Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena ada hubungan darah,perkawinan atau
adopsi.Mereka saling berinteraksi satu dengan lainya,mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya (Bailon dan Maglaya,1978 dalam Murwani ,2007).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak,ibu,adik,kakek,dan nenek.
(Reisner,1980 dalam Murwani,2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan keluarga adalah bagian
dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan dua atau lebih individu
yang mempunyai ikatan dan peranan untuk membentuk kebudayaan
yang sehat.
2. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur,
selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif, tidak
mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu


atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas,
selalu meminta dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan
balik, melakukan validasi.

8
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi
atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya
sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini
tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka
entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual)
dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah (Friedman, 1998 dalam Murwani, 2007).
3. Tipe dan bentuk keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan
orang yang mengelompokkan menurut (Friedman, 1998) tipe keluarga
ada tiga, yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri


dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.

9
b. keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di
dalamnya seseorang di lahirkan.
c. Keluarga besar (exstended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek, nenek, paman, bibi) (Friedman, 1998).
4. Fungsi keluarga.
Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, antara
lain:

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah:
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain.
2) Saling menghargai, bila anggota saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi di mulai sejak
manusia lahir, dan keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi

10
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia, maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan
yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perwatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktik sauhan keperawatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan
kesehataan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit.kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi setatus kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehataan dapat dilihat dari tugas
kesehataan keluarga yang di laksanakan. Keluarga yanh dapat
melaksanakan tugas kesehataan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan (Friedman,1986 dalam Murwani, 2007).
5. Tugas kesehatan keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam
mengetahui penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan
suatu masalah kesehatan

11
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah
kesehatan
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit :
kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dan upaya-upaya apa saja yang di lakukan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat :
kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
sakit dengan cara merubah atu memodifikasi tempat tinggal
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat : kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan misalnya puskesmas di
lingkungan tempat tinggalnya ( Friedman,1998 dalam Murwani,
2007).

6. Alasan keluarga menjadi fokus asuhan keperawan


a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,
perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga,
dan dalam hal tertentu, sering kali akan mempengaruhi anggota
keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan. Keluarga
merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat
mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu “menyusup”
dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem.
Jika seorang perawat hanya menilai seorang individu , bukan
keluarga, ia akan kehilangan bagian yang dibutuhkan untuk
memperoleh suatu pengkajian holistik. Salah satu prinsip terapi
keluarga penting adalah bahwa gejala-gejala dari seorang pasien
yang telah teridentifikasi (anggota keluarga dengan masalah-
masalah perilaku umum dan penyakit psikosomatis) adalah indeks

12
tingkat adaptasi keluarga , atau dalam kasus ini disebut
maladaptasi.
b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status
kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangat penting
bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara
individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi .
mengkaji dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal
penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai
suatu keadaan sehat hingga tingkat optimum.
c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada
peningkatan, perawatan diri (self-care) , pendidikan kesehatan , dan
konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat
mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahya dari
lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan
keluarga secara menyeluruh , yang mana secara tidak langsung
mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
d. Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus lainnya
untuk memberikan perawatan kesehatan. Adanya masalah-masalah
kesehatan pada salah seorang anggota keluarga dapat menyebabkan
ditemukannya faktor-faktor resiko pada anggota lain. Ini sering
menjadi masalah ketika mengunjungi keluarga yang memiliki
masalah-masalah kesehatan yang kronis atau penyakit-penyakit
yang dapat menular. Perawat keluarga bekerja lewat keluarga
supaya dapat menyentuh seluruh anggota keluarga.
e. Seseorang dapat mnecapai suatu pemahaman yang lebih jelas
terhadap individu-individu dan berfungsinya mereka bila individu
tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
f. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu
dinilai .

13
g. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu
dinilai dan disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-
individu.

B. Konsep Tumbuh Kembang Balita


a. Perkembangan
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan stuktur dan
Dan fungsi tubuh yang lebih kompleks,jadi bersifat kualitatif yang
pengukuranya jauh lebih sulit dari pada pengukuran
pertumbuhan.Penggolongan periode perkembangan yang paling luas
digunakan menggambarkan perkembangan seorang anak secara
normal pada masa prenatal,neonatal,bayi,balita,dan prasekolah.
1) Masa prenatal adalah masa embrio yang dimulai sejak konsepsi
sampai kehamilan 8 minggu.Ovum yang telah dibuahi akan
menjadi cepat menjadi suatu organisme yang berdeferesiansi
secara pesat untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
2) Masa neonatal adalah adaptasi terhadap lingkungan,perubahan
sirkulasi darah,serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh.Saat
lahir,berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3.000-
3.500 gram,tinggi badan sekitar 50 cm,dan besar otak sekitar 350
gram.Selama sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan
berat badan sekitar sepuluh persen dari berat badan lahir,kemudian
berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.
3) Masa bayi,1-12 bulan adalah pada masa bayi,pertumbuhan dan
perkembangan terjadi secara cepat.Pada umur 5 bulan,berat bada
anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir,sementara pada umur 1
tahun,beratnya sudah menjadi 3 kali lipat.Sedangkan untuk panjang
badan,pada umur satu tahun sudah menjadi satu setengah kali

14
panjang badan saat lahir.Pertambahan lingkar kepala juga pesat.Pda
6 bulan pertama,pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai
50%.Oleh karena itu,diperlukan pemberian gizi yang baik,yaitu
dengan memperhatikann prinsip menu gizi seimbang.
4) Masa balita (1-3 tahun) adalah pada masa ini,pertumbuhan fisik
anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi,tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan
berotot,dan anak mulai belajar berjalan.
5) Masa prasekolah akhir(3-5 tahun) adalah pada masa ini
pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini.Anak
kelihatan lebih langsing.Pertumbuhan fisik juga relatif pelan,naik
turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri,demikian pula halnya
dengan berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau
melompat.Anak mulai berkembang superegonya (suara hati),yaitu
merasa bersalah bila ada tindakanya yang keliru.
b. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler,berarti bertambahnya ukuran fisik dan stuktur
tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.jadi bersifat kuantitatif
sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat.Pertumbuhan pada masa kanak-kanak
mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya
usia anak.Secara umum,pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke
kaki(cephalokaodal).Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian
kepala berlangsung lebih dahulu,kemudian secara berangsur-angsur
diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada masa fetal(kehamilan 2
bulan),pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan masa setelah
lahir,yaitu merupakan 50% dari total panjang badan.(Nursalam,2005)

15
Pertumbuhan Balita (BB,PB,LK)

BERAT PANJANG LINGKAR


BADAN BADAN KEPALA
UMUR

( Kg) ( Cm) ( Cm)

1 Bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 – 39

2 Bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 – 41

3 Bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 – 43

4 Bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 63.7 38 – 44

5 Bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 – 45

6 Bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 – 46

7 Bulan 6.2 – 8.3 63.2 – 69.5 40.5 – 46.5

8 Bulan 6.6 – 8.8 64.6 – 71.0 41.5 – 47.5

9 Bulan 7.0 – 9.2 66.0 – 72.3 42 – 48

10 Bulan 7.3 – 9.5 67.2 – 73.6 42.5 – 48.5

11 Bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 – 49

12 Bulan 7.8 – 10.2 69.6 – 76.1 43.5 – 49.5

15 Bulan 8.4 – 10.9 72.9 – 79.4 44 – 50

1½ Tahun 8.9 – 11.5 75.9 – 82.4 44.5 – 50.5

2 Tahun 9.9 – 12.3 79.2 – 85.6 45 – 51

2½ Tahun 10.8 – 13.5 83.7 – 90.4 45.5 – 52.5

16
C.Konsep Diare

1. Pengertian diare
Diare disebabkan oleh pelbagai infeksi,selain penyebab lain seperti
malabsorbsi.Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit dari sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar
pencernaan(Ngastiyah,2005)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Yuliani, 2006).

