Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
“Perkembangan Demokrasi di Dunia”

Disusun oleh:
RIZAL NURHIDAYAT
I0714031

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Demokrasi............................................................................... 2
2.2 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia ............................................ 2
2.2.1 Zaman Kuno ......................................................................................... 2
2.2.2 Abad Pertengahan................................................................................ 4
2.2.3 Zaman Modern ..................................................................................... 6
2.3 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia ...................................... 9
2.3.1 Penerapan Demokrasi Parlementer (1950 – 1959) .............................. 9
2.3.2 Demokrasi Terpimpin (1959 – Orde Baru) ........................................... 9
2.3.3 Sistem Demokrasi Order Baru (1966 – 1998) ..................................... 10
2.3.4 Demokrasi Pasca Runtuhnya Orde Baru (Masa Reformasi)............... 10
2.4 Demokrasi di Berbagai Negara ............................................................... 10
2.4.1 Demokrasi Amerika Serikat ................................................................ 10
2.4.2 Demokrasi Inggris ............................................................................... 14
2.4.3 Demokrasi Cina................................................................................... 16
2.5 Demokrasi di Indonesia (Demokrasi Pancasila) ...................................... 16
2.5.1 Prinsip Demokrasi Pancasila .............................................................. 17
2.5.2 Ciri Demokrasi Pancasila .................................................................... 18
2.5.3 Asas Demokrasi Pancasila .................................................................. 18
2.5.4 Landasan Pokok Demokrasi Pancasila ............................................... 19
2.5.5 Fungsi Demokrasi Pancasila ............................................................... 19
BAB III PENUTUP............................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR ‎II.1 CLEISTHENES............................................................................................. 2


GAMBAR ‎II.2 ILUSTRASI PENERAPAN DEMOKRASI ATHENA ................................................... 3
GAMBAR ‎II.3 MAGNA CHARTA ....................................................................................... 5
GAMBAR ‎II.4 PENETAPAN HAK SUARA PRIA UNIVERSAL DI PERANCIS TAHUN 1848 .................... 7
GAMBAR ‎II.5 INDEKS DEMOKRASI YANG DISUSUN THE ECONOMIST PADA DESEMBER 2011 ....... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap warga negara dalam kesehariannya selalu berhubungan dengan
aspek-aspek politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan
politik yang telah menjadi bagian dari keseharian warga negara dalam sebuah
negara ini menimbulkan atau membentuk pendapat, pandangan dan
pengetahuan tentang perilaku politik. Pandangan, pendapat, dan pengetahuan
itu memunculkan orientasi seseorang terhadap kehidupan politik atau objek
politik sehingga melahirkan budaya politik dalam sebuah Negara. Sebuah
Negara memiliki sistem politik yang berbeda. Disamping itu, sebuah Negara
pasti memiliki sebuah sistem pemerintahan, dan sistem pemerintahan yang
dianut sesuai dengan keinginan dan kesepakan Negara tersebut.
Dalam sebuah kehidupan bernegara sebuah negara sangat memerlukan
sistem pemerintahan, agar mereka dapat tertuntun dan sebuah sistem
pemerintahan tersebut menjadi cara yang dianut oleh semua masyarakat dalam
sebuah Negara. Sistem pemerintahan yang dianut dan paling sering digunakan
adalah sistem pemerintahan demokrasi.
Proses penguatan hak rakyat dan penduduk negeri akhir-akhir ini makin
menguat seiring dengan meningkatnya tekonologi informasi dan kesadaran
tentang hak inidividu untuk menyuarakan pendapatnya, dan hak untuk
mengetahui yang sebenarnya. Hal ini hampir terjadi di semua negara kecuali
negara-negara yang masih mempertahankan sistem diktator seperti Myanmar,
Korea Utara, Kuba, dsb. Jika dalam sebuah negara oposisi tidak diizinkan ada,
maka dapat dipastikan negara tersebut menganut sistim diktator. Oleh karena
itu, demokrasi banyak diminati oleh Negara-negara di dunia.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang sejarah perkembangan
demokrasi di dunia termasuk Indonesia. Selain itu juga akan membahas sistem
demokrasi yang dianut oleh beberapa negara di dunia. Dan tentunya membahas
tentang sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia, yaitu Demokrasi
Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari Demokrasi?
b. Bagaimana perkembangan Demokrasi di dunia?
c. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang
artinya rakyat dan cratein yang artinya memerintah. Jadi demokrasi berarti
suatu negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat .
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat orang lain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena,
meskipun ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang
mengakui kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Demokrasi itu dimana otoritas Negara ada di tangan rakyat. Apa saja
adalah milik rakyat. Tetapi mustahil semua rakyat menjadi pemimpin
(presiden) dalam sebuah negara, maka dari itu mereka mengadakan pemilu,
memilih wakil-wakil, kemudian para wakil memilih sejumlah orang yang
dibayar untuk mengurusi segala yang diperlukan oleh rakyat dalm
ketatanegaraan. Pengurus itu dijejer dari paling atas Namanya presiden
selanjutnya sampai ke level yang terbawah sampai ajudan Pak RT.
Dalam Demokrasi, presiden dan seluruh jajaran birokrat adalah PRT alias
pembantu rumah tangga rakyat. Rakyat membayarnya, menyediakan kantor,
rumah dinas, kendaraan, serta segala perlengkapan untuk menjalankan
tugasnya. Pemerintah adalah pihak yang dipilih, sementara rakyat adalah pihak
yang memilih, yang memilih lebih tinggi derajatnya dan lebih berkuasa dari
yang dipilih.
2.2 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia‎[2]
2.2.1 Zaman Kuno
Konsep demokrasi semula hadir dari pemikiran
mengenai konsep negara dan hukum yang dipratikkan
pada abad Yunani Kuno yang dikenal sebagai
Demokrasi Athena. Demokrasi Athena yang didirikan
oleh Cleisthenes pada tahun 508/7 SM berbentuk
demokrasi langsung, dimana warga negara secara
langsung berperan dalam membuat keputusan-
keputusan politik dengan mengikuti prosedur
mayoritas. Sistem ini dapat dilaksanakan dengan
efektif karena wilayah pelaksanaannya hanya terbatas Gambar ‎II.1 Cleisthenes
pada sebuah kota dan daerah di sekitarnya serta
penduduk di wilayah tersebut masih terbilang sedikit.

