Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN PRE ECLAMSIA BERAT (PEB)

DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH
Universitas Muhammadiyah Malang

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) PRE ECLAMSIA BERAT (PEB)
DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :
Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 11 Desember 2018

Mengetahui,

Pembimbing Intitusi Pembimbing Klinik

(..................................................) (..................................................)

Kepala Ruangan

(..................................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Manajemen Laktasi


Hari/Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Waktu/Jam : 10.00 - Selesai WIB
Tempat : Ruang 4
Peserta : Keluarga & Pasien Ruang 4 RSSA
Alokasi Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

I. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien dan pasien mampu memahami
tentang pre eclamsia berat.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga klien mampu
1. Mengetahui dan memahami definisi pre eclamsia berat
2. Mengetahui dan memahami penyebab pre eclamsia berat
3. Mengetahui dan memahami tanda-gejala pre eclamsia berat
4. Mengetahui dan memahami pencegahan pre eclamsia berat
5. Mengetahui dan memahami penanganan pre eclamsia berat

II. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Sebagai penerapan teori yang diperoleh dari kampus atau institusi, menambah
pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatanuntuk mempelajari lebih
jauh permasalahan yang ada.
b. Bagi masyarakat atau keluarga pasien
Sebagai tambahan informasi kepada klien tentang melaksanakan manajemen laktasi
dengan benar.
III. Setting Tempat

IV. Media
Leaflet, SAP, dan LCD

V. Metode
Ceramah dan tanya jawab

VI. Pengorganisasian
1. Moderator : Qurotta Ayuniyah
2. Penyaji :
1. Muhammad Baihaqi
2.
3. Fasilitator :
1. Sema Ekyrohni K.P
4. Observer :

VII. Kegiatan Penyuluhan


N Metode Dan
Tahapan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
o Media
1 Pembukaan Memberi salam a. Menjawab Ceramah dan
(5 menit) Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan tanya jawab
Kontrak waktu memperhatikan
Menjelaskan tujuan c. Menyetujui
pembelajaran
2 Kegiatan Inti Penyampaian materi Mendengarkan dan Media LCD
(15 menit) penyuluhan secara memperhatikan dan Leaflet
berurutan dan teratur:
a. Menjelaskan tentang apa
yang dimaksud PEB

3 Tanya Jawab Memberikan kesempatan Mengajukan Tanya jawab


(5 menit) peserta untuk bertanya pertanyaan pada
penyaji
4 Penutupan a. mengevaluasi a. menjawab Ceramah dan
(5 menit) pengetahuan peserta b. mendengarkan dan tanya jawab
b. kesimpulan dari memperhatikan
pembelajaran c. mendengarkan
c. salam penutup

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi kesehatan
sesuai dengan yan dibutuhkan

2. Evaluasi proses
a. Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta bisa mendengarkan dan berpatisipasi aktif sampai akhir kegiatan
3. Evaluasi hasil
Prosedur: Peserta mampu menjawab pertanyaan secara lisan Butir-butir pertanyaan:
1. Sebutkan pengertian Pre Eclamsia Berat
2. Sebutkan penyebab Pre Eclamsia Berat
3. Sebutkan tanda gejala Pre Eclamsia Berat

MATERI PENYULUHAN
PRE ECLAMSIA BERAT (PEB)
A. PENGERTIAN PRE ECLAMSIA
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).

Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat
pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai
preeklampsia yang berat (George, 2007).

B. FAKTOR RESIKO PRE ECLAMSIA


Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang
mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi:

1. Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau


riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko
terjadinya preeklampsia.

2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat


(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya
preeklampsia Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur
kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu
muda atau terlalu tua.

3. Kegemukan

4. Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai
bayi kembar atau lebih.

5. Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu


sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi
hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerati seperti
reumatik arthritis atau lupus.
C. ETIOLOGI PRE ECLAMSIA
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori
“iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini. Adapun teori-teori tersebut adalah :

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,


sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,
sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh
trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi
aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi
plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.

2. Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi


pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada
preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat
diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

3. Peran Faktor Genetik

Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari
ibu yang menderita preeklampsia.

4. Iskemik dari uterus

Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus

5. Defisiensi kalsium

Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari


pembuluh darah.

6. Disfungsi dan aktivasi dari

endotelial Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam
patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah
wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada
trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan
kemajuan kehamilan.
D. PATOFISIOLOGI PRE ECLAMSIA
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,
tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan
sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskular,
meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni.
Infarkplasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan
kematian janin dalam rahim (Michael, 2005).
Perubahan pada organ-organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan
eklamsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi
endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.
2. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklamsia tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklamsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan
protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi
kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal.
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah
satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan
tanda preklamsia berat yang mengarah pada eklamsia adalah adanya skotoma,
diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah
dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina.
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru.

E. GAMBARAN KLINIS PRE ECLAMSIA


Gejala Subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala
ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan
proteinuria bertambah meningkat.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah pada preklamsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai
kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu,
edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan
otak.
Diagnosis Pre Eclamsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium.
Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :


- Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan
riwayat tekanan darah normal.
- Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstearm.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
- Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+
- Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
- Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
- Terdapat edema paru dan sianosis.
- Trombositopeni.
- Gangguan fungsi hati.
- Pertumbuhan janin terhambat.

F. PENATALAKSAAN PRE ECLAMSIA BERAT


Penangan Umum
1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik
diantara 90-100 mmHg
2. Pasang infus RL
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload
4. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5. Jika jumlah urin < 30 ml perjam:
a. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
b. Pantau kemungkinan edema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
7. Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian
cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena
9. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside.
Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati
Antihipertensi (Terapi Farmako)
- Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun
- Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intamuskular
setiap 2 jam
- Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :
 Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.
 Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak
membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan samapi 20 mg
intravena
Persalinan
a) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.
b) Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa:
o Tidak terdapat koagulapati
o Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan anastesia
lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi
c) Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan
persalinan pervaginam. Jika servik matang, lakukan induksi dengan aksitosin 2-5
IU dalam 500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

Pencegahan
Untuk mencegah kejadian Preeklampsi dapat dilakukan nasehat tentang :
 Diet makanan
Makanan tinggi protein, karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau oedema.
 Cukup Istirahat
 Pengawasan antenatal ( Tekanan darah, TFU, Kenaikan berat badan, oedema,
proteinuria, gerakan janin, denyut jantung janin, dan air ketuban)
DAFTAR PUSTAKA

Llewwllyn. D. Setiap wanita. Delapratasa: Jakarta. 2005.


Neil. R. Panduan lengkap perawatan kehamilan. 2001. Dian rakyat. Jakarta
Cunningham, F.Gary et.Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta: EGC;
2006.
POGI- JNPKKR. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar.
Jakarta : Depkes RI; 2005
Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC; 1998
Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
Varney, Helen. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC; 1997. 8. Wiknjosastro H.
Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002

Anda mungkin juga menyukai