Anda di halaman 1dari 14

RESUME

HYDROCHEPALUS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen :

Denni Fransiska H.M., M.Kep.

Nama :

Karina Putri Juaningsih

NIM :

AKX18013

Kelas SGD : A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UMUM

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
A. Pengertian Hidrosefalus
      Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan di
dalam otak. Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (Muslihatun,
Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta).

B. Etiologi Hidrosefalus
       Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi
ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat ialah foramen Monroi,
foramen Luscha dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara
teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
normal akan menyebabkan terjadinya hidrosepalus (Ngastiah, Perawatan Anak
Sakit. EGC).
            Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi
adalah kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan:
a. Kelainan Bawaan

1. Stenosis Aqueduktus Sylvii


Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal,
yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir
atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
2. Spina Bifida dan Kranium Bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
serebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total.

3. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan
suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.

4. Kista Arachnoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.

5. Anomali Pembuluh Darah


b. Infeksi
       Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningens sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subarakhnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis
purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulen di aqueduktus sylvii atau sistem basalis. Hidrosepalus banyak terjadi
pada klien pascameningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sistem basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar kismatika dan interpendunkularis, sedangkan
pada meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.
 c. Neoplasma
           Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin operasi), maka dapat dilakukan
tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau.
Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau aqueduktus sylvii bagian akhir
biasanya paling banyak disebabkan oleh glikoma yang berasal dari serebellum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kranio faringioma.

d. Perdarahan
       Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah
basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat dari darah itu sendiri
(Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta).

C. Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus


         Cairan serebrospinal dibuat di dalam otak dan biasanya beredar ke
seluruh bagian otak, selaput otak serta kanalis spinalis, kemudian diserap ke
dalam sistem peredaran darah. Jika terjadi gangguan pada peredaran maupun
penyerapan cairan serebrospinal, atau jika cairan yang dibentuk terlalu banyak,
maka volume cairan di dalam otak menjadi lebih tinggi dari normal.
Penimbunan cairan menyebabkan penekanan pada otak sehingga memaksa
otak untuk mendorong tulang tengkorak atau merusak jaringan otak.
         CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis
kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan
arakhnoid yang meliputi seluruh susuna saraf pusat (SSP). Cairan likuor
serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem
eksternal.
        Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun
100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS yang normal
ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari
tempat ini melalui saluran yang sempit Aquaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan
melalui foramen Luscha dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
reabsorbsi CSS oleh sistem kapiler.
        Hidrosepalus secara teoritis tejadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor,
serta peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme tersebut,
adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi.
           Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosepalus. Dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari beberapa hal, yakni kompresi sistem serebrovaskuler,
redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, perubahan
mekanis dari otak, serta pembesaran volume tengkorak karena regangan
abnormal sutura kranial.
         Produksi likuor yang berlebiha disebabkan tumor pleksus khoroid.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosepalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan
tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan reabsorbsi
yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi,
yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume
vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai
batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan
sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vana ini
tergantung dari komplians tengkorak (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta).

D. Klasifikasi Hidrosepalus
Terdapat dua klasifikasi hidrosepalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya
dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
1. Berdasarkan Sumbatannya
a) Hidrosepalus Obstruktif
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah
satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan
keluarnya ventrikel IV melalui foramen luschka dan magendie.
b) Hidrosepalus Komunikan
Adanya peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai adanya
penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
2. Berdasarkan Perolehannya
a) Hidrosepalus Kongenital
Hidrosepalus sudah diderita sejak lahir (sejak dalam kandungan). Ini
berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak
terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan
tingginya tekanan intrakranial.
b) Hidrosepalus Didapat
Pada hidrosepalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah
sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan
intrakranial yang tinggi.

E. Tanda dan Gejala Hidrosefalus


1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
6. Pelebaran vena kulit kepala
7. Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar
8. Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat dilakukan
perkusi kepala
9. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris seakan-
akan menyerupai matahari terbenam
10. Pergerakan bola mata tidak teratur
11. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis
berupa:
a) Gangguan Kesadaran
b) Kejang
c) Terkadang terjadi gangguan pusat vital (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika: Jakarta).

F. Prognosis

 Anak dengan hidrosefalus meningkat resikonya untuk berbagai

ketidakmampuan perkembangan. Rata-rata quosien intelegensi berkurang

dibandingkan dengan populasi umum, terutama untuk kemampuan tugas

sebagai kebalikan dari kemampuan verbal. Kebanyakan anak menderita

kelainan dalam fungsi memori (Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3.

EGC).

  Hidrosepalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan

neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan

meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh

karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested

hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal.

      Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian 7%. Setelah operasi sekitar

51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi

mental ringan (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan

Balita. Fitramaya: Yogyakarta).


ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Anamnesa  
1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.

2) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala,


lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
3) Kaji Riwayat Perkembangan

Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur.

Keluhan sakit perut.