2
Selain itu, ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku bagi warga
negara resmi yang hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk
dikarenakan perempuan, anak-anak, budak belian, dan pedagang asing tidak
termasuk dalam kategori warga negara. Kewarganegaraan Athena hanya
berlaku bagi pria diatas usia 18 tahun yang telah mengikuti pelatihan militer
dan tidak melanggar hukum, sehingga dalam keadaan ini dan dikombinasikan
fluktuasi populasi kaum pria akibat perang, warga negara Demokrasi Athena
hanya mencakup kurang dari 20 persen total populasi.

Gambar ‎II.2 Ilustrasi Penerapan Demokrasi Athena

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan


dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat melalui
majelis, dewan (boule), dan pengadilan mengendalikan seluruh proses politik
dan sebagian besar warga negara terus terlibat dalam urusan publik. Meskipun
hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena dalam arti modern,
penduduk Athena menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah,
tetapi dengan tinggal di sebuah kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan
menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah orang lain.
Dalam periode yang sama Republic Romawi juga berkembang pesat.
Republik Romawi mengambil elemen-elemen demokrasi Yunani dan
menerapkannya dalam pemerintahannya. Meski Republik Romawi
berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya sebagian kecil
orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat karena
pada awalnya hanya dimiliki oleh kaum aristrokat, yaitu orang-orang yang
mewariskan kekuasaan selama turun temurun, yang duduk di pemerintahan.
Barulah setelah itu rakyat juga diizinkan untuk memegang beberapa jabatan
dan memilih pemimpin mereka sendiri. Republik Romawi juga merupakan
pemerintahan pertama di dunia Barat yang berbentuk Republik, meski
demokrasinya tidak menonjol.

3
Model pemerintahan Romawi menginspirasi para pemikir politik pada
abad-abad selanjutnya dan negara-negara demokrasi perwakilan modern
cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena Romawi adalah
negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih yang
telah memilih atau mencalonkan seorang pemimpin. Demokrasi perwakilan
adalah bentuk demokrasi yang rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian
memberi suara terhadap sejumlah inisiatif kebijakan, berbeda dengan
demokrasi langsung yang rakyatnya memberi suara terhadap inisiatif kebijakan
secara langsung. Pada abad terakhir SM lembaga-lembaga demokrasi Republik
Romawi dihancurkan oleh para pejabat yang korup dan prajurut yang haus
kekuasaan. Selama 600 tahun berikutnya, demokrasi benar-benar hilang.
2.2.2 Abad Pertengahan
Gagasan demokrasi Yunani-Romawi hampir bisa dikatakan hilang dari
muka Dunia Barat di abad pertengahan. Namun demikian di seluruh dunia
muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum atau pertemuan meski
hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem tersebut meliputi:
• Pemungutan suara oleh Kerajaan Chola di India Selatan
• Pemilihan Gopala oleh kasta atas di daerah Bengal, India
• Persemakmuran Polandia-Lithuania (10% populasi)
• Althing di Islandia
• Løgting di Kepulauan Faeroe,
• Beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia
• Sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal
• Veche di Republik Novgorod dan Pskov di Rusia abad pertengahan,
• Things di Skandinavia,
• Negara bagian di Tirol dan Swiss,
• Kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan
• Masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.
Pada umumnya wilayah di Eropa abad pertengahan dikuasai oleh pemuka
agama dan tuan tanah. Masyarakat abad pertengahan dicirikan oleh struktur
sosial yang feodal, kehidupan sosial dan spiritualnya dikuasai oleh Paus dan
pejabat gereja; sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan
kekuasaan antara para bangsawan. Dengan demikian masyarakat Eropa
memasuki era yang dikenal sebagai masa kegelapan (dark age). Kendati
demikian, di masa kegelapan ini pada tahun 1215 lahirlah Magna Charta
(Piagam Besar), yang merupakan semacam kontrak hasil pemaksaan para
terhadap Raja John dari Inggris dimana untuk pertama kali seorang raja yang
berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dari
bawahannya sebagai imbalan untuk menyerahkan dana untuk keperluan
perang dan sebagainya.

4
Gambar ‎II.3 Magna Charta

Magna Carta mendorong terciptanya parlemen atau badan pembuat hukum


yang menyatakan bahwa hukum tertulis lebih berkuasa daripada raja dengan
demikian kekuasaan keluarga kerajaan mulai dibatasi dan rakyat mulai
mendapat sebagian kekuasaan. Selanjutnya kekuasaan Parlemen semakin
menguat dengan munculnya berbagai peraturan yang membatasi kekuasaan
raja. Semakin kuat Parlemen, semakin banyak hak hak rakyat untuk
menyatakan pendapatnya. Meskipun piagam ini lahir dalam suasana yang
feodal dan tidak berlaku pada rakyat jelata namun dianggap sebagai tonggak
perkembangan gagasan demokrasi.
Masa Renaissance (Lahir Kembali) adalah masa dimana minat terhadap
sastra dan budaya Yunani kuno hidup kembali dalam bentuk gelombang-
gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di kota Florennce, Italia
pada abad ke-14 dan mencapai puncaknya di abad ke-15 dan 16. Masyarakat
kembali berpaling kepada kebudayaan klasik terutama kebudayaan Yunani dan
Romawi karena kebudayaan ini menempatkan manusia sebagai subjek utama,
yang dikenal sebagai humanisme classic.
Masa Renaisans adalah masa ketika orang mematahkan semua ikatan yang
ada dan menggantikannya dengan kebebasan bertindak seluas-luasnya sesuai
dengan yang dipikirkan. Sebagian ahli mengatakan bahwa masa Renaisans
bukanlah merupakan suatu titik tonggak perubahan yang baru dalam sejarah
dikarenakan masyarakat pada masa tersebut hanya mengenang kembali dan
memanfaatkan ulang sistem kebudayaan yang telah ada sebelumnya, sehingga
ahli-ahli tersebut lebih memilih istilah Zaman Modern Awal.

