Anda di halaman 1dari 3

EFEK PERALIHAN MESIN PEMBAKARAN INTERNAL DENGAN

KENDARAAN LISTRIK PADA PRODUKSI INDUSTRI BAHAN BAKAR

Indonesia telah bersiap-siap menyongsong era kedatangan mobil listrik

(electric vehicle). Dengan emisi gas buang nol, mobil listrik menjadi solusi terhadap

tingginya pencemaran udara, terutama di daerah perkotaan. Polusi udara yang

diakibatkan oleh hasil pembuangan gas dari kendaraan bermotor berbahan bakar fosil

membuat kualitas udara menjadi buruk.

Sebenarnya, keberadaan mobil listrik merupakan bentuk transisi dari mobil

konvensional (berbahan bakar fosil) menuju mobil listrik murni, atau Electric

Vehicle. Mobil listrik mendapatkan sumber tenaga dari baterai yang discharge dari

sumber listrik.

Untuk kebutuhan pengisian baterai diperlukan kesiapan instansi penyedia

energi listrik, seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus memastikan pasokan

kebutuhan listrik yang diperlukan dan PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN energi

akan mempersiapkan fasilitas SPBU existing agar dapat melayani charging untuk

kendaraan listrik. Pembangunan pembangkit listrik yang tersebar sporadis dari

Sumatera sampai dengan Irian Jaya diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap pemenuhan kebutuhan akan meningkatnya pengisian listrik terhadap mobil

listrik.

Melalui pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar non batu bara,

maka terjadi kesinambungan yang sejalan terhadap program mobil listrik yang ramah
lingkungan. Tetapi, jika pemenuhan kebutuhan listrik yang dilakukan oleh

pembangkit listrik menggunakan bahan bakar batu bara maka terjadi perubahan

paradigma polusi udara yang sebelumnya di perkotaan (akibat kendaraan berbahan

bakar fosil), sekarang polusi berpindah di cerobong flare pembangkit listrik berbahan

bakar batu bara (untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik). Jelas ini bukan solusi

dalam mengatasi pencemaran udara. Sedangkan penyediaan listrik di Indonesia masih

sangat bergantung kepada sumber energi fosil, khususnya batubara. Pada tahun 2017,

batubara mendominasi pembangkitan listrik di Indonesia (58,3% total daya

terpasang), diikuti oleh gas (23,2%) dan minyak bumi (6%). Potensi ketergantungan

terhadap bahan bakar fosil sebagai sumber listrik tampaknya masih akan terus

berlanjut hingga tahun 2025. Hal ini terlihat jelas dari Rancangan Umum Penyediaan

Tenaga Listrik (RUPTL 2018-2027, Kemen ESDM), dimana porsi batubara sebesar

54,4%.

Peralihan penggunaan kendaraan dari ICE (Internal Combustion Engine) ke

EV (Electric Vehicle) akan mengandung implikasi bahwa beban penyediaan bahan

bakar minyak atau bahan bakar fosil yang berlangsung selama ini akan beralih secara

gradual menjadi beban pada sektor penyediaan tenaga listrik. Pertumbuhan kebutuhan

tenaga listrik akan menjadi lebih tinggi untuk menggantikan bahan bakar fosil pada

sektor transportasi. Selain itu terjadi peningkatan kebutuhan untuk perluasan jaringan

interkoneksi dalam memenuhi layanan bagi pengguna kendaraan.


DAFTAR PUSTAKA

MEDCOM.id. (2019, 6 Agustus). Move On ke Energi Listrik. Diakses pada 17 Maret 2020,
dari https://www.medcom.id/ekonomi/analisa-ekonomi/ybJVW7Wb-move-on-
keenergi-listrik

Anda mungkin juga menyukai