2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
 Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 Adanya Pembesaran kepala.
 Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
2) Palpasi :
 Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata :
 Akomodasi.
 Gerakan bola mata.
 Luas lapang pandang
 Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

4) Observasi Tanda –tanda vital


Didapatkan data – data sebagai berikut :
 Peningkatan sistole tekanan darah.
 Penurunan nadi / Bradicardia.
 Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala b.d ketidak mampuan
bayi dalam mengerakan kepala akibat peningkatan ukuran dan berat kepala
3. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial b.d akumulasi
cairan serebrospinal.
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan orang tua kurang tentang penyakit
anaknya.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


DX 1 Mandiri Mandiri
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan 1. Kaji data dasar 1. Pengkajian yang
serebral adequat, neurologis. dilakukan sesering
serebral tidak efektif
dengan kriteria : 2. Observasi TTV. mungkin akan
b.d peningkatan memberikan data
tekanan systole dan 3. Tentukan posisi
tekanan intrakranial. guna menentukan
diastole dalam rentang anak : tinggikan perubahan keadaan
kepala. neurologis  anak
yang diharapkan, tidak
4. Anjurkan anak dan yang berhubungan
ada tanda-tanda
orang tua untuk dengan ICP Bila hal
peningkatan mengurangi aktivitas itu terjadi akan
intrakranial (tidak yang dapat menunjukkan bahwa
lebih dari 15mmHg) menaikkan tekanan anak sudah
intrakranial atau intra menunjukkan
dan tingkat kesadaran
abdominal, misal: gangguan ICP yang
membaik. mengejan saat BAB, bermakna.
menarik nafas, 2. Pengkajian tanda-
membalikkan badan, tanda vital yang
batuk. sesering mungkin
Kolaborasi akan membantu
1. Kolaborasi mendeteksi tanda-
dengan dokter tanda dini dari ICP
untuk pemberian (seperti takikardia,
analgetik. fluktuasi tekanan
darah, dan
Edukasi
pernafasan cheyne-
1. Instruksikan stokes)
keluarga untuk
3. Peninggian kepala di
mengobservasi
tempat tidur
kulit jika ada isi
memungkinkan
atau laserasi
terjadinya gravitasi
untuk peningkatan
aliran darak serebral,
akan membantu
penurunan ICP.
4. Dengan aktivitas
yang berlebih anak
akan berisiko
mengalami
peningktan TIK.

Kolaborasi
1. Pemberian analgetik
untuk mengurasi
nyeri akibat TIK
Edukasi
1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak
dengan hidrosefalus

1.

Mandiri Mandiri
Tidak terjadi
1. Kaji kulit kepala 1. untuk memantau
gangguan integritas
kulit dengan kriteria : setiap 2 jam dan monitor keadaan integumen
Kulit utuh, bersih dan terhadap area yang kulit secara dini.
kering. tertekan
2. Linen dapat
3. Hindari tidak adanya menyerap keringat
linen pada tempat tidur sehingga kulit tetap
4. Baringkan kepala pada kering
bantal karet busa atau
3. Untuk mengurangi
Potensial terhadap menggunakan tempat
tekanan yang
perubahan integritas tidur air jika mungkin.
menyebabkan stess
kulit kepala b.d Kolaborasi mekanik.
ketidak mampuan 1. Kolaborasi dengan
bayi dalam Kolaborasi
ahli gizi dengan
mengerakan kepala 1. Jaringan akan
berikan nutrisi sesuai
akibat peningkatan mudah nekrosis bila
kebutuhan.
ukuran dan berat kalori dan protein
kepala Edukasi kurang
1. Instruksikan pada Edukasi
keluarga pasien agar
mengubah posisi 1. Untuk
tidur setiap 2 jam meningkatkan
sekali sirkulasi kulit

Potensial komplikasi Mandiri Mandiri


peningkatan tekanan
1. Observasi ketat 1. Untuk mengetahui
intrakranial b.d tanda-tanda secara dini
akumulasi cairan peningkatan TIK peningkatan TIK
2. Tentukan skala coma 2. Penurunan
serebrospinal.
3. Hindari pemasangan keasadaran
infus dikepala menandakakan
4. Hindari sedasi adanya peningkatan
5. Jangan sekali-kali TIK
memijat atau 3. Mencegah terjadi
memopa shunt untuk infeksi sistemik
memeriksa fungsinya 4. Karena tingkat
kesadaran
Kolaborasi merupakan
Tidak terjadi indikator
peningkatan TIK 1. Berkolaborasi dengan peningkatan TIK
dengan kriteria :Tanda dokter untuk
5. Dapat mengakibatan
vital normal, pola melakukan
sumbatan sehingga
nafas efektif, reflek pembedahan, untuk
terjdi nyeri kepala
cahaya positif,tidak mengurangi
peningkatan. karena peningkatan
tejadi gangguan CSS atau obtruksi
kesadaran, tidak
Edukasi pada ujung kateter
muntah dan tidak
diperitonial
kejang.
1. Ajari keluarga
mengenai tanda-tanda Kolaborasi
peningkatan TIK.
1. Dengan dilakukan
pembedahan,
diharapkan cairan
cerebrospinal
berkurang, sehingga
TIK menurun, tidak
terjadi penekanan
pada lobus oksipitalis
dan tidak terjadi
pembesaran pada
kepala.

Edukasi

1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak
dengan hidrosefalus.

Ansietas b.d kurang Mandiri Mandiri


pengetahuan orang 1. Jelaskan secara rinci 1. Pengetahuan dapat
Keluarga menerima tentang kondisi mempersiapkan
keadaan anaknya, penderita, prosedur, keluarga dalam merawat
mampu menjelaskan terapi dan prognosanya. penderita.
keadaan penderita 2. Ulangi penjelasan 2. Keluarga dapat
dengan kriteria : tersebut bila perlu menerima seluruh
tua (situasi krisis) Keluarga dengan contoh bila informasi agar tidak
berpartisipasi dalam keluarga belum mengerti menimbulkan salah
tentang penyakit merawat anaknya dan
3. Klarifikasi kesalahan persepsi
anaknya. secra verbal keluarga
dapat mengerti asumsi dan misskonsepsi 3. Untuk menghindari
tentang penyakit 4. Berikan kesempatan salah persepsi
anaknya. keluarga untuk bertanya. 4. Keluarga dapat
mengemukakan
perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA
o Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta.
o Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. EGC
o Ngastiah, Perawatan Anak Sakit. EGC
o L. Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2.
EGC
o Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta
o Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai