Latar belakang
Rumen adalah ekosistem yang sangat kompleks serta mengandung berbagai
jenis mikroba. Kinerja ruminansia tergantung pada aktivitas mikroorganisme mereka
untuk memanfaatkan asupan pakan. Namun demikian, aktivitas mikroba rumen juga
merupakan sumber utama pembentukan gas metan dari bidang pertanian yang
mengakibatkan efek rumah kaca. (Yanuartono 2019). Mikroba rumen memiliki sifat
saling ketergantungan dan berintegrasi satu sama lainnya. Interaksi mikroba
memberikan kestabilan dan adaptasi yang baik dalam rumen. Mikroorganisme saling
berperan dalam beradaptasi dengan pakan yang berbeda faktor dan pembandingnya.
Mikroorganisme dalam rumen berperan untuk membantu proses pencernaan dan
pertahanan tubuh. Protein mikroba rumen merupakan biomassa sumber utama nitrogen
untuk ternak. Peningkatan protein mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
beragam dan faktor populasi bakteri. Banyaknya jenis mikroorganisme rumen dan
masing-masing mikroorganisme memiliki produk fermentasi intermediet dan produk
akhir fermentasi yang beragam menyebabkan kehidupan dalam rumen menjadi
kompleks (G. Muslim et al 2014).
Ekosistem mikroba rumen sangat stabil dan dinamis. Pada ternak yang sehat
kontaminasi ekosistem seolah tidak terjadi, pada kenyataannya jutaan mikroba dalam
rumen banyak berasal dari pakan, air minum dan udara setiap harinya. Ekosistem
rumen dinamis, ketika rumen tidak mengalami perubahan pakan, mikroba rumen dapat
beradaptasi dengan pakan tersebut. Hal ini terjadi karena mikroorganisme teradaptasi
untuk terus hidup dalam rumen dan yang tidak mampu beradaptasi akan tereliminasi
(Kamra 2005). Untuk menjaga keadaan dinamis didalam rumen, populasi antara
mikroba rumen juga harus seimbang. Ketidak seimbangan populasi mikroba didalam
rumen sangat mempengaruhi sistem pencernaan hewan ruminansia. Pentingnya
perhitungan bakteri ini adalah untuk mengetahui populasi bakteri yang tersedia di
dalam cairan rumen yang dapat membantu dalalam proses pencernaan hewan
ruminansia. Imbangan jumlah mikroba rumen seperti bakteri, jamur, dan protoza
ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi dan interaksi antar mikroba rumen
(Preston et al 1987).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui teknik perhitungan bakteri aerob di dalam
rumen dan mempraktekkannya dengan menggunakan perhitungan optical density (OD)
dan total plate count (TPC), serta mengetahui peranannya untuk sistem pencernaan
ruminansia.
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri gram positif yang
berbentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 400C, pada
umumnya tidak motil, bersifat anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan
asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat (Saleh 2004). Peran bakteri
asam laktat di dalam rumen adalah untuk melakukan metabolisme asam laktat menjadi
asam propionat. Konsentrasi asam laktat menurun sehingga pH rumen lebih stabil
(Arora 1989). BAL hanya memperoleh energi dari metabolisme gula sehingga habitat
pertumbuhannya hanya terbatas pada lingkungan yang menyediakan cukup gula atau
bisa disebut dengan lingkungan yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk
mengasilkan senyawa (biosintesis) juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks BAL
meliputi asam amino, vitamin, purin, dan pirimidin.Pada heterogen, tidak ada aldolase
dan heksosa isomerase tetapi menggunakan enzim fosfoketolase dan menghasilkan
CO2.Sedangkan homogen melibatkan aldolase dan heksosa aldolase namun tidak
memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
CO2 (Dehority 2004).
BAL tidak dapat menggunakan oksigen dalam produksi energinya, sehingga
BAL tumbuh pada kondisi yang anaerob, tetapi tetap dapat tumbuh dengan keberadaan
oksigen. Mereka terlindung dari oxygen by-product (contohnya, H2O2) karena
memiliki peroksidase. BAL menghasilkan energi yang rendah, BAL tumbuh lebih
lambat dibandingkan mikroba yang mampu melakukan respirasi, dan menghasilkan
koloni yang kecil 2 – 3 mm. BAL dapat tumbuh pada suhu 5 - 45°C dan toleran
terhadap kondisi asam, dengan sebagian besar strain mampu tumbuh pada pH 4,4.
Pertumbuhannya optimum pada pH 5,5 – 6,5 dan membutuhkan nutrisi kompleks,
seperti asam amino, peptida, basa nukleotida, vitamin, mineral, asam lemak dan
karbohidrat. Selain itu, BAL memproduksi sejumlah kecil senyawa organik yang
memberikan aroma dan flavor pada produk hasil fermentasinya (Axelsson 2004).
Klasifikasi bakteri asam laktat dalam genus yang berbeda sebagian besar
didasarkan pada perbedaan morfologi, cara fermentasi glukosa, pertumbuhan pada
suhu yang berbeda, dan kofigurasi dari asam laktat yang dihasilkan, kemampuan untuk
tumbuh pada konsentrasi garam tinggi, dan toleransi terhadap asam atau basa (Desai
2008). Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh 19 pada kadar gula,
alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan
disakarida (Syahrurahman 1994).
Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat digolongkan ke dalam bakteri
probiotik adalah diketahui sebagai materi yang tidak berbahaya, dapat hidup selama
dilakukan proses dan penyimpanan, memiliki efek antagonis terhadap bakteri patogen,
toleran terhadap asam lambung, getah pankreas dan cairan empedu serta mampu
melindungi epitelium inangnya. BAL dapat menurunkan pertumbuhan bakteri patogen,
seperti E.coli karena dalam usus halus terjadi kompetisi BAL dan E.coli untuk
mendapatkan nutrien, dimana BAL dapat melekat pada sel epitel usus yang kemudian
membentuk koloni dan menghasilkan zat anti mikroba, sehingga bakteri patogen tidak
dapat berkembang biak (Irianto 2007).
Media MRSA
METODE
HASIL
Praktikum kali ini dipelajari teknik counting bakteri aerob, dilakukan
pengamatan perhitungan dengan metode Optical Density (OD) dan Total Plate Count
(TPC), mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil spektrofotometer
Kelompok Absorbansi Transmisi
1 2,1292 0,7
2 1,9233 1,2
3 1,8654 1,4
4 2,4092 0,4
Tabel 2 Hasil perhitungan
Kelompok OD TPC
1 2,155 9,1 x 106
2 1,921 5,5 x 104
3 1,854 1,31 x 107
4 2,398 1,47 x 106
PEMBAHASAN
Bakteri asam laktat terdiri atas sejumlah genus bakteri yang termasuk famili
Firmicutes, yang terdiri dari 20 genus. Genus Carnobacterium, Enterococcus,
Lactobacillus, Lactococcus, Lactospaera, Leuconostoc, Melissococcus, Oenococcus,
Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus dan Weissella dikenal
sebagai bakteri asam laktat (BAL) (Axelsson, 2004; Jay, 2000). Lactobacillus
merupakan genus terbesar dalam kelompok bakteri asam laktat dengan hampir 80
spesies berbeda. Lactobacillus termasuk kelompok 18 bakteri asam laktat yang
diketahui memproduksi senyawa seperti bakteriosin yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain (Vandenberg 1993). Taksonomi bakteri asam laktat didasarkan
pada reaksi Gram dan produksi asam laktat dari berbagai jenis karbohidrat
terfermentasi. Lactobacillus termasuk bakteri gram positif, sel tidak berspora,
berbentuk batang panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott
et al 2002). Media selektif untuk pertumbuhan spesies bakteri asam laktat adalah
deMan-Rogosa-Sharpe Agar (MRS Agar). Lactobacillus tidak bersifat patogen (Holt
et al 2000).
Bakteri asam laktat dapat dikelompokkan sebagai bakteri probiotik (Surono
2004). Probiotik merupakan salah satu alternatif pakan tambahan untuk ternak, yang
dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesehatan dan daya imunitas ternak,
serta menurunkan populasi bakteri patogen yang ada dalam saluran pencernaan ternak
(Ziemer dan Gibson 1998). Penelitian mengenai bakteri asam laktat (BAL) sebagai
probiotik telah dilakukan sebelumnya, oleh Suardana et al (2009), yang menyebutkan
jenis BAL genus Lactobacillus asal cairan rumen sapi bali merupakan kandidat unggul
probiotik.Syarat-syarat yang harus dipenuhi BAL sebagai kandidat probiotik antara
lain mampu bertahan dalam kondisi pH lambung yang rendah, tahan terhadap
keasaman garam empedu, dan enzim-enzim pencernaan yang akan dilewati oleh
bakteri probiotik selama perjalanannya menuju kolon.
Berdasarkan hasil percobaan didaapatkan jumlah bakteri dari hasil perhitungan
yang paling tinggi 9,1 x 106 adalah dan yang paling rendah adalah 5,5 x 104. Menurut
Arora (1989), konsentrasi bakteri pada sapi dapat mencapai 21 x109 per ml cairan
rumen. Bakteri dalam rumen dapat berasal dari bahan pakan maupun adanya kontak
langsung dengan bahan lain yang mengandung bakteri. Bakteri merupakan
mikroorganisme rumen yang dominan. Dilihat dari fungsinya, bakteri dalam rumen
dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok utama, yaitu (1) kelompok pencerna selulosa,
(2) kelompok pencerna hemiselulosa, (3) kelompok pencerna pati, (4) kelompok
pencerna gula, (5) kelompok pemakai laktat, (6) kelompok pembentuk metan, dan (7)
kelompok bakteri proteolitik. Bakteri rumen telah beradaptasi untuk hidup pada
kondisi fisik rumen relatif tetap yakni pH 5,5–7,0 dan dalam keadaan anaerob (ada
oksigen, tetapi sangat sedikit), suhu 39–40, dan konsentrasi produk fermentasi
kontinyu, walau tidak begitu tinggi.
SIMPULAN
Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam rumen
dapat optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran
mikrobia rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan zat
makanan dan energi bagi ternak ruminansia tersebut. Setiap mikroba yang lingkungan
hidupnya sesuai dengan kondisi awalnya akan memperngaruhi pertumbuhannya
semakin baik zat nutrisi didalam substrat mengakibatkan pertumbuhan bakteri semakin
cepat. Teknik perhitungan bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan optical density (OD) dan total plate count (TPC).
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh: Retno
Murwani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia. Yogyakarta
(ID): Gajah Mada University Press.
Axelsson, L. 2004. Lactic acid bacteria: classification and physiology. In Salminen, S.,
Wright, A.V., Ouwehand, A., editors. Lactic Acid Bacteria: Microbiologycal
and Functional Aspects. 3rd edition, revised and expanded. New York (USA):
Marcel Dekker, Inc.
Buckle. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Carol, B., Freund, M. 1964. Factors Affecting Haemocytometer Counts of Sperm
Concentration in Human Semen. The Journal of the Society for. 1(1).
Dehority, B. A. 2004. Rumen Microbiology. Nottingham University Press, Nottingham.
Desai, Ankur. 2008. Strain Identification, Viability and Probiotics Properties of
Lactobacillus casei. School of Biomedical and Health Science Victoria
University. Werribee Campus Victoria Australia.
Fardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama,
G. Muslim, J.E. Sihombing, S. Fauziah, A. Abrar, dan A.Fariani. 2014. Aktivitas
proporsi berbagai cairan rumen dalam mengatasi tannin dengan tehnik in
vitro. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 3(1): 25-36.
Gunawan. 2003. Uji Kemampuan Probiosis Lactobacillus Strain lokal dan Analisis
Asam Organik Yang Dihasilkan Dalam Menurunkan Kolesterol Secara In
Vitro. Skripsi. Purwokerto (ID): Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman.
Holt, J.G., N.R. Krieg, P. Sneath, J.T. Staley & S.T. Williams. 2000. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology. 9th edition. Philadelphia: Williams & Wilkins.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi (Menguak Dunia Mikroorganisme) Jilid 1. Bandung
(ID): CV. Yrama Widya.
Jay, J.M. 2002. Modern Food Microbiology. Fourth Edition. New York : An AVI
Book. Van Nostrand Reinhold.
Kamra, D. N. 2005. Rumen Microbial Ecosystem. Current Science.89(1)
Prescott, L.M. & Harley, J.P. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. 5th edition.
Mc Graw-Hill Company.
Preston TR, Leng RA. 1987. Matching Ruminant Production System with Available
Resources in Tropics and Sub-Tropics. Armidale (AU): Penambul Books.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikrobia. Akarta (ID): Bumi Aksara.
Rahayu, Asih. 2000. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum dalam Kemasan Galon.
Jurnal Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. Reproduction
and Fertility, 8 : 149-155.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan (ID) : USU
Digital Library
Suardana IW, Suada IK, Sukada IM, Suarsana IN.2009. Isolasi dan Identifikasi Isolat
Bakteri Asam Laktat SR9 Asal Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat
Unggul Probiotik. Medicine 40(2) : 100-103.
Surono IS. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Jakarta (ID): PT. Tri Cipta
Karya.
Syahrurachman, A. 1994. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Penerbit Bina Rupa Aksara.
Vandenberg, R.A. 1993. Lactic Acid Bacteria on It’s Metabolic Products and
Interference with Microbial Growth. FEMS Microbial. Rev. 12: 221 – 238.
Waluyo, L. 2007. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang (ID): UMM
Press.
Yunuartono, Nururrozi, A., Indarjulianto, S., Purnamaningsih, H. 2019. Peran protozoa
pada pencernaan ruminansia dan dampak terhadap lingkungan. J Ternak
Tropika. 20(1): 16-28.
Ziemer CJ, Gibson GR. 1998. A overview of Proboitic, Prebiotic and Symbiotic in the
functional food concept. Prospectives and Future Strategies. International
dairy Journal 8:473-479
LAMPIRAN