Anda di halaman 1dari 5

RESUME

ETNO FISIKA
“Hakikat Sains”

(Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Etno Fisika)

Dosen Pengampu
Dr. Sri Handono B.P.,M.Si
Dr. Sudarti, M.Kes

Disusun Oleh :
PUTRI AGVIOLITA
(170210102074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
HAKEKAT SAINS
Pengertian IPA

IPA atau sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistimatik dari
gejala - gejala alam. H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang IPA sebagai “ Systematic
and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation
and induction “. Terjemahan bebasnya adalah, “ Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi
“. Sedangkan Robert B Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistimatis atau
tersusun secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Unsur utama yang terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk yang satu sama
lain tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi di alam merupakan sikap
manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya, pada tahapan
digunakan proses atau metoda dengan cara menyusun hipotesis, melakukan kegiatan untuk
membuktikan kebenaran hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau
produk dari kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau
teori-teori. Berdasarkan uraian di atas maka tinjauan kita terhadap IPA pada hakekatnya dapat
dilihat dari dua segi, yaitu :

a. Sains sebagai proses

Pengertian IPA sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara mendapatkan ilmu
pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan untuk siswa dapat berupa konsep-
konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan dari hakekat IPA sebagai proses adalah pada
bagaimana seorang siswa menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Yang dimaksud
dengan menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang sedang dipelajarinya adalah murni
hasil pemikiran siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap mempelajari konsep-konsep
yang sudah ditemukan oleh para akhli IPA, tetapi yang menjadi titik berat adalah bagaimana
urutan-urutan atau tahapan-tahap yang dilakukan siswa pada saat mempelajari konsep tersebut.
Jika siswa dalam memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau langkah yang seharusnya,
maka berarti siswa tersebut telah memahami hakekat IPA sebagai proses. Sebagai contoh akan
dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami konduktor dan isolator. Siwa tidak menghapal
definisi konduktor dan isolator tetapi siswa mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan
isolator setelah siswa tersebut melakukan kegiatan dengan menggunakan batere, kabel,
bolalampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya. Mula-mula siswa mencoba membuat
rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah disiapkannya, kemudian mereka mencoba
mengganti hubungan kabel dengan benda-benda yang sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah
semua benda diselidiki, ternyata ada dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok
pertama terdiri atas kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan
kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat menyalakan lampu.
Selanjutnya diharapkan siswa dapat menggeneralisasikan sendiri benda-benda lainnya yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya yang dapat menghantarkan arus
listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut, siswa dapat mengelompokan sendiri benda
yang termasuk isolator dan benda yang termasuk konduktor. Kegiatan seperti itu mencerminkan
hakekat IPA sebagai proses; karena siswa pada saat mempelajari konsep isolator dan konduktor
siswa dapat menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya.

b. Sains sebagai Produk

Pengertian IPA sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami apa yang
sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus.
Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus
yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk. Pemahaman yang dilakukan
siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus tidak memerlukan urutan atau
tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang
dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang
sedang dibahasnya. Jika siswa hanya mempelajari prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus
dengan cara seperti itu, berarti siswa hanya mempelajari apa yang sudah dihasilkan ( produk )
oleh para akhli tanpa memikirkan/mengetahui bagaimana caranya prinsip-prinsip, hukum-
hukum, rumus-rumus itu ditemukan. Kegiatan yang dilakukan siswa seperti itu berarti telah
mengganggap IPA hanya sebagai produk saja.

c. Sains sebagai Sikap/Nilai

sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa. Jujur,
dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan nilai yang dapat
terbentuk melalui pembelajaran sains. Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik,
akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat
tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari
produknya saja.

Hakekat Pendidikan IPA

Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia adalah : “ Untuk membentuk manusia-manusia


pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan
rohaninya, memiliki pengetahuan dan terampil dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasaan yang tinggi dan disertai dengan budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan
mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan UUD 1945 “. Tujuan Pendidikan
Nasional tersebut kemudian dijabarkan lagi kedalam kurikulum untuk setiap mata pelajaran.
Tentunya setiap mata pelajaran mampunyai perannya sendiri dalam mencapai tujuan nasional
yang telah dirumuskan oleh pemerintah. IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar
dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan
IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan tulang
punggung kemajuan suatu negara. Pada hakekatnya Pendidikan IPA di Indonesia bertujuan untuk
:

a. Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup,
agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.

b. Memberi bekal pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan menghadapi
kehidupan modern yang serba praktis dan tepat.

c. Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini, bersifat hati-hati,
dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.

d. Memberikan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala permasalahan yang
ditemukan dalam kehidupannya.

e. Menanamkan rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang telah banyak
berjasa bagi kesejahteraan dunia dan manusia.

f. Menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas baru akan dapat tercapai jika semua pihak yang
terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu dalam usaha mencerdaskan manusia Indonesia.
Tentunya semua itu baru dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana
yang memadai. Jika sarana dan prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan
manusia Indonesia seutuhnya akan sulit terwujud.

Anda mungkin juga menyukai