2. Etiologi
1.Faktor infeksi
a.infeksi eksternal,infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
b.infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut(OMA),tonsilitis,bronkopneumonia dan
sebagainya.
2.Faktor malabsorbsi
a.malabsorbsi karbonhidrat
b.malabsorbsi lemak
c.malabsorbsi protein.
3.Faktor makanan,basi,makanan beracun
4.Faktor psikologis,rasa takut dan cemas(Ngastiyah,2005)

3. Patofisiologi
Diare yang merupakan proses dari transport aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel
dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi
cairan dan elektrolit. Meningkatnya motilitas dan cepatnya

17
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi
dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium,
potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan
dapat terjadi asidosis metabolik.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi. Meningkatnya motilitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal (Yuliani, 2006).

4. Manifestasi klinik
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
Kram abdominal, demam, mual dan muntah, anoreksia, lemah, pucat,
perubahan tanda vital: nadi dan pernafasan cepat (Yuliani, 2006).

5. Pemeriksaan Diagnostik
1.Pemeriksaan tinja, meliputi:
a.Makroskopis dan mikrokopis
b.pH dan kadar gula dalam tinja
c.Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
Menentukan pH dan cadangan alkali dengan analisa gas darah
3.Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk pengetahuan faal
Faal ginjal

18
6. Komplikasi
Pada kasus diare biasanya disertai dengan Dehidrasi mulai dari
ringan sampai berat dan harus segera mendapatkan penanganan medis
di Rumah Sakit (Yuliani, 2006).

7.Anatomi
.Anatomi fisiologi lambung
a. Pendarahan dan Persarafan
Arteria mesenterika superior dicabangkan dan aorta tepat
di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus halus
kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis
dan cabangnya, arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah
dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu
dengan vena lienalis membentuk vena porta.

Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang


cabang sistem saraf
otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi
dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeni,
sedangkan serabut-serabut
serabut serabut parasimpatis mengatur refleks usus.
Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik,
becrjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan
muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa (Price &
Wilson, 2006).

Gambar 2.3: Usus Halus


(http:www.medicastore.com)

19
b) Fisiologi usus halus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama:

a. Pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang


dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal.Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung
oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung
terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu
dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak
sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pankreas.
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu
yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel
merupakan agregat asam empedu dan molekul-moliekul lemak. Lemak
membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena
merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung
hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar
menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-
vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas,
gliserida dan vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai
dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel (Price & Wilson, 2006).

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang


terdapat dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini
terdapat pada brush border villi dan mencerna zat-zat makanan sambil
diabsorpsi (Price & Wilson, 2006). Dua hormon berperan penting
dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein
tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang
sekresi getah pankreas yang kaya enzim: hal ini diperantarai oleh kerja
pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin sekarang diduga

20
merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini
disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-
PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum (Price & Wilson,
2006).

Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus


menyebabkan dikeluarkannya horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah
yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang mengalir
melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang
mengandung bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu
dari hati, dan memperbesar kerja CCK.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang


dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan
kontinu isi lambung (Price & Wilson, 2006).

b. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya


mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Absorpsi
adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak,
dan protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui
dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh
sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin.
Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif
dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.
Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus,
namun terdapat tempat-tempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi
tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting diketahui agar dapat
memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit
pada usus halus.

Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada


saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian
besar diabsorpsi dalam duodenum dan jejunum, dan absorpsi kalsium
memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F, dan K)

21
diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-
garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam
usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum
terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan
faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang
dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk
membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam ileum terminalis
dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk
mempertahankan cadangan empedu. Dengan demikian asam atau
garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkali-ka1i
sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum
terminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam
empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam empedu
dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan terjadinya iritasi
kolon dan diare (Price & Wilson, 2006).

Dehidrasi adalah kelainan tubuh istolik yang disertai


kehilangan antrenium dan air dalam jumlah relatif lama.

Beberapa derajat dehidrasi sesuai dengan usia menurut


Ngastiyah (1997).
a. Derajat dehidrasi pada usia dibawah 2 tahun
Derajat ringan apabila previus water losses (cairan yang hilang
karena muntah) sebanyak 50 ml per kg BB, Normal water losses
(karena urine, penguapan kulit pernafasan) sebanyak 100 ml per
kg BB, dan concomitant water losses (karena diare dan muntah-
muntah terus) sebanyak 25 m1 per kg BB sehingga jika
dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 175 ml/kg.

