dimana fluida tersebut tidak dapat mampu padat (misalnya: air). Sehingga energi
yang dihasilkan oleh pompa menggunakan sistem terbuka (Gambar 2.9), dengan
sistem.
bergerak.
1
Ek : .m.v ( 2.1 )
2
Dengan:
m : Massa benda (kg)
v : Kecepatan benda (m/s²)
Ep : m x g x z ( 2.2 )
Dengan :
m : Massa benda (kg)
g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s²)
z : Tinggi benda (m)
Energi aliran (flow energi): Energi yang mendorong massa keluar masuk
sistem. Wf = P.V
E = (U + Ek + Ep) + P.V
= (U + P.V) + Ek + Ep
E = H + Ek + Ep ( 2.3 )
Dengan:
H : Entalphi (Joule)
Ek : Energi kinetik (Joule)
Ep : Energi potensial (Joule)
E in = E out
u v1
2
u v2
2
m1 P1 .V1 g.z1 = m2 P2 .V2 g .z 2
1 2 2 2
2 2
v1 v2
P1 .V1 g .z1 = P2 .V2 g .z 2
2 2
Atau
2
P1 v 1 2 P v2
g . z1 = 2 g .z 2
1 2 2 2
yaitu:
2
P1 v 1 2 P v2
g . z1 = 2 g .z 2 ( 2.4 )
1 2 2 2
bahwa tiap saat dan tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran didalam pipa tanpa
suatu gesekan yang tidak bergerak, akan mempunyai jumlah energi kecepatan,
2
P1 v1
H z1 ( 2.5 )
.g 2.g
Dengan:
xg
Berat jenis (Kgf/m³)
Menurut ISO, energi mekanis yang terkandung oleh satu satuan massa zat
cair yang mengalir atau energi spesifik Y (J/kg), kadang-kadang dipakai sebagai
P
- Head tekanan (m).
2
Head adalah energi mekanik yang terkandung oleh satu satuan berat zat
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani
oleh pompa, seperti (Gambar 2.10), head total pompa dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dengan:
H = Head total pompa (m)
hs = Head statis pompa (m)
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar dan
disisi isap: tanda positif (+) dipakai apabila muka air disisi keluar
lebih tinggi dari pada sisi isap.
seperti pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa dapat dihitung
dengan rumus:
1 2 2
H hs h p hl (v d v s ) ( 2.8 )
2g
Dengan:
hs = Perbedaan tertinggi antara titik sembarangan A dipipa keluar, dan
sembarangan titik V dipipa isap (m).
h p = Perbedaan tekanan statis antara titik A dipipa keluar, dan pipa titik
B.
hl = Berbagai kerugian head dipipa, katup, belokan, dll, antara titik A
dan titik B (m)
v d = Kecepatan aliran rata-rata dititik A (m/s)
v s = Kecepatan aliran rata-rata dititik B (m/s)
selisih perubahan permukaan air, dan besar permukaan air, dan dasar yang dipakai
Adapun hubungan antara tekanan dan head tekanan dapat diperoleh dari
rumus berikut:
Dengan:
hp = Head tekanan (m).
ΔP = Tekanan (kgf/cm²).
= Berat per satuan volume zat cair yang dipompa (kgf/l).
terdiri atas dua macam jenis head kerugian, yaitu kerugian gesek mayor (head
kerugian gesek pada pipa-pipa), dan head kerugian minor (head kerugian yang
Aliran lamiran.
Yaitu aliran yang nilai bilangan Reynolds ( Re )-nya lebih kecil dari 2300.
( Re <2300).
Aliran terbulen.
>4000).
Aliran transisi.
.vD
Re ( 2.10 )
Dengan
Re = Bilangan Reynolds (tak berdimensi)
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m).
v = Viskositas kinematik zat cair (m²/s)
Untuk menghitung head kerugian gesek pada pipa ini, tergantung pada
a. Aliran laminar.
Dalam hal aliran laminer, koefisien gesek untuk pipa (λ) dapat
64
dinyatakan: ( 2.11 )
Re
b. Aliran turbulen.
1 / 4
0,316 Re
kekerasan relatif
D
L.v 2
hf ( 2.12 )
D.2 g
Dengan:
h f Kerugian
gesek dalam pipa (m).
= Koefisien kerugian gesek.
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s).
L = Panjang pipa (m).
D = Diameter dalam pipa (m).
Rugi Minor
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila
ukuran pipa, bentuk penampang, atau arah aliran berubah. Kerugian head
v2
hf k ( 2.13 )
2g
Dengan:
k = f : Koefisien tahanan.
(i) f = 0,5
(ii) f = 0,25
(iii) f = 0,06 (untuk r kecil) sampai 0,005 (untuk r besar).
(iv) f = 0,56
(v) f = 3,0 (untuk sudut tajam) sampai 1,3 (untuk sudut 45º)
(vi) f = f 1 + 0,3 cos θ + 0,2 cos² θ
Dimana f 1 adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dengan
mengambil harga (i) sampai (v) sesuai dengan bentuk yang akan dipakai.
Bila ujung pipa isap memakai mulut lonceng yang tercelup dari
gambar berikut:
Ada dua cara belokan pipa, yaitu belokan lengkung dan belokan
Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller dari mana dari
D
3, 5 0,5
f 0,131 1,847 ( 2. 14 )
2 R 90
Dengan:
f= Koefisien tahanan.
R = Jari-jari lengkung sumbu belokan.
D = Diameter dalam pipa.
θ = Sudut belokan (derajat).
f 0,946 sin 2 2,047 sin 4 ( 2.15 )
2 2
Dengan:
f = Koefisien tahanan.
θ = Sudut selokan (derajat).
Hubungan antara sudut dan koefisien kerugian diberikan dalam Tabel 2.4
Dengan:
v1 = Kecepatan rata-rata dipenampang yang kecil (m/s).
v 2 = Kecepatan rata-rata dipenampang yang besar (m/s).
f = Koefisien tahanan.
h f = Kerugian head (m).
minimum sebesar kira-kira 0,145 terjadi pada θ=6º. Harga minimum untuk
penampang segi empat sebesar 0,17 sampai 0,18 terjadi pada θ=11º.
Dengan: f ≈ 1
v2
hf f ( 2.18 )
2g
( D1/D2 )² 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
F 0,50 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0
Dengan:
D1 : Diameter pipa besar
D2 : Diameter pipa kecil.
v1 : Kecepatan aliran pipa besar ( m/s ).
v 2 : Kecepatan aliran pipa kecil ( m/s ).
Dengan:
v : kecepatan rata-rata penampang pipa.
Adapun harga f diberikan dalam Tabel 2.7
Dalam masalah percabangan dan pertemuan pipa, tidak ada hasil percobaan
yang tidak dapat diterima secara umum. Kerugian head untuk percabangan,
2
v1
h f1 2 f 2
2g
Dengan:
hf 1 3
: Kerugian head cabang 1 ke 3 ( m ).
h f1 2 : Kerugian head cabang 1 ke 2 ( m ).
v1 : Kecepatan di 1 sebelum percabangan ( m/dt ).
f 1 , f 2 : Koefisien tahanan.
Kerugian head untuk pertemuan, Gambar 2.18 (b), dapat dinyatakan dengan
rumus:
2
v3
h f1 3 f 1
2g
Dengan:
hf 1 3
: Kerugian head temuan 1 ke 2 ( m ).
h f1 2 : Kerugian head temuan 2 ke 3 ( m ).
v3 : Kecepatan di 3 setelah pertemuan ( m/dt ).
f 1 , f 2 : Koefisien tahanan.
pada tabel 2.8. Harga-harga dalam gambar ini adalah untuk jari-jari
kerugian ini akan banyak terkurangi apabila pada perpotongan diberi jari-
jari lengkung.
Percabangan ( a ) Pertemuan ( b )
v2
hf f ( 2.19 )
2g
v2
hv f v ( 2.20 )
2g
Dengan:
hv Kerugian head (m).
f v = Koefisien tahanan.
v = Kecepatan rata-rata dipenampang masuk katup (m/dt)
Harga f v untuk berbagai jenis katup dalam keadaan terbuka penuh terdapat
dalam Tabel 2.8. Adapun hubungan antara derajat pembukuan dan koefisien
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa
p w .g .Q.H ( 2.21 )
Dengan:
p w Daya air (kW)
= Berat air per satuan volume (kgf/l)
g = Percepatan gravitasi (9,8m/dtk²).
Q = Kapasitas (m³/dtk).
H = Head total pompa (m).
adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya dipompa. Dimana daya
dapat dinyatakan:
Pw
P ( 2.22 )
p
Dengan:
P = Daya poros sebuah pompa (kW).
p = Efisiensi pompa.
2.21). Efisiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari
pabrik pembuatnya
yang besarnya tergantung pada besar kapasitas atau laju aliran Q. selain itu,
sistem pipa. Sehingga perlu juga mengetahui kurva head kapasitas dari
zat cair melalui sistem pipa, adalah sama dengan head untuk mengatasi
kerugian gesek ditambah head statis sistem. Head statis ini adalah head
potensial dari beda ketinggian permukaan dari beda tekanan statis pada kedua
aliran sepanjang pipa adalah jumlah total dari rugi-rugi aliran pipa yang ada (
h f h f 1 h f 2 ).
air pada pipa utama adalah jumlah total dari kebutuhan dari masing-masing
Selain operasi pipa seri dan pipa pararel terdapat juga operasi jaringan
pipa dimana rangkaian seri operasi jaringan pipa ini lebih komplek dari
Dalam penentukan harga kebutuhan air pada pipa utama pada sistem
Langkah pertama.
tersebut.
Langkah kedua.
CB).
H A HB H f1 H A HB H f1
HC H B H f 2 HC H B H f 2
H A HC H f 5
HC H B H f 2
HA HB H f5 H f 2
H A HB H f1
HA HB H f5 H f 2
Sehingga h f h f 5 h f 2
Sehingga secara praktis dapat dirumuskan aliran dalam head rugi gesek
ABC : AB = AC + CB hf hf 5 hf 2
DC = DA + AC hf 3 hf 4 hf 5