Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1.

Februari 2019

IDENTIFIKASI BAHAYA PSIKOSOSIAL PADA BURUH WANITA DI


PABRIK KARET

Desheila Andarini1, Pacu Putra2, Maya Puspasari3, Ani Nidia Listianti4, Sasviana
Putri5
1,2,3,4,5
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang – Prabumulih, Indralaya, Sumatera Selatan
Email: 1desheila_andarini@fkm.unsri.ac.id
Abstrak
Pekerja informal berjumlah 1,8 miliar (60% dari angkatan kerja
global) dan menghadapi insekuritas dan stres kerja yang lebih besar
daripada pekerja yang dipekerjakan secara formal, dan mereka tidak
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
perawatan kesehatan yang berkualitas. Buruh perempuan merupakan
salah satu komunitas yang rentan terhadap masalah kesehatan. Buruh
perempuan yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan
tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single.
Ketidakpuasan dan insekuritas terhadap lingkungan pekerjaan yang
merupakan bahaya psikososial dapat berdampak negatif pada
kesehatan buruh tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis identifikasi bahaya psikososial pada buruh wanita di
pabrik karet. Informan dalam penelitian ini adalah pekerja buruh
wanita di pabrik karet sebanyak delapan orang. Metode penelitian
adalah kualitatif dengan melakukan identifikasi terhadap risiko bahaya
psikososial pada buruh wanita di pabrik karet. Hasil penelitian
diketahui bahwa bahaya psikososial yang teridentifikasi diantaranya
adalah risiko stress di tempat kerja berupa hubungan interpersonal dan
beban kerja. Dengan teridentifikasi risiko psikososial di tempat kerja
maka perusahaan perlu menerapkan tindakan pencegahan agar buruh
wanita mendapatkan perlindungan di tempat kerja.

Kata kunci: Buruh perempuan, hazard, psikososial.

ABSTRACT
Informal workers account for 1.8 billion (60% of the global
workforce) and face greater employment insecurity and stress than
workers who are formally employed, and they do not have access to
affordable health services and quality health care. Female workers are
one community that is vulnerable to health problems. Married female
workers and children have more severe roles and responsibilities than
single women. Dissatisfaction and insecurity towards the work
environment which is a psychosocial hazard can have a negative
impact on the health of these workers. The purpose of this study was
to analyze the identification of psychosocial hazards in female
workers in rubber factories. Informants in this study were eight female
workers in rubber factories. The research method is qualitative by
identifying the risk of psychosocial hazards for female workers in

61
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

rubber factories. The results of the study revealed that the


psychosocial hazards identified included stress risk in the workplace
that is interpersonal relationship and occupational workload. By
identifying psychosocial risks in the workplace, companies need to
implement preventative measures so that women workers get
protection in the workplace.

Keywords: Woman labour, hazard, psychosocial,

PENDAHULUAN kehidupan rumah tangga sehingga dapat


berakibat kepada kesehatan pekerja
Risiko psikososial untuk buruh tersebut (Frone dkk., 1994).
dapat dipengaruhi oleh dua faktor: Riset yang dilakukan oleh Health
tuntutan aktual pekerjaan mereka, and Safety Executive Inggris menyebutkan
termasuk pengaruh lingkungan kerja bahwa wanita dengan rentang usia 25
sosial, dan ketersediaan atau kekurangan sampai 54 terbukti lebih mudah tertekan
sumber daya untuk menangani tuntutan ini terkait pekerjaan dari pada pria. Tapi
dengan sukses. Sumber daya dapat pekerja yang berumur 35 hingga 44 lah
membantu orang menemukan solusi untuk adalah yang paling stres di antara mereka.
masalah kerja, dan juga membantu Penyebabnya adalah kesulitan
memenuhi kebutuhan psikologis individu menyeimbangkan tugas sebagai seorang
yang menimbulkan kepuasan kerja dan karyawan, ibu, dan anak. Para wanita
kesejahteraan (seperti rasa prestasi, yang berusia matang ternyata mengalami
penghargaan dan penghargaan). Masalah kendala saat mengurus anak dan menjaga
psikososial di tempat kerja yang dapat orangtua sambil berkarier dalam waktu
mempengaruhi kesehatan dan bersamaan. Penelitian yang dilakukan
kesejahteraan mencakup bahaya dan oleh Oktarina (2015) mendapatkan hasil
tuntutan seperti: sedikit pengaruh pada bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat
kondisi kerja; tidak ada pengaruh pada kesehatan buruh perempuan adalah
urutan pekerjaan tugas yang dilakukan; pendapatan per kapita, sumber stress di
kurangnya kontrol atas kondisi kerja; tempat kerja dan strategi koping fokus
kurangnya informasi dan keterlibatan emosi (Oktarina dan Krisnatuti, 2015).
dalam isu-isu yang lebih luas yang Pabrik karet di Sumatera Selatan
mempengaruhi organisasi dan pekerjaan mempekerjakan banyak buruh wanita
mereka; kurangnya dukungan sosial dari yang mayoritas berdomisili di seputar
para manajer (Zock, 2005). pabrik sebagai tenaga kerja. Status buruh
Buruh perempuan merupakan salah yang tidak memiliki ketetapan dalam
satu komunitas yang rentan terhadap bekerja dapat berisiko menimbulkan
masalah kesehatan. Buruh perempuan bahaya psikosial di tempat kerja.
yang telah menikah dan punya anak Berdasarkan uraian mengenai bahaya
memiliki peran dan tanggung jawab yang psikososial yang mengintai kesehatan para
lebih berat daripada wanita single. Peran pekerja buruh wanita maka penting untuk
ganda pun dialami oleh wanita tersebut dilakukan penelitian mengenai bahaya
karena selain berperan di dalam keluarga, psiososial pada pekerja buruh wanita di
wanita tersebut juga berperan di dalam tempat kerja. Tujuan penelitian untuk
karirnya. Konflik pekerjaan-keluarga melakukan identifikasi terhadap hazard
menjelaskan terjadinya benturan antara psikososial pada pekerja buruh di tempat
tanggung jawab pekerjaan di rumah atau kerja.

62
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

sebagai salah satu komponen dalam proses


METODE PENELITIAN produksi. Dalam teori Karl Marx tentang
nilai lebih disebutkan bahwa kelompok
Metode penelitian dalam penelitian yang memiliki dan menikmati nilai lebih
ini adalah studi kualitatif. Penelitian disebut sebagai majikan dan kelompok
kualitatif menggunakan metode kualitatif yang terlibat dalam proses penciptaan nilai
yaitu pengamatan (observasi lapangan), lebih itu disebut buruh.
wawancara mendalam, atau penelaahan Bahaya psikososial adalah suatu
dokumen. Metode kualitatif digunakan bahaya non fisik yang timbul karena
untuk memahami fenomena tentang apa adanya interaksi dari aspek-aspek
yang dialami oleh subjek penelitian secara pekerjaan seperti desain kerja, tuntutan
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam kerja, organisasi dan manajemen di tempat
bentuk kata-kata dan bahasa. Dalam kerja serta konteks lingkungan sosial yang
penelitian ini yang menjadi informan berpotensi menimbulkan gangguan bagi
terdiri dari delapan orang buruh wanita di kesehatan para pekerja secara fisik, sosial
Kota Palembang yang dipilih secara dan psikologi. Bahaya psikososial dapat
purposif. disimpulkan menjadi beberapa aspek
berdasarkan kategori karakteristik kerja,
HASIL DAN PEMBAHASAN organisasi dan lingkungan kerja dimana
dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Menurut UU No 13 Tahun 2003 Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
Bab 1 Pasal 1 atau 2, tenaga kerja adalah kerja dapat digunakan untuk
setiap orang yang mampu melakukan menggambarkan bahaya kaitannya dengan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan hubungan kerja atau isi dari pekerjaan.
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja
sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga dapat menimbulkan stress dan berbahaya
kerja merupakan modal utama serta bagi kesehatan. Banyak dari berbagai
pelaksanaan dari pembangunan kejadian penyakit berhubungan dengan
masyarakat pancasila. Tujuan terpenting psikologi kesehatan dan berisiko terkena
dari pembangunan masyarakat tersebut penyakit jantung.
adalah kesejahteraan rakyat termasuk Berikut adalah bahaya psikososial
tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai yang teridentifikasi di pabrik karet
pelaksana pembangunan harus di jamin Sumatera Selatan:
hak-haknya. PER-03/MEN/1994
mengatakan bahwa pengertian tenaga Hubungan Interpersonal
kerja adalah setiap orang yang bekerja Hubungan interpersonal adalah
pada perusahaan yang belum wajib hubungan yang terdiri atas dua orang atau
mengikuti program jaminan sosial tenaga lebih yang memiliki ketergantungan satu
kerja karena adanya pentahapan sama lain dan menggunakan pola interaksi
kepesertaan. yang konsisten, ketika akan menjalin
Secara umum pengertian buruh hubungan interpersonal akan terdapat
adalah orang yang bekerja untuk orang suatu proses yang dimulai dengan
lain dengan mendapatkan upah. Dalam interpersonal atraction. Pada perusahaan
konteks kepentingan didalam suatu karet, hubungan interpersonal berupa
perusahaan terdspat dua kelompok yaitu hubungan dengan sesama rekan kerja dan
kelompok pemilik modal (owner) dan hubungan antara pimpinan maupun
kelompok buruh, yaitu orang-orang yang perusahaan dan dukungan yang diberikan
diperintah dan dipekerjakan dan berfungsi oleh sesama pekerja ataupun dukungan

63
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

dari atasan apabila terdapat perselisihan Beban kerja adalah frekuensi


ialah perselisihan antar sesama karyawan kegiatan rata-rata dari masing-masing
maupun perusahaan kemungkinan terjadi pekerjaan dalam jangka waktu tertentu
sering, hal ini sama dengan informasi berupa tambahan jam kerja diluar jam
yang disampaikan oleh informan saat kerja atau lembur kerja tuntutan waktu
dilakukan wawancara mendalam sebagai saat bekerja. Pada perusahaan karet, beban
berikut : kerja berupa lembur kerja dan tuntutan
waktu saat bekerja ialah sering terjadi
“...Kalo selisih tu ado la eh kalo samo disemua situasi dan menimbulkan
atasan dak pernah... Yo mandor galak kerugian materi yang cukup tinggi
cari pemecahanyo..” (KL) dikarenakan pekerja buruh tidak dibaya
“...Yo namonyo begawe la lamo aman dak upah lemburnya, hal ini sama dengan
pernah selisih yo dak mungkin la... Aman informasi yang disampaikan oleh
selisih yo mandor biasonyo yang bantuin informan saat dilakukan wawancara
nengahke cari penyelesaiannyo...” (DW) mendalam sebagai berikut :
“...Baik-baik bae kalo dengan sesamo
buruh eeh kalo samo mandor krani tu baik “...Yo kalo lagi banyak kontrak paling
jugo tapi yo Cuma kadang ado masalah lembur 2 jam kan atau dak lebih... Galak
bayaran ini tu la, kan galak lebih jam yo, disini kan borongan ni, jadi kalo dio
kerjo tu ado dak dibayar... Yo sesamo lambat yo hasilnyo kecik, iyo harus
buruh ni yang galak protes gek saling cepet...” (KL)
bantu ngomong ke dengan pimpinan tu “...Sering jugo kalo lembur... Iyo kadang
tapi mencak nak demo yo idak jugo...” Cuma diomong jangan galak ngobrol bae
(RD) waktu begawe, jangan lelet itu bae, tapi
“...Kalo bagi aku dak katek dak pernah, men nak cepat dak biso soalnyo kan
kalo cekcok dikit-dikit tu yo pasti ado diover ado ditentuin waktunyo berapo
lah... Dak ado yang bantuin yo kagekkan timernyo cak itu...” (DW)
baikan dewek kelang berapo hari...” (NZ) “...Lembur sering, tapi kalo sekarang lagi
“...Itu nak nyato nian apo idak? kalo kosong bahan ni balek dak ado jugo
nyato nian sekarang ni ado permasalahan lembur... Katek men tuntutan diminta
samo atasan samo perusahaan, ado cepat-cepat tu...” (RD)
masalah selisih jam kerja. Pacak jago „...Yo kalu tempo hari yo sering tapi
rahasio dak ini? jadi kan kelebihan jam sekarang dak ado lagi... Iyo pernah iyo,
kito ni, nah kelebihan jamnyo itu dak kami jugo dak pacak nak cepet-cepet
dibayar jadi ekarang ni kito masih nuntut, karno jago mutu jugo, kalo hasil cepat
dalam seminggu tu lebih 8 jam... Pernah tapi mutunyo jelek kan...” (NZ)
diselesaike samo mandor...” (IC) “...Sering, kalo biasonyo banyak karet itu
“...Baik, dak ado masalah dak ado... Yo yo kito full biso balek sampe jam 18.00 ,
saling curhat kagek di kasih saran...” kadang jugo smpe jam 20.00 Cuma agak
(WT) jarang, minggunyo jugo kalo lagi lancar
“...Hubungan samo kawan begawe yo yo lembur, tapi itu la yang cak aku omong
baik samo mandor yo baek jugo... Kalo tadi kalo sekarang ni lagi masalah dak
sulit pas begawe yo dibantuin, tapi kalo dibayar ke duitnyo itu... Ado jugo tapi dak
tentang selisih cak itu alhamdulillah aku biso cepet karno ado tahapannyo la...”
dak pernah...” (LW) (IC)
“...Dak jugo sering kalo bulan- bulan ini,
Beban Kerja iyo karno karetnyo lagi dikitkan dak

64
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

lembur... Iyo cepet kalo nak kejer buruk dapat berdampak pada beberapa
borongan ini lah...”(WT) masalah kesehatan. Beberapa hasil
“...Iyo lumayan sering kalo lembur... Idak penelitian menunjukkan bahwa kondisi
ado kalo disuruh cepat-cepat...” (LW) dukungan sosial yang rendah dapat
berpengaruh terhadap peningkatan risiko
Dalam pandangan keselamatan dan masalah kesehatan seperti stres, gangguan
kesehatan kerja, lingkungan kerja dapat kardiovaskuler, penyakit jantung koroner,
merupakan tempat berisiko bagi tenaga gangguan mental yang umum, depresi,
kerja untuk mengalami gangguan serta sakit leher. Untuk menjaga kualitas
kesehatan atau mengalami kecelakaan iklim sosial di tempat kerja biasanya
kerja. Dari bahaya tersebut risiko terpajan didukung oleh adanya dukungan sosial
bahaya psikososial dapat dipastikan akan dari rekan kerja melalui beberapa
dihadapi oleh seluruh tenaga kerja yang pertemuan dan kebersamaan yang
dapat menimbulkan stres kerja dan menyenangkan (Eurofound, 2012).
menjadi masalah bagi kesehatan dan Faktor bahaya psikososial beban
keselamatan kerja. Penelitian pendahuluan kerja juga termasuk risiko yang
di Barcelona menemukan bahwa pekerja menimbulkan kerugian materi karena
wanita yang tidak berpendidikan memiliki pekerja merasa dirugikan dengan upah
status kesehatan yang lebih buruk pengganti lembur kerja yang tidak
daripada pekerja wanita yang dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini
berpendidikan (Borrell dkk., 2004). Risiko sejalan dengan penelitian Ricky (2012)
psikososial berdasarkan penelitian Ruliati yang menemukan bahwa variabel beban
(2006) dipengaruhi oleh kelelahan kerja kerja yang meliputi pandangan subjektif
yang dapat mengakibatkan stress kerja. responden terhadap besaran pekerjaan
Hubungan interpersonal merupakan yang dilakukan dan waktu yang diberikan
bahaya yang teridentifikasi pada buruh di untuk menyelesaikannya diketahui bahwa
pabrik karet. Hal ini sejalan dengan 66,1% responden menilai pekerjaan yang
penelitian Rohmana (2016) tentang dilakukan merupakan pekerjaan yang
gambaran faktor psikososial di tempat memiliki beban kerja yang berat.
kerja pada pekerja tekstil PT. Sandratex Menurut French dkk. (1974) dalam
tahun 2016, yang menemukan bahwa Cox dkk. (2000), beban kerja dapat dibagi
variabel hubungan interpersonal antara dua, yakni beban kerja secara kualitatif
sesama pekerja ataupun pekerja dengan dan beban kerja secara kuantitatif. Beban
pimpinan diketahui bahwa 56,4% kerja kuantitatif dilihat berdasarkan
responden menilai bahwa terdapat tingkat kesulitan yang dihadapi pekerja
hubungan yang buruk antara sesama dalam menyelesaikan pekerjaannya,
pekerja ataupun pimpinan dan kurangnya sedangkan beban kerja kualitatif
komunikasi antar pihak pekerja dengan berdasarkan banyaknya tugas yang harus
manajemen. dan berdasarkan penelitian diselesaikan pekerja. Beban kerja buruh di
Sukmawati tentang persepsi bahaya pabrik karet cenderung memiliki beban
psikososial kerja dan hubungan dengan kerja secara kualitatif, hal ini dapat dilihat
tingkat stres pada tenaga medis di kota dari tuntutan waktu pekerjaan untuk
Pekanbaru menemukan bahwa 61,8% melakukan pekerjaan dengan cepat dan
merasakan hubungan interpersonal tambahan waktu kerja atau lembur kerja
sebagai bahaya sedang dan mengalami yang hampir terjadi setiap hari, serta
tingkat stres sedang. adanya beban kerja secara kuantitatif juga
Kondisi faktor hubungan dirasakan oleh pekerja seperti tingkat
interpersonal dan kepemimpinan yang

65
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

kesulitan yang dihadapi pekerja dalam tempat kerja berupa hubungan


menyelesaikan pekerjaannya. interpersonal dan beban kerja.

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan hasil penelitian yang Pada kesempatan ini penulis


telah dilakukan pada delapan informan mengucapkan terima kasih kepada
diketahui bahwa bahaya psikososial yang Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya
teridentifikasi pada pekerja buruh wanita yang telah mendukung dan mendanai
di pabrik karet kota Palembang sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
diantaranya adalah adalah risiko stress di

DAFTAR PUSTAKA

Borrell, C., Muntaner, C., Benach, J., Artazcoz, L. (2004). Social class and self-reported
health status among men and women: what is the role of work organisation,
household material standards and household labour?, Social Science &
Medicine, 58(10), pp. 1869–1887. doi: https://doi.org/10.1016/S0277-
9536(03)00408-8.
Eurofound. (2012). Health and Well-being at Work: A Report Based on the Fifth
European Working Conditions Survey. Dublin.
Frone, M.R, Russel, M & Cooper, M. (1994). Relationship between Job and Family
Satisfaction, Journal of Management, 20, pp. 565–579.
Haribi, R. (2003). Kadar Haemoglobin pada Buruh Wanita yang Bekerja Malam Hari,
Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol 1, No 1.
International Labour Organization. (2018). Promoting Jobs, Protecting People.
Available at: http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--
en/index.htm. Diakses tanggal 2 Februari 2018.
Landsbergis, P. A. (2003). The Changing Organization of Work and the Safety and
Health of Working People: A Commentary, Journal of Occupational and
Environmental Medicine, 45(1). Available at:
https://journals.lww.com/joem/Fulltext/2003/01000/The_Changing_Organizati
on_of_Work_and_the_Safety.14.aspx.
MIL STD 882C. (1993). Military Standard System Safety Program Requirements, in.
Department of Defense, United States of America. Available at:
http://www.system-safety.org/Documents/MIL-STD-882C.pdf. 20 Februari
2018.
Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja Rosda
karya, Bandung.
NIOSH. (2013). Health Hazard Evaluation Report. Available at:
http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/2012-0081-3169.pdf. 2 Februari
2018.
Oktarina, R. & Krisnatuti, D. I. M. (2015). Sumber Stress, Strategi Koping, dan Tingkat
Stress pada Buruh Perempuan Berstatus Menikah dan Lajang, Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 8(3), pp. 133–141.
Pratama, Ricky. (2012). Studi Bahaya Psikososial terhadap Stress Kerja pada Petugas
Pemadam Kebakaran Kota Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sriwijaya.

66
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

Rockefeller. (2013). Health Vulnerabilities of Informal Workers, in Innovation for The


Next 1000 years, p. 4.
Toukas, D., Delichas, M., Toufekoula, C., Spyrouli, A. (2015). The Role of Labour
Inspectorates in Tackling the Psychosocial Risks at Work in Europe: Problems
and Perspectives, Safety and Health at Work, 6(4), pp. 263–267. doi:
https://doi.org/10.1016/j.shaw.2015.06.001.
Zock, J.P. (2005). ‘World at Work’, Occupational and Environmental Medicine, 6, pp.
581–584.

67

Anda mungkin juga menyukai