Derajat sedang apabila previus water losses sebanyak 75 ml per


kg BB, normal water losses sebanyak 100 ml per kg BB dan
concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika
dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 200 ml per kg BB.

22
Derajat berat apabila previus water losses sebanyak 125 ml per kg
BB, normal water losses sebanyak 200 ml per kg BB dan
concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika
dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 350 ml per kg BB.

b. Derajat dehidrasi pada anak usia 2 - 5 tahun


Derajat ringan apabila previus water losses sebanyak 30 ml per kg
BB normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dan
concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga
jika dijumlahkan tubuh kehilangan cairan sebanyak 135 ml per kg
BB.

Derajat sedang apabila previus water losses sebanyak 50 ml per


kg BB, normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dan
concomitant water losses sebanyak 25 ml per kg BB sehingga jika
dijumlahkan tubuh kelebihan cairan sebanyak 155 ml per kg BB.

Derajat berat apabila previus water losses sebanyak 80 ml per kg


BB, normal water losses sebanyak 80 ml per kg BB dari
concomitant water losses sebanyak 25 m1 per kg BB sehingga
jika dijumlahkan tubuk kehilangan cairan sebanyak 105 ml per kg
BB.

D.Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses pemecahan


masalah yang sistemastis yang digunakan saat melakukan asuhan
keparewatan keluarga. Proses asuhan keperawatan keluarga merupakan
proses yang komplek yang menggunakan pendekatan sistematik untuk
bekerja sama dengan keluarga dan individu dan anggota keluarga.
Tahapan proses asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Diare menurut (Friedman, 1998) antara lain

23
a) Identitas Data
Nama keluarga, alamat dan no telepon, komposisi keluarga, tipe bentuk
keluarga, latar belakang kebudayaan, identifikasi religi, status kelas
keluarga, dan aktifitas-aktifitas rekreasi atau aktifitas waktu luang.
b) Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
i. Tahap perkembangan keluarga saat ini .
ii. Jangkauan pencapaian tahap perkembangan : sejauh mana
keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai
dengan tahap perkembangan saat ini.
iii. Riwayat keluarga inti : riwayat keluarga mulai lahir hingga
saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian-
kejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik
atau yang berkaitan dengan kesehatan.
iv. Riwayat keluarga asal dari kedua orang tua : seperti apa
kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat
orang tua dari kedua orang tua.
c) Data Lingkungan
i. Karakteristik rumah : Rumah yang kurang nyaman, serta
sanitasi yang kurang hygienis dapat mempengaruhi
kebersihan makanan dan minuman, Status rumah yang
dihuni keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa dapat
mempengaruhi keperdulian keluarga dalam menjaga
kebersihan.
ii. Karakteristik lingkungan, sekitar rumah dan lingkungan
yang lebih luas (tetangga dan masyarakat yang lebih luas :
Tempat tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak
terjaga, lingkungan dengan keluarga ekonomi menengah ke
bawah).
iii. Mobilitas geografis keluarga : sudah berapa lama keluarga
tinggal didaerah ini, bagaimana riwayat mobilitas geografis

24
dari keluarga ini, darimana keluarga tersebut pindah atau
bermigrasi?
iv. Asosiasi dan transaksi keluarga dengan komunitas : siapa
didalam keluarga yang menggunakan pelayanan apa atau
ketahui pada lembaga mana, berapa kali atau sejauh mana
mereka menggunakan pelayanan dan fasilitas?
v. Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga : siapa
menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga
(menjaga anak, transportasi, dll).
d) Struktur Keluarga
Pola-pola komunikasi : bagaimana komunokasi fungsional
digunakan secara terus menerus?
Struktur kekuasaan : siapa yang membuat keputusan dan siapa
yang memutuskan?
Struktur peran :bagaimana setiap anggota keluarga melakukan
setiap peran secara kompeten?
Nilai-nilai keluarga : penggunaan metode “perbandingan” dan
“membedakan” memberikan kesan (dengan nilai-nilai dari
kebudayaan).
e) Fungsi-fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif : bagai mana kebutuhan-kebutuhan yang di
akui dari anggota keluarga penuhi oleh keluarga?
2) Fungsi sosialisasi: Seberapa adaptif praktik membesarkan
anak untuk sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
3) Fungsi perawatan kesehatan : Status kesehatan keluarga dan
kerentanan terhadap sakit yang dirasa atau diketahui
(bagaimana keluarga mengkaji status kesehatan saat ini,
masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini di identifikasi
keluarga, terhadap masalah-masalah kesehatan yang serius
yang mana anggota keluarga merasa mereka mudah

