Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

USAHA KESEHATAN SEKOLAH


(UKS)

Makalah ini disusun oleh kelompok Satu kelas III C guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas yang diampu oleh dosen Puput Risti K,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. Adapun anggota kelompok adalah sebagai berikut :

1. Ahmad Alfian Maulana (1702088)


2. Bagas Setiawan (1702094)
3. Aprilia Dian Paransari (1702092)
4. Dinda Rizky Tiara (1702098)
5. Siwi Tri Wulandari (1702120)
6. Uus Seila Oktaviani (1702123)
7. Wulan Winahyusiwi (1702126)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019/20
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................................5
A. Pengertian Usaha Kesehtan Sekolah......................................................................................5
B. Tujuan Usaha Kesehtan Sekolah (UKS)................................................................................5
C. Dasar hukum usaha kesehatan sekolah..................................................................................6
D. Teori Model Keperawatan Kesehatan Sekolah......................................................................6
E. Tingkat Pencegahan Dalam Pelaksanaan Program UKS.....................................................12
F. Peran Perawat Komunitas dalam Pelaksanaan Program UKS.............................................17
BAB III...........................................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................23

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan puji syukur senantiasa kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rakhmat serta karuniannya sehingga kelompok dapat meyelesaikan tugas
mata kuliah Komunitas dengan topik pembahasan UKS

Kelompok mengucapkan banyak – banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah berpartisipasi dalam penulisan makalah ini, karena terselesaikannya makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan dukungan baik
dukungan moril maupun dukungan materiil sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya,

Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kelompok. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, kritik, dan masukan yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan di dunia kesehatan dan di dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Klaten, 09 April 2020

Kelompok

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat
kesehatan masyarakatyang optimal. Dalam kehidupan sosial yang beragam di
masyarakat, keluarga adalah unit sosialterkecil, oleh karena itu diperlukan upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga terutamakesehatan ibu dan anak.
Masa anak merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yangkokoh
bagi terwujudnya manusia yang berkualitas.Anak usia sekolah baik tingkat pra
sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolahmenengah Atas
adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam
periode ini didapatkan banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan
kualitas anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan
umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar.
Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akanmenghambat
pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah. Kesempatan belajar tersebut
membutuhkan kondisi fisik prima yaitu tubuh yang sehat, oleh karena itu
diperlukan suatu upayakesehatan untuk anak sekolah agar anak dapat tumbuh
menjadi manusia yang berkualitasdibutuhkan pendidikan di sekolah, salah satunya
melalui UKS. Sedangkan Kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen dari
kesehatan umum yangberperan penting dalam fungsi pengunyahan, fungsi bicara,
dan fungsi kecantikan. Ketiga fungsitersebut sangat penting dalam menunjang
tumbuh kembang anak (Dep. Kes. R. I., 1996).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan
bahwa 23,4% penduduk Indonesiamempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
dan hanya 29,6% penduduk diantaranya yangmenerima perawatan dan pengobatan
dari tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan bahwamasih terdapat
masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi
danmulut. Penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar
penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dengan Indeks DMF-T
nasional sebesar 4,85 (Dep. Kes. RI.,2008). Anak usia Sekolah Dasar tergolong

4
kedalam kelompok rawan penyakit gigi dan mulut. Untukmeningkatkan kesehatan
gigi dan mulut, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telahmelakukan
berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif,
danrehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan (Herijulianti dkk., 2002).
Upaya ini diwujudkan dalam program kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
melalui Puskesmas sebagai salah satukegiatan pokok Puskesmas dalam rangka
meningkatkan kualitas kesehatan anak sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian UKS?
2. Tujuan UKS?
3. Bagaimanakah pelayanan kesehatan UKS ?
4. Bagaimana peran perawat komunitas dalam progam UKS?

C. Tujuan
1. Mengetahu pengertian UKS
2. Mengetahui tujuan UKS
3. Mengetahui pelayanan kesehatan UKS
4. Mengetahui tingkat pencegahan dalam program UKS
5. Mengetahu peran perawat komunitas dalam program UKS

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Usaha Kesehtan Sekolah


Usaha kesehatan sekulah adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehtan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari
TK/RA sampai SMK/SMA/MA (Kemendikbud, 2012). Usaha kesehatan sekolah
(UKS) merupakan bagian dari program kesehtan anak usia sekolah. Anak Usia
Sekolah adalah berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya
dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-21
tahun). Program UKS ini peserta didk tidak hanya beperan sebagai objek penerima
layanan kesehtan tetapi juga sebagai subjek. Anak usia sekolah bersama dengan
masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, pegawai lainnya disekolah komite
sekolah dan orang tua siswa berperan dalam meningkatkan ksehtannya dan
mewujudkan lingkungan seklah yang sehat (kememkes, 2011). Usaha Kesehtan
Sekolah (UKS) merupakan wadah untuk berbagai program seperti Ksehatan
Reproduksi, Gizi, Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, Pengendalian Penyakit,
Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pengobatan Sederhana, dll
(Kemenkes, 2016).
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Usaha Kesehtan Sekolah
(UKS) adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah
dengan melibatakan masyarakat sekolah baik orang tua, guru serta komite sekolah
dalam berbagai program kesehatan bagi anak sekolah.

B. Tujuan Usaha Kesehtan Sekolah (UKS)


Tujuan Usaha Kesehtan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan den prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peseta didik dan menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga menungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis serta optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebisaan hidup sehat
dan mingkatkan derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup:

6
1. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan utnuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan kesehtan di
sekolah dan perguruan agama, rumah tangga, maupun lingkungan
masyarakat.
2. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
3. Memiliki pengetahuan dan kemampuan menolak terhap pengaruh buruk
dari penyalahgunaan narkoba, alkoho dan kebiasaan merokok serta hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.
Praktik keperawatan kesehtan sekolah menggunakan berbagai teori dan model
sebgai kerangka kerja

C. Dasar hukum usaha kesehatan sekolah


Setiap melaksanakan suatu kegiatan, apalagi kegiatan itu dilaksanakan oleh pihak
pemerintah pasti ada dasar hukumnya, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Adapun isi dari Undang-Undang Nomor
36 tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan wewenang untuk melakukan
upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.

D. Teori Model Keperawatan Kesehatan Sekolah


1. Comprehensive School Health Model
Comprehensive School Health Model adalah kerangka kerja yang diakui secara
internasional dalam upaya kesehatan sekolah untuk mendukung perbaikan hasil
pendidikan siswa yang dilakukan dengan cara yang terencana, terpadu dan

7
holistic. Comprehensive School Health Model merupakan model kesehatan
sekolah yang tidak hanya membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup
keseluruhan lingkungan sekolah yang mencakup empat pilar yang berbeda
namun saling terkait yang memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan
sekolah yang komprehensif. 4 pilar tersebut yaitu :
a. Lingkungan sosial dan fisik
1) Lingkungan sosialnya adalah :
a) Kualitas hubungan antara staf dan siswa di sekolah
b) Kesejahteraan emosional siswa
c) Dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan masyarakat luas
2) Lingkungan fisik meliputi
a) Bangunan, lapangan, tempat bermain, dan peralatan didalam dan
sekitar sekolah
b) Fasilitas dasar seperti sanitasi dan kebersihan udara
b. Proses mengajar dan belajar
Sumber daya, kegiatan dan kurikulum provinsi/wilayah dimana siswa
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sesuai usia, membantu
membangun ketrampilan untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
mereka.
c. Kebijakan sekolah yang sehat
Praktik manajemen, proses pengambilan keputusan, peraturan, prosedur
dan kebijakan disemua tingkat yang mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan, dan membentuk lingkungan sekolah yang hormat, ramah
dan peduli.
d. Kemitaan dan layanan
1) Kemitaan adalah:
a) Hubungan antara keluarga sekolah dan siswa
b) Hubungan kerja yang mendukung disekolah (Staf dan siswa),
antara sekolah, dan organisasi masyarakat lainnya serta kelompok
perwakilan.
c) Kesehatan, pendidikan dan sektor lain yang bekerjasama untuk
memajukan kesehatan sekolah.

8
2) Layanan adalah layanan berbasis masyarakat dan sekolah yang
mendukung untuk meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan siswa
dan staf.
Prinsip Comprehensive School Health Model
a. Mengakui bahwa siswa yang sehat akan belajar lebih baik dan berprestasi
lebih tinggi
b. Mengerti bahwa sekolah dapat sevara langsung mempengaruhi kesehatan
dan perilaku siswa
c. mendorong pilihan gaya hidup sehat, dan mendorong kehatan serta
kesejahteraan siswa.
d. Menggabungkan kesehatan kedalam semua aspek sekolah dan
pembelajaran
e. Menghubungkan maslah dan system kesehtan serta pendidikan
f. Membutuhkan pertisipasi dan dukungan keluarga serta masyarakat luas.
2. Pelaksanaan Trias Usahan Kesehatan Sekolah
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehtan peserta
didik dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin
melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehtan dan pembinaan lingkungan
sekolah/madrasah sehat yang dikenal dengan nama tiga program pokok UKS
(TRIAS UKS)
a. Pendidikan Kesehatan
Adalah apaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau tuntunan kepada
peserta didik tentang kesehtan yang meliputi seluruh aspek kesehatan
pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakulikuler
1) Tujuan pendidikan Kesehatan yaitu agar peseta didik:
a) Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk cara hidup
sehat dan teratur
b) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadapa prinsip hidup
sehat.
c) Memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan

9
d) Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
e) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan
penyakit
f) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba,
arus informasi dan gaya hidup yang tidak sehat).
2) Pelaksanan pendidikan kesehatan diberikan melalui:
a) Kegiatan kurikuler pelaksanaan pendidikan sesuai dengan
kurikulum tingkt satuan pendidikan (KTSP) khususnya pada
standar isi yang telah diatur dalam Mendiknas No. 22 Tahun 2006
pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
 Taman Kanak-kanak
Materi pendidikan kesehatan mencakup kebersihan dan
kesehatan pribadi, kebersihan dan kerapian lingkungan, dan
makanan serta minuman sehat.
 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Materi pendidikan kesehatan mencakup menjaga kebersihan
diri, mengenal pentingnya imunisasi, mengenal makanan
sehat, mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan
influenza, menjaga kebersihan lingkungan (sekolah dan
rumah), membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi, mengenal
bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan mengenal cara
menolak ajakan menggunakannya.
 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Materi pendidikan kesehatan mencakup memahami pola
makan sehat, memahami perlunya keseimbangan gizi,
memahami berbagai penyakit menular seksual, mengenal
bahaya seks bebas, memahami berbagai penyakit menular
yang bersumber dari lingkungan yang tidak sehat, memaham
cara menghindari kebakaran, memahami cara menghadapi
bebagai bencana alam.
 Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah

10
Materi pendidikan kesehatan mencakup: Menganalisis
bahaya penggunaan narkoba, memahami berbagai peraturan
perundang-undangan tentang narkoba, menganalisis dampak
seks bebas, memahami cara menghindari seks bebas,
memahami bahaya HIV/AIDS, memahami cara menghindari
penularan seks bebas.
 Sekolah Luar Biasa Pendidikan Kesehatan pada SDLB,
SMPLB, dan SMALB
Kegiatan ekstrakulikuler yang berkaitan dengan pendidikan
kesehatan antara lain: Wisata siswa, kemah, Cerama, Diskusi,
Lomba-lomba, Bimbingan hidup sehat, Apotik hidup, Kebun
sekolah, Kerja bakti, Pramuka, Piket sekolah
Pendekatan dan metode yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain adalah:
 Pendekatan individual
 Pendekatan kelompok: lingkungan kelas, kelompok bebas,
lingkungan keluarga.
 Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
 Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk
upaya alih teknologi
 Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
 Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahuan dan
teknologi
3) Pelayanan Kesehatan
Tujuan Pelayanan Kesehatan di sekolah/madrasah adalah untuk:
 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan melakukan
tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku
hidup sehat
 Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan
kecacatan.

11
 Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi
akibat penyakit, kelainan, pengembalian fungsi peningkatan
kemampuan peserta didik yang cidea/cacat agar dapat
berfungsi optimal.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan disekolah dilaksanakan oleh tim
kesehatan dari Puskesmas bekerjasama dengan guru dan keder
kesehatan sekolah.Pelayanan kesehatan sekolah dilaksanakn
secara menyeluruh dengan mengutamakan kegiatan promotif dan
prefentif serta didukung kegiatan kuratif dan rehabilitative.
 Kegiatan peningkatan (Promotif) dilaksanakan melalui
kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan ketrampilan yang
dilaksanakan secara ekstrakulikuler.
 Kegiatan pencegahan (Preventif) dilaksanakan melalui
kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan
meta rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian
proses penyakit pada tahap diri sebelum timbul penyakit.
 Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (Kuratif dan
Rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan mencegah
komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik yang cidera atau
cacat agar dapat berfungsi optimal.
4) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi:
 Identifikasi faktor resiko lingkungan sekolah dengancara
pengamatan visual dengan menggunakan instrument
pengamatan dan lakukan pengukuran lapangan dan
leboratorium. Analisa faktor resiko dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengamatan dengan standar yang telah
ditentukan
 Perencanaan adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya
mengatasi masalah atau menurunkan resiko kesehtan
lingkungan yang disusun secara simetris dan terukur.

12
 Intervensi terhadap faktor resiko lingkunga dan perilaku
meliputi penyuluhan, perbaikan saranan, dan pengendalian.

E. Tingkat Pencegahan Dalam Pelaksanaan Program UKS


1. Pencegahan Primer
a. Pendidikan Seks
Isu seksualitas manusia dan pencegahan kehamilan, penyakit menulas
seksual, dan HIV penting bagi perawat yang bekerja dengan anak sekolah
dan remaja. Remaja mengalami ketertarikan dengan masalah seksual pada
usia sebelumnya meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, tetapi tingkat
kehamilan terus menjadi tinggi. Karena resiko penularan HIV lebih tinggi
jika hidup bersama penderita PMS, sehingga menjadi sangat penting
memberikan informasi yang sesuai kepada anak-anak dan remaja terkait
isu-isu seksualitas yang sesuai dengan usianya, termasuk pencegahan
kehamilan dan penyakit menular seksual.
Pendidikan seks dilingkungan sekolah adalah topik yang kontroversial.
Pada penentang Pendidikan seks percaya bahwa orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mengajar konten ini untuk anak mereka berdasarkan
Future of Sex Education Initiative (2012), ada tujuh topik yang dianggap
penting untuk kurikulum Pendidikan seks yang komprehensif; anatomi dan
fisiologi, pubertas dan perkembangan remaja, identitas (orientasi seksual),
kehamilan dan reproduksi, penyakit menular dan HIV, hubungan yang
sehat, dan keamanan pribadi.
b. Pendidikan Jasmani
Anak-anak saat ini kurang aktivitas dibandingkan anak-anak dimasa lalu.
Anak-anak menjadi kurang aktivitas sebagai akibat dari peningkatan
penggunaan computer, televisi, dan mengurangi kebutuhan untuk
pendidikan jasmani
Kebiasaan kurang beraktivitas berhubungan dengan obesitas, hipertensi,
penyakit jantung, dan diabetes. Studi menunjukkan bahwa orang yang
aktif memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan hidup lebih lama
dibandingkan mereka yang tidak aktif. Kebiasaan dimasa kecil
kemungkinan akan terus dibawa hingga menjadi dewasa, sehingga penting

13
bahwa anak-anak diajarkan pentingnya beraktifitas secara fisik pada usia
muda. Studi juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang aktif
secara fisik mengalami peningkatan rasa percaya diri , harga diri, dan
penurunan kecemasan, stress, dan depresi. Aktivitas fisik secara teratur
membantu membangun dan mempertahankan tulang dan otot sehat.
Pendidikan jasmani harus focus pada kegiatan yang anak-anak dapat
melanjutkan kemasa dewasa mereka, seperti jalan kaki, berenang,
bersepeda, dan jogging. Isi dari pendidikan harus disesuaikan dengan usia
anak. Misalnya,apa yang mungkin menarik anak muda,seperti bermain di
taman bermain dengan teman – teman, berbeda dari apa yang memotivasi
remaja, seperti olahraga kompetitif dan latihan aerobic. CDC telah
membuat sepuluh rekomendasi untuk promosi aktivitas fisik abadi.
c. Imunisasi
Imunisasi merupakan komponen vital dari perawatan kesehatan rutin,
memberikan perlindungan jangka panjang terhadap banyak penyakit.
Kematian dapat dicegah dengan vaksin (Vaccine – preventable
deaths/VPDs) berada pada tingkat rekor terendah. Banyak penyakit menular
telah berkurang lebih dari 99% sebagai hasil dari imunisasi. Dibawah
vaksinasi anak – anak, terutama di daerah perkotaan, adalah kekhawatiran
karena potensi wabah penyakit.
d. Pencegahan kecelakaan
Pencegahan cidera harus diajarkan sejak dini di sekolah – sekolah, dan
informasi yang diberikan disesuaikan dengan usia. Misalnya, keamanan
bersepeda, termasuk pentingnya memakai helm dan penggunaan ransel yang
tepat menjadi focus pada awal sekolah dasar. Keamanan disekolah dan
taman bermain penting bagi kelompok usia ini. Keamanan kendaraan
bermotor harus dimasukkan dalam program bagi remaja yang mulai
mengemudi .
Keselamatan saat berolahraga sangat penting bagi remaja, terutama
dikalangan anak perempuan. Penggunaan peralatan yang tepat wajib bagi
anak-anak dan remaja. Penggunaan pelindung mulut,pelindung tulang
kering, bantalan, helm, dan pelindung lainnya diperlukan untuk mencegah
cidera. Hidrasi yang teratur dan waktu istirahat sering diperlukan untuk

14
mencegah penyakit yang berhubungan dengan panas, terutama saat cuaca
panas. Pemanasan dan pendinginan latihan yang efektif dilakukan untuk
mencegah ketegangan otot. Sekolah yang menyelenggarakan kegiatan
olahraga air seperti berenang harus memperhatikan keselamatan korban
renang. Perawat memiliki kesempatan unik untuk bekerja dengan tenaga
atletik untuk mempromosikan berbagai kebijakan.
Kegiatan olahraga merupakan waktu yang tepat bagi perawat kesehatan
sekolah untuk menyampaikan informasi dan memberikan nasihat kepada
siswa tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat aktivitas fisik.
Waktu tersebut dapat digunakan perawat untuk menanyakan tentang
masalah yang terkait dengan menstruasi,perilaku makan siswa, berat badan
siswa, dan riwayat cedera otot dan tulang. Perawat juga dapat menggunakan
waktu olahraga tersebut untuk mengajarkan pentingnya latihan peregangan
dan membantu mencegah cedera.
e. Pemenuhan nutrisi
Anak usia sekolah yang mengalami periode pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat dan memiliki kebutuhan gizi yang tinggi. Mereka
harus makan berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
mereka. Diet harus mencakup keseimbangan yang tepat dari karbohidrat,
protein, dan lemak, dengan asupan cukup vitamin dan mineral. Anak – anak
dan remaja berbagi pilihan menu terkenal untuk makanan cepat saji, dan
diet mereka sering tinggi lemak, gula, dan sering terdiri dari item makanan
cepat saji, seperti hamburger dan kentang goreng, bukannya buah – buahan
dan sayuran. Melewatkan makan, terutama sarapan dan makan – makanan
ringan yang tidak sehat menyebabkan nutrisi anak menjadi buruk.
Mengidentifikasi masalah gizi, konseling, dan membuat rujukan yang tepat
penting dalam pengaturan sekolah. Perawat harus mempertimbangkan
pengaruh budaya diet ketika mengajar siswa dan menilai status gizi mereka.
Status gizi buruk terkait erat dengan kemiskinan. Pemerintah lewat
Permendagri No. 18 tahun 2011 membuat kebijakan adanya pemberian
makanan makanan tambahan bagi anak sekolah. Makanan tambahan
tersebut berupa jajanan/kudapan yang berbahan pangan lokal/hasil pertanian
setempat serta penyediaan air minum yang diberikan 3 kali seminggu

15
selama 1 tahun dalam waktu belajar mengajar dan diberikan pada waktu
istirahat pertama.
f. Program Pendidikan Gizi
Pendidikan gizi penting harus menyertakan orang tua, guru, anak dan
pedagang/kantin sekolah. Anak-anak perlu mengetahui dam memahami
piramida makanan, bagaimana membuat pilihan makanan ringan yang sehat,
dan pentingnya menyeimbangkan aktivitas anemia, dan penyakit jantung
dapat dikurangi atau dicegah dengan perubahan Pendidikan dan gaya hidup
yang tepat. Selain itu, semua remaja dan anak-anak usia sekolah harus
menerima konseling tentang asupan lemak jenuh.
2. Pencegahan Sekunder
Pemeriksaan Kesehatan
Banyak anak-anak diindonesia yang tidak dilakukan pemeriksaan dengan baik
untuk masalah kesehatan tertentu. Gangguan penglihatan dan pendengaran dapat
mengakibatkan kinerja akademis yang buruk, melambat perkembangan
emosional, dan gangguan yang berhubungan dengan stress. Pemeriksaan
penglihatan dan pendengaran disediaskan disebagian besar sekolah sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan oleh negara atau sekolah kabupaten.
Pemeriksaan ini biasanya terjadi pada anak awal masuk kesekolah dan
setidaknya sekali selama SD, SMP, dan SMA. Anak -anak dan remaja mungkin
perlu diperiksa lebih sering atas dasar riwayat keluarga, keterlambatan
perkembangan, infeksi telinga berulang, atau paparan suara keras.
Grafik penglihatan Snellen standar adalah alat screening biasa. Jika tidak
diobati, ambliyopia dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Rujukan ke
spesialis mata adalah komponen penting dari semua hasil pemeriksaan mata
yang abnormal.
Screening posisi tubuh atau skoliosis harus dilakukan untuk mengidentifikasi
penyimpangan tulang belakang dalam upaya mencegah masalah sekunder.
Masalah tulang belakang dapat menyebabkan masalah kosmetik, fungsional,
atau emosional. Screening scoliosis disekolah terutama terdiri dari inspeksi
visual dari belakang.
Pemeriksaan tekanan darah tinggi selama masa kanak-kanak penting untuk
mengidentifikasi anak-anak yang memiliki hipertensi agar dapat menentukan

