Anda di halaman 1dari 5

Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara” disebutkan dalam penjelasan

Pasal 5 ayat (2) UU Tipikor adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yaitu:
1.    Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;
2.    Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;
3.    Menteri;
4.    Gubernur;
5.    Hakim;
6.    Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
7.    Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
 
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya (Pasal 12B ayat [1] UU Tipikor). Secara logis,
tidak mungkin dikatakan adanya suatu penyuapan apabila tidak ada pemberi suap
dan penerima suap. Gratifikasi dan suap sebenarnya memiliki sedikit perbedaan,
lebih lanjut dapat disimak artikel Perbedaan Antara Suap dengan Gratifikasi.
 
Adapun apa yang dimaksud dengan gratifikasi dijelaskan dalam penjelasan Pasal
12B ayat (1) UU Tipikor, sebagai berikut:
 
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
 
Informasi lebih lanjut mengenai gratifikasi dapat dibaca dalam Buku Saku
Memahami Gratifikasiyang diterbitkan Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”). Di
dalam buku tersebut (hal. 19) diuraikan contoh-contoh pemberian yang dapat
dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi, yaitu:
1.    Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan,
oleh rekanan atau bawahannya
2.    Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan
kantor pejabat tersebut
3.    Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan
pribadi secara cuma-cuma
4.    Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang dari
rekanan
5.    Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat
6.    Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari
rekanan
7.    Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja
8.    Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu
 
Akan tetapi, menurut Pasal 12C ayat (1) UU Tipikor, gratifikasi yang diterima oleh
pegawai negeri atau penyelenggara negara tidak akan dianggap sebagai suap
apabila penerima gratifikasi melaporkan kepada KPK. Pelaporan tersebut paling
lambat adalah 30 hari sejak tanggal diterimanya gratifikasi (Pasal 12C ayat [2] UU
Tipikor).
 
Jadi, ancaman hukuman pidana tidak hanya dikenakan kepada pelaku penerima
gratifikasi saja, tetapi juga kepada pemberinya.  
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Jawaban :
Pengaturan dan batasan/definisi suap dan gratifikasi beserta ancaman sanksi bagi masing-masing
tindak pidana tersebut kami sajikan dalam tabel di bawah ini:
 

Perbedaan Suap Gratifikasi

Pengaturan 1.       Kitab Undang-Undang Hukum 1.       UU No. 20 Tahun 2001 tentang

Pidana (Wetboek van Strafrecht, Perubahan UU No. 31 Tahun 1999

Staatsblad 1915 No 73) tentang Pemberantasan Tindak

2.      UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Korupsi serta diatur pula

Pidana Suap (“UU 11/1980”) dalam UU No. 30 Tahun 2002

3.       UU No. 20 Tahun 2001 tentang tentang Komisi Pemberantasan

Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 Korupsi (“UU Pemberantasan

tentang Pemberantasan Tindak Tipikor”)

Pidana Korupsi serta diatur pula 2.       Peraturan Menteri Keuangan Nomor

dalam UU No. 30 Tahun 2002 tentang 03/PMK.06/2011 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi (“UU Pengelolaan Barang Milik Negara

Pemberantasan Tipikor”) yang Berasal Dari Barang Rampasan

Negara dan Barang Gratifikasi.

Definisi    
Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi

sedangkan ia mengetahui atau patut dapat pemberian uang, barang, rabat (discount),
menduga bahwa pemberian sesuatu atau

janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan

tugasnya, yang berlawanan dengan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan

kewenangan atau kewajibannya yang fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik

menyangkut kepentingan umum, dipidana yang diterima di dalam negeri maupun di

karena menerima suap dengan pidana luar negeri dan yang dilakukan dengan

penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau menggunakan sarana elektronik atau tanpa

denda sebanyak-banyaknya sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B

Rp.15.000.000.- (lima belas juta UU Pemberantasan Tipikor)

rupiah) (Pasal 3 UU 3/1980).

Sanksi UU 11/1980: Pidana penjara seumur hidup atau pidana

Pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

tahun atau denda sebanyak-banyaknya paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan

Rp.15.000.000.- (lima belas juta pidana denda paling sedikit Rp

rupiah) (Pasal 3 UU 3/1980). 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

  paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu

KUHP: miliar rupiah) (Pasal 12B ayat [2] UU

pidana penjara paling lama sembilan bulan Pemberantasan TipikoR)

atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah (Pasal 149)

 
UU Pemberantasan Tipikor:

Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun dan atau pidana denda paling

sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara

negara yang menerima hadiah atau janji

padahal diketahui atau patut diduga, bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan karena

kekuasaan atau kewenangan yang

berhubungan dengan jabatannya, atau

yang menurut pikiran orang yang


memberikan hadiah atau janji tersebut ada

hubungan dengan jabatannya (Pasal 11

UU Pemberantasan Tipikor).

 
Jadi, selain pengaturan suap dan gratifikasi berbeda, definisi dan sanksinya juga berbeda. Dari
definisi tersebut di atas, tampak bahwa suap dapat berupa janji, sedangkan gratifikasi merupakan
pemberian dalam arti luas dan bukan janji. Jika melihat pada ketentuan-ketentuan tersebut, dalam
suap ada unsur“mengetahui atau patut dapat menduga” sehingga ada intensi atau maksud untuk
mempengaruhi pejabat publik dalam kebijakan maupun keputusannya. Sedangkan untuk gratifikasi,
diartikan sebagai pemberian dalam arti luas, namun dapat dianggap sebagai
suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya.
 
Jadi, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memang masih belum terlalu jelas
pemisahan antara perbuatan pidana suap dan perbuatan pidana gratifikasi karena perbuatan
gratifikasi dapat dianggap sebagai suap jika diberikan terkait dengan jabatan dari pejabat negara
yang menerima hadiah tersebut.
 
Hal tersebut berbeda dengan pengaturan di Amerika yang mana antara suap dan gratifikasi
yangdilarang dibedakan. Perbedaannya adalah jika dalam gratifikasi yang dilarang, pemberi
gratifikasi memiliki maksud bahwa pemberian itu sebagai penghargaan atas dilakukannya suatu
tindakan resmi, sedangkan dalam suap pemberi memiliki maksud (sedikit banyak) untuk
mempengaruhi suatu tindakan resmi (sumber: “Defining Corruption: A Comparison of the
Substantive Criminal Law of Public Corruption in the United States and the United Kingdom”, Greg
Scally: 2009). Sehingga jelas pembedaan antara suap dan gratifikasi adalah pada tempus (waktu)
dan intensinya (maksudnya).
 
Mengenai faktor apa yang mendasari adanya perumusan mengenai delik gratifikasi, kami merujuk
pada salah satu penjelasan yang diamuat dalam Buku Saku Memahami Gratifikasi yang
diterbitkanKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di dalam buku tersebut (hal. 1) dijelaskan
sebagai berikut:
 
Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi ini merupakan bentuk kesadaran bahwa gratifikasi
dapat mempunyai dampak yang negatif dan dapat disalahgunakan, khususnya dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur dalam perundang-undangan
mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika budaya pemberian dan penerimaan
gratifikasi kepada/oleh Penyelenggara Negara dan Pegawai Negeri dapat dihentikan, maka
tindak pidana pemerasan dan suap dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan.
 
Di dalam buku tersebut juga dijelaskan contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai
gratifikasi yang sering terjadi, yaitu (hal. 19):
1.      Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan
atau bawahannya
2.      Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat
tersebut
3.      Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara
cuma-cuma
4.      Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang dari rekanan
5.      Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat
6.      Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan
7.      Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja
8.      Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar hukum:
1.       Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No 73);
2.       Undang-Undang No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap;
3.      Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4.      Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;
5.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara yang Berasal Dari Barang Rampasan Negara dan Barang Gratifikasi.

Anda mungkin juga menyukai