25
terpengaruh rentan, apa persepsi-persepsi dari keluarga
tentang berapa banyak kontrol yang mereka lakukan
terhadap kesehatan mereka dengan melakukan tindakan-
tindakan kesehatan yang tepat.
f) Koping keluarga : bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi
yang penuh dengan stress (strategi-strategi apa yang dibuat)
(Friedman,1998).
g) Perumusan masalah
Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan data
yang diperoleh dari pengkajian keluarga. Struktur diagnosis
keperawatan Keluraga terdiri dari maslah (problem), penyebab
(etiologi) dan atau tanda atau gejala. Diagnosis keperwatan
keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah
kesehatan yang dialami, baik actual, risiko ataupun potensial,
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri
maupun kolektif yang terdiri dari maslah, etiologi, serta tanda
dan gejala(PES) (Ester, 2007)
h) Penetapan prioritas masalah
Prioritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah
dalam merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui
perhitungan skor. Skala ini memiliki empat kriteria
1) Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3),
risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1,
pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi,
akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi.
2) Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah
dengan skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak
dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang
dengan data pengetahuan (pengetahuan klien/keluarga,
teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah yang

26
ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan,
dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan,
ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat
(dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan
sokongan masyarakat).
3) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk di cegah dengan
skala skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor
1) dengan bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
Lamanya maslah (waktu masalah itu ada), tindakan yang
sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala
segera (skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak
dirasakan (skor 0) dengan bobot 1. Pembenaran di tunjang
dengan data persepsi kelurga dalam melihat masalah yang
ada, Untuk lebih jelasnya skala dalam prioritas dapat
dilihat dalam tabel 2.2

27
NO KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN
1 Sifat maslah
Skala: aktual 3
Risiko 2 1
Potensial/wellness 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala: mudah 2
2
sebagian 1
tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk


dicegah
T
a Skala: tinggi 3
1
b cukup 2

e rendah 1

l4 Menonjolnya masalah
Skala: segera 2 1

2 Tidak perlu segera 1

. Tidak diraskan 0

2 skala untuk menentukan prioritas askep keluarga

Setelah kita mampu menentukan skor dari tiap kriteria


kemudian kita lakukan perhitungan menggunakan rumus berikut
untuk menetapkan nilai masalah. skor dibagi angka tertinggi di kali
bobot, jumlahkan skor nya. skor tertinggi merupakan prioritas
diagnosis yang akan kita tanggulangi lebih dahulu.
Skor X Bobot
= Nilai masalah
Skala tertinggi (Ester, 2007).

28
i) Diagnosa keperawatan
Perumusan diagnose keperawatan keluarga dapat diarahkan
pada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnose
keperawatan meliputi masalah (Problem), Penyebab (etiologi),
dan atau tanda (sign) (Murwani, 2008).
j) Intervensi keperawatan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapka
tujuan, identifikasi, sumber daya keluarga dan menyeleksi
intervensi keperawatan (Murwani, 2008).
k) Implementasi keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan
mobilisasi sumber-sumber daya yang ada dikeluarga,
masyarakat, pemerintah (Murwani, 2008).
l) Evaluasi
Pada tahap evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan (Murwani, 2008).

29
M.Pathways

Faktor Malabsorbsi Faktor makanan Faktor infeksi Faktor psikologis


(makan basi, (cemas, takut)
a. Malabsorbsi beracun, alergi
karbohidrat terhadap makanan)
Enteral
b. Malabsorbsi lemak Parenteral Peningkatan
hormon
Toksin dari bakteri
adrenalin
dan virus
Absorbsi Hipermotilitas Hipomotilitas
Mukosa usus Mempengaruhi
Tekanan osmotik rusak syaraf
Absorbsi Bakteri tumbuh
usus meningkat Peningkatan cairan parasimpatik
menurun berlebihan elektrolit didalam usus
Pergeseran air dan
elektrolit ke dalam Isi rongga usus Hiperperistaltik
rongga usus meningkat
DIARE
Hiperperistaltik

Waktu Absorbsi
Hospitalisasi Defekasi sering Kerusakan integritas kulit
berkurang

Perubahan nutrisi Cemas Kekurangan


: kurang dari
kebutuhan tubuh Volume

Dehidrasi

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang


penyakit diare
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dan
tindakan yang tepat
3. Ketidakamampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita diare
4. Ketidakmampuan memodifikasi lingkungan untuk
mengatasi masalah diare
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk memelihara kesehatan

BAGAN 2.1 Pathways keperawatan keluarga pada penderita diare

(Whalley and Wong’s, 1999)

30
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Gastroenteritis
menurut Whalley and Wong (1999):

a) Penurunan atau kekurangan cairan


b) Perubahan Nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh
c) Kerusakan integritas kulit
d) Kecemasan atau takut
Focus intervensi
1. Penurunan atau kekurangan cairan.
a. Pencegahan Primer
a) Berikan penyuluhan tentang pencegahan kekurangan cairan
b) Ajarkan cara membuat larutan gula garam (LGG)
c) Identifikasi adanya faktor-faktor dehidrasi
b. Pencegahan Sekunder
a) Kaji keadaan umum pasien
b) Beri minum sdikit tapi sering
c) Pantau tanda-tanda dehidrasi
c. Pencegahan Tersier
a) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila An. Mengalami tanda-
tanda dehidrasi berat
b) Kolaborasi pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan anak
2. Perubahan Nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh
a. Pencegahan Primer
a) Beri penyuluhan tentang pentingnya nutrisi
b) Ajarkan keluarga untuk susun menu seimbang untuk penderita
penyakit diare
b. Pencegahan Sekunder
a) Kaji selera makan klien
b) Anjurkan untuk tidak makan makanan yang pedas dan yang
menyebabkan kram abdomen

31
c) Anjurkan klien makan sedikit tetapi sering
d) Berikan dorongan kepada klien untuk makan makanan yang lebih
banyak dalam porsi kecil
e) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, lembut, dan menarik
f) Beri tahu kepada keluarga untuk memenuhi kebutuhan oral
hygiene
c. Pencegahan Tersier
a) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin
memburuk
b) Kolaborasi dengan tim ahli gizi (bagaimana nutrisi yang baik)
3. Kerusakan integritas kulit.
a. Pencegahan Primer
a) Identifikasi adanya integritas kulit
b) Ajarkan cara mencegah terjadinya resiko kerusakan integritas
kulit.

b. Pencegahan Sekunder
a. Ajarkan membersihkan daerah anus dengan sabun non alkaline
dan air dengan hati-hati dan lembut, karena dapat berakibat
tinggi penyebab iritasi kulit.
b. tanda-tanda infeksi
c. Pencegahan Tersier
a) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi klien semakin
memburuk
b) Kolaborasi dengan Dokter tentang pemberian anti biotic
4. Cemas
a. Prevensi Primer
a) Penyuluhan dan pemberian informasi tentang pengertian, gejala-
gejala, tindakan, dan pencegahan yang perlu diketahui dan
dilakukan secara mandiri oleh anggota keluarga penderita diare

32
b) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan tenaga medis
c) Jelaskan tentang jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan
Tuberkulosis Paru.
b. Prevensi Sekunder
a) Anjurkan keluarga untuk selalu terlibat dalam perawatan secara
mandiri pada penderita, terutama sebagai pengawas minum obat
agar penderita tidak putus obat
b) Anjurkan penderita untuk teratur berobat dan meminum obat yang
diberikan agar mempercepat penyembuhan
c) Jelaskan tentang lamanya pengobatan agar penderita tidak merasa
cemas
c. Prevensi Tersier
a) Tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang penularan dan cara
pencegahan diare
b) Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian obat

33
34
35

Anda mungkin juga menyukai