Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Syahril Muharom

Kelas : MLIE 4D

NIM : 180101842

Tugas PKN

Rangkuman Film Dokumenter Pantja sila Cita-cita dan realita

film Panjta-sila: Cita-cita dan Realita berlatar dalam situasi sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan
(BPU-PK) tanggal 1 Juni 1945 dan menggambarkan secara rinci tentang pidato Bung Karno (Tyo
Pakusadewo) dalam memperkenalkan dan memperjuangkan falsafah negara Indonesia yang dikenal
dengan nama Pancasila. Lewat pidato historical tersebut, Bung Karno secara gamblang menggambarkan
cita-cita bangsa Indonesia yang terkandung dalam falsafah negara yaitu Pancasila. “Realita” yang tertera
di judul film ini mencerminkan realita pahit hidup berkebangsaan yang tidak sama dengan apa yang
dicita-citakan pada saat Indonesia merdeka namun tetap menjadi tujuan dasar Negara Pancasila itu
sendiri.

Pidato lahirnya Pancasila disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang
kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila dalam komplek perkantoran Kementerian Luar Negeri.
pidato itu, Soekarno menjelaskan urgensi Indonesia untuk segera menjadi bangsa merdeka, diikuti
dengan paparan filosofisnya tentang lima hal yang sebaiknya mendasari nafas serta kehidupan Indonesia
sebagai negara baru itu.

“Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani
kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata: Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gaji F 500.
Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah
mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai sendok garpu perak satu kaset, sudah
mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.Ada orang
yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja
dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin.Tekad
hatinya yang perlu, tekad hatinya Samiun kawin dengan satu tikar dan satu periuk, dan hati Sang nDara
yang baru berani kawin kalau sudah mempunyai gerozilver satu kaset plus kinderuitzet, -- buat 3 tahun
lamanya!audara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak?” tegas
menyatakan, tekad untuk merdeka, jauh lebih penting daripada berpikir semuanya harus ideal dulu,
baru kemudian Indonesia, saat itu berpenduduk 70 juta jiwa, menjadi bangsa yang bebas. Soekarno
menekankan, justru kemerdekaanlah yang menjadi jembatan emas Indonesia menuju keadaan lebih
baik.

“Seorang berkata, kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri,
banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu. Sehatkan dulu bangsa kita, baru,kemudian
merdeka. Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di
dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita…”

paling penting dalam Pidato 1 Juni 1945, yang kini ditetapkan Presiden Jokowi melalui Keppres Nomor
24/2016 sebagai Hari Lahirnya Pancasila, adalah uraian Soekarno tentang ‘Weltanschauung’ atau filsafat
nasional. Lima dasar negara yang dipaparkan Soekarno saat itu yakni Kebangsaan, Internasionalisme
atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan.

“Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu
perkataan Indonesia yang tulen,yaitu perkataan gotong royong. Negara Indonesia yang kita dirikan
Negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!” kata Soekarno diikuti tepuk
tangan riuh rendah peserta sidang.

Link Film : https://sahabat21.com/download-pantja-sila-cita-cita-realita-2016-bluray-full-movie/

Anda mungkin juga menyukai