▼
Thursday, February 6, 2014
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;
• Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
• Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga
dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
• Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda
kemungkinan besar akan terkena juga.
• Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola
Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
· Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
· Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
· Riwayat keluarga dengan RA
· Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
· Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
· Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
· Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
· Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
· Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
· Jenis aktivitas yang dilakukan
· Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
· Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
· Apakah ada gangguan tidur?
· Kebiasaan tidur sehari
· Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
· Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
· Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
· Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
· Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada Keluhan
nyeri, dengan kriteria :
ü Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
ü Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
ü Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
ü Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol
nyeri.
· Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
· Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
· Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
· Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
· Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
· Berikan masase yang lembut
· Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi, relaksasi progresif)
· Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
· Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
· Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
· Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
· Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
· Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
· Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
· Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka
dermal dapat disembuhkan
· Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri
· Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi
· Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
· Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik baik
dengan kriteria :
ü Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
ü Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi
bagian tubuh
ü Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
· Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
· Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.
· Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika
memungkinkan
· Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu
tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
· Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
· Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
· Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
· Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan
tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
· Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
· Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
· Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
· Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
· Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
· Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
· Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
· Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat
dapat mencegah robekan abrasi kulit
· Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
· Mencegah fleksi leher
· Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
· Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh
· Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
· Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilitas
· Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh
berkurang dengan criteria:
ü Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
ü Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengatur
kegiatan sehari-hari, dengan criteria hasil:
ü Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual
ü Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
ü Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
· Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
· Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
· Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk
modifikasi lingkungan
· Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
· Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
· Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli
nutrisi.
· Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
pada keterbatasan saat ini
· Mendukung kemandirian fisik/emosional
· Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri
· Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
· Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan
actual
· Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International
Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta: EGC
wiwing setiono Jam 8:51 AM
1 comment:
http://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-sendi/
Reply
Load more...
Komentar, Kritik dan sarannya ya !!!!!!!!!!!!!
‹
›
Home
View web version
Author
wiwing setiono
wiwing setiono.skep.ns
Powered by Blogger.