5
Selain Renaisans, peristiwa yang ikut mendorong timbulnya kembali
demokrasi adalah Reformasi Gereja oleh Martin Luther yang bertujuan untuk
memperbaiki keadaan Gereja Katolik yang pada saat itu hanya menjadi
perpanjangan tangan penguasa. Namun gerakan reformasi ini justru
memunculkan ajaran baru yang menyulut timbulnya pemberontakan rakyat
jelata dimana-mana. Efek dari peristiwa ini justru menjadi tanda berakhirnya
beberapa konflik-konflik yang sudah lama tidak terselesaikan dan kelelahan
akibat perang sehingga menciptakan keseimbangan.
Renaisans dan Reformasi ini mendorong Eropa masuk ke dalam Abad
Pemikiran (Aufklarung) yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran
dari batas-batas yang ada yang pada gilirannya memunculkan gagasan tentang
kebebasan politik. Dari sinilah timbul gagasan tentang hak-hak politik rakyat
yang tidak boleh diselewengkan oleh raja dan timbul kecaman-kecaman
terhadap raja yang memerintah dengan kekuasaan tak terbatas. Kecaman dan
dobrakan terhadap absolutisme monarki didasarkan pada teori rasionalistis
bahwa dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung
prinsip-prinsip keadilan yang universal. Raja diberi kekuasaan untuk
memimpin dan rakyat akan tunduk selama hak-haknya terjamin. Tampak
bahwa teori hukum alam merupakan usaha mendobrak pemerintahan absolut
dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas yang disebut
demokrasi (pemerintahan rakyat).
2.2.3 Zaman Modern
A. Menuju Demokrasi Modern
Filsuf Inggris John locke dan seorang filsuf Perancis Jean-Jacques
Rousseau mempengaruhi penguatan nilai-nilai demokrasi walaupun tidak
konklusif merujuk langsung pada demokrasi (Political Dictionary). John Locke
dalam bukunya Two Treatises menyatakan bahwa dibawah ‘kontrak sosial’,
tugas pemerintah adalah untuk melindungi ‘hak-hak alamiah’, yang mencakup
hak untuk hidup, kemerdekaan, dan kepemilikan properti. Kemudian Rousseau
memperluas pemikiran tersebut dalam bukunya The Social Contract (1762).
Kedua filsuf ini sangat berpengaruh dalam mempersiapkan jalan menuju
demokrasi Amerika di jaman modern.
Pada akhir abad ke-18 beberapa pemikiran menghasilkan revolusi Perancis
dan Amerika, pemikiran tersebut antara lain adalah bahwa manusia
mempunyai hak politik yang tidak boleh diselewengkan oleh raja dan
menyebabkan dilontarkan kecaman terhadap raja, yang menurut pola yang
sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Pendobrakan
terhadap kedudukan raja yang absolut didasarkan atas suatu teori rasionalistis
yang dikenal dengan social contract (kontrak sosial).

6
Montesquieu mengemukakan sistem pokok berupa Trias Politica yang
menurutnya dapat menjamin hak-hak politik melalui suatu sistem pemisahan
kekuasaan dalam negara menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
yang masing-masing harus dipegang oleh organ sendiri yang merdeka,
sehingga kekuasaan tidak dipegang oleh satu orang saja.
Revolusi Amerika adalah kejadian penting lain dalam sejarah demokrasi.
Deklarasi Kemerdekaan tahun 1776 oleh presiden Thomass Jefferson
mengakui pengaruh John Locke dan Rousseau dalam penyusunan dokumen
kemerdekaan. Dari Locke diambil pemikiran tentang semua manusia
diciptakan setara bahwa manusia punya hak hidup, kemerdekaan dan mengejar
kebahagiaan. Lalu dari Rousseau diambil pemikiran bahwa rakyat, semua
orang dapat mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah manakala
pemerintah tidak menghargai hak-hak tersebut. Revolusi Perancis membuka
jalan pada pemikiran bahwa kemerdekaan terjadi setelah cabang-cabang
pemerintahan legislatif, yudikatif dan eksekutif dipisahkan. Rakyat Perancis
menggulingkan raja Louis ke-XVI dan kemudian menetapkan ‘Deklarasi Hak-
hak Manusia’ dalam hal kemerdekaan, hak milik, keamanan, dan penolakkan
kepada penindasan.

Gambar ‎II.4 Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848

Di seluruh dunia, revolusi mulai bermunculan melawan monarki, dan


pemerintahan demokratis mulai menjamur. Sebelum abad ke-19 berakhir,
hampir semua morarki Eropa Barat telah mengadopsi suatu konstitusi yang
membatasi kekuasaan keluarga kerajaan dan memberikan sebagian kekuasaan
kepada rakyat. Demokrasi menjadi semakin populer. Sampai tahun 1950
hampir setiap negara yang merdeka memiliki pemerintahan yang memiliki
beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi. Bangsa yang dijadikan model dari
prinsip-prinsip tersebut adalah Amerika Serikat.

7
Demokrasi Amerika modern adalah dalam bentuk suatu republik
demokratik atau demokrasi perwakilan. Suatu demokrasi perwakilan muncul di
Amerika Serikat sebab penduduk baru sudah muak dengan pajak tanpa
perwakilan dan mereka menginginkan sistem yang lebih adil dimana orang
biasa bisa bersuara untuk ikut mengatur negara. Mereka menginginkan
demokrasi perwakilan dimana perwakilan yang dipilih yang akan mengatur
pemerintahan. Para perwakilan tersebut dipilih dengan pemikiran bahwa
mereka akan secara tepat mewakili konstituen mereka, tetapi sebagai langkah
untuk berjaga-jaga seandainya ini tidak terjadi, pemerintahan Amerika Serikat
dibagi menjadi 3 cabang untuk mengawasi penyelewengan. Ketiganya adalah
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tidak ada satupun yang memiliki kekuasaan
absolut. Ketiga cabang pemerintahan tersebut dimaksudkan sebagai cara untuk
menghindari tirani mayoritas.
B. Menuju Demokrasi Modern
Akibat dari keinginan menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif
timbullah gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi kekusaan
pemerintah ialah dengan suatu konstitusi. Undang-undang menjamin hak-hak
politik dan menyelenggarakan pembagian kekuasaan negara dengan
sedemikian rupa, sehingga kekusaan eksekutif di imbangi dengan kekusaan
parlemen dan lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme
(constitusionalism), sedangkan negara yang menganut gagasan ini disebut
constitutional state. Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 gagasan
mengenai perlunya pembatasan mendapatkan perumusan yang yuridis. Ahli
hukum Eropa Barat yaitu Immanuel Kant. Kant memakai istilah Rechtsstaat
sedangkan A.V. Dicey memakai istilah Rule of Law. Pada abad ke-20 gagasan
bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik
dibidang sosial maupun ekonomi lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan oleh karenanya
harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.

Gambar ‎II.5 Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2011

8
Sesudah perang Dunia II International Commission Of Jurists tahun 1965
sangat memperluas konsep mengenai Rule Of Law, bahwa disamping hak-hak
politik juga hak-hak sosial dan ekonomi harus diakui dan dipelihara, sebagai
standar dasar sosial ekonomi. International Commission Of Jurists dalam
konferensinya di Bangkok merumuskan mengenai sistem politik dengan
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat suatu
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil
yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui
suatu proses pemilihan yang bebas. Ini dinamakan “demokrasi berdasarkan
perwakilan”.
2.3 Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia‎[4]
Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang menerapkan demokrasi
dalam sistem pemerintahannya. Sistem demokrasi di Indonesia mulai
berkembang secara dewasa sejak terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Para tokoh pendiri bangsa pada masa itu memang sudah memilih sistem
demokrasi sebagai alat untuk mengatur sistem pemerintahan negara.
Perjalanan demokrasi di Indonesia sangat identik dengan faktor politik,
maka tidak heran jika pada masa awal negara didirikan, Indonesia sempat
beberapa kali mengalami proses pergantian sistem demokrasi. Diantaranya
sistem demokrasi parlementer dan sistem demokrasi terpemimpin.
2.3.1 Penerapan Demokrasi Parlementer (1950 – 1959)
Pada masa awal pemerintahan Indonesia, yaitu pada periode 1950 hingga
1959, pemerintah Indonesia menggunakan UUD Sementara sebagai landasan
hukum konstitusi negara. Pada masa ini bisa dibilang demokrasi mengalami
kejayaan, karena hampir semua aspek pemerintahan dan politik dijalankan
dengan sistem demokrasi.
2.3.2 Demokrasi Terpimpin (1959 – Orde Baru)
Kemudian pada 1959 terjadi perubahan sistem dari demokrasi parlementer
menjadi sistem demokrasi terpimpin. Hal ini didasarkan oleh ketidaksukaan
presiden Soekarno terhadap sikap dari partai-partai politik. Beberapa partai
politik cenderung lebih berpihak kepada kepentingan internalnya sendiri,
dibanding memihak kepada kepentingan nasional. Presiden Soekarno
menganggap sistem demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia yang cenderung diperngaruhi oleh semangat kekeluargaan
dan gotong royong.

9
2.3.3 Sistem Demokrasi Order Baru (1966 – 1998)
Berlanjut ke masa pada saat transisi dari order lama ke orde baru atau lebih
tepatnya pada masa pemerintahan presiden Soeharto, sistem demokrasi
Indonesia bisa dibilang berantakan. Hak rakyat tidak tersampaikan secara
penuh dalam jalannya pemerintahan. Pemerintah kala itu membatasi hak dan
kewajiban warna negara, terbukti dengan proses rotasi jabatan kekuasaan yang
hampir tidak pernah terjadi. Rotasi perpindahan kekuasaan hanya berlaku
untuk sebagian kecil pejabat-pejabat rendah seperti kepala desa, dan camat.
Kalaupun ada pejabat tinggi yang diganti hanya pada pergantian jabatan wakil
presiden. Pergantian rotasi kekuasaan tidak berlaku untuk presiden pada masa
itu, hal ini sangat tidak mencerminkan ciri-ciri demokrasi.
2.3.4 Demokrasi Pasca Runtuhnya Orde Baru (Masa Reformasi)
Gejolak dan amarah rakyat akhirnya meledak dengan melakukan protes
besar-besaran terhadap sistem pemerintahan order baru. Tepatnya pada tahun
1998, rakyat serentak menuntut presiden Soeharto untuk mundur dari kursi
kekuasaannya. Presiden Soeharto dianggap sudah terlalu jauh memonopoli
kekuasaan dan mencemari semangat demokrasi yang berlaku di Indonesia.
Peristiwa 1998 tersebut bisa dijadikan sebagai awal menuju kedewasaan
demokrasi bagi rakyat Indonesia. Dimulai dengan proses amandemen UUD
1945 yang diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kehidupan berbangsa.
Lebih khsusnya terkait dengan permasalahan pembagian kekuasaan di
lembaga-lembaga pemerintahan.
Setelah pemerintahan presiden Soeharto runtuh dan berganti dengan
pemerintahan presiden Habibie, Indonesia benar-benar mengalami perubahan
sistem demokrasi yang sangat signifikan, diantaranya dengan diberlakukannya
kebebasan pers sebagai sarana atau ruang publik sebagai alat untuk
memudahkan hubungan negara dengan warga negara. Selain itu warga negara
mendapat kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selain itu juga diberlakukan sistem pemilu multi partai.
2.4 Demokrasi di Berbagai Negara‎[5]
2.4.1 Demokrasi Amerika Serikat
Jika dilihat praktik demokrasi di Amerika Serikat, sedikit banyak tidak
dapat dipungkiri bahwa negara ini telah menerapkan prinsip-prinsip dasar
demokrasi dalam praktik kenegaraannya. Semua hal yang berkaitan dengan
kenegaraan telah diatur dengan rinci dalam konstitusinya. Di samping itu,
lembaga-lembaga negara yang ada pun menjalankan tugas dengan mekanisme
check and balances yang tinggi antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.

10
Tiga lembaga pemerintahan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif, secara
terpisah antara satu dengan yang lain masing-masing memiliki kekuasaan
untuk mengimbangi di antara ketiga lembaga tersebut. Mekanisme check and
balances yang terutama ditujukan bagi lembaga legislatif yang memiliki
kekuasaan tertinggi (HoR) yang diimbangi oleh Senat yang dipilih oleh
lembaga legislatif negara-negara bagian merupakan suatu cara untuk membagi
kekuasaan pemerintah dan menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
Jika dilihat lagi lebih mendalam, prinsip-prinsip demokrasi yang dijalankan
dapat dipaparkan sebagai berikut:
 Pemilihan Umum yang Demokratis
Di Amerika Serikat, Kongres membentuk Federal Election Commission
(FEC) yang bertugas melaksanakan pemilihan umum dan badan ini murni
independen sehingga tidak ada kemungkinan dicampuri atau diintervensi oleh
pemerintah. Pengurusnya dipilih setiap enam tahun sekali dan tugas yang
paling penting ialah pengawasan terhadap pengelolaan sumber dana (yang
dipakai untuk pembiayaan kampanye) dari setiap calon kandidat, kelengkapan
administrasi kandidat serta penghitungan suara hasil pemilu.
Pemilu yang demokratis, di Amerika Serikat, pemilihan yang bebas dan
adil adalah hal yang penting dalam menjamin pondasi politik demokratis.
Untuk beberapa alasan kebanyak warga Amerika percaya secara keseluruhan
sistem elektoral adalah adil dan jujur. Beberapa hal yang dapat dicatat antara
lain bahwa frekuensi pemilihan-pemilihan bermakna tak ada partai atau faksi di
dalam sebuah partai yang punya jaminan untuk selamanya berkuasa, yang
mendapat suara mayoritas tidak mungkin selalu mendapat suara mayoritas
pada pemilihan berikutnya.
Sistem peradilan yang independen, Lembaga yudikatif di Amerika Serikat
adalah lembaga hukum yang independen. Ia terdiri dari Mahkamah Agung
(MA) sebagai lembaga peradilan tertinggi. MA membawahi badan Peradilan
Banding tingkat federal dan di tingkat lebih bawah lagi terdapat badan
Peradilan tingkat distrik.
MA di Amerika Serikat merupakan satu-satunya produk yudikatif dari
konstitusi. Keputusan MA tidak dapat ditandingi oleh lembaga peradilan
lainnya. Meskipun kongres memiliki kewenangan untuk menentukan jumlah
hakim yang akan duduk dalam MA dan kadangkala menentukan kasus apa
yang harus diselesaikan, namun tidak memiliki kewenangan untuk
menjatuhkan kekuasaan MA. MA menangani kasus yang melibatkan orang
penting dari negara lain dan negara bagian Amerika Serikat serta kasus-kasus
banding dari pengadilan di bawahnya.

11
Pengadilan bisa menjadi sangat kuat dalam demokrasi, dan melalui banyak
cara ia adalah tangan yang menafsirkan dan memberlakukan aturan-aturan
yang ada di konstitusi. Di Amerika Serikat, pengadilan bisa menyatakan bahwa
tindakan kongres dan badan parlemen di tingkat negara bagian tidak sah karena
bertentangan dengan konstitusi dan bisa memerintahkan suatu tindakan oleh
kepresidenan atas alasan yang sama. Pembela terbesar hak-hak individu di
Amerika Serikat adalah sistem pengadilan hal ini dimungkinkan karena
kebanyakan hakim memiliki masa jabatan seumur hidup dan dapat
memusatkan perhatian tanpa terganggu oleh politik. Demokrasi juga terdapat
dalam perlindungan hak-hak individu, menyediakan perlindungan tersebut
adalah tugas utama peradilan federal.
 Kekuasaan lembaga kepresidenan
Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden berdasarkan konstitusi.
Konstitusi juga mengatur pemilihan Wakil Presiden termasuk wewenang
sementara untuk menggantikan presiden jika presiden meninggal dunia,
mengundurkan diri atau diberhentikan. Di samping itu, Konstitusi juga
mengatur tugas dan kewenangan presiden secara detail yang tidak dapat
didelegasikan kepada siapapun termasuk Wakil Presiden, kabinet presidensial
atau pegawai pemerintah federal lainnya. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif
terpusat pada Presiden. Mengenai kekuasaan eksekutif berada di tangan
presiden ini secara konstitusional terdapat dalam Pasal II Konstitusi Amerika
Serikat, yang menetapkan adanya seorang presiden, menentukan cara
pemilihan dan menetapkan masa jabatan presiden selama empat tahun.
Antar lembaga negara di Amerika Serikat dikenal sebuah sistem
pengawasan dan perimbangan yang dirancang untuk memperbolehkan tiap
lembaga negara membatasi kekuasaan yang lain. Presiden bisa memveto
langkah-langkah Kongres baik dalam tataran konstitusional maupun kebijakan
dan vetonya tidak bisa diruntuhkan seperti di sampaikan di atas. Hal ini tidak
saja memberi presiden kesempatan untuk mengawasi Kongres, namun juga
memungkinkannya untuk lebih dulu mengimbangi kepentingan legislatif.
Namun pengawasan dan perimbangan juga membatasi prerogatif kepresidenan.
Perintah eksekutif kepresidenan, misalnya saja, harus sesuai dengan UU atau ia
tak akan bisa diberlakukan oleh pengadilan federal. Penunjukkan yang
dilakukan presiden untuk jabatan-jabatan tinggi harus disetujui mayoritas suara
senat.

12
Hal terpenting dari pengawasan terhadap presiden berupa impeachment
dan pemecatan karena kejahatan berat dan perbuatan tercela. Dalam sistem
konstitusional Amerika tidak ada pemecatan karena mendapat mosi tak percaya
dari dewan legislatif, seorang presiden di-impeach oleh suara mayoritas dari
parlemen. Selanjutnya ia disidangkan di Senat, dengan pimpinan sidang kepala
MA Amerika Serikat dengan hukuman terberatnya hanyalah pemecatan dari
jabatan sekalipun seorang presiden bisa dituduh dan diadili di pengadilan biasa
untuk membuktikan apakah ia terbukti bersalah atau terbebas dari tuduhan
dalam impeachment yang jatuh padanya.
 Peran media yang bebas
Hal yang berkaitan erat dengan hak publik untuk tahu adalah media yang
bebas (surat kabar, radio dan televisi) yang bisa menginvestigasi jalannya
pemerintahan dan melaporkannya tanpa takut adanya penuntutan. Dalam hal
ini, pers dianggap sebagai penjaga yang baik dari demokrasi dan merupakan
pengganti warga, melaporkan kembali melalui media cetak dan penyiaran apa
yang sudah ditemukannya sehingga masyarakat bisa bertindak berdasarkan
pengetahuan itu. Dalam demokrasi, masyarakat bergantung pada pers untuk
memberantas korupsi, untuk memaparkan kesalahan penerapan hukum atau
ketidakefisienan kerja sebuah lembaga pemerintah. Tak ada negara yang bisa
bebas tanpa adanya pers bebas dan satu pertanpa kediktatoran adalah
pembungkaman media.
 Peran kelompok-kelompok kepentingan
Dengan semakin kompleksnya permasalahan dan bertambah banyaknya
jumlah penduduk yang sangat plural tidak mengherankan jumlah kelompok-
kelompok kepentindan di Amerika Serikat yang berfungsi menyuarakan
aspirasi masyarakat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ada banyak
organisasi di luar pemerintah yang independen dari negara, misalnya GOPAC
yang merupakan insitusi independen yang bergerak dalam bidang penyediaan
informasi politik penting dan strategis bagi keperluan pendidikan, research
maupun bisnis. Ia bukan hanya diperlukan oleh kalangan politisi saja tapi juga
masyarakat awam dan pelaku bisnis.
Di Amerika Serikat disadari bahwa ciri khas masyarakat demokratis
adalah adanya ruang bagi warga untuk menciptakan sumber daya politik
alternatif yang bisa mereka mobilisir saat mereka membutuhkannya. Dengan
demikian, kelompok-kelompok kepentingan yang terorganisir memainkan
peran mendasar; mereka membantu warga agar dapat memanfaatkan sumber
daya yang mereka miliki secara lebih efektif seperti suara, kebebasan
berbicara, perserikatan serta proses hukum.

13
 Melindungi hak-hak minoritas
Memang harus diakui, meskipun Amerika Serikat dianggap sebagai negara
demokratis, namun sejarah perlindungan terhadap kaum minoritas di Amerika
Serikat sangat buruk sekali. Hal ini bukan hanya perlakuan yang diskriminatif
terhadap masyarakat Afrika Amerika (kulit hitam) tapi juga masyarakat Indian.
Setidaknya dalam perkembangan dewasa ini, perjuangan ke arah penghapusan
terhadap diskriminasi tersebut telah dilakukan. Memang perjuangan untuk
mengakhiri diskriminasi terhadap kaum minoritas di Amerika Serikat
kebanyakan mengambil tempat di meja hijau dan di Kongres serta dewan
legislatif di negara-negara bagian. Upaya-upaya tersebut telah terbukti berhasil
dengan dua alasan.
Pertama, kekuasaan hukum dan keyakinan yang terus hidup di masyarakat
Amerika Serikat bahwa sekalipun terdapat individu-individu maupun
kelompok-kelompok yang tidak sepakat dengan penyelesaian dari pengadilan
atau pihak-pihak legislatif dalam pembentukan kebijakan-kebijakan, para
warga negara terikat untuk tunduk pada kebijakan tersebut. Apabila mereka
tidak setuju dengan kebijakan atau peraturan tersebut, mereka akan melobi
pihak legislatif dan mengajukan tuntutan ke pengadilan ketimbang membanjiri
jalan-jalan.
Kedua, kepercayaan sipil masyarakat Amerika Serikat seperti tertera
dalam Konstitusi, Deklarasi Kemerdekaan dan tradisi panjang yang
berlangsung di legislatif dan pengadilan, memegang teguh bahwa semua orang
diciptakan setara dan berhak untuk mendapatkan perlindungan yang setara di
bawah hukum. Jadi prinsip umumnya adalah semua individu harus mendapat-
kan perlakuan yang setara di bawah hukum. Apabila tidak, maka bangsa ini
menggali kuburnya sendiri menuju pertikaian antar kelas di masyarakat sipil.
2.4.2 Demokrasi Inggris
Meski berbentuk kerajaan, demokrasi tetap tumbuh di Inggris karena
berubahnya monarki absolut di Inggris menjadi monarki konstitusional. Dalam
sistem monarki konstitusional, raja atau ratu diberikan tempat terhormat,
namun tidak lagi mempunyai kekuatan politik. Monarki konstitusional
memperkecil peranan raja atau ratu di bidang politik dan memperbesar
kekuasaan perdana menteri dan parlemen. Negara Inggris dikenal sebagai
pelopor dari sistem parlementer. Parlemen Inggris dipilih oleh rakyat melalui
pemilu yang demokratis. Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi
yang tidak tertulis atau konvensi. Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam
satu naskah tertulis, tapi tersebar dalam berbagai peraturan, hukum, dan
konvensi. Inggris adalah negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United
Kingdom yang terdiri atas England, Scotland, Wales, dan Irlandia Utara.

14
Inggris berbentuk kerajaan (monarki) dan menganut sistem desentralisasi.
Kekuasaan pemerintah daerah berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh
rakyat di daerah. Sekarang ini, Inggris terbagi dalam tiga daerah, yaitu
England, Wales, dan Greater London.
Kerajaan Inggris merupakan negara demokrasi dengan sistem parlementer
yang menganut paham liberal. Paham ini mendasarkan dan mengutamakan
kebebasan individu yang seluas-luasnya. Sistem politik Inggris ini kemudian
banyak dipraktekkan pula di negara-negara Eropa Barat. Raja atau ratu
merupakan simbol keagungan, kedaulatan, dan persatuan negara yang
senantiasa dibanggakan. Adat dan tradisi masih tetap dipegang teguh.
Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri beserta para
menteri), sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala negara.
Sehari-hari, pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri, yang dipegang
oleh partai pemenang pemilihan umum. Namun demikian, ada partai oposisi
sebagai pendamping. Secara keseluruhan, mereka bekerja untuk raja atau ratu.
Partai-partai yang memperebutkan kekuatan di parlemen adalah Partai
Konservatif dan Partai Buruh. Parlemen Inggris terdiri atas dua kamar
(bikameral), yaitu House House of Commons yang diketuai perdana menteri,
dan House of Lords. House of Commons atau Majelis Rendah adalah badan
perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-
calon partai politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan yang
berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan. House of Commons
memiliki keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord.
Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri.
Kabinet inilah yang benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota
kabinet umumnya berasal dari House of Commons. Perdana menteri adalah
pemimpin dari partai mayoritas di House of Commons. Masa jabatan kabinet
sangat tergantung pada kepercayaan dari House of Commons. Parlemen
memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya. Partai
yang menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang
memerintah, sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi. Para
pemimpin oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu
kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih penyelenggaraan
pemerintah.

15
2.4.3 Demokrasi Cina
Proses demokratisasi di China rupanya mengambil jalannya sendiri, tidak
dilakukan secara gegabah meniru Barat. Negara tetap memegang kendali
secara solid, tetapi ruang gerak masyarakat untuk berusaha justru didorong
dengan kebijakan desentralisasi daerah. Individu dan masyarakat didorong
untuk mengembangkan ”ekonomi inovatif”. Mesin produktivitas China saat ini
adalah buruh yang murah, inovasi, dan menggeliatnya kapitalisme dengan
pangsa pasar yang sangat besar. Tidak mengherankan bahwa China juga
dikenal sebagai tukang bajak kekayaan intelektual terbesar di dunia.
Meski mendatangkan keuntungan besar, barang bajakan dan tiruan akan
mengancam China kalau dunia kehilangan kepercayaan. Dunia pun sekarang
tengah berspekulasi, ke mana arah kemajuan China, apakah akan mengancam
negara lain atau mendorong kemakmuran dan perdamaian dunia. Di dalam
negeri sedikitnya masih terdapat sekitar 300 juta petani miskin, sebanyak
warga AS. Ini mesti diperhatikan agar tak menjadi bom waktu. Namun, perlu
diakui, dalam tiga dekade terakhir China mampu mengentaskan penduduk
miskin sedikitnya 400 juta.
Hubungan demokrasi dan ekonomi inovatif sangat erat. Inovasi sebagai
buah pikiran bebas, kreatif, dan berisiko selalu dilakukan oleh individu-
individu yang hidup dalam alam demokrasi. Inovator semacam Bill Gates
dapat muncul karena iklim kebebasan yang ada di AS. Akan tetapi, bangsa
China sangat sadar, jika kekebasan dibuka sedemikian lebar seperti di AS,
negara itu bisa buyar seperti pengalaman Uni Soviet dan Yugoslavia. Belajar
dari negara tetangganya yang sama-sama menganut ideologi sosialisme-
komunisme yang ternyata berakhir dengan kegagalan. China mengembangkan
konsep demokrasi yang berakar pada sejarah dan tradisi sendiri.
2.5 Demokrasi di Indonesia (Demokrasi Pancasila)‎[6]
Arti Demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang bersumber dari
falsafah hidup bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia. Dari
falsafah tersebut kemudian muncul dasar negara yang disebut Pancasila, yang
perwujudannya tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebelum diterapkan Demokrasi Pancasila, bangsa Indonesia pernah
melalui dua sistem pemerintahan yang berbeda.
1. Demokrasi Liberal Parlementer
Pada periode tahun 1950-1959, Indonesia menganut sistem pemerintahan
Demokrasi Parlementer yang menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) sebagai dasar konstitusionalnya. Periode tersebut sering pula disebut
dengan masa demokrasi liberal yang parlementer.

16
Pengertian demokrasi liberal itu sendiri merujuk pada sistem politik yang
mengutamakan hak-hak individu yang dilindungi oleh konstitusi. Dengan kata
lain, pemerintah tidak berhak mengekang kebebasan individu.
Karena dianggap sebagai sistem pemerintahan yang gagal, masa
demokrasi parlementer berakhir setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959 yang berisi perintah membubarkan konstituante, konstitusi yang
kembali pada UUD 1945, serta perintah untuk membentuk MPRS dan DPAS.
2. Demokrasi Terpimpin
Pasca berakhirnya demokrasi liberal parlementer, sistem pemerintahan
Indonesia kemudian beralih pada sistem Demokrasi Terpimpin yang
berlangsung dari tahun 1959-1965. Pengertian Demokrasi Terpimpin ialah
sebuah sistem pemerintahan yang berpusat pada pemimpin negara, yang kala
itu dijabat oleh Presiden Soekarno. Presiden memiliki kewenangan untuk
memutuskan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Demokrasi Terpimpin memiliki karakteristik yang tertuang dalam ideologi
NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Karena terjadi banyak
penyimpangan dari sistem Demokrasi Terpimpin, yang salah satunya adalah
lemahnya perlindungan HAM, maka sistem Demokrasi Terpimpin diakhiri
pada tahun 1965 dan digantikan oleh sistem Demokrasi Pancasila.
2.5.1 Prinsip Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila mengandung beberapa prinsip yang mengandung
falsafah hidup bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1) Prinsip demokrasi yang berlandaskan pada sila pertama, yakni Ketuhanan
Yang Maha Esa. Artinya, sistem Demokrasi Pancasila harus tetap
menganut nilai-nilai ketuhanan dan mengakui kebebasan rakyat untuk
menganut agama yang diakui oleh konstitusi Indonesia.
2) Demokrasi Pancasila menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3) Kepentingan rakyat merupakan aspek terpenting dari Demokrasi Pancasila.
4) Harus didukung dan diwujudkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya,
rakyat harus mampu bertanggungjawab atas hak dan kewajibannya
masing-masing serta menjalankan perannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sebaik mungkin.
5) Demokrasi Pancasila menganut sistem pemisahan kekuasaan yang
dijalankan oleh lembaga-lembaga negara yang diberikan wewenang dan
fungsi tertentu seperti pada lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
6) Berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku, bukan pada kekuasaan
semata. Segala tindakan dan kebijakan yang diterapkan pemerintah harus
mengacu pada perundang-undangan yang diakui konsitusi pemerintahan
Indonesia.

