Ttki Yg Baru
Ttki Yg Baru
Ttki Yg Baru
BAB I
PENDAHULUAN
gerakan yang tidak perlu dari pekerja, waiting time dan transportation time.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi tersebut,salah satu indicator yang masih
meleset dari target adalah continuous improvement yaitu keinginan perusahaan untuk
terus berkembang mencapai sistem yang efektif.
Penataan layout yang kurang baik didasari karena komponen atau material yang
banyak untuk memenuhi kebutuhan user dijadikan satu dalam suatu gudang baik
komponen elektrik maupun mekanik dan tidak adanya pemberian nama label pada
tiap rak dalam gudang sehingga menyebabkan kesulitan pada saat pencarian
komponen.
Dalam menyiapkan material dari kegiatan penerimaan material supplier sampai
pengiriman material menuju lantai produksi, pekerja memerlukan waktu searching
time selama 68,5 menit dan juga waiting time terjadi selama 53,3 menit. Selain itu,
pekerja juga membutuhkan waktu 52 menit untuk menata barang yang datang menuju
rak penyimpanan karena diperlukan waktu untuk mengeluarkan barang yang ada di
gudang terlebih dahulu. Dari waste waiting time, transportation, dan motion yang
terjadi pada gudang millstore, maka diperlukan konsep PDCA untuk memperbaiki
sistem pergudangan sehingga dapat menciptakan proses kerja yang mengalir lancar
dan juga memberikan kenyamanan kerja pada operator.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Dalam sistem lean, fokus identifkasi masalah dimulai dengan value stream
mapping, yang mana di dalamnya digambarkan seluruh langkah-langkah proses yang
berkaitan dengan perubahan permintaan pelanggan menjadi produk atau jasa yang
dapat memenuhi permintaan dan mengidentifikasi berapa banyak nilai yang terdapat
dalam setiap langkah ditambahkan ke produk. Segala aktivitas yang menciptakan
fungsi-fungsi yang memberikan nilai tambah kepada pelanggan dinamakan dengan
value-added, sedangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dinamakan
dengan non-value-added (Sumiharni, 2011).
2.1.3 Langkah Membuat Value Stream Mapping
Terdapat beberapa langkah untuk memetakan aktivitas dalam value stream
mapping sebagai berikut (Setiawan, 2007) :
1. Menggambarkan icons yang mempresentasikan konsumen, supplier dan
production control.
2. Menggambarkan kotak – kotak data dibawah icons konsumen dan
memasukkan kebutuhan konsumen di dalamnya termasuk dalam hari dan
jumlah
3. Memasukkan data pengiriman dan penerimaan, serta menggambarkan media
pengiriman besertadengan frekuensinya. Gambarkan icon pengiriman dan
membuat arah di bawah media pengiriman. Lalu menggambarkan media
pengiriman di bawah supplier serta frekuensi dan arah
4. Menggambarkan operasi yang berlangsung dari supplier sampai ke konsumen
5. Memasukkan data proses seperti waktu siklus dari tiap proses
6. Menggambarkan aliran informasi baik secara elektronik maupun manual
7. Menggambarkan persediaan antara proses yang termasuk barang dalam proses
8. Menggambarkan aliran push atau pull
2.2 Waste
Menurut Suhartono (2007) terdapat tujuh waste dalam proses produksi di
dalam Toyota Production System (TPS) yaitu sebagai berikut (.Jakfar,2015):
7
warehouse, muda ini dikatakan sebagai Ineffective Inventory Control yakni adanya
kehabisan stok material dalam gudang atau persediaan yang tidak stabil dikarenakan
pendataan mengenai persediaan yang kurang baik dan tidak terupdate.
6. Motion, adalah aktivitas/pergerakan yang kurang perlu yang dilakukan
operator yang tidak menambah nilai dan memperlambat proses sehingga lead time
menjadi lama.
7. Defects, adalah produk yang rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal
ini akan menyebabkan proses rework yang kurang efektif, tingginya komplain dari
konsumen, serta inspeksi level yang sangat tinggi.
Untuk memahami ketujuh waste tersebut, perlu didefinisikan tiga tipe
aktivitas yang terjadi dalam sistem produksi. Ketiga tipe aktivitas tersebut antara lain
sebagai berikut (Womacks, 1996) :
1. Value adding activity, yaitu semua aktivitas perusahaan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang dapat memberikan nilai tambah dimata konsumen
sehingga konsumen rela membayar atas aktivitas tersebut.
2. Necessary but non-value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah di mata customer pada suatu material atau produk
yang diproses tapi perlu dilakukan. Aktivitas ini tidak dapat dihilangkan,
namun dapat dijadikan lebih efektif dan efisien.
3. Non value adding activity, yaitu semua aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses.
Aktivitas ini bisa direduksi atau dihilangkan, karena aktivitas ini murni waste
yang sangat merugikan
cara menerapkan urutan kerja secara hati-hati : plan, do, check, action.
Plan sendiri mempunyai arti merencanakan atau perencanaan. Menurut John
Warman (2012) Perencanaan adalah suatu proses memperkirakan apa yang akan
terjadi di masa mendatang dan mempersiapkan sesuatu untuk masa mendatang
tersebut. Sebelum melakukan perencanaan, harus adanya saran atau sasaran yang
pasti, meskipun hanya berupa intisari dai sasaran tersebut.
Do dapat diartikan sebagai pengerjaan. Menurut Mega Ritta Riajeng dkk (2015)
Pada tahapan pengerjaan atau implementasi proses ini yaitu mengumpulkan data yang
dibutuhkan, mengkonversi data, menaksirkan informasi dan melaporkan serta
megkomunikasikan data.
Check dapat diaritikan mengecek. Menurut Putra Rizky Zakaria (2014) Tahap
Check adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari hasil – hasil
dari penerapan ditahap Do. Melakukan perbandingan antara hasil actual yang dicapai
dengan target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang telah ditentukan.
Action adalah menindaklanjuti. Menurut Putra Rizky Zakaria (2014) Tahap
Action adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya terhadap hasil – hasil
dari tahap check. Terdapat 2 jenis tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil
yang dicapainya, antara lain :
i. Tindakan Perbaikan (Corrective Action),
yang berupa solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pencapaian target,
tidakan perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya tidak mencapai target yang
telah direncanakan.
ii. Tindakan Standarisasi (Standardization Action), tindakan untuk men-
standarisasi-kan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan, tindakan
standarisasi ini dilakukan jika hasilnya mencapai target yang telah
direncanakan.
17
Gambar 2.4.Siklus PDCA
2.8 5S
Menurut Osada (1995), 5S diartikan Seiri (Pemilahan), Seiton (Penataan),
Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Pembiasaan). Metode 5S
adalah sebuah metode analitis dari Jepang yang mampu membantu badan usaha untuk
menciptakan kondisi budaya kerja yang baik di lingkungan tempat kerja menuju
perbaikan mutu badan usaha yang berkesinambungan, melindungi atau mengamankan
seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan baik berupa manusia, maupun
alat produksi lainnya, dan meningkatkan produktivitas, keselamatan, dan kesehatan
kerja serta kepuasan konsumen (Purba, 2013).