16
penanganan awal dan tindak lanjut. Pembuluh darah dan kerusakan organ akibat
hipertensi dapat dimulai pada anak usia dini. Pengukuran tekanan darah periodik
tidak mahal dan harus dilakukan secara rutin untuk semua anak.
3. Pencegahan Tersier
a. Perawatan Darurat
Sekolah adalah tempat umum dari cedera mulai dari goresan ringan, dan
memar, patah tulang, kejang, cidera kepala, dan serangan asma berat.
Cedera dapat terjadi digedung-gedung sekolah atau ruang kelas atau selama
olahraga atau latihan atletik. Keadaan darurat dapat meliputi kegiatan alam
seperti angin topan,tornado, dan gempa bumi, atau bencana buatan manusia,
seperti tumpahan material berbahaya, kebakaran, dan penggusuran.
Peralatan pertolongan pertama harus tersedia di semua sekolah. Perawat
sekolah harus memiliki pengetahuan tentang standar pertolongan pertama
dan memiliki sertifikat kemampuan resusitasi jantung. Perawat sekolah juga
harus bertanggung jawab untuk pengembangan Rencana Perawatan Darurat
yang menyediakan staf sekolah dengan panduan untuk memfasilitasi
respons yang cepat dalam kasus darurat siswa.
b. Pemberian obat
Penggunaan obat oleh anak – anak usia sekolah telah meningkat selama
beberapa tahun terakhir, sehingga banyak anak – anak tetap bersekolah
meskipun memiliki masalah kesehatan yang serius. Administrasi
pengobatan di sekolaha adalah suatu usaha yangs serius. Masalah yang
dihadapi perawat sekolah termasuk keamanan, pemantauan baik efek terapi
dan samping, dokumentasi yang tepat, kerahasiaan, dan komunikasi terus
menerus dengan siswa dan keluarga. Perawat hanya memberikan obat yang
dianggap perlu diberikan di sekolah.
Pedoman berikut dari NASN (2013a) yang harus dipatuhi oleh perawat
sekolah :
1. Benar diterima, disimpan, dan diberi label perhitungan lebih dan
resep obat
2. Persetujuan orang tua untuk perawat untuk berkomunikasi dengan
penyedia perawatan primer

17
3. Pemberian obat tanpa melanggar ketetapan perintah, kebijakan
sekolah, standar praktik keperawatan, atau tindakan praktik
keperawatan negara
4. Pemeliharaan kerahasiaan siswa
5. Pengawasan personil tanpa izin
Perawat kesehatan sekolah harus menyadari obat yang sedang diberi sendiri
di halaman sekolah dan harus memberikan Pendidikan yang diperlukan
untuk anak – anak dan orang tua. Obat – obatan pertolongan seperti
albuterol harus diberikan dengan cepat untuk mengurangi gejala asma, dan
perawat harus tahu benar hasil yang diharapkan untuk membantu anak yang
membutuhkan. Pada pasien asma mandiri, diberikan informasi yang terkait
dengan penggunaan obat secara mandiri. Informasi tersebut antara lain
kondisi apa yang membuat asma memburuk, memutuskan apa yang
dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik, memutuskan apa yang
akan dilakukan jika dibutuhkan, penambahan atau penghentian obat,
memutuskan kapan penderita meminta bantuan medis/dokter/IGD
(Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia,
http://www.klikpdpi.com/). Dengan meningkatnya jumlah anak – anak yang
memiliki diabetes, sangat penting bahwa perawat mengenali tanda – tanda
dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia untuk membantu anak – anak
dalam pemantauan kadar glukosa dan pemberian insulin atau glucagon.
Obat yang biasa diberikan di sekolah – sekolah termasuk analgesik dan
antipiretik (misalnya, parasetamol atau ibuprofen, antasida, antitusif,
antikonvulsan, antiemetic dan antidiare, antijamur, antihistamin, dan
antibiotik). Obat yang digunakan untuk mengobati attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan perkembangan adalah salah
satu yang paling umum nya diberikan.
Pengobatan alternative dan komplementer termasuk praktik dan produk
diluar bidang kedokteran konfensional . kebijakan pemberian obat harus ada
yang mencerminkan hokum local dan negara yang membahas produk ini.
Permintaan untuk pemberian obat ini memberikan perawat kesempatan
mengajar kesehatan yang sangat baik.

18
F. Peran Perawat Komunitas dalam Pelaksanaan Program UKS
1. Pendidikan kesehatan
Berdasarkan SDKI (2012) dalam BKKBN (2013) kesehatan remaja, perilaku
beresiko remaja seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman
keras, ,menggunakan obat terlarang, dan keterikatan dalam hubungan seksual.
Sedangkan berdasarkan peraturan bersama antara menteri pendidikan dan
kebudayaan RI, menteri kesehatan RI, menteri agama RI dan menteri dalam
negeri RI (2014) tentang pembinaan dan pengembangan UKS/madrasah bahwa
fokus pendidikan kesehatan di sekolah/madrasah yaitu perilaku hidup bersih
dan sehat.
Masalah dan perilaku ini dapat dicegah dan perilaku beresiko yang satu dapat
mendukung timbulnya perilaku beresiko lainnya. Perilaku tersebut juga
mengakibatkan timbulnya masalah social dan pendidikan di suatu negara
antara lain putus sekolah, tingkat pengangguran, dan angka kriminalitas yang
tinggi.
2. Pelayanan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah – sekolah termasuk layanan
pencegahan seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Komponen program
kesehatan sekolah yang komprehensif juga dapat melibatkan perawatan gawat
darurat, manajemen kondisi kesehatan akut dan kronis, arah – arahan yang
tepat, penyuluhan kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup sehat, dan
pemberian obat.
3. Perawatan Anak Sakit
Perawat sekolah bertanggung jawab memantau kesehatan semua siswa. Untuk
siswa dengan penyakit akut atau kronis, pemberian obat atau perawatan
mungkin diperlukan. Perawat sering diperlukan untuk menilai anak yang sakit
untuk menentukan jenis penyakit atau masalah kesehatan dan mengembangkan
rencana manajemen.
Asma adalah salah satu kondisi yang paling umum dan kronis pada masa kanak
– kanak (CDC, 2011d). Karena asma sering terjadi disekolah, maka sekolah
perlu menyediakan alat dan obat – obatan untuk penanganan asma di sekolah.
Tindakan yang dilakukan oleh beberapa sekolah termasuk pemberian obat
asma, pengembangan dan pelaksanaan rencana tindakan asma, bagi siswa dan

19
pelatihan bagi guru tentang penanganan asma bagi siswa di sekolah. Alat
pemeriksaan juga dikembangkan untuk menentukan seberapa baik sekolah
membantu anak – anak dengan asma.
4. Anak – anak dengan Kebutuhan Khusus
Anak – anak berkebutuhan khusus termasuk mereka yang tuna rungu,
gangguan mental, lumpuh, kesehatan tulang terganggu, ataupun gangguan
kesehatan lainnya, yang serius terganggu secara emosional, tuna wicara, atau
lumpuh secara visual, atau yang memiliki ketidakmampuan belajar yang
spesifik.
Pesatnya perkembangan teknologi medis telah memungkinkan siswa untuk
bersekolah lagi di sekolah umum yang dulu mungkin membuat mereka
meninggalkan institusi atau lingkungannya. Anak – anak ini membutuhkan
pelayanan keperawatan dari berbagai jenis untuk meningkatkan kemampuan
mereka di sekolah.
5. Catatan Siswa
Catatan kesehatan diselenggarakan untuk semuaa siswa sesuai dengan
kebijakan wilayah sekolah masing – masing. Minimal, catatan kesehatan siswa
harus mencakup status imunisasi, riwayat yang bersangkutan, hasil
pemeriksaan, dan rencana kesehatan terintegrasi. Catatan kesehatan siswa
harus diberikan dengan tingkat kerahasiaan yang sama seperti yang diberikan
kepada klien dan pasien dalam pengaturan lainnya.
6. Delegasi Tugas
Tidak setiap sekolah memiliki perawat yang selalu ada tersedia di tempat.
Seorang perawat dapat ditugaskan untuk tiga atau empat sekolah, sehingga
diperlukan pendelegasian tugas tertentu kepada petugas selain perawat. Setiap
negara, tindakan praktik perawat menetapkan prosedur yang dapat
didelegasikan. Tanggung jawab untuk penilaian, diagnosis, penetapan tujuan
dan evaluasi mungkin tidak pernah didelegasikan. Ketika tugas yang
didelegasikan, perawat harus memberikan pendidikan yang tepat, prosedur
tertulis, dan pengawasan berkelanjutan dan evaluasi dari pelaksana.
7. Konseling, Psikologis, dan Pelayanan Sosial
Kesehatan mental seorang anak atau remaja dipengaruhi oleh factor fisik,
ekonomi, social, Psikologis dan lingkungan. Anak – anak, seperti orang

20
dewasa, sering menyembunyikan masalah dari diri mereka sendiri dan dari
orang lain. Mereka mungkin melihat masalah sebagai tanda kelemahan atau
sebagai kurangnya control. Anak – anak juga dapat mencoba untuk melindungi
diri sendiri atau seseorang yang mereka cintai dan tidak mencari bantuan,
dengan hasil yang tragis. Promosi kesehatan mental dan pengurangan atau
penghapusan ancaman terhadap kesehatan mental adalah penting untuk anak –
anak dan remaja. Kesehatan mental seringkali sulit, namun penting untuk
menilai.
8. Lingkungan Sekolah yang Sehat
Lingkungan sekolah yang sehat adalah salah satu dimana minimalnya
gangguan dan yang bebas dari bahaya fisik, serta risiko kesehatan psikologis.
NASN percaya bahwa semua siswa dan staf memiliki hak penuh untuk belajar
dan bekerja di lingkungan sekolah yang sehat dan perawat dapat “menilai
lingkungan sekolah untuk faktor resiko, mengadvokasi komunitas sekolah
untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan, dan mendidik masyarakat
terhadap dampak isu lingkungan dan pencahayaan.”(NASN,2012).
9. Kekerasan
Perawat dan anggota sekolah lainnya harus menyadari faktor resiko dan tanda
– tanda yang bisa menunjukkan kecenderungan kekerasan. Faktor – faktor
umum pada mereka yang melakukan tindak kekerasan di sekolah termasuk
menjadi laki – laki dan memiliki riwayat dikucilkan atau diganggu di sekolah.
Pengaruh media yang dianggap mudah mempengaruhi dampak kekerasan
sedang diteliti lebih dekat sebagai kemungkinan penyebab meningkatnya
kekerasan di kalangan anak – anak dan remaja. Anak – anak yang terlibat
dalam penembakan di sekolah sering memiliki kebutuhan untuk kepuasan
instan, memiliki akses yang mudah untuk menggunakan senjata, dan mungkin
memiliki riwayat masalah kedisiplinan.
10. Promosi Kesehatan untuk Staf Sekolah
Meskipun angka spesifik bervariasi, diperkirakan bahwa sekolah di Amerika
Serikat mempekerjakan lebih dari 5,5 juta guru dan karyawan lainnya. Program
promosi kesehatan di tempat kerja memiliki hasil yang bermanfaat, termasuk
efek positif pada kontrol tekanan darah, aktivitas fisik sehari – hari, berhenti
merokok, dan pengendalian berat badan. Staf yang berpartisipasi dalam

21
program promosi kesehatan meningkatkan pengetahuan dan positif mengubah
sikap dan perilaku relative mereka terhadap praktik merokok, gizi, aktivitas
fisik, stress dan kesehatan emosional. Program promosi kesehatan
meningkatkan semangat, mengurangi stress kerja dan ketidakhadiran,serta
meningkatkan minat dalam mengajar topik yang berhubungan dengan
kesehatan kepada siswa.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pihak sekolah diharapkan dapat memantau dan menyeleksi jajanan yang dijual
disekolah sehingga jajanan yang dijual merupakan makanan yang menyehatkan
danbersifat Usaha kesehatan sekolah (UKS) upaya pelayanan kesehatan yang
terdapat disekolah, guna menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di
kawasan lingkungansekolah. UKS memiliki program pokok (Trias UKS), yaitu
1. Pendidikan Kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. (2013). Skripsi. Gambaran pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan sekolah


pada murid SDN 2 dan SDN 5 Tabongo tahun 2013. Diakses pada tanggal 1 Maret
2016 dari
kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/.../2731

Ariandani, B. (2011). Faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan jajanan pada
anak sekolah dasar. JurnalIlmu Gizi,Universitas Diponegoro

Candrawati, E., Widiani, E. (2015). Pelaksanaan program UKS denganperilaku hidup


bersih dan sehat (PHBS) siswa sekolah dasar di kecamatan Kedung Kandang kota
Malang. Jurnal Care, Vol. 3, No. 1, 2015

Effendy, N. (2012). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, Ed 2. Jakarta : EGC

Hidayat, A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta : Salemba Medika

Maryunani, Anik. (2013). Perilaku hidup bersih dan sehat. Jakarta: TIM

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai