Anda di halaman 1dari 28

LANDASAN TEORI

2.6 Dasar-Dasar Perancangan

2.6.1 Head Total Pompa

Fungsi pompa ditinjau dari fluida kerjanya ialah menyalurkan fluida

dimana fluida tersebut tidak dapat mampu padat (misalnya: air). Sehingga energi

yang dihasilkan oleh pompa menggunakan sistem terbuka (Gambar 2.9), dengan

sistem terbuka tersebut meliputi:

 U (Energi dalam): Jumlah semua energi mikroskopik yang terdapat dalam

sistem.

 Ek (Energi Kinetik): Energi yang diakibatkan adanya gesekan benda yang

bergerak.

1
Ek : .m.v ( 2.1 )
2

Dengan:
m : Massa benda (kg)
v : Kecepatan benda (m/s²)

 Ep (Energi Potensial): Energi yang berasal dari adanya ketinggian dalam

medan gravitasi suatu benda.

Ep : m x g x z ( 2.2 )

Dengan :
m : Massa benda (kg)
g : Percepatan gravitasi (9,8 m/s²)
z : Tinggi benda (m)

 Energi aliran (flow energi): Energi yang mendorong massa keluar masuk
sistem. Wf = P.V

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.9 Sistem terbuka.

Kerja = gaya x perpindahan

Wf = F.L = (P.A).L = P.(A.L) = P.V

Wf total = m (P1 . V1 - P2 .V2 ).

(+) = Masuk sistem, (-) = Keluar sistem.

Sehingga energi untuk sistem terbuka;

E = (U + Ek + Ep) + P.V

= (U + P.V) + Ek + Ep

E = H + Ek + Ep ( 2.3 )

Dengan:
H : Entalphi (Joule)
Ek : Energi kinetik (Joule)
Ep : Energi potensial (Joule)

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Gambar 2.10 Sistem terbuka yang umum dengan satu fluida.

Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi didapat:

E in = E out

 u  v1
2
  u  v2
2

m1   P1 .V1    g.z1  = m2   P2 .V2    g .z 2 
 1  2   2  2 

Berdasarkan Hukum Kekekalan Massa didapat: m1  m2  m , sehingga:

2 2
v1 v2
P1 .V1   g .z1 = P2 .V2   g .z 2
2 2

Atau

2
P1 v 1 2 P v2
  g . z1 = 2   g .z 2
1 2 2 2

Karena air merupakan aliran tak mampu mampat maka ( 1   2   ),

sehingga didapat persamaan yang biasa disebut dengan Persamaan Bernoulli,

yaitu:

2
P1 v 1 2 P v2
  g . z1 = 2   g .z 2 ( 2.4 )
1 2 2 2

Karena air merupakan aliran tak mampu mampat, maka 1   2   =

konstan, persamaan diatas disebut Persamaan Bernoulli yang memiliki arti

bahwa tiap saat dan tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran didalam pipa tanpa

suatu gesekan yang tidak bergerak, akan mempunyai jumlah energi kecepatan,

ketinggian tempat dan tekanan yang sama besarnya.

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Pada Persamaan Bernoulli diatas dikalikan dengan 1/g ( percepatan

grafitasi ) maka didapat Head seperti pada rumus:

2
P1 v1
H   z1 ( 2.5 )
 .g 2.g

Dengan:
xg  
  Berat jenis (Kgf/m³)

Menurut ISO, energi mekanis yang terkandung oleh satu satuan massa zat

cair yang mengalir atau energi spesifik Y (J/kg), kadang-kadang dipakai sebagai

pengganti Head H (m). Adapun hubungan adalah sebagai berikut:


2
P v
Y = g x H atau Y =   g .z ( 2.6 )
 2

Dari Persamaan Head diatas, Head Total terdiri atas:

P
-   Head tekanan (m).
2

- v  Head kecepatan (m).


2
- g.z = Head ketinggian (m).

Head adalah energi mekanik yang terkandung oleh satu satuan berat zat

cair yang mengalir pada penampang saluran yang bersangkutan.

Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air

seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani

oleh pompa, seperti (Gambar 2.10), head total pompa dapat dirumuskan sebagai

berikut:

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
2
vd
H = hs  h p  hl  ( 2.7 )
2g

Dengan:
H = Head total pompa (m)
hs = Head statis pompa (m)
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar dan
disisi isap: tanda positif (+) dipakai apabila muka air disisi keluar
lebih tinggi dari pada sisi isap.

h p = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air


(m), h p  hp 2  hp1
h1 = Berbagai kerugian head dipipa, katup, belokan, sambungan, dan
lain-lain, (m)
2
vd
= Head kecepatan keluar (m)
2g
g = Percepatan gravitasi (9,8m/s²)

Gambar 2.11 Head Pompa 1 (Sularso, 2006)

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Dalam hal pompa menerima energi dari aliran yang masuk kesisi isapnya,

seperti pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa dapat dihitung

dengan rumus:

1 2 2
H  hs  h p  hl  (v d  v s ) ( 2.8 )
2g

Dengan:
hs = Perbedaan tertinggi antara titik sembarangan A dipipa keluar, dan
sembarangan titik V dipipa isap (m).
h p = Perbedaan tekanan statis antara titik A dipipa keluar, dan pipa titik
B.
hl = Berbagai kerugian head dipipa, katup, belokan, dll, antara titik A
dan titik B (m)
v d = Kecepatan aliran rata-rata dititik A (m/s)
v s = Kecepatan aliran rata-rata dititik B (m/s)

Untuk pompa tegak yang tidak mempunyai pipa isap, ht  htd

Apabila permukaan air berubah-ubah dengan perbedaan besar head statis

total harus ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik pompa, besarnya

selisih perubahan permukaan air, dan besar permukaan air, dan dasar yang dipakai

untuk menentukan jumlah air yang harus dipompa.

Gambar 2.12 Head Total Pompa 2. (Sularso, 2006)

Adapun hubungan antara tekanan dan head tekanan dapat diperoleh dari

rumus berikut:

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
P P
hp   ( 2.9 )
  .g

Dengan:
hp = Head tekanan (m).
ΔP = Tekanan (kgf/cm²).
 = Berat per satuan volume zat cair yang dipompa (kgf/l).

2.6.2 Head Kerugian

Head kerugian (yaitu head untuk mengatasi kerugian-kerugian), yang

terdiri atas dua macam jenis head kerugian, yaitu kerugian gesek mayor (head

kerugian gesek pada pipa-pipa), dan head kerugian minor (head kerugian yang

ada dalam jalur pipa seperti pada belokan-belokan, reduser, katup-katup,dsb)

 Rugi mayor (Head kerugian gesek dalam pipa).

Aliran terdiri dari beberapa jenis yaitu:

 Aliran lamiran.

Yaitu aliran yang nilai bilangan Reynolds ( Re )-nya lebih kecil dari 2300.

( Re <2300).

 Aliran terbulen.

Yaitu aliran yang nilai bilangan Reynolds ( Re )-nya diatas 4000 ( Re

>4000).

 Aliran transisi.

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Yaitu aliran yang nilai bilangan Reynolds-nya berada pada 2300< Re

<4000. diman aliran tersebut dapat bersifat laminer atau terbulen

tergantung pada kondisi pipa dan aliran.

Untuk mencari nilai bilangan Reynolds menggunakan rumus:

 .vD
Re  ( 2.10 )

Dengan
Re = Bilangan Reynolds (tak berdimensi)
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m).
v = Viskositas kinematik zat cair (m²/s)

Untuk menghitung head kerugian gesek pada pipa ini, tergantung pada

jenis alirannya, yaitu:

a. Aliran laminar.

Dalam hal aliran laminer, koefisien gesek untuk pipa (λ) dapat

64
dinyatakan:   ( 2.11 )
Re

b. Aliran turbulen.

Untuk menghitung kerugian gesek pada pipa aliran turbulen terdapat

berbagai rumus empiris, diantaranya rumus Darcy, Hazen-Williams dan

Persamaan Blaussius. Dalam perancangan ini rumus yang akan

dipergunakan penulis adalah Persamaan Blaussius, yaitu:

1 / 4
  0,316 Re

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Selain itu, nilai λ dapat dicari juga dengan menggunakan diagram Moody

pada lampiran 2, yaitu dengan mengestimasi antara Re >4000 dengan


kekerasan relatif
D

(  untuk pipa cast iron = 5,5 mm. Tabel 2.3 ).

Maka kerugian gesek didalam pipa dapat dirumuskan:

L.v 2
hf   ( 2.12 )
D.2 g

Dengan:
h f  Kerugian
gesek dalam pipa (m).
 = Koefisien kerugian gesek.
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s).
L = Panjang pipa (m).
D = Diameter dalam pipa (m).

