Anda di halaman 1dari 2

Reaksi silang (Cross matching) adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien yang

akan ditransfusi darah dengan darah donor yang akan ditransfusikan. Reaksi ini
dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor yang akan ditransfusikan itu nantinya
akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya atau apakah plasma donor yang turut
ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat
anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolitik transfusi yang bisa
membahayakan pasien (Febriyanti, 2011).
Uji silang (cross matching) ini bertujuan untuk mencegah reaksi hemolitik tranfusi
bila darah donor ditransfusikan supaya darah yang ditransfusikan itu benar–benar ada
manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini,
kecuali golongan darah ABO dan Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita
tidak mengetahui antigen lainya yang ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak
mengetahuipula adanya antibody lain (irregular) yang complet maupun incomplete di
dalam serum pasien atau plasma donor. Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya
kita berusaha mencari semua kemungkinan adanya semua jenis antibody complete maupun
incomplete terutama yang mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan Cross Match
invitro tidak cocok atau incompatible. Maka Cross Match harus kita jalankan dalam
medium dan temperatur yang berbeda, yang dalam praktiknya dikenal dengan fase 1, fase
2, dan fase 3 (Febriyanti, 2011).
Untuk fase dalam cross matching terdiri atas : (Febriyanti, 2011)
a. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar
Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam saline
medium atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi misalnya :
tidak cocok golongan ABO ; adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH, E ; serta adanya auto
cold antibody.
b. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C
Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam sistem
Rhesus bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Lea dan anti Leb.
Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Le a. Antibody yang bersifat
incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi aglutinasi atau hemolisisnya pada fase II
ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K, Fy a,Fyb, Jka, S, Lea, Leb. Jadi penting
sekali peranan fase inkubasi 37 oC ini, dimana setidak-tidaknya memberi kesempatan
kepada antibody untuk mengcoatedkan sel.
c.Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin
Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi incompelete antibodi
yang tadi di fase II sudah mengcoated sel.

Anda mungkin juga menyukai