Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alqur’an merupakan mukjizat nabi Muhammad saw


yang terbesar dibandingkan dengan kemukjizatan nabi
Muhammad yang lainnya atau juga bila dibandinkan
dengan kemukjizatan nabi-nabi yang lain. Kemukjizatan
alqur’an belaku sepanjan zaman tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu.Ini tentu berbeda dengan mukjizat-mukjizat
yang lainnya.
Ada banyak aspek yang menjadikan al-Qur’an
sebagai suatu mukjizat. Aspek tersebut antara lain dari
segi bahasa, isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan
teknologi pemberitaan yang gaib. Disamping aspek
tersebut, banyak aspek lain yang menunjukan
kemukjizatan al-Qur’an antara lain tentang al-qur’an
sebagai petunjuk bagi umat manusia dan juga pengaruh
terhadap psikologis dan jiwa manusia baik yang
mendengar, membaca atau memahaminya.
Alqur’an adalah mukjizat abadi nabi Muhammad saw
yang dengannya seluruh umat manusia dan jin ditantang
untuk membuat yang serupa alqur’an, sebuah atau
sepuluh surah yang sama dengan surah yang yang ada
didalamnya.1Banyak orang-orang yang ragu terhadap
kebenaran dan kemukjizatan alquran dari zaman dahulu
hingga sekarang. Banyak diantara mereka yang mengira
bahwa alqur’an hanyalah bikinan nabi Muhammad saw
bukan sebagai wahyu Allah swt. Oleh karenanya itulah

1 Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka
Hidayah,1996. hlm 17

1
Allah swt memberikan tantangan terhadap orang yang
yang meragukan al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam
pembahasan makalah kali akan dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Mukjizat Al-Qur’an?


2. Macam-macam Mukjizat Al-Qur’an?
3. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Quran?
4. Tujuan dan Fungsi Mukjizat?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Pengertian Mukjizat Al-Qur’an
2. Mengetahui Macam-macam Mukjizat Al-Qur’an
3. Mengetahui Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Quran
4. Mengetahui Tujuan dan Fungsi Mukjizat Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mukjizat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa
kata mukjizat diartikan sebagai kejadian (peristiwa) yang sukar dijangkau
oleh kemampuan akal manusia.{2} Kata mukjizat terambil dari bahasa
Arab ‫( أعجز‬a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak
mampu.{3} Sedangkan kata ‫( أعجز‬a’jaza) itu sendiri berasal dari kata ‫عجز‬
(‘ajaza) yang berarti tidak mempunyai kekuatan (lemah).{ 4} Pelakunya
(yang melemahkan) dinamai mukjiz, dan bila kemampuannya melemahkan
pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka
dinamai‫زة‬44‫( معج‬mu’jizat). Tambahan ta marbuthah pada akhir kata itu
mengandung makna mubalaghah.

Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai


sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan
rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulannya. Dalam al-Quran, kata ‘ajaza dalam berbagai bentuk terulang
sebanyak 26 kali dalam 21 surat dan 25 ayat.

2 WJS Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)
3 M. Qurais Shihab, Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, cet II, (Bandung: Mizan, 2007)
4 Ibnu Mansur Jamaluddin Muhammad bin Mukarram al-Ansari, Lisan al-Arab, (Beirut: al-Dar al-
Misriyah, 1990)

3
Dalam Kamus al-Mu’jam al-Washith, mukjizat diartikan:

‫ يظهره هللا على يد نبي تابدا لنبوته‬6‫أمر خارق للعادة‬

“Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat kebiasaan yang


ditampakkan Allah diatas kekuasaan seorang nabi untuk memperkuat
kenabiannya.”

Imam Jalaluddin al-Sayuti menjelaskan bahwa mukjizat itu adalah:

‫ سالم من المعارضة‬,‫ مقرون بالتحدى‬6,‫أمر خارق للعادة‬

“Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang disertai tantangan dan
selamat (tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan tersebut.”
Sedangkan menurut Manna al-Qattan, I’jaz (kemukjizatan) adalah
menetapkan kelemahan.
Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan. Yang dimaksud dengan i’jaz dalam
pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam
melawan mukjizat yang kekal yakni al-Quran. Maka mukjizat adalah
sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi dengan
tantangan dan tidak bisa dikalahkan.

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat dikemukakan tiga unsur


pokok mukjizat, yaitu:

1. Mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan.


2. Mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, dan
3. Mukjizat tidak terkalahkan.

4
Sedangkan menurut M. Qurais Shihab ada empat unsur yang harus
menyertai sesuatu sehingga ia dinamakan mukjizat. Keeempat unsur itu
adalah:

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.


Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan
sebab akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi.
Apabila hal-hal yang luar biasa terjadi bukan dari seseorang yang
mengaku nabi, ia tidak dinamai mukjizat.
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi,
bukan sebelumnya.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, maka ini
berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti

B. Macam-Macam Mukjizat
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu :
1. Indrawi (hissiyah)
Mu’jizat yang tampak dan dapat di tangkap oleh panca indera,
seperti tongkat nabi musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat
membelah lautan, mu’jizat nabi nuh membuat perahu yang sangat besar
dalam waktu yang cepat dan singkat dan masih banyak yang lainnya.
2. Rasional (aqliyah)
Mu’jizat yang hanya dapat di pahami oleh akal pikiran(rasional)
seperti al-qur’an sebagai mukjizat nabi muhammad atas umatnya yaitu
dari segi keindahan sastranya tidak ada seorangpun yang dapat
menandinginya karena itulah mu’jizat al-qur’an ini bisa abadi sampai
hari kiamat.{5}

5 https://makalahkomplit.blogspot.com/2012/10/ijaz-al-quran.html

5
Mukjizat nabi-nabi terdahulu semuanya merupakan jenis pertama.
Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan
tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh
masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya, seperti
perahu nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat;
tidak terbakarnya nabi Ibrahim dalam kobaran api; tongkat nabi Musa
yang berobah menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan nabi Isa atas
izin Allah dan lain-lain. Semuanya bersifat material indrawi, terbatas
pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan berakhir dengan wafatnya
masing-masing nabi. Berbeda dengan mukjizat nabi Muhammad Saw,
sifatnya bukan material indrawi, tetapi ‘aqliyah (dapat dipahami oleh
akal). Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu
tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh
setiap orang yang menggunakan akalnya, kapan dan dimanapun berada.

C. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al Quran


Para ulama sepakat bahwasanya al-Quran tidaklah melemahkan
manusia untuk mendatangkan sepadan al-Quran hanya karena satu aspek
saja, akan tetapi karena beberapa aspek, baik aspek lafzhiyah (morfologis),
ma’nawiyah (semantik) dan ruhiyah (psikologis). Semuanya bersandarkan
dan bersatu, sehingga melemahkan manusia untuk melawannya.{ 6}
Namun demikian mereka berbeda pendapat dalam meninjau segi
kemukjizatan al-Quran. Perbedaan itu adalah sebagai berikut:
1. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah
sesuatu yang terkandung dalam al-Quran itu sendiri, yaitu susunan
yang tersendiri dan berbeda dengan bentuk puisi orang Arab maupun
bentuk prosanya, baik dalam permulaannya, maupun suku kalimatnya.

6 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Figh, cet. 8, terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah
Mansoer, (Kairo: Dar al-‘Ilm:1978)

6
2. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran itu
terkandung dalam lafal-lafalnya yang jelas, redaksinya yang bernilai
sastra dan susunannya yang indah, karena nilai sastra yang terkandung
dalam al-Quran itu sangat tinggi dan tidak ada bandingannya.
3. Ulama lain berpendapat bahwa kemukjizatan itu karena al-Quran
terhindar dari adanya pertentangan, dan mengandung arti yang lembut
dan memuat hal-hal ghaib diluar kemampuan manusia dan diluar
kekuasaan mereka untuk mengetahuinya.

4. Ada lagi ulama yang berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran


adalah keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-
keindahan yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam permulaan,
tujuan maupun dalam menutup setiap surat.

Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya al-Jami’i Ahkamil Quran


menyebutkan sepuluh segi kemukjizatan al-Quran, sementara al-
Zarkani dalam kitabnya Manahilul Irfan mencatat empat belas segi
kemukjizatan al-Quran.7

Uraian singkat tentang aspek-aspek kemukjizatan al-Quran adalah sebagai


berikut:
1. Susunan bahasanya yang indah.
Susunan gaya bahasa dalam al-Quran tidak bisa disamakan oleh
apapun, karena al-Quran bukan susunan syair dan bukan pula susunan
prosa, namun ketika al-Quran dibaca maka ketika itu terasa dan terdengar
mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Cendikiawaan Inggris,
Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Quran, menulis:
“Al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya dimana setiap

7 Muhammad Abdul ‘Azim al-Zarkani, Manahilul Irfan fi Ulum al-Quran, Juz II, (Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyah, 1988)

7
nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka-
cita”.

2. Uslubnya yang menakjubkan.


Al-Quran muncul dengan uslub yang sangat baik dan indah,
mengagumkan orang-orang Arab karena keserasian dan keindahannya,
keharmonisan susunannya. Didalamnya terkandung nilai-nilai istimewa
yang tidak akn terdapat dalam ucapan manusia.

3. Keagungannya.
Al-Quran mempunyai kemegahan ucapan yang luar biasa yang
berada diluar kemampuan manusia untuk menguasainya atau
mendatangkan persamaannya. Kandungan al-Quran dapat
mempengaruhi jiwa-jiwa pendengarnya dan dapat melembutkan hati-
hati yang keras.

4. Syariat yang sangat rinci dan sempurna.


Al-Quran menjelaskan pokok-pokok akidah, hokum-hukum ibadah,
norma-norma keutamaan dan sopan santun, undang-undang hukum
ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan. Al-Quran juga mengatur
kehidupan keluarga, menjunjung nilai-nilai kebebasan, keadilan
(demokrasi) dan musyawarah.

5. Berita tentang hal-hal yang gaib.


Al-Quran mengungkap sekian banyak ragam hal gaib. Al-Quran
mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh

8
manusia, karena masanya telah demikian lama, dan mengungkap juga
peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.

6. Sejalan dengan ilmu pengetahuan modern.


Al-Quran memuat petunjuk yang detail mengenai sebagian ilmu
pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam al-
Quran sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Tiori al-
Quran itu sama sekali tidak bertentangan dengan tiori-tiori ilmu
pengetahuan modern, baik itu ilmu alam, arsitek dan fisika, geografi
dan kedokteran.

7. Menepati janji
Al-Quran senantiasa menepati janji dalam setiap apa yang telah
dikabarkannya serta dalam setiap janji Allah kepada hamba-Nya, baik
janji mutlak seperti janji Allah untuk menolong rasul-Nya, maupun
janji terbatas yaitu janji yang bersyarat seperti harus memenuhi syarat
takwa, sabar, menolong agama Allah, dan sebagainya.

8. Terkandung ilmu pengetahuan yang luas


Al-Quran datang dengan membawa berbagai ilmu pengetahuan
tentang akidah, hokum (undang-undang), etika, muamalat, dan berbagai
lapangan lain dalam pendidikan dan pengajaran, politik dan ekonomi,
filsafat dan sosial.

D. Tujuan dan Fungsi Mukjizat

Setiap yang hadir ke dunia ini, tidak lepas dari tujuan dan
fungsinya. Sebagaimana halnya manusia, ia dicipta tak lain untuk
beribadah kepada Allah SWT. Di samping itu, ia berfungsi sebagai
khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Bagaimana dengan tujuan dan
fungsi dari mukjizat Alquran?

9
M Quraish Shihab menyatakan, mukjizat berfungsi sebagai bukti
kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui
mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan: “Apa yang dinyatakan sang
Nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku
melakukan mukjizat itu.”

Mukjizat, walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan


sebagaimana dikemukakan di atas, namun dari segi agama, ia sama sekali
tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan
ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan
melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran
Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya, maka
ini paling tidak mengandung dua konsekuensi.

Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi


membutuhkan mukjizat. Ia tidak lagi dipandang untuk melakukan hal yang
sama. Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat
keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT.

Kedua, para nabi sejak Adam hingga Isa diutus untuk suatu kurun
tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan
sebagai mukjizat pasti tidak dapat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas tentang mukjizat al-Quran dapatlah kita ambil


beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

Al-Quran adalah mukjizat nabi Muhammad Saw., terbesar yang sifatnya


‘aqliyah sehingga berlaku sepanjang zaman karena dapat dijangkau oleh
perkembangan akal manusia.

Kemukjizatan al-Quran terletak pada aspek keindahan bahasanya, kabar


berita yang dibawanya, keluasan isi materi yang terkandung didalamnya
maupun dari segi-segi lainnya, dan tidak ada seorang manusiapun sampai
kapanpun dapat menandinginya.

Mukjizat al-Quran merupakan hal-hal yang luar biasa yang terdapat


didalam al-Quran itu sendiri, bukan datang dari luar al-Quran, karenanya
paham as-sharfah tidak dapat diterima.

B. Kritik dan Saran

Kami Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini


masih banyak kekurangan baik dari segi cara penulisan maupun materi

11
kajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun
masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan tugas makalah yang
lebih baik pada waktu yang akan datang. Serta setelah membaca makalah
ini diharapkan agar pembaca dapat dapat memahami dan mengetahui
tentang mukjizat al-qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Rafi’i, Mustafa Shadiq al-, ‘Ijaz al-Quran wa al-Balaghah an-Nabawiyyah, Beirut:


Dar al-Kutub al-Arabi, 1990
Sayuti, Jalaluddin al-, al-Itqan fi Ulum al-Qur an, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2000

Shiddiqiey, T.M. Hasbi al-, Mu’djizat al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Shihab, M. Qurais , Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan

Sya’rawi, Muhammad al-Mutawalli al-, Mukjizat al-Quran, terj. Muhammad Ali


dan Abdullah, Surabaya: Bungkul Indah, 1995
Poerwodarminto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1976
Zarkani, Muhammad Abdul ‘Azim al-, Manahilul Irfan fi Ulum al-Quran, Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1988

Ulumul Qur'an. Karya PRof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag

12

Anda mungkin juga menyukai