17
7) Demokrasi Pancasila berusaha mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik secara lahir maupun batin.
8) Bertujuan mewujudkan sistem tata negara yang baik dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
9) Demokrasi Pancasila menjamin penyelenggaraan peradilan yang bebas,
dan tidak memihak. Peradilan tidak akan dapat memengaruhi ataupun
dipengaruhi pihak manapun sebab sudah memiliki landasan hukum.
10) Harus mampu menjamin terwujudnya sistem otonomi daerah yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
di daerah melalui pelimpahan tugas dan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.
2.5.2 Ciri Demokrasi Pancasila
Idris Israil dalam bukunya yang berjudul Pendidikan, Pembelajaran, dan
Penyebaran Kewarnageraan mengkualifikasikan ciri-ciri Demokrasi Pancasila
sebagai berikut:
1) Kedaulatan penuh berada di tangan rakyat.
2) Menjunjung tinggi asas musyawarah mufakat dan gotong royong.
3) Pengambilan keputusan harus dilaksanakan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4) Tidak mengenal adanya sistem partai pemerintahan dan oposisi.
5) Adanya pengakuan dan penyelarasan antara hak dan kewajiban.
6) Menjunjung tinggi hak asasi manusia.
7) Ketidaksetujuan rakyat terhadap kebijakan dan aturan yang dibuat
pemerintah disalurkan melalui para wakil rakyat. Segala bentuk
demonstrasi dan pemogokan tidak dikehendaki sebab lebih banyak
menimbulkan kerugian bagi seluruh pihak yang terlibat.
8) Pemilu dilaksanakan secara LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia).
9) Tidak menganut sistem monopartai.
10) Tidak mengakui adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
11) Menjunjung tinggi kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi.
2.5.3 Asas Demokrasi Pancasila
Dalam sistem Demokrasi Pancasila, dikenal adanya dua asas yang juga
berperan sebagai landasan perumusan sistem pemerintahan. Kedua asas
tersebut di antaranya adalah:
1) Asas Kerakyatan
Asas Kerakyatan merujuk pada kesadaran atas hak, kewajiban, dan peran
rakyat di dalam sebuah negara dan pemerintahan. Asas kerakyatan berusaha
mewujudkan terciptanya keadilan, kesejahteraan, dan cita-cita seluruh lapisan
masyarakat.

18
2) Asas Musyawarah
Asas Musyawarah menjunjung tinggi aspirasi serta kehendak seluruh
rakyat Indonesia. Aspirasi rakyat dapat diwakilkan melalui forum
permusyawaratan atau lembaga negara yang memiliki fungsi untuk
menyatukan pendapat serta mencapai kesepakatan bersama yang
menguntungkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
2.5.4 Landasan Pokok Demokrasi Pancasila
Pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila meliputi tujuh sendi pokok yang
dijadikan landasan, di antaranya adalah:
1) Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum.
2) Indonesia menganut sistem konsititusional.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi negara
yang memegang fungsi menetapkan UUD dan GBHN, serta mengangkat
presiden dan wakil presiden.
4) Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR.
5) Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menjalankan hak
dan kewajibannya.
6) Menteri Negara merupakan pembantu presiden yang tidak bertanggung
jawab pada DPR.
7) Kepala negara memiliki kekuasaan tidak terbatas namun tetap
memerhatikan aspirasi lembaga-lembaga negara lainnya seperti DPR,
DPD, MPR, dan sebagainya.
2.5.5 Fungsi Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila memiliki banyak fungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Fungsi yang terkandung didalamnya antara lain:
1) Menjamin hak rakyat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan
bernegara seperti ikut menyalurkan suaranya dalam pemilihan umum, serta
duduk dalam sebuah forum musyawarah atau lembaga perwakilan rakyat.
2) Menjami keberlangsungan hidup NKRI serta konsitusi dan sistem hukum
yang bersumber dari Pancasila.
3) Menjamin ditegakkannya hubungan yang serasi dan seimbang antar
lembaga negara dalam menjalankan fungsi dan kewajibannya masing-
masing.
4) Menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan bertanggung
jawab.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi adalah bagaimana menghormati pendapat orang lain,
mendengarkan mereka, tidak berperasangka tentang kemunafikan, jangan
menghukum mereka atau memfitnah mereka secara tak semena-mena,
meskipun ia seorang penghianat besar. Demorasi adalah bagaimana seseorang
mengakui kemungkinan kesalahan atas diri sendiri.
Kata ‘demokrasi’ berasal dari kata Yunani demos yang berarti people
(rakyat, orang-orang, kelompok orang), lalu cratein yang berati to rule
(memerintah). Permulaan model dan penerapan demokrasi murni tidak
ditemukan di negeri manapun selain Yunani di abad ke-6 Sebelum Masehi.
Jadi, arti sebenarnya dari demokrasi adalah rule by the people. Budaya
demokrasi sesungguhnya sudah berkembang sejak zaman purba, yaitu pada
zaman berburu.
Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila yang
berdasar pada ideologi Pancasila dan diatur dalam Undang Undang Dasar
NKRI tahun 1945. Sebelum menerapkan Demokrasi Pancasila, Indunesia
pernah menerapkan 2 sistem demokrasi yang lain yaitu Demokrasi Liberal
Parlementer dan Demokrasi Terpimpin, namun karena dianggap tidak sesuai
dengan ideologi akhirnya Indonesia kembali menggunakan sistem Demokrasi
Pancasila.

20
DAFTAR PUSTAKA

[1] Danceriot Blog, 2013, Makalah Perkembangan demokrasi di dunia,


http://danceriot.blogspot.co.id/2013/02/makalah-perkembangan-
demokrasi-di-dunia.html, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:30 WIB.
[2] Andre Hidayat, 2015, Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia,
http://dokumen.tips/documents/sejarah-perkembangan-demokrasi.html,
diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:41 WIB.
[3] Evastickt Blog, 2015, Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia,
http://evastickt.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-perkembangan-demokrasi-
di-dunia.html, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul 16:40 WIB.
[4] Marwan, 2015, Sejarah Demokrasi di Dunia dan di Indonesia,
http://guruppkn.com/sejarah-demokrasi, diakses tanggal 7 Mei 2017 pukul
16:50 WIB.
[5] Rico Tumanggor, 2015, Demokrasi di Berbagai Negara,
http://ricotumanggor.blogspot.com/2015/04/demokrasi-di-berbagai-
negara.html, diakses tanggal 4 Mei 2017 pukul 22:41 WIB.
[6] Michael Putra, 2016, Pengertian Demokrasi Pancasila – Prinsip, Ciri,
Fungsi, Makalah, https://www.sayanda.com/demokrasi-pancasila/, diakses
tanggal 10 Mei 2017 pukul 12:15 WIB.
[7] Wikipedia (id), Demokrasi, https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi,
diakses tanggal 7 Mei 2017 pulul 16:50 WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai