A. Latar Belakang
yang kaya akan budayanya. Corak khas dari budaya yang ada di Indonesia
dapat dilihat dari bahasa, kesenian, rumah adat, makanan khas, dan masih
banyak lagi. Salah satu perbedaan yang unik adalah lidah orang Indonesia
yang mampu menciptakan cita rasa yang beragam, baik itu manis, asin, gurih,
pahit, asam, maupun kombinasi dari ke-5 rasa tersebut dan hal itu
menghasilkan sebuah karya berupa makanan khas dari beberapa daerah yang
ada.
Salah satu contoh adalah olahan acar yang menjadi kondimen untuk makanan
Acar adalah jenis awetan makanan yang memakai cuka dan air garam.
Bahan-bahan acar terdiri dari timun, wortel, cabai, bawang, tomat, dan
1
2
Tidak sedikit orang yang menyukai acar, rasa yang khas dari olahan
acar mampu mengundang minat orang banyak untuk mencoba olahan ini
terutama bagi mereka yang memang menyukai masakan dengan rasa asam
penikmatnya. Cita rasa khas dari olahan acar ini adalah rasa asam yang
dihasilkan oleh cuka yang menjadi salah satu bahan dasar dari acar.
Cuka adalah suatu kondimen yang dibuat dari berbagai bahan yang
asetat dalam air yang mengandung cita rasa, zat warna dan substansi yang
November n.d.). Cuka ditemukan pada abad ke-3 sebelum masehi dengan
tujuan untuk memberi warna pada logam. Namun, seiring berjalannya waktu,
pada tahun 1847, ahli kimia yang berasal dari Jerman, Hermann Kolb
mensintesis asam asetat dari zat anorganik yaitu zat yang berasal dari sumber
daya alam mineral non-makhluk hidup. Pada tahun 1910, asam asetat dapat
dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu, yang
saat ini lebih dikenal sebagai cuka industri (FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia n.d.). Sejak itu, cuka lebih mudah didapatkan dan sering digunakan
kabar mengatakan bahwa cuka industri merupakan salah satu cairan yang
3
dapat digunakan untuk membersihkan noda atau kerak yang terdapat pada
keramik kamar mandi (Wardhani 2014). Tidak sekedar itu saja, sekarang
jika dikonsumsi oleh tubuh manusia tidaklah baik. Meskipun demikian, saat
ini belum ada banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti apakah benar
bahwa cuka industri berbahaya bagi tubuh manusia jika dikonsumsi. Belum
ada bukti nyata yang serius akan bahaya yang ditimbulkan oleh cuka industri
sehingga bahaya cuka industri belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Terlepas
dari bahaya atau tidaknya cuka industri bagi tubuh manusia, perlu diketahui
bahwa cuka industri hanya sekedar memberi rasa asam, bukan sebagai
kandungannya semata-mata hanya air dan asam asetat murni, yang berisi
yang utuh dari buah yang menjadi bahannya, sekaligus memberi rasa asam
pemanfaatannya hanya terfokus pada isi nya saja, namun sebagian yang lain
saja. Salah satu contoh adalah buah pisang. Kenyataannya, kulit pisang
4
ternyata memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi pada
kulit pisang tidak kalah banyaknya dari buah pisang. Kandungan gizi yang
tedapat pada kulit pisang per 100 gram. Nutrisi yang terkandung di dalam
kulit pisang tergantung pada tingkat kematangan buah dan jenis pisangnya.
sebagai sampah dan limbah yang tak bermanfaat. Padahal jika ditelisik, kulit
disayangkan jika jumlah kulit pisang yang banyak ini hanya dibuang dan tak
digunakan kembali. Saat ini memang pemanfaatan kulit pisang secara nyata
masih sedikit. Hanya dijadikan limbah organik atau pakan ternak. Jumlah
kondisi tubuh. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba menggunakan kulit
B. Rumusan Masalah
point, yaitu:
menggunakan cuka kulit pisang ditinjau dari aspek warna, aroma, dan
rasa?
C. Batasan Masalah
1. Kulit pisang yang akan digunakan yaitu kulit pisang kepok kuning
D. Tujuan Penelitian
pisang.
dapur dengan olahan acar yang menggunakan cuka kulit pisang ditinjau
yang menggunakan cuka kulit pisang ditinjau dari aspek warna, aroma,
dan rasa.
E. Manfaat Penelitian
cuka.
F. Landasan Teori
1. Acar
7
Sumber: https://brilicious.brilio.net
Gambar 1 Acar
dan/atau brine. Biasanya yang dibuat adalah timun, tapi juga cabai, bawang,
2. Pisang
Sumber: https://manfaat.co.id
Gambar 2 Pisang
dari pada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan
8
kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang
dapat diisolasi dari kulit pisang yaitu asam amino dan peptida, flavonoid,
dibudidayakan. Buah pisang dalam bentuk sisir, yang mana setiap sisir
berisi 10-20 pisang. Pisang merupakan sumber gizi yang hampir sempurna.
Sumber: http://health.liputan6.com
Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah pisang yang
secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan
sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Kulit pisang
dapat diolah berbagai macam produk yaitu krupuk kulit pisang, selai kulit
pisang, kripik kulit pisang. Jumlah dari kulit pisang cukup banyak yaitu 1/3
dari buh pisang yang belum dikupas. Sering kali pisang dianggap sebagai
barang tak berharga atau sampah. Ternyata dibalik anggapan tersebut, kulit
5.037.472 ton pada tahun 2006, menjadi 6.004.615 ton pada tahun 2008, dan
6.373.533 ton pada tahun 2009. Khusus Jawa Tengah pada tahun 2006
sebanyak 499.217 ton, menjadi 831.158 ton pada tahun 2008, dan semakin
meningkat menjadi 965.389 ton pada tahun 2009 (BPS, 2008; BPS, 2009).
Dari potensi yang ada perlu dimanfaatkan dan dikembangkan lagi menjadi
produk inovasi yang baru dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat seperti
pembuatan dari cuka kulit pisang. Karakteristik kulit pisang yaitu tebal,
Tabel 1
1 Air 68.90
(mg)
Sumber: Munadjim (1998).
4. Pisang kepok
Sumber: http://www.seputarbuah.com
salah satu jenis pisang berbentuk cukup besar dan gempal, serta
sakit maag, ataupum diare. Ciri-ciri kulit pisang kepok adalah berwarna
kuning, kulitnya halus, aromanya khas pisang kepok, tekstur agak keras.
dikonsumsi dan berasa manis termasuk kedalam spesies Musa sapienta dan
Musa nana.
Tabel 2
Kandungan Zat Gizi Kulit Pisang Kepok per 100 gram bahan
1) Pisang kepok memiliki banyak jenis namun yang terkenal adalah pisang
4) Pisang kepok kuning lebih manis dan enak dibanding kepok putih.
6) Kulit buah sangat tebal, yang sudah masak bewarna hijau kekuningan.
7) Dalam satu tandan bisa terdapat hingga 16 sisir dan setiap sisirnya
5. Cuka
Sumber:
http://industriubikayu.blogspot.co.id
Sumber: http://healthycornersby.com
Gambar 6 Cuka Organik
Menurut Desrosier (1988) dalam Rudi, Tri, dan Duwi (2014), cuka
adalah suatu kondimen yang dibuat dari berbagai bahan yang bergula atau
fermentasi asetat. Produk ini merupakan suatu larutan asam asetat dalam air
yang mengandung cita rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam
dengan asalnya.
Kata Vinegar (cuka) berasal dari bahasa Perancis, vin aigre, yang
(2008:9), Vinegar: 1. Cairan campuran tidak murni dari asam asetat yang
Menurut Cal Orey (2008:10), cuka dapat dibuat dari jenis buah-
buahan apapun, seperti apel atau anggur, atau apapun yang mengandung
Tabel 3
Rangkaian Cuka
dan Berry
Cuka malt Malt Barley atau Fermentasi ganda
tepungnya telah
diubah menjadi
maltosa
Cuka gula Cairan gula, sirup, Ferentasi ganda
6. Cuka Organik
Sebagai gantinya adalah berbagai jenis pengusir serangga dan pupuk alami
tanpa bahan kimia, serta mengandung sulfida dalam jumlah yang lebih
sedikit. Cuka itu juga bebas dari bahan kimia dan bahan tambahan. Lebih
15
dari itu, cuka alami pun bebas dari pewarna buatan, penambah rasa atau
pengawet.
Cuka pisang merupakan cuka yang dibuat dari kulit buah pisang. Cuka
ini banyak digunakan sebagai bahan penyedap rasa pada acar, bakso, sambal
dan sebagainya. Sering juga digunakan sebagai bahan penyerap lemak dan
bau langu pada pengolahan ikan laut dan daging ayam potong. Ciri- ciri
berselaput, Aroma : bau dan rasa asam yang khas, Rasa : rasa asam yang
Menurut Cal Orey (2008), cuka telah dikenal sejak ribuan tahun yang
lalu. Cairan ini dihasilkan dari fermentasi buah yang kaya akan gula.
Diantaranya cuka apel, cuka anggur merah, cuka malt, dan cuka beras. Zat-
acar yaitu:
Bahan:
1 sdt garam
3 bh bawang merah
1 kg mentimun
Cara Membuat :
merah juga.
5. Step kedua kita rebus semua bahan yang sudah di potong dan di iris
sampai matang.
17
6. Angkat dan tiriskan. Taruh kedalam wadah yang sedang bahan yang
sudah di rebus.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pikir
industri dan acar berbahan cuka organik. Dari hasil tersebut, peneliti memberikan
H. Penelitian Terdahulu
18
mengenai:
aceti yang berbeda terhadap kadar asam asetat yang dihasilkan. Dalam
diakhir penelitian untuk menguji kadar asam asetat asam cuka yang
sudah matang.
analisis uji kadar asam asetat yang diperoleh dalam perlakuan J0, J1, J2,
hasil asam cuka optimal konsentrasi Acetobacter aceti yang baik untuk
diperoleh diuji menggunakan analisis varian satu jalur (one way anova)
10%, dan 15%) akan berpengaruh pada kadar asam asetat yang
(Rudi Nurismanto, Tri Mulyani dan Duwi Indra Ning Tias, 2014).
20
1) Cuka (buah pisang, kulit pisang kepok dan daun melinjo) dengan
2) Cuka (buah pisang, kulit pisang kepok dan daun melinjo) dengan
I. Hipotesis
merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori, dalil, hukum,
kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin
21
HO1 : Diduga tidak ada pengaruh penggunaan cuka kulit pisang terhadap
kualitas acar.
HO2 : Diduga tidak ada perbedaan antara acar berbahan cuka industri
dengan acar berbahan cuka kulit pisang ditinjau dari aspek warna,
J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
acar berbahan cuka industri dan acar berbahan cuka organik yang ditinjau
dari segi warna, aroma, dan rasa. Eksperimen akan dilakukan oleh
memadai.
a. Populasi
b. Sampel
a. Variabel
atribut atau sifat atau nilai orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
adalah:
1) Variabel Independen
24
2011:39).
2) Variabel Dependen
b. Indikator
1) Observasi
2) Kuesioner
3) Eksperimen
dari kuesioner
responden untuk memilih satu pilihan di antara yang lain. Maka dari itu,
Tabel 4
acar berbahan cuka industri dengan acar berbahan cuka organik, perlu
Keterangan:
K = banyak kolom
Orey, Cal. 2007. The Healing Power of Vinegar. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Mizan Publika.
Dewati, Retno. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok sebagai Bahan Baku
Pembuatan Etanol. UPN “Veteran” Jawa Timur.
Sriharti dan Takiyah Salim. 2008. Pemanfaatan Limbah Pisang untuk Pembutan
Kompos Menggunakan Komposer Rotary Drum. LIPI, Vol -, hal : 68.
Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyantono, dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis
Sensori untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor: IPB Press.
Nuraini, Dini Nuris. 2011. Aneka Manfaat Biji-bijian. Yogyakarta: Gava Media.
Dantes Nyoman, Prof., Dr. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset
29
Cahyono, Bambang. 2016. Sukses Budi Daya Pisang di Pekarangan dan
Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Saparinto, Cahyo dan Rini Susiana. 2016. Grow Your Own Fruits. Yogyakarta:
Lily Publisher.