Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva tidak Berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini dapat
berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan menyumbang pendapatan yangh diperoleh
perusahaan. Pada umumnya aktiva tidak berwujud mempunyai umur ekonomis lebih dari
satu tahun. Dalam akuntansi yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain Hak Paten,
Hak cipta, merek dagang, franchise, kontrak sewa dan goodwill

Penilaian Aktiva Tidak Berwujud

Penilaian Aktiva tidak berwujud dalam rekening akan disajikan sebesar harga perolehannya
(cost). Memperoleh Aktiva tidak berwujud dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Aktiva Tak berwujud yang didapat dengan cara membeli hak itu.
b. Aktiva Tak berwujud yang dikembangkan sendiri secara teratur oleh perusahaan.

Pengakuan harga perolehan aktiva tidak berwujud adalah :


a) Harga yang dibayar kepada penjual
b) Biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya kepada pemerintah, biaya
notaris, dan biaya administrasi.
c) Biaya-biaya percobaan dan pengembangan
d) Biaya untuk penyerahan hak seperti royalti dan lisensi
e) Biaya-biaya lain yang berkenaan dalam hal gugatan

Selama umurnya, harga perolehan aktiva tidak berwujud mungkin diamortisasikan,


Amortisasi dilakukan dengan cara mendebit rekening beban dan mengkredit rekening aktiva
yang bersangkutan atau akumulasi.

Hak Paten
Paten adalah suatu hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak yang
menemukan (investor) sehingga si penemu dapat mengendalikan pembuatan, penjualan
atau mengawasi penemuannya. Jika Paten tersebut tidak dapat diperpanjang, maka
penemuan tadi dapat diperbaharui atau direvisi guna memperoleh hak paten yang baru.
Nilai yang terkandung dalam harga perolehan antara lain :

a. Biaya pembuatan model dan gambar


b. Biaya-biaya yang dikeluarkan guna melakukan percobaan-percobaan dan
pengembangan.

Paten diberikan untuk jangka waktu selama dua puluh tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan permintaan paten. Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu paten dicatat
dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten.
Pemilik dari suatu paten dapat memberikan hak penggunaannya kepada pihak lain atau
dapat dijual dan perlakuan akuntansi atas pembeli paten tersebut akan dicatat sebesar
harga belinya.

Penurunan nilai perolehan hak paten pada umumnya dengan metode garis lurus untuk
menentukan amortisasi periodik.
Amortisasi paten dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Dr. Beban Amortisasi Paten Rp xxx


Cr. Paten Rp xxx
Contoh :
Diasumsikan bahwa pada awal tahun fiskal, sebuah perusahaan membeli hak paten
seharga Rp 100.000.000,- paten tersebut telah diberikan 6 tahun sebelumnya oleh instansi
terkait. Walaupun paten tersebut tidak akan jatuh tempo sampai 14 tahun yang akan
datang, namun umur manfaat yang tersisa diestimasi tinggal 5 tahun. Ayat jurnal untuk
mengamortisasi paten pada akhir tahun fiskal adalah :
Dr Beban amortisasi – Paten Rp 20.000.000
Cr. Paten Rp 20.000.00
Dr Beban amortisasi – Paten Rp 20.000.000
Cr. Paten Rp 20.000.00

Hak Cipta

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta,
pengertian hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Hak ini diberikan untuk beberapa tahun dan ada kemungkina dapat diperpanjang. Hak cipta
ini dapat diberikan atau dijual kepada pihak lain berdasarkan perjanjian. Jika hak cipta
tersebut dibeli, maka harga perolehannya tergantung dari jumlah uang yang dibayarkan.
Harga perolehan hak cipta dapat dihapuskan sekaligus dengan pertimbangan/prinsip
konservatif atau dibebankan menurut taksiran umur hak cipta tersebut.

Contoh :
Sony Corporation menyatakan kebijakan amortisasinya yang berkaitan dengan aktiva seni
artistik dan aktiva tidak berwujud musik :
“Aktiva Tidak Berwujud yang terutama terdiri atas kontrak artis dan katalog musik,
diamortisasi dengan prinsip dasar garis lurus masing-masing selama 16 tahun dan 21
tahun.”

Hak Menggunakan Fasilitas (Franchise)

Franchise adalah hak yang diberikan hak istimewa untuk menggunakan fasilitas tertentu.
Hak ini dapat diberikan untuk beberapa tahun, diperpanjang atau dicabut. Bila umur
franchise ini terbatas, maka harga perolehannya akan diamortisasikan selama umur aktiva
tersebut. Sebaliknya bila umurnya tidak terbatas, maka harga perolehan aktiva tersebut
akan tetap disajikan dalam neraca.
Untuk memperoleh frnachise kadang-kadang dilakukan pembayaran berkala. Pembayaran
ini mungkin jumlahnya tetap atau berubah-ubah dikaitkan dengan penghasilan, penggunaan
fasilitas atau lainnya yang dialokasikan didalam periode yang bersangkutan atau
dibebankan sebagai penghasilan berkala.

Merek Dagang (trade mark)

Suatu merek dagang adalah nama, istilah, atau simbol yang digunakan untuk
mengidentifikasikan perusahaan dan produknya, sebagai seperti :

logo cocacola yang berwarna merah dan putih adalah sebuah contoh merek dagang.
Sebagian besar perusahaan menandai merak dagang mereka dengan tanda ® pada iklan-
iklan dan produk-produk mereka. Berdasarkan undang-undang-undang, Perusahaan bisa
melindungi merek dagang mereka dengan mendaftarkannya untuk jangka waktu 10 tahun
kemudian memperbaharuinya lagi untuk jangka waktu 10 tahun setelah masa yang pertama
berakhir. Sama seperti hak cipta, biaya hukum yang muncul dalam kaitannya dengan
pendaftaran merek dagang ke pemerintah federal harus dicatat sebagai aktiva. Oleh karena
itu, sekalipun merek cocacola memiliki nilai yang sangat tinggi, pos ini tidak disajikan di
neraca sebab biaya-biaya hukum yang terkait jumlahnya tidak material.
Jika Merek dagang dibeli dari perusahaan lain, biaya pembeliannya harus dicatat sebagai
aktiva. Biaya merek dagang dalam banyak kasus biasanya mempunyai umur manfaat yang
tak terbatas, sehingga tidak diamortisasi selama umur manfaat tidak seperti halnya pada
aktiva tidak berwujud. Namun, merek dagang harus selalu diuji secara berkala untuk
penurunan nilainya. Ketika merek dagang mengalami penurunan nilai akibat persaingan
atau situasi lain, maka nilainya harus turun dan kerugian harus diakui.

Goodwill

Goodwill adalah bagian Aset dalam neraca keuangan perusahaan, diklasifikasikan kedalam


aset tak berwujud yang muncul pada saat terjadi akuisisi suatu entitas bisnis terhadap
entitas bisnis yang lain. timbulnya goodwill ketika pembayaran (pembelian) atas
perusahaan lain dengan harga diatas harga pasar aset bersih (nilai buku). selisih yang
timbul inilah yang dinamakan Goodwill. dengan kata lain
Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai buku yang dibayarkan
suatu entitas untuk bisa mendapatkan entitas lain
Misalnya Perusahaan A ingin membeli perusahaan B untuk ekspansi usahanya,
perusahaan B memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, total Liabilitas: Rp 350 dan total Equity
Rp 650. perusahaan B jual mahal terhadap perusahaan A karena tau posisi mereka
strategis buat perusahaan A, setelah negosiasi yang cukup melelahkan, akhirnya
perusahaan B di beli oleh perusahaan A dengan harga Rp 850.

Lalu bagaimana?mari kita perhatikan

Harga Beli : 850


Total Aset : 1000
Net Aset : 650

*Net Aset: Total Aset-Total Kewajiban (Hutang)

Total Aset Bersih Perusahaan B adalah Rp 650 namun dibeli oleh perusahaan A dengan
harga Rp 850, ada selisih Rp 200. Nah, selisih inilah yang kita sebut sebagai
"Goodwill".Apa ini kerugian? mungkin secara angka angka memang lebih mahal, tapi
manfaat pembelian perusahaan B ini diprediksi akan mengalir hingga beberapa tahun
kedepan.

Secara sederhana perusahaan A melakukan penjurnalan seperti ini :

Debit | Aset Rp1.000


Debit | Goodwill Rp200
Kredit | Kas Rp850
Kredit | Liabilitas Rp350

Perolehan Goodwill

Goodwill akan timbul jika ada aktifitas suatu entitas bisnis membeli entitas lain, dimana
harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih perusahaan yang dibeli.
namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan bersihnya. maka yang muncul adalah
goodwill negatif, logikanya sama hanya dibolak balik saja.

Amortisasi Goodwill
Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap ada istilah
penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut amortisasi. dalam PSAK No.
17disebutkan Amortisasi merupakan aalokasi jumlah tersusutkan secara sistematis atas
aktiva tak berwujud selama masa manfaat ekonomisnya. Harga perolehan aktiva tak
berwujud dibebankan ssecara periodik kedalam rugi laba perusahaan berdasarkan
perkiraan terbaik atas masa manfaat goodwill atau aset tak berwujud lainnya

Metode amortisasi yang sering digunakan adalah Metode Garis Lurus (Straight Line
Method).

Setiap tutup buku, 31 Dec, dilakukan pembebanan amortisasi goodwill kedalam Laporan


Laba Rugi dan juga sekaligus nilai buku goodwil pada neraca dikurangi, dengan jurnal 

Dec 31:

Debit | Amortisasi Goodwill Rp xxx


Kredit | Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp xxx

Rp xxx adalah jumlah goodwill dibagi sebanyak berapa tahun manajemen meng-amortisasi-
kan dengan berdasarkan perkiraan terbaik atas masa manfaat goodwillnya dan yang
penting wajar. misal seperti contoh di atas, goodwill sebesar Rp 200,di amortisasi selama 5
tahun, jadi tiap tahunnya Rp 200/5 = Rp 40. dalam penentuan berapa banyak tahun yang
dibutuhkan dalam mengamortisasi goodwill, hal ini sebenarnya menjadi banyak perdebatan.

Tambahan: Account akumluasi amortisasi goodwill serta aset tak berwujud yang lain
umumnya tidak disajikan dalam neraca tetapi hanya disajikan sebesar nilai buku.

Penghapusan Goodwill | Writte Off

Apa tujuan penghapusan Goodwill? kalau semisal goodwill yang didapat atas pembelian
perusahaan terdahulu sudah diaku tidak memberikan manfaat lagi bagi perusahaan, lalu
untuk apa goodwill dipertahankan? maka dari itu perlu adanya penghapusan goodwill.

Pencatatan jurnalnya :

Rp xxx
Debit | Akumulasi Amortisasi
siGoodwill
Goodwill
Kredit | Goodwill Rp xxx
Goodwil atau muhibah adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu perusahaan
akibat letak perusahaan yang sangat strategis, nama baik, nama yang sudah terkenal,
organisasi yang baik, pimpinan yang cakap, dan lain-lain. Menurut akuntansi yang
dimaksud dengan goodwill adalah kemampuan untuk memperoleh laba diatas normal
dikarenakan pengaruh faktor-faktor tersebut diatas. Kelebihan laba ini merupakan daya tarik
bagi para investor untuk menanamkan modalnya kedalam perusahaan yang bersangkutan.

Timbulnya goodwill dilatarbelakangi transaksi :


a. Pembelian
b. Perusahaan seperti penggabungan ( merger), reorganisasi, perubahan bentuk
perusahaan (reorganisasi), pembelian sebagian perusahaan atau perubahan pemilikan
firma.

Pembelian suatu perusahaan yang berjalan merupakan hasil penawaran untuk menetapkan
harga yang sebenarnya untuk goodwill.

Dasar untuk mencapai suatu harga goodwill antara lain :


1. Taksiran pendapatan pada masa yang akan datang
2. Penetapan tingkat pendapatan yang normal
3. Penilai aktiva perusahaan di luar goodwill
4. Penggunaan pendapatan yang akan datang untuk menentukan suatu nilai goodwill.

Pendapatan yang lalu merupakan patokan yang cukup baik guna menentukan nilai suatu
goodwill. Yang ditinjau adalah taksiran pada masa yang akan datang yang bagaimanapun
tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan dari periode yang lalu. Tetapi untuk laba atau rugi
yang bersifat luar biasa atau yang jarang terjadi, maka jumlah-jumlah ini harus dikeluarkan
dari pendapatan yang lalu.

Dasar yang umumnya dipakai sebagai dasar penetapan adalah harga pasar atau jumlah
yang diperkirakan dapat direalisasikan dari aktiva tersebut. Selisih antara jumlah uang yang
dibayarkan dengan nilai bersih aktiva merupakan nilai goodwill.
Dalam menerapkan taksiran pendapatan yang akan datang guna menentukan nilai goodwill
beberapa perlakuan yang dapat digunakan adalah :
1. Kapitalisasi pendapatan bersih rata-rata.
2. Kapitalisasi kelebihan pendapatan rata-rata

Contoh :
Data pencapaian laba bersih PT. “KURNIA JAYA” selama 5 tahun sebagai berikut :

Tahun 2004 Rp 30.000.000


Tahun 2005 Rp 27.000.000
Tahun 2006 Rp 27.000.000
Tahun 2007 Rp 36.000.000
Tahun 2008 Rp 33.000.000

Jumlah Rp 153.000.000

Laba bersih rata-rata Rp 153.000.000/5 = Rp 30.600.000

Misalnya pendapatan untuk tahun yang akan datang ditaksir sejumlah Rp 30.000.000. Pada
tanggal 1 januari 2009, jumlah aktiva bersih (net assets) tanpa memasukkan nilai goodwill
dinilai sebesar Rp 270.000.000 dan jumlah hutang berjumlah Rp 30.000.000
1. Kapitalisasi pendapatan bersih rata-rata

Jumlah yang dibayarkan untuk suatu perusahaan dapat ditetapkan dengan


mengkapitalisasi pendapatan yang diharapkan pada masa mendatang dengan jumlah
investasi yang dibutuhkan. Kapitalisasi taksiran pendapatan yang akan datang ditung
dengan menerapkan tarif tertentu. Tarif ini menunjukkan hasil yang akan diharapkan dari
jumlah yang diinvestasikan. Selanjutnya bila terjadi selisih antara jumlah yang dibayarkan
dengan nilai bersih aktiva perusahaan yang dibeli, maka selisih tersebut merupakan
goodwill.
Misalnya dari investasi yang diharapkan jumlah pendapatan sebesar 10%, maka jumlah
yang dibayarkan serta goodwill perhitungannya tergambar sebagai berikut :

Jumlah yang dibayarkan : 30.000.000 x 100/10 = 300.000.000


Taksiran nilai aktiva : 240.000.000
Goodwill = 60.000.000
Jika dalam contoh ini pendapatan yang diharapkan sebesar 12.5% dan pendapatan ditaksir
Rp 30.000.000 berarti perusahaan tersebut dinilai sebesar Rp 240.000.000 – (30.000.000 :
0,125) = 0., Dari perhitungan ini, maka perusahaan tersebut tidak mempunyai goodwill.

2. Kapitalisasi kelebihan pendapatan rata-rata


Perhitungan goodwill dengan metode ini didasarkan pada pendapatan bersih rata-rata
dan nilai aktiva yang dibeli. Besarnya pendapatan dari nilai bersih aktiva dan besarnya
pendapatan dari goodwill diabaikan. Hal ini cukup beralasan dikarenakan pengharapan
suatu tingkat pendapatan dari investasi bila dibandingkan dengan pendapatan yang
diharapkan dari jumlah lain yang diperoleh. Untuk jelasnya, dibawah ini diberikan dua
perusahaan sebagai bahan ilustrasi.

PT. X PT. Y

60.000.000 30.000.000 Taksiran aktiva netto


6.000.000 6.000.000 Taksiran laba netto

Jika taksiran laba tersebut dihitung pada tingkat 8% baik untuk PT. X atau PT. Y, maka
nilai masing-masing perusahaan akan menjadi Rp 75.000.000. maka goodwill untuk
perusahaan X adalah sama yaitu sebesar Rp 15.000.000 dan perusahaan Y sebesar Rp
45.000.000., dengan perhitungan :
PT. X PT. Y
75.000.000 75.000.000 Jumlah taksiran aktiva neto 8%
60.000.000 30.000.000 Taksiran aktiva neto
15.000.000 45.000.000 Goodwill
Ilustrasi diatas mengabaikan bahwa nilai taksiran aktiva neto yang ditetapkan perusahaan
oleh PT. X jauh melebihi nilai aktiva PT. Y.

Metode penetapan yang lebih baik seharusnya memperhatikan faktor-faktor berikut :

a. Kebutuhan pendapatan yang layak dari aktiva netto


b. Setiap kelebihan dianggap berasal dari goodwill

Jika suatu perusahaan dibeli tanpa perhitungan goodwill secara tegas, maka aktiva dari
perusahaan yang dibeli harus dilakukan penilaian dan selisih dengan jumlah uang yang
dibayarkan dicatat sebagai goodwill.
Contoh :

Suatu perusahaan menukarkan 20.000 lembar saham biasa nominal Rp 25.000,- per
lembar, yang harga pasarnya Rp 26.500 per lembar. Dengan sebuah perusahaan yang nilai
aktivanya ditaksir Rp 512.000.000

Perhitungan :
Nilai saham biasa : 20.000 x 26.500 = 530.000.000
Nilai harta yang diperoleh =( 512.000.000)
Jumlah goodwill = 18.000.000

Jurnal yang harus dilakukan :


Dr. Aktiva 512.000.000
Dr Goodwill 18.000.000
Cr Saham 500.000.000
Cr Laba penjualan saham 30.000.000

Goodwill yang umurnya diperkirakan tidak terbatas akan dibukukan sebesar harga
perolehannya, akan tetapi bila keadaan tersebut menuju kearah yang mengurang maka
akan diadakan penyesuaian terhadap jumlah goodwill tersebut. Berkurangnya nilai goodwill
dapat dianggap sebagai :
a. Elemen-elemen yang bersifat tidak biasa (extra ordinary)
b. Dibebankan sebagai biaya dengan anggapan berkaitan dengan penghasilan secara
periodik.

PT. X mencatat kerugian terbesar dalam sejarah perusahaan Rp. 54.000.000.000) untuk
menurunkan nilai goodwill yang berhubungan dengan penggabungan usaha (merger)
dengan PT. Y.

Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah :

Dr. Kerugian atas penurunan nilai Goodwill 54.000.000.000


Cr. Goodwill 54.000.000.000

Penyajian Aktiva Tidak Berwujud

Penyajian rekening aktiva tidak berwujud dalam laporan keuangan

Jumlah beban penyusutan dan amortisasi dalam suatu periode harus dilaporkan secara
terpisah dalam laporan laba rugi atau diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
Penjelasan umum mengenai metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan juga
harus dilaporkan.
Aktiva tidak berwujud biasanya dilaporkan dalam bagian terpisah pada neraca setelah
bagian aktiva tetap berwujud. Saldo setiap klasifikasi aktiva tidak berwujud yang utama
harus diungkapkan dengan jumlah setelah amortisasi hingga tanggal laporan keuangan.
Contoh : Penyajian rekening aktiva tidak berwujud dalam laporan keuangan

PT MERAH MAROON, Tbk


Laporan Posisi Keuangan

Per 31 Desember 2008 Kewajiban & Modal


Aktiva
I. Aktiva Lancar
Kas Rp. 40.820
Perlengkapan kantor 300
Jml Aktiva lancar 41.120

II. Aktiva Tetap


Peralatan kantor 25.500
Ak. Peny. peralatan (1.750)
Nilai buku 24.750
III. Resources/SDA
Tambang dll
III. Aktiva Tidak berwujud
Paten 35.000
Goodwill 30.000
Jumlah 65.000

Anda mungkin juga menyukai