Tabel 2.3 Angka Kekerasan (Roughness, έ) (Lamont (1981), Moody


(1994) and Mays (1999)

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

 Rugi Minor

Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila

ukuran pipa, bentuk penampang, atau arah aliran berubah. Kerugian head

ditempat-tempat dari transisi yang demikian itu dapat dinyatakan secara

umum dengan rumus:

v2
hf  k ( 2.13 )
2g

Dengan:
k = f : Koefisien tahanan.

Dengan cara menentukan harga k untuk berbagai bentuk transisi

pipa akan diperinci seperti dibawah ini.

 Rugi pada ujung pipa.

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Harga koefisien f untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa

menurut Weisbach adalah sebagai berikut:

(i) f = 0,5
(ii) f = 0,25
(iii) f = 0,06 (untuk r kecil) sampai 0,005 (untuk r besar).
(iv) f = 0,56
(v) f = 3,0 (untuk sudut tajam) sampai 1,3 (untuk sudut 45º)
(vi) f = f 1 + 0,3 cos θ + 0,2 cos² θ
Dimana f 1 adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dengan

mengambil harga (i) sampai (v) sesuai dengan bentuk yang akan dipakai.

Bila ujung pipa isap memakai mulut lonceng yang tercelup dari

permukaan air maka harga f adalah seperti yang diperlihatkan dalam

gambar berikut:

Gambar 2.13 Berbagai Bentuk Ujung Masuk


Pipa

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Gambar 2.14 Koefisien Kerugian Mulut Lonceng Atau Corong Pada
Pipa Isap (Sularso, 2006)

 Rugi pada belokan pipa

Ada dua cara belokan pipa, yaitu belokan lengkung dan belokan

patah (miter dan multipiece bend).

Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller dari mana dari

Persamaan 2.10 dinyatakan sebagai berikut:

  D    
3, 5 0,5

f  0,131  1,847    ( 2. 14 )
  2 R   90 

Dengan:
f= Koefisien tahanan.
R = Jari-jari lengkung sumbu belokan.
D = Diameter dalam pipa.
θ = Sudut belokan (derajat).

Hubungan diatas menggambarkan dalam diagram seperti diperlihatkan

dalam gambar 2.15 berikut

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.15 Koefisien Kerugian Pada Belokan


(Sularso, 2006)

Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk

belokan patah, yaitu:

 
f  0,946 sin 2  2,047 sin 4 ( 2.15 )
2 2

Dengan:
f = Koefisien tahanan.
θ = Sudut selokan (derajat).

Hubungan antara sudut dan koefisien kerugian diberikan dalam Tabel 2.4

Adapun koefisien kerugian untuk belokan patah dengan potongan banyak

(multipiece) diberikan dalam Tabel 2.5

Tabel 2.4 Koefisien Kerugian Belokan Pipa

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Tabel 2.5 Koefisien Kerugian Belokan Pipa Potongan Banyak

 Rugi karena pembesaran penampang gradual.

Dalam kerugian Head dinyatakan sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
(v1  v 2 ) 2
hf  f ( 2.16 )
2g

Dengan:
v1 = Kecepatan rata-rata dipenampang yang kecil (m/s).
v 2 = Kecepatan rata-rata dipenampang yang besar (m/s).
f = Koefisien tahanan.
h f = Kerugian head (m).

Koefisien kerugian untuk pembesaran penampang secara gradual pada

penampang berbentuk lingkaran (gambar 1.17), hasil percobaan

menunjukkan bahwa harga minimum sebesar 0,135 terjadi bila θ adalah

sebesar 5º sampai 6º30. Juga untuk penampang bujur sangkar, harga

minimum sebesar kira-kira 0,145 terjadi pada θ=6º. Harga minimum untuk

penampang segi empat sebesar 0,17 sampai 0,18 terjadi pada θ=11º.

Gambar 2.16 Koefisien Kerugian Pada Pembesaran Gradual (Bentuk


Difuser). (Sularso, 2006)
 Rugi pembesaran pipa secara mendadak.

Untuk kasus ini kerugian head dapat dinyatakan

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
(v1  v 2 ) 2
hf  f ( 2.17 )
2g

Dengan: f ≈ 1

 Rugi pengecilan penampang pipa mendadak.

Kerugian head untuk pengecilan mendadak dapat dinyatakan dengan rumus:

v2
hf  f ( 2.18 )
2g

Dengan harga f diberikan dalam Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Koefisien kerugian bagian pipa dengan pengecilan penampang


secara tiba-tiba (Sularso, 2006)

( D1/D2 )² 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
F 0,50 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0

Dengan:
D1 : Diameter pipa besar
D2 : Diameter pipa kecil.
v1 : Kecepatan aliran pipa besar ( m/s ).
v 2 : Kecepatan aliran pipa kecil ( m/s ).

Gambar 2.17 Koefisien kerugian pada pengecilan mendadak


(Sularso, 2006)
 Rugi orifis dalam pipa

Kerugian head untuk orifis diberikan menurut rumus:

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
v2
hf  f
2g

Dengan:
v : kecepatan rata-rata penampang pipa.
Adapun harga f diberikan dalam Tabel 2.7

Tabel 2.7 Koefisien Kerugian Pada Orifis Dalam Pipa.


(Sularso, 2006).
( D/D)² 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
f ∞ 226 47,8 17,5 7,8 3,75 1,80 0,80 0,29 0,06 0

 Kerugian Percabangan Dan Pertemuan

Dalam masalah percabangan dan pertemuan pipa, tidak ada hasil percobaan

yang tidak dapat diterima secara umum. Kerugian head untuk percabangan,

Gambar 2.18 (a), dapat dinyatakan dengan rumus (Sularso, 2006):


2
v1
h f1  3  f 1
2g

2
v1
h f1 2  f 2
2g

Dengan:
hf 1 3
: Kerugian head cabang 1 ke 3 ( m ).
h f1 2 : Kerugian head cabang 1 ke 2 ( m ).
v1 : Kecepatan di 1 sebelum percabangan ( m/dt ).
f 1 , f 2 : Koefisien tahanan.

Kerugian head untuk pertemuan, Gambar 2.18 (b), dapat dinyatakan dengan

rumus:
2
v3
h f1 3  f 1
2g

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
2
v3
h f 23  f 2
2g

Dengan:
hf 1 3
: Kerugian head temuan 1 ke 2 ( m ).
h f1 2 : Kerugian head temuan 2 ke 3 ( m ).
v3 : Kecepatan di 3 setelah pertemuan ( m/dt ).
f 1 , f 2 : Koefisien tahanan.

Koefisien kerugian percabangan dan pertemuan pada rumus diatas diberikan

pada tabel 2.8. Harga-harga dalam gambar ini adalah untuk jari-jari

lengkung R = 0 pada perpotongan antara kedua bagian pipa. Koefisien

kerugian ini akan banyak terkurangi apabila pada perpotongan diberi jari-

jari lengkung.

Percabangan ( a ) Pertemuan ( b )

Gambar 2.18 Percabangan dan pertemuan pipa


(Sularso, 2006)

 Rugi diujung keluar pipa.

Kerugian keluar pada ujung pipa keluar digunakan rumus:

v2
hf  f ( 2.19 )
2g

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Dengan f = 1,0 dan v adalah kecepatan rata-rata dipipa keluar.

 Rugi head dikatup.

Kerugian head dikatup dapat ditulis sebagai berikut:

v2
hv  f v ( 2.20 )
2g

Dengan:
hv  Kerugian head (m).
f v = Koefisien tahanan.
v = Kecepatan rata-rata dipenampang masuk katup (m/dt)

Harga f v untuk berbagai jenis katup dalam keadaan terbuka penuh terdapat

dalam Tabel 2.8. Adapun hubungan antara derajat pembukuan dan koefisien

gesekan katup-katup utama pada Gambar 2.19

Tabel 2.8 Koefisien Kerugian Dari Berbagai Katup


( Sularso, 2006 )

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.19 Pembukaan Katup Dan Koefisien Kerugian


Pada Katup-katup. (Sularso, 2006)

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.20 Resistensi Untuk Katup Dan Macam Fitting.


( Permission, “Technical Paper#409”, Crane
Enginering Div., 1042, Chcago )

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
2.6.3 Daya Poros dan Efisiensi Pompa

2.6.3.1 Daya air

Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa

persatuan waktu, dan dapat ditulis dengan rumus:

p w   .g .Q.H ( 2.21 )

Dengan:
p w  Daya air (kW)
 = Berat air per satuan volume (kgf/l)
g = Percepatan gravitasi (9,8m/dtk²).
Q = Kapasitas (m³/dtk).
H = Head total pompa (m).

2.6.3.2 Daya poros atau BHP (Brake Horse Power).

Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa

adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya dipompa. Dimana daya

dapat dinyatakan:

Pw
P ( 2.22 )
p

Dengan:
P = Daya poros sebuah pompa (kW).
 p = Efisiensi pompa.

Harga-harga standar efisiensi pompa  p diberikan dalam (Gambar

2.21). Efisiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari

pabrik pembuatnya

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.21 Efisiensi standar pompa


(Sularso, 2006)

2.6.4 Diagram Pemilihan Pompa.

Pompa-pompa standar berukuran kecil dan sedang pada umumnya

dilengkapi dengan diagram pemilihan. Diagram semacam ini akan lebih

memudahkan pemilihan pompa.

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.22 Diagram Pemilihan Pompa Umum


(Sularso,2006)

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
Selain itu pula untuk memilih pompa perlu mengetuhui kurva head

kapasitas dari pompa, yaitu kemampuan pompa untuk menentukan head H

yang besarnya tergantung pada besar kapasitas atau laju aliran Q. selain itu,

dalam pengoperasiannya harus dapat memenuhi head yang diperlukan oleh

sistem pipa. Sehingga perlu juga mengetahui kurva head kapasitas dari

instalasi atau sistem.

Besarnya head sistem, yaitu head yang diperlukan untuk mengalirkan

zat cair melalui sistem pipa, adalah sama dengan head untuk mengatasi

kerugian gesek ditambah head statis sistem. Head statis ini adalah head

potensial dari beda ketinggian permukaan dari beda tekanan statis pada kedua

permukaan zat cair ditadah isap dan ditadah keluar.

Head tekanan + Head gesekan

Gambar 2.23 Kurva Head-Kapasitas Dari Pompa ( P ) Dan Sistem ( S )

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
2.6.5 Sistem Operasi Pipa

2.6.5.1 Operasi pipa seri

Pada pipa-pipa yang dipasang seri dimana kebutuhan air sepanjang

pipa tersebut memliki harga yang sama ( Q1  Q2  Q3 ), sedangkan rugi-rugi

aliran sepanjang pipa adalah jumlah total dari rugi-rugi aliran pipa yang ada (

h f  h f 1  h f 2 ).

2.6.5.2 Operasi pipa pararel

Lain halnya pada pipa-pipa yang dipasang pararel, dimana kebutuhan

air pada pipa utama adalah jumlah total dari kebutuhan dari masing-masing

percabangan pipa tersebut (Qtotal = Q1  Q2 ). Selain itu pada pipa pararel

rugi-rugi aliran tiap pipa percabangan garuslah sama besar ( h f  h f 1  h f 2 ).

Gambar 2.24 Sistem Pipa Dipasang Pararel

2.6.5.3 Operasi jaringan pipa

Selain operasi pipa seri dan pipa pararel terdapat juga operasi jaringan

pipa dimana rangkaian seri operasi jaringan pipa ini lebih komplek dari

operasi pipa seri maupun pararel.

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI

Gambar 2.25 Sistem Jaringan Pipa

Dalam penentukan harga kebutuhan air pada pipa utama pada sistem

jaringan pipa adalah dilakukan dengan beberapa langkah:

 Langkah pertama.

Yaitu menentukan arah aliran dan besar debitnya, debit untuk (

QD  Q3  Q4 , Q4  Q A  Q1  Q5 ) jadi setiap percabangan besarnya

debit aliran adalah jumlah dari masing-masing percabangan aliran

tersebut.

Langkah kedua.

Untuk menentukan head rugi gesek dalam jaringan pipa dapat

dilakukan dengan menganalisa aliran tiap sirkuit aliran.

Sirkuit ABC adalah (Aliran dari AB = Aliran dari AC + Aliran dari

CB).

- Aliran dari AB adalah kesetimbangan energi antara A dan B

H A  HB  H f1 H A  HB  H f1

- Aliran dari AB adalah kesetimbangan energi antara A dan B

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY
LANDASAN TEORI
H A  HC  H f 5 H A  HC  H f 5

- Aliran dari AB adalah kesetimbangan energi antara A dan B

HC  H B  H f 2 HC  H B  H f 2

Sehingga untuk aliran A – B – C

H A  HC  H f 5

HC  H B  H f 2

HA  HB  H f5  H f 2

H A  HB  H f1

HA  HB  H f5  H f 2

Sehingga h f  h f 5  h f 2

Sehingga secara praktis dapat dirumuskan aliran dalam head rugi gesek

dalam sirkuit adalah:

ABC : AB = AC + CB hf  hf 5  hf 2

Aliran dalam sirkuit ACD

DC = DA + AC hf 3  hf 4  hf 5

JURUSAN TEKNIK MESIN TUGAS AHIR


FAKULTAS TEKNIK
UMY

Anda mungkin juga menyukai