih tegas untuk

menangani kasus Genosida yang terjadi

di dunia ini.

80.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
DAFTAR PUSTAKA

Chapter II, Makalah Genosida Universitas

Sumatera Utara, 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Genosida.html

http://jarzed08.blogspot.co.id/2014/05/kejaha

tan-genosida.html

http://www.anneahira.com/kejahatan-

genosida.htm

http://rudihendrawan93.blogspot.co.id/2013/0

7/makalah-hukum-internasional-

tentang_23.html

http://rudihendrawan93.blogspot.co.id/2013/0

7/makalah-hukum-internasional-

tentang_23.html

81.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
http://cumaremaja.blogspot.co.id/2015/04/tuli

san-i.html

http://reformasikuhp.org/kejahatan-genosida-

kejahatan-terhadap-kemanusiaan-dan-

kejahatan-perang-dalam-r-kuhp-2015/

https://genosida1965wordpress.wordpress.co

m/2016/05/24/membaca-wiji-thukul-lebih-

jauh-melampaui-istirahatlahkatakata-

thukuldibioskop/

82.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
RIWAYAT PENULIS

penulis bernama Umaya Nirmala Sari Deden

Yahya, memiliki nama panngilan Umaya,

Maya, Ume dan Uun. Lahir di Ujung

Pandang (Makassar), 3 Juli 1999. Alamat

bertempat di A.P. Pettarani II.i No. 1. Nama

ayah Deden Yahya, beliau sudah pensiun dari

pekerjaannya sebagai pengusaha timbunan.

Nama ibu Suriani, beliau awalnya berprofesi

sebagai ibu rumah tangga kini beralih sebagai

pedagang kue. Anak perempuan satu-satunya

dari 4 bersaudara, dan merupakan anak

83.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
bungsu—artinya anak yang paling disayang

tapi kenyataannya tidak (sesi curhat, maaf).

Riwayat pendidikan yaitu TK Aisyiah

Maccini Tengah selama satu tahun. SDN

Mangkura III pada tahun 2005. MTsN Model

Makassar yang kini berganti nama menjadi

MTsN 1 Makassar pada tahun 2012. MAN 2

Model Makassar yang juga kini berganti

nama menjadi MAN 2 Makassar pada tahun

2015. Saat ini, penulis melanjutkan studi di

Politeknik Negeri Ujung Pandang jurusan

Teknik Sipil program studi D3 Teknik

Konstruksi Jalan dan Jembatan—setelah

mendaftar di beberapa tempat akhirnya saya

84.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam
menemukan pilihan yang paling tepat.

Sekian.

85.kebenaran-kemanusiaan tak bisa


dibungkam

Anda mungkin juga menyukai