Anda di halaman 1dari 23

MODUL

MATA KULIAH ANATOMI FISIOLOGI

Disusun oleh:

TIM PENGAJAR
ANATOMI FISIOLOGI

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa, atas berkat dan tuntunnya

sehingga mudul Mata kuliah Anatomi Fisiologi tentang Pemeriksaan Tanda-tanda Vital,

dapat terselesaikan, modul ini berisi Teknik Pemeriksaan Tanda - Tanda vital.

Kami menyadari modul ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran sangat

diharapkan untuk kesempurnaan modul praktikum ini, kiranya penuntun ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa Analis Kesehatan serta pembaca pada umumnya. Terima kasih

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. 1

Kata pengantar ............................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................. 3

Modul 1. Menghitung Denyut Nadi .......................................................... 5

Modul 2.Mengukur Tekanan Darah ......................................................... 9

Modul 3.Mengukur Suhu Badan .......................................................... 12

Modul 4. Menghitung Pernafasan .......................................................... 15

Modul 5. Pemeriksaan Fisik .......................................................... 18

Daftar Pustaka .......................................................... 22

3
Pokok Bahasan :

1. Modul 1. Pemeriksaan Tanda Vital (Menghitung Denyut nadi)


2. Modul 2. Pemeriksaan Tanda Vital (mengukur Tekanan darah )
3. Modul 3. Pemeriksaan Tanda vital (Menghitung Respirasi )
4. Modul 4. Pemeriksaan Tanda vital (Pengukur Suhu badan)
5. Modul 5. Pemeriksan Fisik Head to toe
6. Modul 6. Penyadapan Cairan lambung
7. Modul 7. Pengambilan sampel Urine biasa
8. Modul 8. Mencuci tangan

4
MODUL 1. MENGHITUNG DENYUT NADI
a. Pengrtian:
Menghitung denyut nadi dengan meraba :
1. Arteri radialis pada pergelangan tangan
2. Arteri brachialis pada siku bagian dalam
3. Arteri Carotir pada leher
4. Arteri temporalis pada pelipis
5. Arteri femoralis pada lipatan paha (selangkang)
6. Arteri dorsalis pedis pada kaki
7.Arteri frontalis pada ubun-ubun (bayi)
b. Tujuan :
Mengetahui jumlah denyut nadi dalam satu menit
c. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini diselenggarakan selama 1x150 menit, dengan rincian
kegiatan terdiri dari: praktik, diskusi, dan penilaian.
d. PEMERIKSAAN VITAL SIGN
Pemeriksaan Vital Sign terdiri dari, Nadi (N), Tekanan Darah (Tensi/T), Frekuensi Nafas
(Respiratory Rate/RR), Suhu Tubuh (to). Dikatakan vital karena memberikan informasi
penting mengenai status kesehatan pasien. Vital Sign berguna untuk mengidentifikasi
adanya masalah kesehatan yang akut. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk mengetahui
secara cepat derajat kesakitan penderita. Semakin jelek nilai Vital Sign maka semakin
berat derajat kesakitan penderita dan begitu pula sebaliknya. Penyakit kronis seperti
hipertensi juga diketahui dengan cepat pada pemeriksaan Tekanan Darah yang terdapat
dalam Vital Sign.
Untuk melakukan pemeriksaan Vital Sign dibutuhkan :
1. Ruangan yang terang, nyaman dan tenang.
2. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Usahakan pasien dalam keadaan tenang dengan cara mempersilakan duduk/berbaring
relaks kurang lebih 5 menit sebelum pengukuran.
4. Keadaan paien yang tegang sangat mempengaruhi besarnya nilai Vital Sign.
5. Sebelum pengukuran Vital Sign kita bisa melihat secara singkat keadaan umum
pasien mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki terutama mimik muka.
6. Dari mimik muka dapat diketahui derajat kesakitan, kecemasan, ketegangan

5
A. Denyut Nadi

Denyut nadi dapat diraba pada arteri besar seperti a. radialis, b. brakhialis, c.femoralis,
d.karotis. Jantung memompa darah dari ventrikel kiri menuju ke sirkulasi tubuh dan dari
ventrikel kanan ke paru. Dari ventrikel kiri darah dipompa ke aorta dan diteruskan ke arteri di
seluruh tubuh. Akibat kontraksi ventrikel dan aliran darah timbulah gelombang.

B.Penghitungan frekuensi nadi biasanya dilakukan dengan cara palpasi :


Arteri Radialis yang terdapat pada daerah pergelangan tangan. Seringkali denyut arteri
tersebut dapat terlihat dengan mudah sehingga membantu kita dalam menentukan letak
arteri tersebut. Selama palpasi nadi kita menentukan frekuensi nadi, irama dan kualitas
denyutan. Denyut nadi dewasa normal memiliki frekuensi 60-100 x/menit, irama
teratur/regular dengan kualitas denyutan kuat angkat/terisi penuh. Denyut nadi dapat
dihitung secara langsung dengan mendengarkan denyut jantung melalui stetoskop.
Besarnya denyut jantung bervariasi tergantung dari usia.
1. Seorang bayi baru lahir memiliki denyut nadi sekitar 130-150 x /menit,
2. Balita 100-120 x/menit,
3. Anak-anak 90-110 x/menit,
4. Dewasa 60-100 x menit.
Bila frekuensi nadi < 60 x/menit dinamakan bradikardi. Sedangkan bila > 100 x/menit
dinamakan takikardi. Irama jantung yang normal (teratur) dinamakan irama sinus normal.

6
c. Cara Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan Nadi Radialis:
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Penderita dalam posisi duduk atau berbaring, lengan dalam posisi bebas (relaks).
Perhiasan dan jam tangan dilepas
3. Posisi tangan penderita supinasi atau pronasi
4. Periksa denyut nadi pergelangan tangan dengan menggunakan tiga jari yaitu, jari
telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa pada bagian radial tangan penderita
5. Hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas
denyutannya. Bandingkan tangan kanan dengan tangan kiri
6. frekuensi nadi dapat dihitung dengan cara menghitung banyaknya denyutan dalam 30
detik kemudian dikalikan 2 atau banyaknya denyutan dalam 15 detik kemudian
dikalikan 4. Bila irama nadi tidak teratur (aritmia) lakukan penghitungan selama satu
menit
7. Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)

d. Pemeriksaan Nadi Brakhialis:


1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Penderita dalam posisi duduk atau berbaring posisi lengan bawah supinasi.
3. Lengan sedikit ditekuk pada sendi siku
4. Raba nadi brakhialis pada sendi siku medial tendon biceps dengan menggunakan tiga jari
yaitu, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa
5. Hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas
denyutannya. Bandingkan tangan kanan dengan tangan kiri
6. Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)

7
Gambar 3. Pemeriksaan nadi karotis

e. Pemeriksaan Nadi Karotis:

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita


2. Penderita dalam posisi berbaring atau duduk sedikit tengadah
3. Letakkan tiga jari yaitu, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pemeriksa pada leher
bagian tengah penderita setinggi kartilago tiroid kemudian tarik kedua jari ke lateral
sampai ke tepi medial m. Sternocleiodomastoideus. Raba denyutan nadi carotis di daerah
tersebut
4. Hitung berapa denyutan dalam satu menit. Perhatikan pula irama dan kualitas
denyutannya. Bandingkan tangan kanan dengan tangan kiri
5. Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
6. Tidak adanya denyutan nadi carotis disertai kesadaran yang menurun maka harus
dicurigai adanya henti jantung
Pertanyaan :
1. Bagaimanakah denyut nadi yang normal pada manusia? Sesuai umur
2. Berapa denyut nadi normal Pada bayi ,
3. Berapa denyut nadi normal Pada Balita
4. Berapa denyut nadi normal Pada anak2
5. Berapa denyut nadi normal Pada dewasa
6. Berapa tempat mengukur denyut nadi pada manusia
7. Bagaimanakah cara pengukuran denyut nadi yang benar?

8
MODUL 2. MENGUKUT TEKANAN DARAH
a. Pengertian :
Mengukur tekanan darah melalui permukaan diding arteri
b.Tujuan :
Mengetahui tekanan darah pasien.
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa, digital atau
aneuroid dengan menggunakan satuan milimeter air raksa (mmHg).
Ukuran manset berpengaruh terhadap besarnya nilai tekanan darah. Panjang manset
sebaiknya melingkari + 80 % lengan atas yang akan dipasang maset tersebut, sedangkan
lebar manset + 40 % panjang lengan atas. Ukuran manset yang kecil menyebabkan nilai
tekanan darah meningkat dari yang seharusnya begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu
sebaiknya disediakan manset dengan ukuran normal dan anak-anak (pediatri).
Ada 2 hal yang dicatat pada saat melakukan pengukuran tekanan darah, yaitu tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Biasanya pengukuran dilakukan di lengan kanan
atas kecuali bila ada cedera. Pengukuran tekanan darah bisa juga dilakukan di ekstremitas
bawah. Tekanan ini disebut tekanan darah segmental. Tujuannya adalah untuk mengetahuin
adanya oklusi/sumbatan arteri pada ekstremitas bawah (ankle brachial pressure index)
Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung yaitu memuncak
pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Beda antara tekanan sistole
dan diastole disebut tekanan nadi (pulse pressure). Pada waktu ventrikel berkontraksi darah
akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaan ini disebut sistole dan tekanan aliran darah
pada saat ini disebut tekanan darah sistole. Pada saat ventrikel sedang relaks, darah dari
atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang relaks tersebut
tekanan darah diastole. Meningkatnya
tekanan darah dinamakan hipertensi sedangkan penurunan tekanan darah dinamakan
hipotensi. Tingginya tekanan darah dipengaruhi beberapa faktor misalnya
1. Aktivitas fisik,
2. Keadaan emosi, rasa sakit
3. Suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau (merokok), dll.
Oleh karena itu untuk menghindarkan terjadinya bias sebelum dilakukan pengukuran
tekanan darah buat kondisi pasien dalam keadaan tenang dan relaks serta tanyakan
makanan/minuman yang barusan dikonsumsi sebelum pemeriksaan.

9
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII 2003

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80


Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stage 1 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stage 2 > 160 atau > 100
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO-ISH 1999

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99


Subgrup: perbatasan 140-149 90-94

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 (berat) > 180 > 110

Hipertensi sistolik > 140 < 90


(Isolated Systolic Hypertension) 140-149 < 90
Subgrup : perbatasan

c. Cara Pemeriksaan Tekanan Darah


1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Siapkan tensimeter dan stetoskop
3. Penderita dalam posisi keadaan duduk atau berbaring lengan dalam keadaan bebas dan
relaks, bebaskan dari tekanan karena pakaian pasang manset sedemikian rupa sehingga
melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2.5-5 cm di atas siku
4. Tempatkan lengan penderita sedemikian rupa sehingga siku dalam posisi sedikit fleksi
dan lengan bawah menengadah telapak tangan menghadap kebawah
5. Cari a. Brakhialis yang biasanya terletak di sebelah medial tendon m. Biceps
6. Dengan tiga jari (II,III,IV) rabalah a. Brakhialis dan pompa manset dengan cepat
sampai kira-kira 30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi a. Brachialis menghilang,
turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a. Brakhialis teraba kembali.
Tekanan ini disebut tekana sistolik palpatoir

10
7. Sekarang ambilah stetoskop, pasangkan diafragma stetoskop pada a. Brakhialis
8. Pompa manset kembali sampai + 30 mmHg diatas tekanan sistolik paalpatoir, kemudian
secara perlahan-lahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.
9. Perhatikan saat dimana denyutan a. Brakhialis terdengar pertama kali. Inilah tekanan
Sistolik. Kemudian lanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara denyutan
melemah dan kemudian menghilang. Tekanan pada saat menghilang adalah tekanan
Diastolik. Bunyi denyutan yang terdengar oleh stetoskop disebut suara Korotkoff
10. Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
11. Apabila menggunakan tensimeter air raksa usahakan agar posisi manometer selalu
vertikal setinggi jantung dan ketika membaca nilai manometer, mata harus berada
segaris horizontal dengan air raksa
12. Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit dari pengukuran
pertama

Gambar 4. Pemeriksaan tekanan darah

d. Pertanyaan :
1. Berapakah nilai normal tekanan darah pada manusia?

11
2. Berapakah nilai pada tekanan darah hipertensi ?
3. Berapa nilIai hipertensi tergolong berat ?
4. Bagaimanakah cara pengukuran tekanan darah yang benar?
5. Faktor-faktor yang mempegaruhi tekanan darah

Modul 3. SUHU TUBUH


a. Pengertian :
Mengukur suhu badan pasien dengan termometer, dilakukan pada ketiak, mulut, atau
pelepasan (anus)
b. Tujuan :
Mengetahui suhu badan ppasien untuk menentukan tindakan perawatan
c. Alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Terdapat berbagai macam termometer
diantaranya termometer air raksa dan elektrik (digital). Pengukuran suhu dapat dilakukan
pada mulut, ketiak (aksila) dan rektum (anus). Untuk itu perlu dibedakan/diberi label
untuk masing-masing termometer tersebut agar tidak terjadi salah pemakaian. Pengukuran
suhu melalui mulut pada penderita dengan kesadaran baik merupakan cara yang paling
mudah dan memberikan hasil yang baik.
Termometer air raksa sebaiknya tidak digunakan untuk mengukur suhu melalui mulut
pada penderita dengan kesadaran menurun atau bila penderita baru makan/minum panas
atau dingin. Pemeriksaan dengan cara ini ditunda 10-15 menit agar tidak mempengaruhi
hasil pengukuran. Pengukuran pada aksila dapat dilakukan pada penderita yang sadar
maupun tidak sadar, tetapi terkadang harus membuka baju penderita. Hasil kurang tepat
bila terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kulit (misal hipovolemia, syok, suhu sekitar
dingin, habis mandi).
Suhu rektal merupakan suhu inti tubuh (core temperature) karena itu merupakan
pengukuran yang paling tepat dibandingkan cara oral dan aksila. Namun demikian cara ini
lebih sulit dan kurang nyaman bagi penderita.
Termoregulasi merupakan kemampuan seorang individu untuk mempertahankan suhu
tubuhnya dalam batasan-batasan tertentu meskipun suhu disekitarnya berubah. Hal ini
merupakan suatu proses homeostasis, yaitu suatu keadaan dinamis tubuh untuk
menstabilkan keadaan lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar tubuh. Jika tubuh
tidak dapat mempertahankan suhu normal dan terjadi peningkatan suhu diatas normal
maka hal ini dinamakan hipertermi. Sebaliknya, jika suhu tubuh berada di bawah normal
maka disebut hipotermi.

12
Pengukuran suhu rectum merupakan gold standar dalam mengetahui nilai suhu inti
tubuh. Pengukuran suhu oral dipengaruhi oleh minuman yang dikonsumsi pasien baik
panas atau dingin. Saat ini telah ada pengukuran suhu melalui lubang/saluran telinga yang
diharapkan dapat mengukuran nilai suhu inti tubuh.
Suhu rektal 0.4-0.5 oC lebih tinggi dibandingkan suhu oral atau aksila.
Kenaikan suhu tubuh dapat terjadi oleh karena infeksi, reaksi transfusi, dll. Penurunan
suhu tubuh dapat disebabkan oleh karena lama berada di suhu dingin, hipoglikemia,
hipotiroid, dll. Dikatakan demam (febris) bila suhu tubuh > 38 -38.5 oC. Hiperpireksia
bila suhu tubuh > 41 oC dan hipotermia bila suhu rektal < 35 oC.

Gambar 5. Pemeriksaan suhu oral

d. Cara Pemeriksaan Suhu Tubuh


Pemeriksaan pada mulut (oral):
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa berada di bawah 35.5 oC
3. Memasukkan termometer di bawah lidah penderita dan penderita diminta untuk
menutup mulut. Tunggu 3-5 menit
4. Membaca nilai termometer kemudian pasangkan lagi selama 1 menit dan baca lagi.
Jika suhu masih naik ulangi prosedur diatas sampai suhu tetap
5. Mencatat hasil tersebut di rekam medik (medical record) Pemeriksaan pada ketiak
(aksila):

13
6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
7. Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa berada di bawah 35.5oC
8. Meminta pasien membuka pakaian/baju yang digunakan agar termometer dapat
dipasang di fosa aksilaris
9. Menempatkan termometer pada fosa aksilaris dengan sendi bahu adduksi maksimal.
Tunggu 3-5 menit
10. Membaca nilai termometer
11. Mencatat hasil tersebut di rekam medik (medical record)

Gambar 6. Pemeriksaan suhu rektal

e. Pemeriksaan pada rektum:


1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Mengibaskan termometer sampai permukaan air raksa berada di bawah 35.5oC
3. Pilih termometer dengan ujung bulat, beli pelumas/jelly dan masukkan ke dalam anus
sedalam 3-4 cm dengan arah menuju ke umbilikus menunggu 3 menit kemudian
lakukan pembacaan
4. Mencatat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
5. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap bayi, penderita di kamar operasi dan ruang
perawatan intensif

Modul 4. PERNAFASAN

a. Pengertian :

14
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b.Tujuan :
Menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit guna mengetahui keadaan umum pasien.
Bernafas merupakan pergerakan involunter (tidak disadari) dan volunter (disadari)
yang diatur oleh pusat nafas di batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot
pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi,
memperluas rongga thoraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas,
ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti
paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali
ke posisi semula.
Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung dari usia anak tersebut
sedangkan pada orang dewasa mempunyai nilai yang tetap. Nilai normal frekuensi nafas
orang dewasa adalah 12-20 x/menit. Perhatikan pula adanya penggunaan otot nafas tambahan
dan adanya pergerakan dinding dada yang asimetris.

c. Cara Pemeriksaan Frekuensi Nafas:


1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2. Penderita dalam posisi duduk diminta melepas pakaian/baju
3. Perhatikan gerak nafas penderita, inspirasi dan ekspirasi, gerak dada dan perut, simetris
apa tidak
4. letakkan telapak tangan pemeriksa pada dada penderita dan rasakan gerakan nafasnya.
5. Tindakan ini jangan sampai mengganggu psikis penderita sehingga penderita cenderung
menahan nafas dan mengubah frekuensi nafas
6. Hitung frekuensi per menit
7. Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
8. Frekuensi nafas dapat dihitung dengan cara menghitung banyaknya nafas dalam 30 detik
kemudian dikalikan 2. Jangan menghitung banyaknya nafas dalam 15 detik kemudian
dikalikan 4 karena hasil yang didapat akan under estimate. Begitu pula pada bayi lakukan
penghitungan selama 1 menit karena adanya periode apnea pada bayi

d. pertanyaan :

1. Berapakah frekuensi nafas normal manusia berdasarkan usia?


2. Bagaimanakah cara pengukuran frekuensi nafas yang baik?

15
3. Faktor-faktor yang harus diperhatikan

Daftar Chek ketrampilan :

A Memberi penjelasan dan informasi kepada pasien


16
1. Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut
dan stress sebelum melakukan pemeriksaan tanda vital
2. Memberikan penjelasan dengan benar dan jelas tentang tujuan
dan manfaat sebelum pemeriksaan tanda vital
3. Member tahu adanya rasa tidak nyaman yang mungkin timbul
selama pemeriksaan tanda vital
B Pemeriksaan temperature
1. Kibaskan thermometer sampai permukaan air raksa menunjukdi
bawah 35,5
2. Tempatkan ujung thermometer yang berisi air raksa pada apex
fossa axilaris kiri dengan sendi bahu adduksi maximal
3.Tunggu sampai 3-5 menti, kemudian dilakukan pembacaan
C Pemeriksaan Frekuensi Napas
1. Meminta pasien melepas baju (duduk atau berbaring)
2. Melakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada
punggung/dada untuk menghitung gerakan pernapasan selama
minimal 15 detik
3. Melaporkan hasil: frekuensi nafas per-menit, tipe, kedalaman
nafas, dan bau pernapasan (jika ada)
4. Menerangkan kesimpulan hasil pemeriksaan kepada pasien
5. Memberitahukan tindak lanjut kepada pasien
D Pemeriksaan Denyut Nadi
1. Meletakkan lengan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks
2. Menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba arteri
Radialis
3. Menghitung frekuensi denyut nadi minimal 15 detik
4. Melaporkan hasil: frekuensi, irama, dan tegangan nadi/kuat
angkat

E Pengukuran tekanan darah


1. Menempatkan pasien dalam keadaan duduk/berbaring
dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas
dari tekanan oleh pakaian
2. Menempatkan tensimeter dan membuka aliran raksa,
mengecek saluran pipa, dan meletakkan manometer vertical
(pada sphygmomanometer merkuri)
17
3. Menggunakan stetoskop dengan corong bel terbuka
4. Memasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari
lengan atas secara rapid an tidak terlalu ketat (2,5 cm di atas
siku) dan sejajar jantung diperiksa dari pakaian
5. Dapat meraba pulsasi arteri brakialis di fossa cubiti sebelah
medial
6. Dengan satu jari meraba pulsasi A.brakialis dan memompa
sphygmomanometer dengan cepat sampai 30mmHg di atas
hilangnnya pulsasi/melaporkan hasilnya
7. Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi
arteriperaba kembali/melaporkan hasilnya sebagai
tekanansistolik palpitoir
8. Mengambil stetoskop dan memasang corong bel pada
tempat perabaan pulsasi
9. Memompa kembali manset sampai 30mmHg di atas
tekanan sistolik
10. Mendengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan
perlahan lahan /3mmHg/detik dan melaporkan saat
mendengar bising pertama/sebagai tekanan sistolik
11.Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara
bising yang terakhir sehingga setelah itu tidak terdenganr
lagi bising / sebagai tekanan diastolic
12 Melaporkan hasil pemeriksaan tekanan darah dalam mmHg
K

SPEK YANG DINILAI SKO


Modul 5. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

Dilakukan dengan 4 cara : Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

1. Inspeksi
Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .

Langkah kerja :

Memperhatikan/memandang seluruh keadaan penderita mulai darikepala sampai di kaki

2. Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan
tangan.

18
Cara kerja :

a. Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi


b. Cuci tangan
c. Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya
d. Yakinkan tangan hangat tidak dingin
e. Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk,
konsistensi dan permukaan :
f. Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran
g. Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda
 Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran
 Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit
3. Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara
perantara jari tangan, untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.

Cara Kerja :

a. Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan


b. Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan
diperkusi.
c. Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan
lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
d. Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.

4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan
alat STETOSKOP.
STETOSKOP
Bagian-bagian stetoskop :

a. Ear Pieces --> dihubungkan dengan telinga


b. Sisi Bell ( Cup ) --> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan nada rendah
c. Sisi diafragma ( membran ) --> Pemeriksaan abdomen atau bunyi dengan
nada tinggi.

19
Ear Pieces --> dihubungkan
dengan
telinga

Sisi Bell ( Cup ) --> pemeriksaan Sisi diafragma ( membran ) -->


thorak atau bunyi dengan nada Pemeriksaan abdomen atau bunyi
rendah dengan nada tinggi.

Cara Kerja :

a. Ciptakan suasana tenang dan aman


b. Pasang Ear piece pada telinga
c. Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar

20
d. Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat
e. Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan.

Hasil :
Pemeriksaan head to toe yang dilakukan :

NO PEMERIKSAAN HASIL
1 Inspeksi ( melihat ): NORMAL KELAINAN
1. Keadaan kepala :
Mata (semitris, atau tidak ,pucat, kuning) :

2. Hidung ( ada benjolan, sumbatan, cairan) :

3. Mulut/ bibir ( semetris, tidak rata, ada benjolan,dll) :

4. Telinga ( lengkap,ada benjolan, pendengaran jelas,


ada sumbatan/kotoran) :
5. Leher ( benjolan ( :

7.Lengan / kaki :
( bengkak, kelainan bentuk X) :
2 Palpasi (meraba):

a. Dada/ buah dada ( ada benjolan, ukuran)

b. Perut ( ada benojolan, gembung, tegang

3 Perkusi (mengetuk) refleks (lutut:

a. Langsung

b. Tidak langsung

4 Auskultasi (Mendengarkan):

21
a. Suara dalam tubuh ( dada, perut )

REFERENSI

1. Adams. 1987. Textbook of Physical Diagnosis.17ed.Williams & Wilkins.


2. Berry & Kohn’s, 1996, OPERATING ROOM TECHNIQUE, 8th edition, Mosby-
Yearbook,
3. Inc Bookrags 2006. Antiseptic. http://www.bookrags.com/sk/antiseptik.
4. Ciesla, B. 2007. Hematology in Practice. Philadelphia: F.A. Davis Company.
5. Delp MH, Manning RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar.
EGC
6. Dudley, Eckersley, and Brown 1999. A Guide to Practical Procedures in Medicine and
Surgery, Butterworth-Heinemann Ltd., London.
7. Encyclopedia of Surgery: A Guide for Patients and Caregivers, Aseptic Technique.
http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Aseptic-Technique.html
8. Engender Health, 2001, Aseptic Technique.
http://www.engenderhealth.org/IP/About/ip.pdf
9. Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
10. Lynn. S. Bickley; 2003. Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th
Edition, Lippincott.
11. Mansjoer,Arif M, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed.3,Editor Mansjoer Arif
dkk,Jakarta: Media Aesculapius.
12. Medical Education Division, Brookside Associates Ltd., 2008, Scrub, Gown, and Glove
Procedure.
http://www.brooksidepress.org/Products/Scrub_Gown_and_Glove_Procedures/Index.ht
m
13. Pherson dan Pincus. 2006. Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, 21st Ed. W. B. Saunders Company.

22
14. Sodera, Saleh dan Evans, 1991, Illustrated Handbook of Minor Surgery and
OperationTechnique, Heineman Medical Book, London.
15. World Health Organization. 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium
Kesehatan.
16. Alih bahasa oleh Chairlan, E. Lestari. Judul Asli ”Manual of Basic Techniques for A
Health Laboratory, 2nd Ed”. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai