TRAUMA KEPALA
Disusun Oleh:
RENY AYU NISA
NIM:
11194691910052
Sirkulasi Serebral
Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml per menit. Sirkulasi ini
sangat dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara
mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini
dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula,
sepasang pembuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan
bercabang menjadi tiga:
a. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut
arteri komunikan posterior.
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak
dapat diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian
samping tulang leher, pembuluh darah ini memperdarahi batang otak dan
kedua otak kecil, kedua pembuluh darah tersebut akan saling
berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut
anastomosis.
b. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali
e. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih
terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil
respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons
Trauma kepala
Terputusnya
kontinuitas jaringan Terputusnya Jaringan otak rusak
kulit, otot dan vaskuler kontinuitas jaringan (kontusio, laserasi)
tulang
Mesesenfalon Resiko
Resiko
tertekan injuri
gangg.
Immobilisasi integritas
G. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan
hematoma intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak Edema
serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada
pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi
kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan
tengkorak untuk membesar meskipun peningkatan volume oleh
pembengkakan otak diakibatkan trauma. Sebagai akibat dari edema dan
peningkatan TIK, tekanan disebarkan pada jaringan otak dan struktur internal
otak yang kaku. Bergantung pada tempat pembengkakan, perubahan posisi
kebawah atau lateral otak (herniasi) melalui atau terhadap struktur kaku yang
terjadi menimbulkan iskemia, infark, dan kerusakan otak irreversible,
kematian.
Defisit neurologik dan psikologik Pasien cedera kepala dapat
mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia (tidak dapat mencium bau
bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit neurologik seperti afasia,
defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy. Pasien mengalami
sisa penurunan psikologis organic (melawan, emosi labil) tidak punya malu,
emosi agresif dan konsekuensi gangguan.
Komplikasi lain secara traumatik:
1. Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
3. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
Komplikasi lain:
1. Peningkatan TIK
2. Hemorarghi
3. Kegagalan nafas
4. Diseksi ekstrakranial
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Spinal X ray, Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek
yang terjadi (perdarahan atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan, Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya
secara pasti.
3. Myelogram, Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya
bendungan dari spinal aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance), Dengan menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan
otak.
5. Thorax X ray, Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan, Mengukur volume maksimal dari inspirasi
dan ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala
dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah, Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha
pernafasan.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera
dan mungkin di persulit oleh cedera tambahan pada organ vital
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia cara
berjalan tidak tegap, masalah dlm keseimbangan, cedera/trauma
ortopedi, kehilangan tonus otot.
b. Sirkulasi
Gejala :Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi
jantung (bradikardia,takikardia yg diselingi bradikardia disritmia)
c. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas,mudah tersinggung,delirium,agitasi,bingung,depresi.
d. Eliminasi
Gejala: Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi
e. Makanan/cairan
Gejala : mual,muntah dan mengalami perubahan selera
Tanda : muntah,gangguan menelan
f. Neurosensori
Gejala:Kehilangan kesadaran sementara,amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope,tinitus,kehilangan pendengaran, Perubahan dalam
penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain
lapang pandang, gangguan pengecapan dan penciuman
Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status
mental, Perubahan pupil, Kehilangan penginderaan, Wajah tdk
simetris, Genggaman lemah tidak seimbang, Kehilangfan sensasi
sebagian tubuh.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya
lama
Tanda: Wajah menyeringai,respon menarik pd ransangan nyeri, nyeri
yang hebat,merintih.
h. Pernafasan
Tanda: Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor,
tersedak,ronkhi,mengi.
i. Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda:Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, kulit:laserasi, abrasi,
perubahan warna, tanda batle disekitar telinga, adanya aliran cairan
dari telinga
atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak, Demam.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan
atau vena terputusNyeri
2. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisikKebersihan jalan nafas tidak efektif
3. Defisit self care b.d de-ngan kelelahan, nyeri
J. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI KEPERAWATAN
O (NOC)
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :
(spesifik serebral) b.d aliran arteri Status sirkulasi Perfusi jaringan Monitor Tekanan Intra Kranial
dan atau vena terputus. serebral 1. Catat perubahan respon klien
Setelah dilakukan tindakan terhadap stimulus / rangsangan
keperawatan selama ….x 24 jam, 2. Monitor TIK klien dan respon
klien mampu men-capai : Status neurologis terhadap aktivitas
sirkulasi dengan indikator: 3. Monitor intake dan output
Tekanan darah sis-tolik dan 4. Pasang restrain, jika perlu
diastolik dalam rentang yang 5. Monitor suhu dan angka leukosit
diharapkan Tidak ada ortostatik 6. Kaji adanya kaku kuduk
hipotensi Tidak ada tanda tanda 7. Kelola pemberian antibiotik
PTIK Perfusi jaringan serebral, 8. Berikan posisi dengan kepala
dengan indikator : elevasi 30-40O dengan leher
1. Klien mampu berkomunikasi dalam posisi netral
dengan jelas dan sesuai 9. Minimalkan stimulus dari
kemampuan klien. lingkungan
2. Klien menunjukkan perhatian, 10. Beri jarak antar tindakan
konsentrasi, dan orientasi keperawatan untuk
Klien mampu memproses meminimalkan peningkatan TIK
informasi 11. Kelola obat obat untuk
3. Klien mampu mem-buat mempertahankan TIK dalam
keputusan dengan benar batas
4. Tingkat kesadaran klien spesifik
membaik Monitoring Neurologis
1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala,
mual, dan muntah
5. Monitor respon klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK
meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi Oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari
secret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai instruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen, dan humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama
aktivitas dan tidur
2 Nyeri akut b.d dengan agen injuri NOC: NIC:
fisik. 1. Nyeri terkontrol Manajemen nyeri
2. Tingkat Nyeri 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
3. Tingkat kenyamanan karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, dan beratnya
Setelah dilakukan asuhan nyeri.
keperawatan selama …. x 24 jam, 2. Observasi respon
klien dapat : ketidaknyamanan secara verbal
1. Mengontrol nyeri, dengan dan non verbal.
indikator: 3. Pastikan klien menerima
- Mengenal faktor-faktor perawatan analgetik dg tepat.
penyebab 4. Gunakan strategi komunikasi
- Mengenal onset nyeri yang efektif untuk mengetahui
- Tindakan pertolong-an non respon penerimaan klien
farmakologi terhadap nyeri.
- Menggunakan anal-getik 5. Evaluasi keefektifan
- Melaporkan gejala-gejala penggunaan kontrol nyeri
nyeri kepada tim kesehatan. 6. Monitoring perubahan nyeri baik
- Nyeri terkontrol aktual maupun potensial.
2. Menunjukkan tingkat nyeri, 7. Sediakan lingkungan yang
dengan indikator: nyaman.
- Melaporkan nyeri 8. Kurangi faktor-faktor yang dapat
- Frekuensi nyeri menambah ungkapan nyeri.
- Lamanya episode nyeri 9. Ajarkan penggunaan tehnik
- Ekspresi nyeri; wa-jah relaksasi sebelum atau sesudah
- Perubahan respirasi rate nyeri berlangsung.
- Perubahan tekanan darah 10. Kolaborasi dengan tim
- Kehilangan nafsu makan kesehatan lain untuk memilih
3. Tingkat kenyamanan, dengan tindakan selain obat untuk
indicator : meringankan nyeri.
- Klien melaporkan 11. Tingkatkan istirahat yang
kebutuhan tidur dan istirahat adekuat untuk meringankan
tercukupi nyeri.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat yang dibutuhkan
klien dan cara mengelola sesuai
dengan anjuran/ dosis.
2. Monitor efek teraupetik dari
pengobatan.
3. Monitor tanda, gejala dan efek
samping obat.
4. Monitor interaksi obat.
5. Ajarkan pada klien / keluarga
cara mengatasi efek samping
pengobatan.
6. Jelaskan manfaat pengobatan
yg dapat mempengaruhi gaya
hidup klien.
Pengelolaan analgetik
1. Periksa perintah medis tentang
obat, dosis & frekuensi obat
analgetik.
2. Periksa riwayat alergi klien.
3. Pilih obat berdasarkan tipe dan
beratnya nyeri.
4. Pilih cara pemberian IV atau IM
untuk pengobatan, jika mungkin.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
6. Kelola jadwal pemberian
analgetik yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas dosis
analgetik, observasi tanda dan
gejala efek samping, misal
depresi pernafasan, mual dan
muntah, mulut kering, &
konstipasi.
8. Kolaborasi dgn dokter untuk
obat, dosis & cara pemberian yg
diindikasikan.
9. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum
pengobatan.
10. Berikan obat dengan prinsip 5
benar
a. 11. Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
3 Defisit self care b.d kelelahan, NIC: NIC :
nyeri. Self care: activity of daily living Membantu perawatan diri klien
(ADLs) Mandi dan toiletting
Setelah diberi motivasi perawatan Aktifitas: Tempatkan alat-alat mandi
selama….x24 jam, mengerti cara di tempat yang mudah dikenali dan
memenuhi ADL secara bertahap mudah dijangkau klien Libatkan klien
sesuai kemam-puan, dengan dan dampingi Berikan bantuan
kriteria : selama klien masih mampu
1. Mengerti secara seder-hana mengerjakan sendiri
cara mandi, makan, toileting, NIC: ADL Berpakaian
dan berpakaian serta mau Aktifitas: Informasikan pada klien
mencoba secara aman tanpa dalam memilih pakaian selama
cemas perawatan Sediakan pakaian di
2. Klien mau berpartisipasi tempat yang mudah dijangkau Bantu
dengan senang hati tanpa berpakaian yang sesuai Jaga privcy
keluhan dalam memenuhi ADL klien Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
NIC: ADL Makan
Anjurkan duduk dan berdo’a
bersama
teman Dampingi saat makan Bantu
jika klien belum mampu dan beri
contoh Beri rasa nyaman saat
makan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC.
Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008.
Jakarta: EGC.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease
Processes
. 4th. Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical–
Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI