Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KELOMPOK

SESI 12 PELAPORAN KORPORAT


ANALISIS PT. BANK PASAR KOSANDA

KELOMPOK

AGUSTINA SETYOWANTI (19/453596/EE/07403)


DELA JUNITA SITI HUTAMI (19/453606/EE/07413)
DHEA AUWINA (19/453607/EE/07414)
IDA BAGUS CRISNA YUDHA P. (19/453617/EE/07424)
HAFIDZAH SEPTIANI (19/453616/EE/07423)
SETYA PUNGKY WIBOWO (19/453634/EE/07441)
YOSSI CAMILA WULANDARI (19/453643/EE/07450)

PELAPORAN KORPORAT
KELAS A

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS GAJAH MADA

APRIL 2020
PT. BANK PASAR KOSANDA

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kosanda Surabaya, semula bernama PT. BANK PASAR
KOSANDA, didirikan berdasarkan Akta Nomor 50 tanggal 30 Oktober 1971 dibuat dihadapan
Notaris Sindhunata, SH, Notaris di Surabaya, dan telah mendapat persetujuan dari Departemen
Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Moneter sesuai dengan Surat Keterangan
No.S.Ket.81/DJM/III.3/2/1973 tanggal 28 Februari 1973.

Perubahan nama Bank sesuai dengan Akta Nomor : 70 tanggal 16 September 2004 yang dibuat
oleh Notaris Wahyudi Suyanto, SH, Notaris di Surabaya dengan merubah nama menjadi PT.
BANK PERKREDITAN RAKYAT KOSANDA disingkat PT. BPR KOSANDA, dan berkantor di
Jl. Coklat No.21, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota madya Surabaya.

BPR KOSANDA telah beberapa kali merubah anggaran dasarnya dan telah menyesuaikan
dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh
Notaris Soesilowati, SH, Akta No.95 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
HAM Republik Indonesia Nomor : AHU-6824.AH.01.02 Tahun 2008 pada tanggal 17 September
2008. Perubahan terakhir sesuai dengan akta nomor 45 tanggal 28 Mei 2015 oleh Notaris Tri
Avianti Merpati ningsih, SH. dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM
tanggal 09 Juni 2015 dengan Surat Keputusan nomor AHU-0936846.AH.01.02.Tahun 2015.

Maksud dan tujuan bank adalah bergerak di bidang perbankan yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat atau pengusaha kecil dalam bentuk kredit.

 Perijinan Usaha

1. Ijin Usaha sebagai Bank Pasar dikeluarkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktoral Jenderal Moneter dengan Surat Keterangan No.S.Ket : 01/DJM/III.3/2/1973
tanggal 28 Februari 1973.
2. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 16 Juli 2011 dengan nomor
pendaftaran : 13.01.1.65.17648 yang berlaku sampai dengan tanggal 16 Juli 2016.
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 01.108.116.3.613.000
 Alamat Kantor
Berdasarkan Surat Keterangan Domisili Nomor : 510/2011/436.912.1/2018 yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya Kelurahan Bongkaran Kecamatan Pabean
Cantian tanggal 6 Juni 2018, PT. BPR KOSANDA beralamat di Jalan Coklat No.21
Surabaya.

 Visi dan Misi BPR


Visi BPR adalah Menjadi BPR yang profesional, tangguh dan terpercaya dengan
mengutamakan kepuasan nasabah.

Misi BPR adalah :

 Memberikan pelayanan prima kepada nasabah yang didukung oleh sumber daya
yang profesional, tangguh dan terpercaya;

 Mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah, guna


menunjang peningkatan perekonomian rakyat kecil;

 Memberikan keuntungan dan manfaat kepada pemegang saham, karyawan,


nasabah dan pemerintah.

 Bidang Usaha
Sebagai lembaga yang mempunyai fungsi intermediasi maka kegiatan utama PT. BPR
KOSANDA adalah :

 Menerima atau menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan


berupa Tabungan dan Deposito,

 Menyalurkan kembali kepada masyarakat / pengusaha dalam bentuk pemberian


kredit, kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam bentuk Kredit
Modal Kerja dan Konsumtif,

 Melayani masyarakat untuk jasa-jasa perbankan lainnya sesuai dengan


ketentuan / peraturan yang berlaku,

 Menempatkan dananya dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Deposito pada bank
lain.
 Teknologi Informasi

Untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional Bank dan menyajikan keakuratan data,
PT. BPR KOSANDA telah menjalin kerjasama dengan PT. INTI SISTEM SARANA
SEJAHTERA yang sebelumnya dikenal dengan nama CV. Inti Computer, berkedudukan di
Jl. Dr. Soetomo No.67 Pare, Kota Kediri, sebagai penyedia jasa pengembangan teknologi
informasi yang disebut Sistem Informasi Perbankan Terpadu (SIPt) meliputi system
operasi: Kredit, Tabungan, Deposito, Akunting, Data Master Nasabah, Laporan Bulanan
BPR sesuai SAK-ETAP, dan Laporan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

 Kebijakan Perusahaan dalam menggunakan SAK ETAP

a) Pernyataan PT.BPRKOSANDA menggunakan SAK ETAP


Laporan Keuangan PT. BPR KOSANDA tahun 2018 telah disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Pedoman Akuntansi Bank
Perkreditan Rakyat yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dengan Bank
Indonesia.
b) Dasar penyusunan laporan keuangan
Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis kecuali beberapa akun tertentu
disusun berdasarkan pengukuran lain sebagai mana diuraikan dalam kebijakan
akuntansi masing-masing akun tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang diterbitkan oleh IkatanAkuntan
Indonesia (IAI) dan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat (PABPR) yang
diterbitkan Bank Indonesia (BI).
Laporan Keuangan disusun dengan menggunakan Metode Akrual kecuali
LaporanArus Kas, dimana Laporan Arus Kas disajikan dengan metode tidak langsung
(indirect method) dengan mengelompokkan Arus Kas dalam Aktivitas Operasi,
Investasi dan Pendanaan. Kas dan setara dengan kas terdiri dari kas dan kas dalam
valuta asing, giro pada bank lain, tabungan pada bank lain atau BPR lain, Sertifikat
Bank Indonesia dan deposito dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
Periode Akuntansi adalah menurut tahun takwim atau tahun kalender, yaitu dari tanggal
1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan, dan Laporan
keuangan disajikan dalam Satuan Mata Uang Rupiah. Kebijakan akuntansi ini
diterapkan secara konsisten kecuali apabila dinyatakan adanya perubahan dalam
kebijakan akuntansi yang dianut.
c) Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas meliputi kas dan kas dalam valuta asing, giro pada bank lain,
tabungan pada bank lain atau BPR lain, Sertifikat Bank Indonesia yang jatuh tempo
dalam waktu tiga bulan sejak tanggal perolehan sepanjang tidak digunakan sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterima serta tidak dibatasi penggunaannya, dan deposito
dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
d) Pendapatan Bunga yang Akan Diterima
Pendapatan Bunga yang Akan Diterima merupakan pendapatan bunga dari kredit
dengan kualitas lancar (performing) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum
diterima pembayarannya, termasuk pengakuan pendapatan bunga dari penempatan pada
bank lain.
e) Penempatan pada Bank Lain (PBL)
Penempatan pada Bank Lain dinyatakan sebesar saldo penempatan pada bank lain yang
terdiri dari Giro, Tabungan, dan Deposito berjangka dikurangi dengan Penyisihan
kerugian penempatan pada bank lain kecuali Giro. Besarnya Penyisihan kerugian
penempatan pada bank lain (PBL) ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap
kolektibilitas masing-masing saldo penempatan pada akhir tahun.
f) Kredit Yang Diberikan
Kredit Yang Diberikan dinyatakan sebesar saldo nilai realisasi Kredit yang diberikan
dikurangi dengan saldo provisi yang belum diamortisasi ditambah biaya transaksi dan
dikurangi dengan penyisihan kerugian kredit.
Besarnya penyisihan kerugian berdasarkan penelaahan terhadap kolektabilitas
masing- masing saldo kredit yang diberikan akhir tahun yang besarnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/19/PBI/2008 tanggal 5 Oktober
2006 dan PBI No. 13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011.
Kredit yang diklasifikasikan sebagai Non Permorming pada saat kredit telah lewat
jatuh tempo dan/atau pada saat manajemen berpendapat bahwa penerimaan atas pokok
atau bunga kredit tersebut diragukan.
Pendapatan bunga kredit yang telah diklasifikasikan sebagai non performing tidak
diperhitungkan sebagai pendapatan bunga dalam laporan laba rugi dan akan diakui
sebagai pendapatan bunga pada saat diterima. Kredit dihapus bukukan pada saat
manajemen berpendapat bahwa kredit tersebut sudah tidak dapat tertagih lagi, dan
penerimaan kembali kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penambahan
penyisihan kerugian kredit.
g) Penyisihan Kerugian Aset Produktif
Aset yang digolongkan sebagai aset produktif adalah penyediaan dana BPR dalam
bentuk rupiah untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk penempatan pada bank
lain, dan kredit yang diberikan.
Pembentukan Penyisihan kerugian aset produktif berdasarkan prosentase tetap dari
saldo akhir aset produktif setelah dikurangi dengan agunan kredit kecuali untuk aset
produktif yang diklasifikasikan lancar yang diterapkan terhadap saldo aset produktif
tersebut.
Besarnya penyisihan kerugian aset produktif mengacu pada Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2014 tentang perubahan atas PBI
No.8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan prosentase penyisihan
kerugian sebagai berikut :

Kolektibilitas Prosentase Keterangan


Lancar 0,50% PPAP Umum
Kurang Lancar 10,00% PPAP Khusus
Diragukan 50,00% PPAP Khusus
Macet 100,00% PPAP Khusus
Penyisihan Kerugian aset produktif terdiri dari Penyisihan Umum dan Penyisihan
Khusus, dimana aset produktif dengan kolektibilitas lancar digolongkan dalam
penyisihan kerugian umum, sedangkan untuk kolektibilitas kurang lancar, diragukan,
dan macet digolongkan dalam penyisihan kerugian khusus.
h) Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)

Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) yang tercatat dalam neraca hanya berasal dari
penyajian kredit yang diberikan. Pada saat pengakuan awal AYDA sehubungan
dengan penyelesaian kredit yang diberikan dicatat sebesar nilai wajar setelah
dikurangi dengan biaya untuk menjualnya tetapi tidak melebihi nilai tercatat kredit
yang diberikan.

Bank tidak mengakui keuntungan pada saat pengambilalihan aset. Setelah pengakuan
awal, AYDA dicatat sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai
wajar setelah dikurangi biaya untuk menjualnya.

Selisih lebih antara nilai tercatat dengan nilai wajar AYDA setelah dikurangi biaya
untuk menjualnya diakui sebagai kerugian penurunan nilai di Laporan Laba Rugi.

Selisih antara nilai tercatat dan hasil penjualan dari AYDA diakui sebagai laba atau
rugi pada saat penjualan AYDA dan diakui sebagai Pendapatan atau Beban Non
Operasional dalam Laporan Laba Rugi.

i) Aset Tetap dan Inventaris

Aset Tetap dan Inventaris dinyatakan sebesar harga perolehannya (at cost) setelah
dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Penyusutan aset tetap dan inventaris dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap,
dengan prosentase sebagai berikut :

Jenis Umur Ekonomis Prosentase / Tahun


Aset
Gedung / Bangunan 20 tahun 5,00%
Inventaris Kantor :
Golongan I 4 tahun 25,00%
Golongan II 8 tahun 12,50%
Kendaraan Bermotor :
Golongan I 4 tahun 25,00%
Golongan II 8 tahun 12,50%
Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin dibebankan sebagai beban pada
laporan laba rugi pada saat terjadinya pengeluaran.

Sedangkan pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan


besar memberi manfaat keekonomian dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas ditambahkan pada jumlah tercatat aset yang bersangkutan
(dikapitalisasi).

Aset tetap yang tidak digunakan lagi atau yang dijual, nilai tercatat dan akumulasi
penyusutan aset tersebut dikeluarkan dari pencatatannya sebagai aset tetap dan
keuntungan atau kerugian yang terjadi diperhitungkan dalam laporan laba rugi tahun
bersangkutan.
j) Aset Tak Berwujud

Aset Tidak Berwujud berupa aset non moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang / jasa yang memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan,
diantaranya berupa perangkat lunak komputer (software) dan dinyatakan sebesar
harga perolehannnya (at cost).
k) Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka dinyatakan sebesar biaya yang dikeluarkan setelah dikurangi
dengan akumulasi amortisasi.

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat dengan menggunakan metode
garis lurus (straight line method.
l) Simpanan

Simpanan merupakan kewajiban kepada nasabah dalam bentuk tabungan dan deposito
berjangka.

Tabungan dinyatakan sebesar saldo kewajiban kepada nasabah, sedangkan deposito


dinyatakan sebesar nilai nominal.

Simpanan dari bank lain merupakan kewajiban kepada bank lain dalam bentuk
tabungan dan deposito berjangka dan dinyatkan sebesar jumlah kewajiban kepada
bank lain tersebut.
m) Imbalan Kerja

Bank mengakui Kewajiban Imbalan Kerja sebagaimana diatur dalam SAK-ETAP Bab
23 IMBALAN KERJA. Pengakuan Kewajiban Imbalan Kerja didasarkan pada
ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Besarnya imbalan pascakerja berdasarkan lamanya masa kerja dan besarnya


kompensasi karyawan pada saat penyelesaian hubungan kerja. Bank saat ini
melakukan kewajiban imbalan kerja dengan menggunakan jasa Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) Bank BJB (Bank Jawa Barat) untuk 13 (tiga belas) orang
karyawan yang diikutkan.

Jumlah iuran di bebankan pada laba (rugi) tahun berjalan, sesuai dengan Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan nilai
yang terutang kepada karyawan telah memenuhi kewajiban seperti yang diwajibkan
pada undang-undang tersebut.

n) Pengakuan Pendapatan Bunga

Pendapatan Bunga terdiri dari Pendapatan Bunga Kontraktual, Amortisasi Provisi dan
Amortisasi Biaya Transaksi, yang terkait dengan aset produktif yang digolongkan
sebagai performing diakui secara akrual. Sedangkan pendapatan bunga atas aset
produktif yang digolongkan sebagai non performing (kurang lancar, diragukan dan
macet) diakui sebagai pendapatan pada saat diterima secara tunai (cash basis).

Pendapatan bunga atas aset produktif yang digolongkan sebagai non performing
(kurang lancar, diragukan dan macet) yang belum diterima dilaporkan sebagai
pendapatan bunga dalam penyelesaian dalam laporan komitmen dan kontinjensi.

Penerimaan setoran dari debitur untuk kredit performing digunakan terlebih dahulu
untuk melunasi tagihan bunga, dan penerimaan setoran dari debitur untuk kredit non-
performing digunakan terlebih dahulu untuk melunasi tunggakan pokok yang telah
jatuh tempo. Provisi dan Biaya Transaksi diamortisasikan selama masa kredit secara
garis lurus tanpa memperhatikan kredit yang diberikan termasuk performing atau non-
performing. Amortisasi provisi diakui sebagai penambah pendapatan bunga dan
amortisasi biaya transaksi diakui sebagai pengurang pendapatan bunga.
o) Pengakuan Beban Bunga

Beban Bunga diakui secara akrual dalam Laba (Rugi) dan dinyatakan sebesar beban
yang dikeluarkan dan dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang berkaitan
dengan kegiatan penghimpunan dana dan penerimaan pinjaman.
p) Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan diterapkan dengan metode hutang pajak, dimana kewajiban pajak
penghasilan dihitung berdasarkan laba tahun berjalan sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.

Terhadap pendapatan yang terkena pajak final, tidak terdapat beda waktu antara
pelaporan komersial dan fiskal. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang
berhubungan dengan pajak penghasilan final untuk laporan komersial berbeda dengan
nilai pelaporan fiskal, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau
kewajiban pajak tangguhan.

Beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui pada laporan
keuangan tahun berjalan.

 Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Keuangan

Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan yang disusun dengan memperhatikan urutan
penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas seperti tercamtum dalam Lampiran Catatan atas Laporan Keuangan.
a) Transaksi Dengan Pihak-pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa (Pihak
Terkait)
Seluruh transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa ( pihak
terkait) baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan kondisi dan persyaratan
normal sebagaimana dilakukan oleh pihak ketiga dilakukan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Tidak terdapat perlakuan yang berbeda atas transaksi dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa terutama berkenaan
dengan akun penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan, dan simpanan
dalam bentuk tabungan dan deposito.
b) Perubahan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan
Tidak terdapat perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi, dan kesalahan di
Laporan Keuangan tahun 2018, sehingga tidak diperlukan pengungkapan-
pengungkapan tambahan.
Beberapa akun Laporan Keuangan Tahun 2017 telah disajikan kembali agar dapat
dikomparasikan dengan Laporan Keuangan Tahun 2018.

c) Komitmen dan Kontinjensi

Tidak terdapat komitmen pemberian fasilitas kredit kepada pihak terkait yang
menimbulkan komitmen penggunaan dana dimasa yang akan datang, dan tidak
terdapat pengungkapan kontinjensi berupa perkara atau sengketa hukum yang
berpotensi menimbulkan pengeluaran biaya pada masa yang akan datang.

Tidak terdapat kemungkinan kewajiban pajak tambahan yang meliputi jenis


ketetapan pajak, jenis pajak, tahun pajak, jumlah pokok pajak, dan denda.
d) Reklasifikasi Akun
Akun-akun pada Laporan Keuangan Tahun 2018 telah di reklasifikasi agar sesuai
dengan penyajian akun-akun pada Laporan Keuangan Tahun 2018.
e) Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
Tidak terdapat peristiwa-peristiwa penting setelah tanggal neraca yang dapat
mempengaruhi pada akun-akun Laporan Keuangan.

 Surat Komentar (Management letter) Atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2018

Secara umum, kondisi usaha Bank mengalami peningkatan kinerja. Hal ini terlihat dari
aset Bank yang meningkat sebesar Rp.2.678.192 ribu atau 5,05% dari sebesar
Rp.53.010.004 ribu menjadi sebesar Rp.55.688197 ribu.

Peningkatan di sisi Aset terutama terjadi pada Kredit yang diberikan bersih, yaitu sebesar
Rp.8.810.027 ribu atau 22,05% dari sebesar Rp.39.952.704 ribu menjadi sebesar
Rp.48.762.731 ribu. Disamping itu peningkatan aset juga disebabkan oleh munculnya
Agunan yang diambil alih (AYDA) sebesar Rp1.000.000 ribu yang tidak ada pada tahun
2017. Disisi aset juga terdapat penurunan yaitu terjadi pada Penempatan pada bank lain-
bersih sebesar Rp.6.572.703 ribu atau 56,98% dari Rp.11.535.904 ribu ditahun 2017
menjadi Rp.4.963.201 ribu.
Peningkatan di sisi Kewajiban terutama terjadi pada Kewajiban Segera yaitu sebesar
Rp.20.423 atau 25,60% dari sebesar Rp.79.786 ribu menjadi sebesar Rp.100.209 ribu, dan
Utang Bunga meningkat sebesar Rp.23.602 ribu atau 14,08% dari sebesar Rp.167.648 ribu
menjadi sebesar Rp.191.250 ribu. Sedangkan Pinjaman yang diterima turun sebesar
Rp.594.797 ribu atau 100% oleh karena pelunasan Pinjaman yang diterima.

Laba setelah pajak tahun 2018 menurun sebesar Rp.279.044 ribu atau 25,17% dari sebesar
Rp.1.108.504 ribu pada tahun 2017 menjadi sebesar Rp.829.460 ribu. Faktor utama yang
menyebabkan menurunnya Laba Setelah Pajak adalah berkurangnya pendapatan
operasional bersih sebesar Rp.284.443 ribu atau 7,83% dari sebesar Rp.3.658.742 ribu
menjadi sebesar Rp.3.372.299 ribu.

Pemeriksaan
Rasio-rasio 31 Des 2018 31 Des 2017 Mutasi Keterangan

Capital Adequacy Ratio


28,88% 32,97% 4.09% Turun
(CAR)
Kualitas Aktiva Produktif
0,52% 1,13% 0,61% Turun

Non Performing Loan (NPL)


0,00% 0,85% 0,85% Turun

Rentabilitas:

Return on Assets (ROA)


1,84% 2,60% 0,76% Turun

Rasio BOPO
84,56% 81,56% 3.00% Meningkat

Likuiditas:

Cash Ratio
11,04% 24,79% 13.75% Turun

Loan to Deposit Ratio


89,18% 77,12% 12.06% Meningkat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kosanda Surabaya menyajikan laporan keuangannya, meliputi :
1) Neraca, 3) Laporan Perubahan Ekuitas,
2) Laporan Laba Rugi, 4) Laporan Arus Kas,
5) Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut Format laporan keuangan BPR Kosanda Surabaya:
NERACA
PT. BPR KOSANDA
TANGGAL : 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
( Dalam ribuan Rp )
No. Nama Rekening Desember 2018 Desember 2017

A. ASET
1 Ka s 160.425 87.964
2 Kas Dalam Valuta Asing Surat - -
3 Berharga - -
4 Pendapatan Bunga Yang Akan Diterima 344.354 332.352
5 Penempatan Pada Bank Lain Penyisihan 5.214.382 11.790.818
6 Kerugian Penempatan (251.181) (254.914)
7 Kredit Yang Diberikan 48.939.182 40.105.889
Penyisihan Kerugian Kredit
8 (176.451) (153.185)
Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)
9 1.000.000 -
Aset Tetap dan Inventaris
10 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap dan Inventaris Aset Tidak 830.001 1.549.978
11 Berwujud (521.272) (479.008)
12 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud Aset 45.000 45.000
13 Antarkantor (21.563) (15.937)
14 - -

TOTAL ASET 55.688.197 53.010.005

B. KEWAJIBAN
1 Kewajiban Segera Dapat Dibayar 100.209 79.786
2 Utang Bunga 191.250 167.648
3 Utang Pajak 63.300 68.693
4 Simpanan 46.306.520 43.786.166
5 Simpanan Bank Lain - 21.293
6 Pinjaman Yang Diterima - 594.797
7 Dana Setoran Modal – Kewajiban - -
8 Kewajiban Imbalan Kerja 5.100 5.100
9 Pinjaman Subordinasi - -
10 Modal Pinjaman - -
11 Kewajiban Antarkantor - -
12 Kewajiban Lain-lain 36.553 132.757

JUMLAH KEWAJIBAN 46.702.932 44.856.240


C. EKUITAS
1 Modal :
a. Modal Disetor 5.000.000 5.000.000
b. Tambahan Modal Disetor - -
c. Modal Sumbangan - -
2 Dana Setoran Modal – Ekuitas - -
3 Laba (Rugi) Yang Belum Direalisasi - -
4 Surplus Revaluasi Aset Tetap - -
5 Saldo Laba :
a. Cadangan Umum 1.000.000 1.000.000
b. Cadangan Tujuan - -
c. Laba (Rugi) Tahun-tahun Lalu 2.155.805 1.045.261
d. Laba (Rugi) Tahun Berjalan 829.460 1.108.504
LAPORAN LABA /
RUGI PT. BPR KOSANDA
PERIODE JANUARI S/D DESEMBER 2018 DAN 2017
( Dalam ribuan Rp )
No. Nama Rekening Desember 2018 Desember 2017

A. PENDAPATAN OPERASIONAL
1 Pendapatan Bunga
a. Bunga Kontraktual 6.703.716 6.448.117
b. Provisi 406.956 397.794
c. Biaya Transaksi Jumlah - -
Pendapatan Bunga Beban Bunga 7.110.672 6.845.911
2 Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan 3.843.856 3.630.739
Operasional Lainnya
3.266.816 3.215.172
3 JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 105.483 443.570

BEBAN OPERASIONAL 3.372.299 3.658.742


Beban Penyisihan dan Kerugian :
B.
a. Kerugian Restrukturisasi Kredit
1 b. Penyisihan Kerugian Penempatan
c. Penyisiahn Kerugian Kredit - -
Beban Pemasaran 25.016 40.982
Beban Penelitian dan Pengembangan Beban Administrasi 79.469 17.784
2 dan Umum 4.000 -
3 Beban Lain-lain - -
4 2.075.504 2.171.336
5 JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 76.014 84.755
LABA (RUGI) OPERASIONAL
2.260.003 2.314.857
PENDAPATAN NON OPERASIONAL
1.112.296 1.343.885
BEBAN NON OPERASIONAL
C. - -
LABA (RUGI) NON OPERASIONAL
D. 108.704 6.635
LABA ( RUGI ) SEBELUM PAJAK
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN (108.704) (6.635)
LABA ( RUGI ) TAHUN BERJALAN 1.003.592 1.337.250
E. LABA ( RUGI ) PERIODE TAHUN-TAHUN LALU 174.132 228.746
JUMLAH LABA ( RUGI ) AKHIR PERIODE 829.460 1.108.504
2.155.805 1.045.261
2.985.265 2.153.765

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


PT. BPR KOSANDA
TANGGAL : 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
( Dalam ribuan Rp )
No. Nama Rekening Desember 2018 Desember 2017

A MODAL DISETOR
1 Modal Disetor Awal Periode Dana 5.000.000 5.000.000
2 Setoran Modal - Ekuitas Tambahan - -
3 Modal Disetor - -
JUMLAH MODAL DISETOR 5.000.000 5.000.000

B SALDO LABA
1 Cadangan Umum 1.000.000 1.000.000
2 Laba (Rugi) Tahun-tahun lalu 2.153.765 1.045.261
3 a. Pembagian Deviden - -
4 b. Kelebihan Pembentukan Cadangan Audit 2.040 -
5 c. Perbedaan Waktu - Penyusutan Aset Tetap Laba - -
(Rugi) Tahun Berjalan
6 829.460 1.108.504
JUMLAH SALDO LABA JUMLAH
3.985.265 3.153.765
MODAL
C. 8.985.265 8.153.765

LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI


PT. BPR KOSANDA
TANGGAL : 31 DESEMBER 2018 DAN 2017
( Dalam ribuan Rp)
No. Nama Rekening Desember 2018 Desember 2017

A KOMITMEN
1 Fasilitas pinjaman diterima dan belum ditarik Fasilitas - -
2 kredit kepada nasabah belum ditarik Lain – lain 365.559 388.315
3 - -

JUMLAH KOMITMEN 365.559 388.315

B KONTINJENSI
1 Pendapatan bunga dalam penyelesaian
a. Bunga Kredit yang diberikan 8.093 28.490
b. Bunga Penempatan pada bank lain Lain – lain 9.997 7.938
2 5.718 5.718

JUMLAH KONTINJENSI 23.808 42.146


Lampiran 06
LAPORAN ARUS KAS
No. Keterangan Desember 2018 Desember 2017

D. KENAIKAN (PENURUNAN) KAS DAN SETARA KAS 72.461 8.295

F. KAS DAN SETARA KAS AWAL PERIODE 87.964 79.669

G. KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE 160.425 87.964

H. KAS DAN SETARA KAS TERDIRI DARI :


Kas 157.425 84.964
Kas Kecil 3.000 3.000

JUMLAH KAS DAN SETARA KAS 160.425 87.964


( Ribuan Rupiah )
PT. BPR KOSANDA
PERIODE PER 31 DESEMBER 2018 DAN
2017
Berikut ini merupakan tabel perbandingan penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP
dan SAK BPR dengan Penyajian Laporan Keuangan PT. BPR Kosanda.

No Perbandingkan SAK ETAP SAK BPR


A. Neraca
1. Dasar Pencatatan Dasar pencatatan neraca Dasar pencatatan neraca
menggunakan dasar akrual menggunakan dasar akrual
2. Neraca Aset minimal menyajikan pos- Pos-pos yang disajikan oleh BPR:
pos berikut: a. Kas
a. Kas dan setara kas b. Kas dalam Valuta Asing
b. Piutang usaha dan Piutang c. Surat berharga
Lainnya d. Pendapatan bunga yang akan
c. Persediaan diterima
d. Properti Investasi e. Penempatan pada bank lain
e. Aset Tetap penyisihan
f. Aset tidak berwujud f. Kerugian penempatan
g. Kredit yang diberikan
h. Penyisihan kredit
i. Agunan yang diambil ahli
j. Aset tetap dan Inventaris
k. Akumulasi Penyusutan Aset
Tetap dan Inventaris Aset Tidak
Berwujud
l. Akumulasi Amortisasi Aset
Tidak Berwujud Aset Antarkantor
3. Kewajiban Kewajiban minimal menyajikan Pos-pos kewajiban yang disajikan
pos-pos meliputi: oleh BPR:
a. Utang usaha dan utang a. Kewajiban Segera dapat
lainnya. dibayarkan
b. Aset dan Kewajiban Pajak b. Utang bunga
c. Kewajiban diestimasi c. Utang Pajak
d. Simpanan
e. Simpanan dari bank lain
f. Dana setoran modal-kewajiban
g. Kewajiban imbalan kerja
h. Pinjaman subordinasi
i. Modal pinjaman
j. Kewajiban antar kantor
k. Kewajiban lain-lain
4. Ekuitas Entitas menyajikan pos judul Pos-pos ekuitas yang disajikan
dan sub jumlah lainnya. BPR:
a. Modal
b. Dana setoran modal-ekuitas
c. Laba/Rugi yang belum direalisasi
d. Surplus revaluasi aset tetap
e. Saldo laba
f. cadangan umum
g. cadangan tujuan
h. belum ditentukan cadangannya
5. Klasifikasi Aset Entitas harus menyajikan aset SAK BPR menyajikan aset lancar
dan Kewajiban lancar dan aset tidak lancar, dan aset tidak lancar, kewajiban
kewajiban jangka pendek dan jangka pendek dan jangka
kewajiban jangka panjang, panjang sebagai suatu klasifikasi
sebagai suatu klasifikasi terpisah yang tidak terpisah dalam neraca,
dalam neraca, kecuali jika akan tetapi penyajian berdasarkan
penyajian berdasarkan likuiditas likuiditas memberikan
memberikan informasi yang informasi yang andal dan relevan.
andal dan lebih relevan.
6. Informasi yang Entitas menyajikan di neraca SAK BPR menyajikan di neraca
disajikan di atau catatan atas laporan subklasifikasi atas pos yang
neraca atau keuangan, subklasifikasi atas disajikan:
catatan atas pos yang disajikan:
laporan keuangan a. Aset tetap
a. Kelompok aset tetap b. Kewajiban imbalan kerja dan
b. Kewajiban imbalan kerja kewajiban diestimasi lainnya
dan kewajiban diestimasi seperti kewajiban segera dan
lainnya kewajiban lain.
c. Kelompok ekuitas, seperti c. Kelompok ekuitas
modal disetor, tambahan diantaranya modal disetor,
modal disetor, agio saham, tambahan modal disetor, saldo
laba.
dan saldo laba
No Perbandingkan SAK ETAP SAK BPR Ket
B.Laporan laba Rugi
1. Informasi yang Laporan laba rugi minimal Pos – pos dalam Sesuai meskipun
disajikan menyajikan pos-pos berikut: laporan laba rugi BPR: terdapat
a. Pendapatan a. Pendapatan dan perbedaan nama
b. Beban Keuangan Beban Operasional akun yaitu beban
c. Bagian Laba atau rugi b. Pendapatan dan keuangan menjadi
dari investasi yang Beban Non- beban oprasional
menggunakan metode Operasional dan beban non
ekuitas oprasional serta
c. Taksiran Pajak
d. Beban pajak beban pajak
e. Laba atau rugi neto Penghasilan menjadi taksiran
d. Laba (Rugi) Neto pajak penghasilan
Informasi yang Entitas harus menyajikan Entitas menyajikan
disajikan pos, judul dan sub jumlah pos, judul dan sub
lainnya pada laporan laba judul lainnya, seperti:
rugi jika penyajian tersebut
a.Pos Pendapatan
relevan untuk memahami
kinerja keuangan entitas. bunga, terdiri dari:
1) Bunga kontraktual
2) Provisi
3) Biaya transaksi
b. Beba penyisihan
kerugian/penyusun,
terdiri dari:
1) Beban penyisihan
kerugiantabungan
/deposito
2) Beban penyisihan
kerugian kredit
3)Beban kerugian
restrukturisasi kredit
4)Beban penyusutan
Entitas harus menyajikan c. Pendapatan dan
pos, judul dan sub jumlah Beban Non
lainnya pada laporan laba Operasional, terdiri
rugi jika penyajian tersebut
dari:
relevan untuk memahami
1) Pendapatan non-
kinerja keuangan entitas. operasional
2) Beban non-
operasional
C.Laporan Perubahan Ekuitas
1. Informasi yang Ekuitas menyajikan laporan SAK BPR menyajikan
disajikan perubahan ekuitas yang laporan perubahan
menunjukkan: ekuitas yang
a. Laba atau rugi untuk menunjukkan:
periode a. Modal disetor
b. pendapatan dan beban b. Saldo Laba
yang disajikan langsung c. Modal
dalam ekuitas
D.Laporan Arus Kas
1. Penyajian laporan Entitas menyajikan laporan SAK BPR menyajikan
arus kas arus kas yang melaporkan laporan arus kas yang
arus kas untuk suatu periodemenunjukkan
dan mengklasifikasikan penerimaan dan
menurut aktivitas operasi, pengeluaran kas selama
aktivitas investasi, dan periode tertentu yang
aktivitas pendanaan. dikelompokkan dalam
aktivitas operasi,
aktivitas investasi, dan
aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas Arus kas dari aktivitas
operasi terutama diperoleh operasi diperoleh dari
dari aktivitas penghasil pemberian dan
utama pendapatan entitas pelunasan kredit,
penerimaan dan
pembayaran simpanan,
penempatan pada bank
lain, menghimpun dana
dari masyarakat, serta
penerimaan dan
pembayaran pinjaman
dari bank umum
maupun pihak lain.
3. Aktivitas Arus kas dari aktivitas Arus kas dari aktivitas
Investasi investasi mencerminkan investasi mencerminkan
pengeluaran kas sehubungan pengeluaran kas dengan
dengan sumber daya yang tujuan memperoleh
bertujuan untuk pendapatan dan arus
menghasilkan pendapatan kas masa depan yaitu
dan arus kas masa depan. pembelian/penjualan
aset tetap dan
inventaris,
pembelian/penjualan
aset tidak berwujud,
dan
pembelian/penjualan
sertifikat Bank
Indonesia
4. Aktivitas Arus kas dapat berasal dari Arus kas yang timbul
Pendanaan penerimaan kas, dari aktivitas pendanaan
pembayaran kas dan berguna untuk
pelunasan pinjaman. memprediksi klaim
terhadap arus kas masa
depan oleh para
pemasik modal BPR.
Contoh arus kas dari
aktivitas pendanaan,
seperti penerimaan dari
emisi saham baru,
pembayaran atas
kewajiban sewa
pembiayaan, dan
penerimaan dan
pembayaran modal
pinjaman.
E.Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Struktur Secara normal urutan Unsur uang disajikan Sesuai meskipun
penyajian catatan atas dalam catatan atas ringkasan
laporan keuangan: laporan keuangan kebijakan
akuntansi diganti
BPR:
a. Ringkasan menjadi Ikhtisar
kebijakan akuntansi a. Gambaran umum kebijakan
BPR akuntansi, dan
signifikan yang
informasi yang
diterapkan b. Ikhtisar
mendukung pos –
b. Informasi yang Kebijakan pos laporan
mendukung pos-pos Akuntansi keuangan
laporan keuangan, c. Penjelasan atas pos dijelaskan dalam
sesuai dengan urutan – pos laporan penejelasan pos
keuangan neraca dan laba
penyajian setiap
rugi serta
komponen laporan
pengkungkapan
keuangan lain disajikan
c. Pengungkapan lain dalam lampiran.
2. Pengungkapan Dalam ringkasan kebijakan Dalam bagian Ikhtisar
kebijakan akuntansi yang signifikan Kebijakan Akuntansi
akuntansi harus diungkapkan: disajikan dasar
pengukuran laporan
a. Dasar pengukuran yang keuangan yaitu
digunakan dalam berdasarkan biaya
penyusunan laporan historis dan dasar
keuangan penyusunan
b. Kebijakan akuntansi menggunakan dasar
lain yang digunakan akrual. Kebijakan
yang relevan untuk akuntansi tidak terbatas
memahami laporan seperti konsep dasar
keuangan pengukuran, kredit
yang diberikan, kas dan
setara kas, dan lain
sebagainya.
Analisis dari Perbandingan Laporan Keuangan PT BPR Kosanda Surabaya
dengan Laporan Keuangan menurut SAK ETAP.
1. Neraca
Secara umum penyajian laporan keuangan pada komponen neraca sudah sesuai
dengan peraturan SAK ETAP. Neraca PT BPR Kosanda Surabaya menyajikan
aset, kewajiban, dan ekuitas. Hal ini sudah sesuai dengan aturan dalam SAK
ETAP yang menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu tanggal tertentu
yaitu bulan Desember yang diakui sebagai akhir periode pelaporan.
Berikut merupakan penjelasan komponen dari neraca:
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas (SAK ETAP (2013: 5) paragraf 2.12). Aset diakui dalam
neraca karena manfaat ekonominya di masa depan mengalir ke entitas dan
aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat dikukur dengan andal.
Entitas belum sesuai yaitu PT. BPR Kosanda Surabaya tidak
mengklasifikasikan secara terpisah antara aset dan kewajiban menjadi aset
lancar dan aset tidak lancar, serta kewajiban jangka panjang dan kewajiban
jangka pendek. Namun penyajian berdasarkan likuiditas dapat memberikan
informasi yang andal dan relevan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP
paragraf 4.5 dalam klasifikasi aset dan kewajiban bahwa penyajian
berdasarkan likuiditas diperbolehkan jika memberikan infromasi yang andal
dan relevan.
1) Kas
Kas adalah mata uang kertas dan logam rupiah yang masih berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah. Dalam pengertian kas termasuk kas besar dan
kas kecil. Dalam perlakuan akuntansi oleh entitas dalam hal ini yaitu PT
BPR Kosanda Surabaya, pengakuan dan pengukuran transaksi kas diakui
sebesar nilai nominal. Penyajian kas disajikan dalam pos tersendiri dan hal
yang diungkapkan yaitu rincian jumlah kas. Dasar pengaturan entitas yaitu
aset karena berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan. Hal
ini sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013:5) paragraf 2.12(a).
2) Kas dalam valuta asing
Kas dalam valuta asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing
dan travelers cheque yang masih berlaku yang dimiliki BPR dalam
kegiatan penukaran sebagai pedagang valuta asing. BPR dapat memiliki
kas dalam valuta asing hanya dalam rangka melakukan kegiatan usaha
sebagai pedagang valuta asing yang telah mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia. Dalam perlakuan akuntansi entitas, pengakuan dan pengukuran
mata uang asing diakui sebesar kurs transaksi yang berlaku pada tanggal
perolehan. Penyajian kas dalam valuta asing disajikan dalam pos sendiri.
Hal yang diungkapkan yaitu mata uang yang disajikan dalam laporan
keuangan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab 26 tentang
transaksi dalam mata uang asing.
3) Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia. SBI diklasifikasikan menjadi dimiliki hingga jatuh
tempo dan tersedia untuk dijual. Investasi pada SBI disajikan berdasarkan
tingkat likuiditasnya. SBI yang dimiliki hingga jatuh tempo disajikan
sebesar nilai nominal dikurangi diskonto dan ditambah biaya transaksi
yang belum diamortisasi. Sedangkan SBI yang tersedia untuk dijual
disajikan sebesar nilai wajarnya. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP
Bab 10 tentang Investasi Pada Efek Tertentu.
4) Pendapatan bunga yang akan diterima
Pendapatan bunga yang akan diterima entitas berasal dari pendapatan
bunga dari kredit dengan kualitas lancar yang telah diakui sebagai
pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya (accrual basis). Hal ini
sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 5) paragraph 2.12 dan (2013: 81)
paragraf 20.27 (a) di mana bunga harus diakui secara akrual.
5) Penempatan pada bank lain
Penempatan pada bank lain adalah penempatan/tagihan atau simpanan
milik BPR pada bank lain dengan maksud untuk menunjang kelancaran
aktivitas operasional, dalam rangka memperoleh penghasilan, dan sebagai
secondary reserve. Penempatan pada bank lain terdiri dari giro pada bank
umum, tabungan pada bank lain, deposito pada bank lain dan sertifikat
deposito pada bank umum. Giro merupakan simpanan BPR pada bank
umum yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM (kartu debit, sarana perintah
pembayaran lain atau dengan cara pemindahbukuan. Tabungan merupakan
simpanan BPR pada bank umum dan BPR lain yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro. Deposito merupakan simpanan BPR pada
bank umum dan BPR lain yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara BPR dan bank yang bersangkutan.
Sertifikat deposito merupakan simpanan BPR pada bank umum dalam
bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan. Penyisihan kerugian sebagai pos pengurang dari
tabungan dan deposito yang dibuat untuk menutupi kemungkinan kerugian
atas tabungan dan kerugian atas deposito. Hal ini sudah sesuai dengn SAK
ETAP (2013:5) paragraph 2.12 dimana penempatan pada bank lain dapat
memberikan manfaat ekonomi masa depan yaitu kelancaran aktivitas
operasional.
6) Kredit yang diberikan
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur)
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
Kredit disajikan di neraca sebesar pokok kredit/baki debet dikurangi
provisi serta ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi. Penyisihan
kerugian berasal dari penyisihan yang dibentuk untuk menutup
kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana
ke dalam kredit. Saldo penyisihan kerugian kredit disajikan sebagai pos
pengurang dari kredit. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 8)
paragraph karena memberikan manfaat ekonomi di masa depan dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
7) Agunan yang diambil alih
Agunan yang diambil alih adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui
pelanggan maupun di luar pelanggan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar
lelang dari pemilik agunan. Agunan yang diambil alih disajikan secara
terpisah dari aset lainnya sebesar nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual, mana yang lebih rendah. Hal ini sudah sesuai dengan
SAK ETAP paragraf 3.10.
8) Aset tetap dan inventaris
Aset tetap dan inventaris adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Pada saat pengakuan
awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan (SAK ETAP bab 15).
Biaya perolehan dinyatakan dalam aset tetap dan inventaris melalui
pertukaran dan penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban
untuk periode yang bersangkutan. Aset tetap dan inventaris disajikan
berdasarkan nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi
penurunan nilai. Aset tetap dan inventaris disusutkan secara sistematis
selama umur manfaatnya. Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia
untuk digunakan dan penyusutan dihentikan ketika aset tetap dan
inventaris dihentikan pengakuannya. Hal ini sudah sesuai dengan SAK
ETAP bab 15 tentang Aset Tetap.
9) Aset tidak berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik. Aset tidak berwujud dapat diperoleh secara
eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau
dihasilkan secara internal. Aset tidak berwujud diakui sebesar biaya
perolehan. Aset tidak berwujud diamortisasi secara sistematis selama umur
manfaatya dan penurunan nilai aset tidak berwujud diakui sebagai
kerugian periode terjadinya. Aset tidak berwujud disajikan sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan rugi penurunan nilai. Hal ini
sudah sesuai dengan SAK ETAP bab 16 karena entitas memperoleh
manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut.
10) Aset lain – lain
Aset lain – lain adalah pos – pos aset yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam kelompok pos aset yang ada dan tidak secara material
untuk disajikan tersendiri. Aset lain – lain diakui pada saat terjadinya
sebesar biaya perolehan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP karena
memiliki manfaat di masa mendatang dan biaya dapat dihitung secara
andal.
b. Kewajiban
Kewajiban adalah utang masa kini BPR yang timbul dari peristiwa masa lalu
dan penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya milik BPR dan mengandung manfaat ekonomi. Entitas sudah
menerapkan pos – pos kewajiban yang umum yang harus dimiliki oleh BPR
sesuai dengan ketentuan SAK ETAP. Akan tetapi entitas tidak
mengklasifikasikan kewajiban menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang namun disajikan berdasarkan waktu jatuh tempo. Hal ini sudah
sesuai dengan peraturan dalam SAK ETAP karena kewajiban dapat disajikan
berdasarkan waktu jatuh tempo atau likuiditasnya.
1) Kewajiban segera
Kewajiban segera adalah kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau
yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar.
Kewajiban segera berasal dari aktivitas pendukung kegiatan operasional
BPR baik terhadap masyarakat maupun terhadap bank lain. Kewajiban
segera disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. Hal ini sudah
sesuai dengan SAK ETAP Paragraf 2.35.
2) Utang bunga
Utang bunga merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung
kewajiban BPR yang timbul dari pengakuan biaya bunga dari aktivitas
yang terkait dengan fungsi BPR. Utang bunga timbul dari transaksi
lainnya, seperti sewa pembiayaan, pinjaman yang diterima, pinjaman
subordinasi, modal pinjaman dan lain – lain. Utang bunga diakui sebesar
jumlah bunga kontraktual, baik untuk akrual bunga maupun yang telah
jatuh tempo. Utang bunga disajikan sebesar jumlah yang harus
diselesaikan.
3) Utang pajak
Utang pajak adalah kewajiban pajak penghasilan badan yang terutang
atas penghasilan BPR. Utang pajak merupakan selisih kurang atas
kewajiban pajak penghasilan BPR setelah memperhitungkan angsuran
pajak atau pajak dibayar dimuka. Utang pajak diakui sebesar jumlah
yang harus disetorkan ke kas Negara dan disajikan sebesar jumlah yang
harus diselesaikan.
4) Simpanan
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada BPR
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Bentuk simpanan berupa
tabungan, deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati,
akan tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Deposito adalah simpanan pihak ketiga
pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan BPR yang bersangkutan.
Transaksi tabungan diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan
yang dilakukan oleh penabung dan saldo tabungan disajikan sebesar
jumlah kewajiban BPR kepada pemilik tabungan, sedangkan transaksi
deposito diakui sebesar nilai nominal yang tercantum dalam bilyet
deposito dan deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar
kewajiban BPR yang diperjanjikan. Dalam kegiatan pengumpulan dana
masyarakat, BPR menjual produk simpanannya kepada nasabah berupa
tabungan dan deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal
sehingga simpanan mempunyai manfaat ekonomi. Hal ini sudah sesuai
dengan SAK ETAP (2013: 8) paragraph terkait dengan pengakuan
kewajiban.
5) Simpanan dari Bank Lain
Simpanan dari bank lain adalah kewajiban BPR kepada bank lain, dalam
bentuk tabungan dan deposito. Transaksi tabungan diakui sebesar
nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh bank lain,
sedangkan transaksi deposito diakui sebesar nilai nominal yang
tercantum dalam bilyet deposito. Hal ini memiliki manfaat bagi entitas
dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur secara andal, ini berarti
sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 8) paragraph 2.35 dalam hal
pengakuan kewajiban.
6) Pinjaman diterima
Pinjaman diterima adalah dana yang diterima dari bank umum dan BPR
lain, Bank Indonesia atau pihak lain dengan kewajiban pembayaran
kembali sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman. Pinjaman
diterima diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi
yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman
dikurangi diskonto dan disajikan sebesar saldo pinjaman yang belum
dilunasi pada tanggal laporan serta biaya transaksi dan diskonto yang
belum diamortisasi.
7) Dana setoran modal – kewajiban
Dana setoran modal – kewajiban adalah dana yang telah disetor secara
riil ke rekening BPR di bank umum. Dana setoran modal yang diterima
diakui sebagai dana setoran modal – kewajiban dan disajikan dalam pos
tersendiri sebesar jumlah yang harus diselesaikan.
8) Kewajiban imbalan kerja
Kewajiban imbalan kerja adalah kewajiban yang timbul dari imbalan
kerja. Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan BPR
atas jasa yang diberikan oleh pekerja. Kewajiban imbalan kerja terdiri
dari jangka pendek, imbalan pasca kerja dan jangka panjang lainnya.
Kewajiban imbalan jangka pendek adalah kewajiban imbalan kerja yang
jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir
periode pekerja memberikan jasanya,kewajiban imbalan pasca kerja
dalam SAK ETAP juga dibagi menjadi program imbalan pasti dan
rogram iuran pasti sedangkan kewajiban jangka panjang lainnya adalah
kewajiban imbalan kerja yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah pekerja memberikan jasanya.
Kewajiban imbalan kerja diakui pada saat pegawai sudah memberikan
jasanya kepada BPR dalam suatu periode tertentu. Kewajiban imbalan
kerja jangka pendek disajikan dalam pos kewajiban segera sebesar
jumlah yang terutang dan tidak didiskontokan, sedangkan kewajiban
imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam pos tersendiri sebesar
jumlah yang didiskontokan. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab
23 tentang Imbalan Kerja & imbalan kerja yang diatur dalam SAK ETAP
serupa dengan pengaturan dalam PSAK 24.
9) Pinjaman Subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang memenuhi syarat adanya
pinjaman tertulis antar BPR dan pemberi pinjaman, ada persetujuan
terlebih dahulu dari Bank Indonesia, tidak dijamin oleh BPR yang
bersangkutan dan telah disetor penuh, minimum berjangka waktu 5
(lima) tahun, dan lain sebagainya. Pinjaman subordinasi disajikan di
neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan
dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. Bunga yang
telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman subordinasi
disajikan dalam pos utang bunga. Hal ini sudah sesuai dengan SAK
ETAP paragraf 2.35.
10) Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung oleh instrument yang
memiliki ciri – cirri, seperti tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan
dan telah dibayar penuh, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif
pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia. Modal pinjaman disajikan di
neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan.
11) Kewajiban lain – lain
Kewajiban lain – lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk
menampung kewajiban BPR yang tidak dapat digolongkan ke dalam
salah satu pos kewajiban yang ada. Termasuk dalam kewajiban lain –
lain antara lain dana yang diterima BPR dari pihak ketiga bukan bank
dalam rangka penerusan kredit tetapi belum disalurkan kepada nasabah.
Kewajiban lain – lain diakui sebesar jumlah yang harus diselesaikan dan
disajikan secara gabungan, kecuali nilainya material maka wajib
disajikan tersendiri dalam neraca.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi semua
kewajiban.
1) Modal
Modal terdiri dari modal disetor, tambahan modal disetor, dan modal
sumbangan. Modal disetor adalah modal yang telah efektif diterima bank
sebesar nilai nominal saham. Modal disetor diakui pada saat penerimaan
setoran modal baik berupa dana kas maupun aset non-kas.
Tambahan modal disetor, yaitu selisih lebih setoran modal yang
diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai
nominalnya. Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan
setoran modal dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset non-
kas.
Modal sumbangan, yaitu sumbangan yang berasal dari pemilik
BPR dalam bentuk dana atau aset lainnya termasuk pengembalian saham
pemilik. Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan
berupa kas atau aset non-kas dari pemilik. Penyajian modal dalam neraca
dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar BPR dan
peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang
ada.
2) Dana setoran modal – ekuitas
Dana setoran modal – ekuitas adalah dana yang telah disetor secara riil
ke rekening BPR di bank umum dan diblokir untuk tujuan penambahan
modal dan dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang
berlaku. Dana setoran modal – ekuitas merupakan dana setoran modal
yang sebelumnya disajikan dalam komponen kewajiban dalam dana
setoran modal – kewajiban dan disajikan dalam pos tersendiri setelah pos
modal. Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 71) paragraph
19.2 bahwa entitas memberikan laporan mengenai ekuitas sedmikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas.
3) Laba/Rugi yang belum direalisasi
Laba/Rugi yang belum direalisasi adalah selisih wajar surat berharga
dalam kategori tersedia untuk dijual pada tanggal neraca dengan nilai
tercatat. Dasar pengaturan laba/rugi yang belum direalisasi yaitu SAK
ETAP Bab 10 tentang Investasi Pada Efek Tertentu. Laba/Rugi yang
belum direalisasi dari surat berharga dalam kategori tersedia untuk dijual
diakui pada tanggal pelaporan. Selisih nilai wajar dengan nilain tercatat
(laba/rugi yang belum direalisasi) diakui langsung dalam ekuitas dan
disajikan sebagai pos terpisah dalam ekuitas.
4) Surplus revaluasi aset tetap
Surplus revaluasi aset tetap adalah selisih antara nilai revaluasi dengan
nilai tercatat aset tetap dan inventaris sebelum dilakukan revaluasi. BPR
dalam melakukan penilaian kembali aset tetap dan inventarisnya, maka
selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat sebelum dilakukan
revaluasi dicatat pada pos surplus revaluasi aset tetap. Surplus revaluasi
aset tetap dicatat sebagai pos tersendiri dalam ekuitas.
5) Saldo laba
Saldo laba adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen, koreksi laba rugi periode lalu, dan
reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap. Pos saldo laba sudah dinyatakan
secara terpisah dari pos modal. Saldo laba dikelompokkan menjadi:
a. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto
setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal.
b. Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto
setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan.
c. Saldo laba yang belum ditentukan tujuannya, terdiri dari laba rugi
periode lalu yang belum ditetapkan penggunaannya dan laba rugi
periode berjalan.

2. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan seluruh penghasilan dan
beban BPR dalam suatu periode. Penghasilan terdiri dari pendapatan operasional
dan pendapatan non-operasional, sedangkan beban terdiri dari beban operasional
dan beban non-operasional.
Laporan laba rugi entitas mencakup minimal pos – pos yaitu pendapatan, beban
penyisihan kerugian, penyusutan, bagian keuangan, bagian laba/rugi operasional,
dan beban pajak dan laba/rugi neto. Entitas sudah sesuai dengan SAK ETAP
karena semua pos pendapatan dan beban sudah diakui dalam laporan laba rugi.
a) Pendapatan Operasional
Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari
kegiatan utama BPR. Pendapatan Operasional pada laporan entitas terdiri
dari Pendapatan bunga dan Pendapatan operasional lainnya. Pendapatan
bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana BPR pada
aset produktif, dimana pendapatan bunga termasuk provisi dikurangi biaya –
biaya yang terkait langsung dalam penyaluran kredit yang ditanggung oleh
BPR. PD BPR Bank Sleman dalam pencatatan pada laporan laba rugi,
pendapatan bunga berasal dari penjumlahan bunga kontraktual, provisi, dan
biaya transaksi. Dari hasil penjumlahan tersebut selanjutnya diselisihkan
dengan beban bunga dan menghasilkan pendapatan bunga neto. Jumlah
Pendapatan Operasional berasal darihasil penjumlahan pendapatan bunga
neto dengan pendapatan operasional lainnya. Pendapatan operasional
lainnya.
Pendapatan provisi adalah biaya yang harus dibayar debitur pada
saat kredit disetujui dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Biaya
Transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung
dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR. Pendapatan
operasional lainnya adalah berbagai pendapatan yang timbul dari aktivitas
yang mendukung kegiatan operasional BPR. Entitas mengakui pendapatan
bunga secara akrual, hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 81)
paragraf 20.27 (a) bahwa bunga harus diakui secara akrual. Pendapatan
bunga dari penenmpatan pada bank lain, Sertifikat Bank Indonesia, dan
amortiasi pendapatan yang ditangguhkan disajikan sebagai bagian dari
bunga kontraktual. Pendapatan operasional lainnya diakui pada saat
memenuhi persyaratan sebesar jumlah yang menjadi hak BPR. Pendapatan
operasional lainnya disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi.
b) Beban Operasional
Beban Operasional adalah semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan
yang lazim sebagai usaha BPR. Beban operasional disajikan sebagai pos
terpisah dalam laporan laba rugi. Beban Operasional dirinci sebagai berikut:
1) Beban bunga
Beban bunga adalah beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak
lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana dan
penerimaan pinjaman. Beban bunga timbul dari kegiatan pendanaan
berupa kegiatan penghimpunan dana dan penerimaan pinjaman dan
disajikan ecara terpisah dari pendapatan bunga untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan
nilai neto bunga.
2) Beban penyisihan kerugian
Beban penyisihan kerugian entitas terdiri dari beban penyisihan
kerugian tabungan/deposito, beban penyisihan kerugian kredit, beban
kerugian restrukturisasi kredit, dan beban penyusutan.
3) Beban pemasaran
Beban pemasaran, terdiri dari pemberian hadiah yang tidak dapat
diatribusikan, promosi, dan biaya transaksi atas kredit yang tidak
disetujui.
4) Beban administrasi dan umum
Beban administrasi dan umum adalah berbagai beban yang timbul
untuk mendukung kegiatan operasional BPR. Beban administrasi dan
umum terdiri atas beban tenaga kerja (gaji, upah, honorarium, dan
imbalan kerja), beban pendidikan, beban sewa,
penyusutan/penghapusan atas aset tetap dan inventaris serta amortisasi
atas aset tidak berwujud, premi asuransi, biaya barang/jasa, pajak –
pajak (tidak termasuk pajak penghasilan).
Beban diakui karena adanya penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban yang telah terjadi dan dapat dikuru secara andal, hal ini
sudah sesuai dengan pengakuan beban dalam SAK ETAP (2013: 8)
paragraf 2.37.
c) Pendapatan Non-Operasional
Pendapatan Non-Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari
kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. Termasuk dalam pos
ini adalah keuntungan yang diperoleh dari penilaian kas dalam valuta asing,
serta penjualan aset tetap dan inventaris, dan agunan yang diambil alih.
Pendapatan Non-Operasional diakui sebesar jumlah yang menjadi hak BPR
dan disajikan sebagai pos terpisah dalam laporan laba rugi. Pendapatan
Non-Operasional memberikan manfaat ekonomi, hal ini sudah sesuai
dengan SAK ETAP dalam hal pengakuan beban paragraf 2.37.
d) Beban Non-Operasional
Beban Non-Operasional adalah semua beban yang berasal dari kegiatan
yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. Beban Non- Operasional
adalah kerugian yang timbul sebagai akibat penilaian kembali kas dalam
valuta asing, dijual/hilangnya aset tetap dan inventaris milik BPR, dan
denda/sanksi karena suatu pelanggaran. Beban Non-Operasional diakui pada
saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan dan disajikan sebagai
pos terpisah dalam laporan laba rugi. Beban Non-Operasional disajikan
sebagai pengurang dari Pendapatan Non-Operasional. Beban Non-
Operasional mengurangi manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan,
hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP (2013: 6) paragraf 2.20(b).
e) Beban Pajak Penghasilan
Beban Pajak Penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini yang
diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada satu periode. Dalam
laporan PD BPR Bank Sleman, pos diberi nama taksiran pajak penghasilan
dan sebagai pos tersendiri dalam laporan laba rugi. Taksiran pajak
penghasilan diakui pada saat terjaidnya sebesar jumlah yang harus
diselesaikan. Taksiran pajak penghasilan disajikan sebagai pos pengurang
laba (rugi) sebelum pajak penghasilan yang mengasilkan laba (rugi) neto.
Entitas sudah mengakui kewajiban atas pajak penghasilan periode berjalan,
hal ini sesuai dengan SAK ETAP (2013: 99) paragraf 24.3.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan
nekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau
kekayaan BPR selama periode pelaporan. Entitas menyajikan laporan perubahan
ekuitas yang menunjukkan laba atau rugi untuk periode pelaporan serta
pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas.
Komponen ekuitas pada laporan entitas terdapat perbedaan kebijakan
akuntansinya, namun tidak menjadi suatu permasalahan karena dalam SAK
ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan
memberikan panduan kepada entitas untuk memilih dan menerapkan kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan yang menghasilan
informasi relevan bagi pemakai dan andal dengan menyajikan laporan keuangan
secara jujur. Kebijakan akuntansi adalah prinsip dasar, konvensi, aturan, dan
praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangannya. Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain
meliputi: penambahan modal saham, pembagian laba pemerintah kabupaten,
dana kesejahteraan, pembagian jasa produksi, Coorporate Social Responsibility
(CSR), dan saldo laba (laba ditahan). Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan
SAK ETAP Bab 6 dalam hal laporan perubahan ekuitas. Dalam penyajian
laporan keuangan PD BPR Bank Sleman tidak disajikan Surplus Revaluasi Aset
Tetap, karena disajikan dalam laporan laba rugi. Seharusnya Surplus Revaluasi
Aset Tetap menurut SAK ETAP dan SAK BPR disajikan dalam laporan
perubahan ekuitas.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran
kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Entitas sudah mengelompokkannya
menjadi tiga arus kas yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas
investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Entitas melaporkan arus kas dari
aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini
laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas,
dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan. Hal ini sesuai dengan SAK ETAP (2013: 24) paragraf 7.7.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas
yang berasal dari aktivitas operasi adalah pemberian dan pelunasan kredit,
penerimaan dan pembayaran simpanan, penempatan dan penarikan deposito pada
bank lain, dan penerimaan dan pembayaran pinjaman yang diterima dari bank
umum, BPR dan pihak lain.
Aktivitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas Investasi terdiri dari
pembelian aset tetap dan inventaris, penjualan/pengurangan aset tetap dan
inventaris, pembelian/penjualan aset tidak berwujud, dan pembelian/penjualan
Sertifikat Bank Indonesia.
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. Arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan diantaranya penerimaan/pembayaran pinjaman subordinasi,
penerimaan.pembayaran modal, pembagian laba pemerintah kabupaten,
pembayaran dan kesejahteraan, pembayaran jasa produksi, dan Coorporate Social
Responsibility (CSR). Hal ini sudah sesuai dengan SAK ETAP Bab 7 dalam hal
laporan arus kas.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai
gambaran umum BPR, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos – pos laporan
keuangan dan informasi penting lainnya.
Urutan penyajian catatan atas laporan keuangan PD BPR Bank Sleman yaitu
gambaran umum, kebijakan akuntansi, penjelasan pos – pos neraca, penjelasan
pos – pos laba rugi, dan lampiran. Dalam catatan atas laporan keuangan terdapat
pernyataan bahwa laporan keuangan disusun secara penuh sesuai dengan SAK
ETAP, yang dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat
tercapai. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa BPR telah menyusun laporan
keuangan dengan menerapkan aturan sesuai dengan SAK ETAP.
Daftar Referensi :
https://bprkosanda.co.id/wp-content/uploads/2019/04/Laporan-Tahunan-BPR-Tahun-
2018.pdf
https://bprkosanda.co.id/profil/
file:///C:/Users/muba/Downloads/122114054_full.pdf%20(1).pdf
https://www.scribd.com/document/346543417/fadhlan-docx

Anda mungkin juga menyukai