Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN


ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H.Mudzakir Ali,MA.

Disusun Oleh :
1. Ngaini Ulfa (18106011168)
2. Lilis Khofidlotur Rofiqoh (18106011170)
3. Nurul Azizah (18106011242)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG


KATA PENGANTAR

Assalamualaiakum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kelimpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk
memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Filsafat Pendidikan Islam.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi akhir Zaman,
manusia terbaik yang diturunkan Allah ke muka bumi, satu-satunya nabi dan rosul yang berhak
membersyafaat, sang permata diantara batu karang, yakni nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk umat beliau dan berhak memperoleh
syafaatnya nanti dihari akhirAmiin.

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat mengharusnya manusia untuk berfikirmendalam dan menyeluruh
sehingga memperoleh hakikat atau esensi dari segala sesuatu. Hakikat masyarakat
memerlukan kajian yang mendalam agar manusia dapat menghargai dirinya
sendiri,lingkungan,alam semsta untuk masyarakat untuk mewujudkan keharmonisan.

Masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai ragam kualitas diri


mulai dari yang tidak berpendidikansampai pada yang berpendidikan tinggi. Kualitas
suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan para anggotanya, makin baik
pendidikan anggotanya, semakin baik pula kualitas masyarakatsecara keseluruhan.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan
dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

Masyarakat berperan sangat penting pada perkembangan pendidikan anak. Oleh


karenanya masyarakat hendaknya ikut serta berpartisipasidalam kegiatan pendidikan
baik langsung atau tidak langsung. Karena limgkungan dalam keluarga, dan sekolah
serta masyarakat sangat memiliki keterkaitan.

Partisipasi dapat didefinisi sebagai keterlibatan mental/pikiran dan


emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar dan makna masyarakat dalam pendidikan islam ?
2. Apa unsur-unsur pembentuk masyarakat mendidik ?
3. Apa peran masyarakat dalam pendidikan islam. ?
4. Apa karakteristik masyarakat dalam pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar dan makna masyarakat dalam pendidikan islam
2. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk masyarakat mendidik
3. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat dalam pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Masyarakat Dalam Pendidikan Islam


Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individu yang kecil atau besar,
terkait pada satuan adat istiadat, kebiasaan atau hukum, dan hidup dalam kebersamaan.
Manusia adalah “makhluk sosial”. Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad Saw, dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal
tersebut. Dalam Qs. Al-alaq ayat 2 bukan saja diartikan sebagai “ menciptakan manusia
dari segumpal darah” atau”sesuatu yang berdempet didinding rahim”, tetapi juga dapat
dipahami sebagai “diciptakandinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak
lain atau tidak dapat hidup sendiri. Ayat Al-Quran yang lain pada konteks ini yaitu
surah Al-Hujjarat ayat 13. Yang berarti

“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal”.

Padaayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa manusia Allah diciptakan


dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, terdiri dari banyak macam suku dan bangsa,
supaya saling mengenal. Sesungguhnya dapat dikatakan sebagaimana dalam Al-quran,
manusia secara fitrah merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat
merupakan kepastian bagi mereka kemudian, didalam Quran juga ditemukan beberapa
bagian yang mempunyai kesamaan makna dengan masyarakat. Ali Nurdin dalam
bukunya Quranic Society, menyebutkan ada 12 term yang menunjuk pada masyarakat,
yaitu:Qoum.Ummah, sy”ab, Qabilah, Firqah, Thaifah, Hizb, suatu ungkapan diawali
dengan Ahl, Alu, al-nas dan Asbath.

Istilah diatas menunjukan bahwa sesungguhnya masyarakat mendapat perhatian


khusus dalam al-quran. Oleh karena itu, setiap individu sebagai anggota masyarakat
tertentu harus berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan sebaik-
baiknya dan tertib dalam ridha ilahi serta tetap menjalankan fungsinya sebagai makhluk

3
sosial, sangat diperlukan pendidikan sehingga interaksi antara sesama kelompok
masyarakat dapat terjadi secara harmonis.

B. Dasar Pembentukan Masarakat


Dasar Pembentukan Masyarakat Islam, penelaahan di sini didasarkan atas
istilah ummah yang digunakan Al-Qur’an. Tentu saja, membatasi penelaahan dengan
semata pada istilah yang digunakan akan dengan sendirinya mempersempitkan atau
menjadikan pemahaman tentang masyarakat ideal dalam Al-Qur’an tidak utuh, karena
ayat-ayat lain yang tidak dicantumkan di sini juga memuat idelaitas masyarakat, meski
istilah kunci tersebut tidak ditemukan. Oleh karena itu, penjelasan dalam ayat-ayat lain
yang dikemukakan sebagai penjelas. Istilah ummah salah satunya dapat dilihat dalam
surat ali-Imran ayat 104, yang artinya:

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-
orang yang beruntung”.

Ayat ini menyatakan bahwa pembentukan masyarakat adalah ditegakkan atas


dasar-dasar kebaikan, yang ma’ruf dan yang tidak tercela. Oleh sebab itu, aturan-aturan
ini semuanya berdasarkan pada wahyu, maka tugas utama masyarakat islam adalah
mengetahui dan menjaga wahyu-wahyu ini. Tetapi yang penting ia bahwa umat
manusia juga membuat suatu perjanjian dengan Allah yang terdapat dalam firman Allah
surat AlA’raaf: 172, yang artinya:

“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengleuarkan keturunan anak-anak Adam dari


sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami). Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap terhadap ini (keesaan Tuhan)”1

C. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Islam


Berdasarkan tantangan yang akan dihadapi didalam masyarakat terutama peran
pendidikan agama Islam dan peran Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003,

1
Surat Al-A’raaf: 172

4
maka bentuk peran serta masyarakat dalam rangka ikut serta meningkatkan
pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:

1. Revitalisasi serta reorientasi didalam pendidikan keIslaman


terutama pada keluarga dan anggota keluarga merupakan bagian tak terpisakan
dari individu-individu masyarakat, serta memiliki peranan dalam masyarakat yang
strategis didalam memberikan dorongan terhadap pendidikan agama Islam.
Tanggung jawab kedua orang tua sangatlah penting keberlangsungan pendidikan
terutama dalam bidang pendidikan keagamaan terhadap semua anggota keluarga
dan akan memberikan dampak yang sangat nyata dalam peran meningkatan
pendidikan agama dengan memberi contoh atau uswah yang baik terutama
berperilaku keagamaan di dalam keluarga, akan menjadi lebih efektif pada proses
tercapainya tujuan pendidikan keIslaman yaitu untuk menjadi pribadi yang
paripurna.Peranan pada keluarga yang berperan sebagai pendidikan pertama dan
utama, adalah peranan yang sangat nyata bagi anggota masyarakat untuk
mengembalikan fungsinya sebagai “madrosatul ula”. Fungsi-fungsi di dalam
setiap anggota keluarga tersebut harus kembali mendapatkan penguatan, baik itu
sebagai ayah, sebagai ibu maupun sebagai anak, yang merupakan suatu bagian
lingkungan terkecil di masyarakat.
2. Penguatan Learning Society

Salah satu tempat yang potensial pada penguatan learning society yaitu
memfungsikan Masjid, Musholla, atau Langgar dan lembaga-lembaga non formal
lainnya. Setiap RW memiliki Masjid atau Musholla, yang secara umum
mempunyai jama’ah masing-masing (yang terdiri dari anggota masyarakat). Pada
kontek ini tempat ibadah seperti Masjid juga telah berfungsi sebagai tempat
pembelajaran masyarakat digunakan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
keislaman. Pusat-pusat pembelajaran di dalam masyarakat masalah agama telah
berlangsung di Masjid sejak berabad-abad lalu sampai dengan sekarang. Namun
pada era teknologi informasi ini meng-hegemony hampir diseluruh lapisan
kehidupan didunia, maka tradisi belajar membaca Al-Quran di masjid, musholla
dan langgar pada pada waktu itu berkurang. Jutaan orang masyarakat yang muslim
dulu biasa belajar keagamaansetelah shalat magrib sampai shalat Isya. Sekarang
sudah beralih ke depan TV, menonton film, sinetron dan atau keliling ke Mall.

5
Selain itu untuk meminimalisir distorsi pemahaman agama pada masyarakat, dapat
dipelopori dan dimulai dari gerakan acara di TV dan serta internet sehat, dll.

3. Berpartsipasi aktif dalam Komite Madrasah/Sekolah

Salah satu dari sarana untuk ikut berperan serta di dalam meningkatkan suatu
kualitas pendidikan agama adalah masyarakat yang juga dapat ikut berperan aktif
di Komite Sekolah/Madrasah sebagaimana yang diatur di dalam pasal 56 UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa masyarakat juga dapat ikut berperan aktif
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi yaitu perencanaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap program pendidikan. Termasuk yang di
dalamnya bidang pendidikan agama (Maujud, 2017).

4. Mendorong dan mendukung dalam semua program Pendidikan Agama di


madrasah/sekolah;

Peran serta masyakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama juga bisa
dapat dilakukan dengan cara mendorong dan mendukung disemua kebijakan yang
dilakukan Sekolah/madrasah yang terkait dalam peningkatan suatu mutu
pendidikan agama, baik melalui program kegiatan kurikuler, misalnya, dengan
adanya jam tambahan khusus untuk jam pelajaran agama (Membaca Al-Qur’an
setiap harinya pada awal memulai pembelajaran dikelas, seperti di Al-Azhar, di
MAN, di MTS, dan Islamic Fullday School, atau dari beberapa sekolah umum
lainnya, dan juga membiasakan dengan berbusana Muslim di Sekolah umum juga
tentunya dapat mendukung di dalam program-program ekstra, seperti pengamalan
ibadah, praktikum Dhuha, bimbingan baca quran, dll.

5. Mendirikan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu

Suatu lembaga pendidikan keagamaan secara umum masih tetap dianggap


lembaga pendidikan nomor dua jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum
lainnya. Masalah ini juga yang dapat menjadikanperhatian para pengamat
pendidikan Islam, maka wujud nyata peran serta dalam masyarakat sebagai usaha
untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan keagamaan yaitu mendirikan serta
mengembangkan lembaga-lembaga keagamaan yang bersifat nonforman berbasis
mutu keislaman.

6
D. Karakteristik Masyarakat Islam
Ciri-ciri utama masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci.
Bebas menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya bebas dari semua yang
menghalangi setiap orang dan masyarkat melakukan tindakan yang benar. Bebas dari
semua nilai-nilai palsu dan hal-hal yang menghambat manusia untuk maju dan
berkembang. Bebas menurut nilia-nilai kemanusiaan, bukan lepas dari batas-batas
kemanusiaan itu sendiri dan dengan berarti bebas yang suci tidak bercampur dengan
kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan terhadap selain Allah, maka ia
akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangat potensial dan bergerak
maju, tidak terhalangi oleh sesuatu yang tidak baik dan tidak tunduk kepada sesuatu
selain yang diperintahkan oleh Khaliq yang pasti selalu baik. Pada saat itu tampilan ia
menciptakan suatu struktur dalam hidup ini yang menghasilkan kebebasan yang
bersumber dari kepatuhan kepada Allah dan melaksanakan pedoman yang
diberikannya.
Adapun ciri-ciri masyarakat Islam, yaitu: (1) Masyarakat Islam itu beriman
kepada Allah, nabi dan rasul, kitab-kita samawi, hari akhirat, hari kebangkitan,
perhitungan dan balasan, (2) Masyarakat Islam meletakkan islam pada tempat yang
tinggi, (3) Masyarakat Islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan
tatasusila, (4) Masyarakat Islam memberi perintah utama kepada ilmu, sebab ilmu
dianggap sebagai cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama, (5)
Masyarakat islam menghormati dan menjaga kehormatan insan. Tidak memandang
perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta dan keturunan, (6) Keluarga dan
kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam masyarakat Islam, masyarakat
Islam menguatkan ikatan dan binaan keluarga, (7) Masyarakat islam adalah masyarakat
dinamis dan bertekad untuk berkembang dan berubah dengan pesat dan terus menerus,
(8) Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang
baik dari masyarakat lain terutama di bidang ilmu pengetahuan. (9) Masyarakat Islam
bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong menolong bantu
membantu antara satu sama lain.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individu yang kecil atau besar,
terkait pada satuan adat istiadat, kebiasaan atau hukum, dan hidup dalam kebersamaan.
Manusia adalah “makhluk sosial”. Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad Saw, dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal
tersebut. Dalam Qs. Al-alaq ayat 2 bukan saja diartikan sebagai “ menciptakan manusia
dari segumpal darah” atau”sesuatu yang berdempet didinding rahim”, tetapi juga dapat
dipahami sebagai “diciptakandinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak
lain atau tidak dapat hidup sendiri
Pembentukan masyarakat adalah ditegakkan atas dasar-dasar kebaikan, yang
ma’ruf dan yang tidak tercela. Oleh sebab itu, aturan-aturan ini semuanya berdasarkan
pada wahyu, maka tugas utama masyarakat islam adalah mengetahui dan menjaga
wahyu-wahyu ini. Tetapi yang penting ia bahwa umat manusia juga membuat suatu
perjanjian dengan Allah yang terdapat dalam firman Allah surat AlA’raaf: 172
Ciri-ciri utama masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci.
Bebas menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya bebas dari semua yang
menghalangi setiap orang dan masyarkat melakukan tindakan yang benar. Bebas dari
semua nilai-nilai palsu dan hal-hal yang menghambat manusia untuk maju dan
berkembang. Bebas menurut nilia-nilai kemanusiaan, bukan lepas dari batas-batas
kemanusiaan itu sendiri dan dengan berarti bebas yang suci tidak bercampur dengan
kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan terhadap selain Allah, maka ia
akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangat potensial dan bergerak
maju, tidak terhalangi oleh sesuatu yang tidak baik dan tidak tunduk kepada sesuatu
selain yang diperintahkan oleh Khaliq yang pasti selalu baik. Pada saat itu tampilan ia
menciptakan suatu struktur dalam hidup ini yang menghasilkan kebebasan yang
bersumber dari kepatuhan kepada Allah dan melaksanakan pedoman yang
diberikannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. (Al- Ma’arif:


Bandung), 1980.
M. Quraish Shihab,”Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Penerbit Mizan: Bandung, 1992.

Sahrodi, Jamali. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Arvino Raya, 2011.
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besa Bahasa Indonesia
Depdikbud, Ed. II., Balai Pustaka: Jakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai