Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

LATIHAN FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

DISUSUN OLEH
NAMA :INDRIYA SANDI
NIM :1805124387

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Perkembangan Matematika Babilonia
1. Bagaimana sejarah perkembangan bangsa Babilonia?
Jawab:

Kekaisaran Babilonia Baru atau Kekaisaran Khaldea adalah periode dalam sejarah
Mesopotamia yang dimulai pada tahun 626 SM dan berakhir pada tahun 539 SM. Selama tiga
abad sebelumnya, Babilonia dikuasai oleh bangsa sesama penutur bahasa Akkad sekaligus
tetangga mereka di utara, yaitu Assyria. Selama periode tersebut, Babilonia menikmati status
yang penting. Assyria berhasil menjaga kesetian Babilonia selama periode Assyria Baru,
entah melalui pemberian hak istimewa yang terus-menerus bertambah, atau melalui tindakan
militer. Akan tetapi, semuanya berubah pada tahun 627 SM dengan matinya pemimpin kuat
Assyria terakhir, Assurbanipal. Di bawah pimpinan Nabopolassar orang Khaldea, Babilonia
memberontak. Dengan bersekutu bersama bangsa Medes, Babilonia menghancurkan kota
Nineveh, ibukota Assyria, pada tahun 612 SM. Dengan demikian, Babilonia bebas dari
kekuasaan Assyria dan menjadi negara merdeka. Periode kekuasaan Babilonia dicirikan
dengan perkembangan pesat dalam arsitektur, seni, dan ilmu pengetahuan.

Para raja Babilonia Baru amat menyadari antikuitas warisan mereka, dan berupaya
menerapkan kebijakan tradisionalis, membangkitkan kembali kebudayaan Sumer-Akkad kuno
mereka. Meskipun bahasa Aram telah menjadi bahasa sehari-hari, namun bahasa Akkad
kembali ditetapkan sebagai bahasa administrasi dan kebudayaan. Ungkapan-ungkapan arkaik
dari 1500 tahun sebelumnya dimasukkan kembali ke dalam prasasti-prasasti Akkad, bersama
dengan bahasa Sumer yang sudah lama tak digunakan. naskah kuneform Babilonia Baru juga
diubah untuk menyerupai naskah Akkad, yang sudah amat lama.

Karya seni dari masa kejayaan Babilonia amat dihargai dan dirawat. Contohnya,
ketika sebuah patung Sargon Agung (Sargon dari Akkad) ditemukan dalam suatu pekerjaan
konstruksi, diperintahkan untuk dibangun sebuah kuil untuk patung tersebut. Diceritakan pula
bahwa Nebukhadnezzar, dalam upayanya membangun ulang kuil di Sippar, harus melakukan
penggalian berulang hingga ia menemukan fondasi Naram-Suen, suatu penemuan yang
memungkinkannya membangun kembali kuil tersebut secara layak. Babilonia Baru juga
membangkitkan kembali praktik penunjukkan putri kerajaan sebagai pendeta dewi bulan, Sin,
suatu kebiasaan yang dulu dilakukan pada masa Sargon,

Pada periode Babilonia baru, banyak tanah yang dibuka untuk diolah. Kedamaian dan
kekuasaan kekaisaran membuat tersedianya sumber daya untuk memperluas irigasi dan
membangun sistem kanal. Daerah pedesaan Babilonia didominasi oleh perkebunan-
perkebunan besar, yang diberikan kepada pejabat pemerintah sebagai bentuk pembayaran.
Perkebunan-perkebunan ini biasanya dikelola melalui penguasa lokal, yang mengambil
sebagian keuntungan. Penduduk desa ikut serta dalam perkebunan tersebut dengan menjadi
buruh dan penyewa tanah.

Kota-kota di Babilonia memperoleh hak otonomi dan hak istimewa dari raja. Kota
berpusat di kuil. Tiap kota memiliki pengadilan sendiri, dan kasus hukum seringkali
diputuskan dalam majelis. Kuil mendominasi struktur sosial. Status sosial dan hak politik
sesorang ditentukan berdasarkan posisi mereka terkait dengan hierarki kagamaan. Para
pekerja, misalnya perajin, memperoleh statsu yang tinggi. Selain itu, terdapat pu;a serikat
pekerja untuk memberi para pekerja daya tawar kolektif.

2. Bagaimana munculnya matematika Babilonia?


Jawab:
2500 tahun SM 'Fara periode' merupakan periode pada saat peradaban Sumeria yang
digunakan oleh penduduk babylonia untuk menulis fonetis. 2340 tahun SM ‘Dinasti
Akkadia’ menulis matematika dalam bahasa Akkadia dan mengembangkan sistem bilangan
secara lebih lanjut. Selain itu, bangsa ini adalah penemu sempoa. 2100 tahun SM 'Ur III'
merupakan pembentukan kembali Ur, kota Sumeria kuno, sebagai modal yang sekarang
populasinya dicampur dengan Akkadians serta titik tinggi birokrasinya di bawah Raja Sulgi.
1800 tahun SM 'Old Babel' atau OB merupakan supremasi kota utara Babel bawah
(Akkadia) dan memiliki teks-teks matematika yang paling canggih.

3. Apa saja peninggalan matematika Babilonia?


Jawab:
A. Bidang Geometri
Geometri digunakan oleh bangsa Babylonia sejak tahun 2000 sampai 1600 SM.
Mereka menghitung keliling suatu lingkaran dengan menggunakan tiga kali diameternya,
luas lingkaran digunakan seperduabelas dari kuadrat kelilingnya dengan =3,14. Volume
silinder tegak dihitung dengan perkalian luas alas dengan tinggi.
B. Bidang Aljabar
Sekitar 2000 tahun SM perkembangan aljabar tidak hanya mampu menyelesaikan
persamaan kuadrat, tetapi juga membahas tentang penyelesaian persamaan pangkat tiga
dan empat. Hal ini terlihat adanya peninggalan berupa tablet yang isinya berupa tablet
kuadrat dan pangkat tiga bilangan 1 s/d 30 dan kombinasi n3 dan n2.
C. Bilangan Seksagesimal (basis-60)
Matematika Babylonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-
60) karena keunggulanya pada bidang astronomi. Sistem perhitungan berbasis 60 masih
ada sampai sekarang, yakni dengan diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk
satu menit dan 60 menit untuk satu jam. Kelemahan sistem ini adalah tidak adanya
lambang nol. Simbol 1 dan 60 sama, dalam hal ini tanda spasi juga tidak akan mampu
membantu menjelaskan apakah lambang tersebut adalah 1 atau 60.
D. Plimpton 322
Sistem ini pertama kali muncul sekitar 3100 tahun SM yang dikenal sebagai
sistem angka posisional, dimana nilai digit tertentu tergantung pada angka itu sendiri dan
posisinya dalam nomor tersebut. Maksud dari tablet peninggalan bangsa Babylonia yang
memuat tabel analis yang dikenal dengan Plimpton 322 adalah sebagai kumpulan dari
G.A Plimpton di Universitas Columbia dengan katalog no.322.

4. Bagaimana perkembangan matematika di Babilonia Kuno?


Jawab:
Babilonia adalah sebuah peradaban kuno yang terletak di kawasan tengah-selatan
Mesopotamia. Kawasan Mesopotamia termasuk Sumeria, Akkad, dan Assyria. Kawasan ini
sangat penting karena menjadi salah satu dari tempat awal manusia hidup bersama-sama
dalam satu peradababan. Penduduk Bablonia, atau yang sering disebut Babilon, memiliki
satu bahasa penulisan yang mereka gunakan untuk mempelajari perkara-perkara yang
berkaitan dunia di sekeliling mereka. Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon
merupakan orang yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan banyak membuat
banyak dokumen-dokumen bertulis.
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi
menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya
sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih
daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam
tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di
bawah terik matahari.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk
satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan
menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di
mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar,
seperti di dalam sistem desimal
Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk mengukur
suatu area. Mereka mengukur keliling lingkaran sebanyak 3 kali diameter dan luasnya
sebagai satu per duabelas kuadrat dari lingkaran, dan jika hitungannya benar, maka nilai π
akan bernilai 3.  Volume silinder diambil sebagai produk dari alas dan tinggi, namun,
volume frustum sebuah kerucut atau piramida persegi dihitung dengan tidak benar sebagai
produk dari ketinggian dan setengah jumlah dari basis. Juga, ada penemuan terbaru dalam
sebuah catatan kuno mencantumkan bahwa nilai π adalah 3 dan .

5. Bagaimana system bilangan bangsa Babilonia?


Jawab:
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seperti paku. Orang Babilonia menulisakan huruf paku menggunakan tongkat
yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pada
lempeng tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang
meruncing menyerupai gambar paku.

59 simbol yang dibuat dari dua system simbol


Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua, tiga
untuk tiga, dan seterusnya, sampai sembilan. Namun, mereka cenderung untuk mengatur
simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai kesepuluh, ada terlalu
banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang berbeda. Sebelas itu
sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dua puluh itu sepuluh dan sepuluh. Untuk
simbol enam puluh tampaknya persis sama dengan yang satu. Enam puluh satu adalah enam
puluh dan satu, yang karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya.

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan Sistema bilangan Babilonia?


Jawab:
1. Kelebihan sistem bilangan babilonia
Kelebihan sistem bilangan Babilonia sudah mengenal formula awal Pythagoras, di
bidang geometri sudah mengenal beberapa bangun ruangseperti segitiga dan kubus, dan s
udah mengenal nilai π.
2. Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia
Kekurangannya belum memngenal tanda koma untuk membuat bilangan desimal
tidak ada bilangan negatif.

B. Perkembangan Matematika Mesir


1. Bagaimana sejarah matematika Mesir?
Jawab:
Berbicara tentang sejarah, Setidaknya ada 3 peradaban besar yang kita kenal dalam
sejarah yaitu: peradaban mesir kuno, Peradaban Sumeria babylonia, dan Peradaban Yunani
Kuno. Tiga peradaban itu adalah goresan sejarah dari perjalanan peradaban manusia seiring
perubahan waktu. Matematika adalah bagian darinya.
Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang
disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan
sejenis pena dengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering diesebut
tulisan Hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun
guratan pada batu atau potongan kayu. Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada
tahun 3400 S.M. Tulisan pada zaman mesir ini ditulis dari kata papu yaitu semacam
tanaman. Sistem Numerasi Mesir Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan
merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.
Papyrus Matematika Rhind (RMP) (juga ditunjuk sebagai: papirus British Museum,
10057 dan 10058 PBM), diberi nama setelah Alexander Henry Rhind , seorang warga
Skotlandia, yang membeli papirus pada tahun 1858 di Luxor, Mesir , itu rupanya yang
ditemukan selama penggalian ilegal di atau dekat Ramesseum Ini tanggal untuk sekitar 1650
SM. British Museum, di mana papirus ini sekarang tersimpan, memperolehnya pada tahun
1864 bersama dengan gulungan Kulit Mesir Matematika , juga dimiliki oleh Henry Rhind;
ada fragmen kecil yang diselenggarakan oleh Museum Brooklyn di New York. Ini adalah
salah satu dari dua Papyri terkenal Matematika bersama dengan Papirus Moskow
matematika. Papyrus Rhind lebih besar dari Papirus Moskow matematika, sedangkan yang
kedua adalah lebih tua dari yang pertama.
2. Jelaskan perkembangan bilangan matematika Mesir?
Jawab:
Mesir adalah negara yang kaya akan peninggalan sejarah yang sungguh
mengagumkan. Tidak hanya piramida yang masih berdiri kokoh namun meraka bangsa
mesir dahulunya sudah mengenal matematika dan geometri sebagimana yang kita pelajari
sekarang. Asas-asas matematika yang terdapat dimesir itu dimulai pada masa pemerintahan
kerajaan beraja, Firaun yang Masyur pada sekitar 3100 SM.
Bangsa mesir kuno itu pada awalnya juga telah mengenal alat tulis sederhana
menyerupai kertas yang disebut papyrus, papyrus ini ada 2 yaitu papyrus rhind dan papyrus
moskow. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis
pena dengan tinta berwarna hitam atau merah.
Tulisan mesir kuno sering disebut tulisan hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam
bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan kayu. Tulisan mesir
kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 SM. Sistem numerasi mesir mesir kuno
bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai
lambang-lambangnya.
Bangsa Mesir kuno telah menggunakan dalam perhitungannya sistem bilangan
desimal (puluhan atau dasaan) yang didasarkan pada jumlah jari di tangan manusia yaitu
sepuluh jari. Prinsip sistem desimal adalah manusia mempunyai sepuluh jari di tangannya
dan apabila ia ingin menghitung, maka kesepuluh jari itu akan digunakan sebagai alat
hitung, Sistem inilah yang digunakan kita dalam kehidupan sehari-hari sekarang. Misalnya
angka-angka 1, 2, 3, ditulis sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III berturut turut
sedangkan angka 10 telah ditulis dalam bentuk punggung kuda yaitu   dan bilangan 1000
seperti bentuk bunga al-lutus yaitu dan seterusnya.
Misalnya angka-angka 1, 2, 3, ditulis sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III
berturut turut sedangkan angka 10 telah ditulis dalam bentuk punggung kuda yaitu dan
bilangan 1000 seperti bentuk bunga al-lutus yaitu  dan seterusnya.
Penomoran hieroglif adalah versi tertulis dari sistem penghitungan beton
menggunakan benda-benda materi. Untuk mewakili angka, tanda untuk setiap order desimal
diulang sebanyak yang diperlukan. Lihatlah gambar dibawah ini:

Penomoran Hieroglif
Contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari Karnak,
berasal dari sekitar 1500 SM, dan sekarang berada dipamerkan di Louvre, Paris.
Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan
pengecualian dari yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4).
Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini diwakili
dalam angka hieroglif dengan menempatkan simbol yang mewakili sebuah “mulut”, yang
berarti “bagian”, di atas nomor tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh:

Perhatikan bahwa ketika bilangan yang mengandung terlalu banyak simbol


“bagian”, ditempatkan di atas bilangan bulat, seperti dalam 1/249, maka simbol “bagian”
ditempatkan di atas “bagian pertama” bilangan. Symbol diletakkan di atas bagian pertama
karena bilangan ini dibaca dari kanan ke kiri.
Kita harus menunjukkan bahwa hieroglif tidak tetap sama sepanjang dua ribu
tahun atau lebih dari peradaban Mesir kuno. Peradaban ini dipecah menjadi tiga periode
berbeda:
Kerajaan tua – sekitar 2700 SM sampai 2200 SM
Bukti dari penggunaan matematika di Kerajaan tua adalah langka, tapi dapat
disimpulkan dari contoh catatan pada satu tembok dekat mastaba di Meidum yang
memberikan petunjuk untuk kemiringan lereng dari mastaba. Garis pada diagram diberi
jarak satu cubit dan memperlihatkan penggunaan dari unit dari pengukuran.
Kerajaan Tengah – sekitar 2100 SM sampai 1700 SM
Dokumen matematis paling awal yang benar tertanggal antara dinasti ke-12. 
Papirus Matematis Rhind yang tertanggal pada Periode Perantara (ca 1650 BC)
berdasarkan satu teks matematis tua dari dinasti ke-12. Papyrus Matematis Moscow dan
papyrus Matematis Rhind adalah teks masalah matematis. Terdiri dari satu koleksi
masalah dengan solusi. Teksini mungkin telah ditulis oleh seorang guru atau satu murid
yang terlibat dalam pemecahan masalah matematika.
Kerajaan Baru – sekitar 1600 SM sampai 1000 SM
Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi 1,
dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka
hieroglif agak berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum mempunyai
style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah penemuan tulisan
di papirus, terdiri dari angka hieratic.
Berikut adalah versi dari angka hieratic:

 Berikut ini adalah salah satu contoh cara orang Mesir menulis 2765 dalam angka hieratic.

3. Jelaskan perkembangan matematika Mesir?


Jawab:
Di mesir matematika berkembang dengan pesat, orang-orang mesir menemuka
banyak penemuan-penemuan penggunaan bilangan dan geometri. Penemuan-penemuan
mereka diantaranya adalah:
1. Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan
Teknik yang digunakan oleh orang Mesir untuk ini pada dasarnya sama dengan
yang digunakan oleh matematikawan modern sekarang. Orang Mesir melakukan operasi
penjumlahan dengan menggabungkan simbol.
2. Operasi Perkalian
Metode Mesir perkalian cukup pintar, tapi bisa memakan waktu lebih lama
daripada metode modern. Ini adalah bagaimana mereka mencari 5 x 9:
*1 29
2 58
*4 116

                              1 + 4 = 5         29 + 116 = 145


Ketika mengalikan mereka akan mulai dengan jumlah mereka mengalikan dengan 29 dan
dua kali lipat untuk setiap baris. Lalu mereka kembali dan memilih angka di kolom pertama yang
ditambahkan ke nomor pertama (5). Mereka menggunakan pembagian harta perkalian atas
penambahan.
3. Operasi Pembagian
Cara mereka melakukan pembagian sama dengan perkalian mereka. Untuk
masalah 98/7, mereka berpikir masalah ini sebagai 7 kali beberapa nomor sama dengan
98. Sekali lagi masalah itu bekerja di kolom.

1 7
2 *14
4 *28
8 *56

                                            2 + 4 + 8 = 14             14 + 28 + 56 = 98
Kali ini angka di kolom kanan ditandai jumlah yang ke 98 maka angka yang sesuai
di kolom kiri dijumlahkan untuk mendapatkan hasil bagi.
19 dibagi 8
Jadi hasil bagi dari 19 dibagi 8 adalah 19 : 8 = 2 + 4 + 8
Dimana bentuk bentuk 1/ n ditulis dengan n

4. Volume Limas
Satu satunya sumber informasi dalam matematika Mesir Kuno adalah matematika
moskow Papyrus dan matematika Rhind papyrus, Matematika moskow Papyrus telah
tercatat sejak tahu 1850 SM, Sewaktu Abraham V.S Golenishchev memperolehnya di
tahun 1893 dan membawanya ke Moskow.
Permasalahan yang paling menarik dari matematika Papirus Moskow adalah
masalah mengenai perhitungan volume dari sebuah limas, dengan menggunakan rumus
yang benar, limas adalah sebuah piramida dengan potongan yang sama pada puncaknya.
Jika limas tersebut adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya adalah a dan garis
yang menghubungkan alas dengan puncak limas adalah sisi b dan jika tingginya adalah h,
mereka orang orang mesir kuno menyatakan volume dari limas adalah: h (a2+ ab + b2).
5. Perhitungan Waktu Pada Bangsa Mesir
Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari
berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara
matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. 
Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga
didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk
jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa
yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12
bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12
bintang di langit pada saat malam hari.
Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka
dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan
panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari
lebih panjang dibandingkan malam).
6. Geometri
Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang
unsur-unsur segitiga dan menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5. Dalam
perancangan Piramida Cherpen, orang-orang Mesir Kuno menggunakan konsep Segitiga
Suci Mesir (Sacred Triangle) dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan nama
lain disebut sebagai segitiga Phytagorean dan pada Piramida Khufu disebut Segitiga
Emas (The Golden Triangle). Dengan mengukur batang menurut garis dari jaringan
geometri diheptagonal. Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode
pengukuran dan nilai esoteric yang berbeda.
Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri hanya
digunakan secara praktis. Pada saat itu geometri hanya digunakan untuk keperluan yang
sangat mendasar yaitu pemantauan ukuran tanah milik penduduk untuk keperluan
pemungutan pajak. Hal ini dilakukan karena setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai
Nil, sehingga kepemilikan tanah oleh penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.
Pada saat itu pengukuran hanya menggunakan tali yang direntangkan. Selain itu,
untuk menentukan luas-luas dan volume-volume dari berbagai bangun datar dan bangun
ruang merupakan hasil dari trial and error, mereka mendasari perhitungannya dari sebuah
fakta tanpa harus membuktikan secara deduktif. Rumusan yang diperoleh hanya
mempunyai nilai pendekatan dan pada saat itu telah mencukupi dan diterima untuk
keperluan praktis pada kehidupan masa itu. Sehingga pada Mesir Kuno Geometri
berkembang tidak jauh dari tingkatan intuitif belaka, dimana pengukuran-pengukuran
objek nyata adalah sasaran utama dari penggunaannya.
Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16.
Sumber informasi matematika Mesir Kuno adalah Papyrus Moskow dan Papyrus Rhind.
Papyrus Moskow berukuran tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind
memiliki tinggi 33 cm dan lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus
Moskow dan Rhind terdapat 26 soal bersifat geometris. sebagian besar dari soal-soal
tersebut berasal dari rumus-rumus pengukuran yang diperlukan untuk menghitung luas
tanah dan isi lumbug padi-padian.
Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis tengahnya.
Orang Mesir Kuno telah menemukan nilai π yaitu 3,16.
7. Dasar Segitiga Phytagoras
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang Mesir menggunakan mistar dan
tali pembanding untuk menghitung tinggi bangunan - maka ia terinspirasi untuk membuat
hukum matematika untuk menghitung tinggi dan sisi miring segitiga siku-siku. Dari
kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu memperkenalkan prinsip yang kita kenal
dengan hukum Pythagoras.
C. Aliran Pythagoras
1. Bagaimana sejarah hidup Pythagoras?
Jawab:
Dalam sejarah, Pythagoras disebut sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa
dalil itu benar. Dalil itu sendiri sudah ada sekitar 200 tahun sebelumnya di kalangan bangsa
Sumerian. Bangsa ini tinggal di daerah antara sungai Efrat dan sungai Trigis. Daerah itu
sekarang dikenal sebagai negara Irak. Sesungguhnya, belum ada bukti yang cukup kuat
untuk menunjukkan bahwa Pythagoraslah yang membuktikan kebenaran dalil itu kecuali
dalam buku Euclides yang menyebutkan bukti itu berasal dari masa hidup Pythagoras.
Sepuluh buku Euclides itu hingga kini masih tersimpan.
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia, Yunani.
Beliau hidup kira-kira sampai tahun 496 SM. Dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya
tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan,
diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk
usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena
kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk
menerima Pythagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh
para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Pythagoras juga
berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk
belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam
perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Pythagoras kembali ke Samos dan
meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran
di Samos. Kira-kira pada tahun 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos
Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan
sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara
yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi
menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon
rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan oleh kehadiran
Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala
penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai
para pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras
sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh berlari di suatu
ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih baik mati. Kemudian diambil keputusan
bersama dan diputuskan: Pythagoras dihukum pancung di muka umum.

2. Bagaimana Pythagoras dalam filsafat?


Jawab:
Filsafat dan matematika memiliki hubungan yang erat, antara lain:
a) Filsafat dan geometri (suatu cabang matematika) lahir pada masa yang sama, di tempat yang
sama, dan dari ayah yang tunggal, yakni sekitar 640-546 sebelum Masehi, di Miletus
(terletak di pantai barat negara Turki sekarang) dan dari pikiran seorang bernama Thales.

b) Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya berkembang bersama-sama
dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
c) Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan matematikadipacu
pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian
dengan pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-
abad membingungkan para filsuf dan ahli matematik.

Demikianlah sejak permulaan sampai sekarang filsafat dan matematika terus menerus
saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika dan sebaliknya
matematika juga memacu pertumbuhan filsafat.

3. Apa pengaruh filsafat phytagoras?


Jawab:
Pengaruh ajaran filsafat Pythagoras sampai pula kepada sebagian kaum muslimin
yang kurang pengetahuan akan islam. Misalnya dalam kehidupan mayoritas masyarakat
muslim masih banyak yang menganggap keramat bilangan 7, 13, 40, dll. Mereka meyakini
bahwa bilangan bilangan tersebut dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan, baik
pengaruh positif atau pengaruh negatif.
Pythagoras percaya bahwa bilangan bukan unsur seperti udara dan air yang banyak
dipercaya sebagai unsur semua benda. Pandangan Pythagoras mengungkapkan bahwa
harmoni terjadi berkat bilangan. Bila segala hal adalah bilangan, maka hal ini tidak saja
berarti bahwa segalanya bias dihitung, dinilai dan diukur dengan bilangan dalam hubungan
yang proporsional dan teratur, melainkan berkat bilangan bilangan itu segala sesuatu
menjadi harmonis dan seimbang. Dengn kata lain tata tertib terjadi melalui bilangan
bilangan.
4. Bagaimana teorema phytagoras?
Jawab:
Sejarah teorema Pythagoras dapat dibagi sebagai: pengetahuan tentang segitiga
Pythagoras, hubungan antara sisi-sisi segitiga siku-siku dan sudut yang berdekatan mereka,
dan bukti-bukti dari teorema. Sekitar 4000 tahun yang lalu, orang Babilonia dan orang Cina
menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan sisi-sisi 3, 4, dan 5 satuan panjang menjadi
segitiga siku-siku.
Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku, dan merancang
segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali menjadi dua belas bagian yang sama,
sehingga satu sisi segitiga adalah tiga, sisi kedua adalah empat, dan sisi ketiga adalah lima
bagian panjang
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun segitiga
Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada anggapan dari teorema selama hampir
lima abad setelah zaman Pythagoras. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero disebabkan
teorema untuk matematikawan Yunani ini sedemikian rupa, bahwa atribusi itu diketahui
secara luas dan diterima. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari
segitiga Pythagoras, yang dicampur baik aljabar dan geometri. Sekitar 300 SM, di Elemen
Euclid ini, yang tertua ada bukti aksiomatis dari teorema disajikan. Teks Cina Chou Pei
Suan Ching yang ditulis antara 500 SM dan 200 AD memiliki bukti visual dari Teorema
Pythagoras atau ‘Gougu Teorema’ (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga siku-siku.
Selama Dinasti Han (202 SM – 220 M), segitigat Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada
Seni Matematika, bersama dengan penyebutan segitiga tersebut. Penggunaan tercatat
pertama dari teorema di Cina dikenal ‘Gougu Teorema’, dan di India sebagai ‘Bhaskara
Teorema’.
Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah Pythagoras adalah orang pertama yang
menemukan hubungan antara sisi segitiga siku-siku, karena tidak ada bukti tertulis yang
ditemukan. Namun demikian, teorema masih ini masih menggunakan nama Pythagoras.
5. Bagaimana phytagorean Geometri?
Jawab:
Selain phytagoras terkenal dengan teoremanya, kontribusi-kontribusi lain dari
phytagoras dalam matematika adalah sebagai berikut:

a) Berbagai teorema tentang segitiga, garis sejajar, polygon, lingkaran bidangn lengkung
dan polyhedral
b) Menyelesaikan masalah aplikasi tentang bidang
c) Salah satu segmen garis.
Menurut kepler, ada dua macam harta karun dalam geometri. Pertama adalah teorema
phytagoras dan yang kedua adalah pembagian sebuah garis, teorema phytagoras disebut
sebagai ukuran emas dan yang lainya dimanakan berlian berharga.
Jika diberikan garis AC lalu dibagi menjadi 4 bagian sedemikian sehingga AP:AC =
PC:AP, dimana AC adalah bagian yang lebih panjang.
x a−x
Misal AP = x dan AC = a, maka golden selection adalah = . bila kita
a x

−1± √ 5
mengoperasikan akan menghasilkan persamaan kuadrat x 2+ ax−a 2, maka x= a.
2

−1± √ 5
Yang dinamakan golden selection adalah yang bernilai positif x= .
2

6. Apa saja ajaran Phytagoras?


Jawab:
1. Ajaran tentang jiwa
Pythagoras mempunyai ajaran kas. Salah satu ajaran dari Pythagoras adalah
ajaran tentang jiwa. Manusia yang hidup sezaman dengan Pythagoras mempertanyakan
tentang jiwa khususnya jiwa manusia. Namun, jiwa itu masih dikaitkan lagi dengan
makhluk hidup lain. Pythagoras menjadi salah satu tokoh yang membahas tentang jiwa
manusia di zamannya. Tentu saja pembahasannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan saat itu.
Menurut Pythagoras jiwa itu tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia,
jiwanya berpindah ke hewan, dan bila hewan itu mati, ia berpindah lagi dan seterusnya.
Tetapi dengan menyucikan dirinya, jiwa bisa diluputkan dari nasib reinkarnasi itu.
Penyucian itu dihasilkan dengan berpantang jenis makanan tertentu, seperti daging hewan
dan kacang. 
Pythagoras juga mengatakan dua hal tentang jiwa. Pertama, Jiwa dipandang
sebagai sesuatu yang selamanya ada. Badan merupakan tempat tinggal jiwa, tetapi sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengan badan. Jiwa ada di badan untuk  sementara
saja sebagai hukuman. Jiwa tidak selamanya ada di satu badan. Jiwa bisa keluar dari satu
badan dan harus pindah ke badan lain. Keberadaan jiwa itu tergantung dari katarsis
(penyucian) badan. Penyucian ini dilakukan dengan menjauhkan diri dari kesukaan
badan. Kalau badan sudah suci secara sempurna, jiwa akan keluar dari badan. Jika belum
sempurna jiwa akan berpindah dari badan ke badan. Tugas manusia adalah mengeluarkan
jiwa dari badan.
Kedua, Jiwa adalah ‘harmoni’ dari badan. Dalam hal ini Pythagoras menggunakan
prinsip keharmonisan dalam setiap barang. Ia mengibaratkan harmoni dari gitar yang tak
mungkin lepas dari dawai-dawainya. Demikian juga jiwa tak mungkin lepas dari badan
manusia. Jiwa sudah ada sebelum berada di badan. Jiwa itu ada tanpa permulaan. Jika
demikian, adanya itu tidak tergantung dari badan.
2. Ajaran tentang bilangan
Suatu penemuan dalam bidang musik yang menjadi batu sendi untuk seluruh
pandangan dunia Pythagorean, sepertinya berasal dari Pythagoras sendiri. Yang
dimaksudkan adalah penemuan bahwa interval-interval yang utama dari tangga nada
dapat diekspresikan dengan perbandingan antara bilangan-bilangan. Dengan demikian
oktaf sesuai dengan perbandingan 1:2 kuint sesuai dengan perbandingan 2:3 dan kuart
sesuai dengan perbandingan 3:4. Penemuan ini dihasilkan dengan membagi tali
“monochord” (alat musik yang mempunyai satu tali saja), lalu membandingkan ukuran
bagian-bagian tali dengan nada-nada yang dikeluarkan. Anehnya bahwa yang memainkan
peranan dalam perbandingan-perbandingan ini adalah keempat bilangan yang pertama
dan mereka Bersama-sama menghasilkan bilangan 10. Oleh kaum Pythagorean, bilangan
10 ini disebut tetraktys. Bilangan ini dapat dilukiskan sebagai segitiga.

Kaum Pythagorean menganggap bilangan ini sebagai sesuatu yang keramat dan
konon mereka bersumpah demi tetraktys ini. Penemuan Pythagoras ini mempunyai
konsekuensi besar, karena disini untuk pertama kalinya dinyatakan bahwa suatu gejala
fisis (nada-nada) dikuasai hukum matematis. Itu berarti bahwa kenyataan atau realitas
dapat dicocokkan dengan kategori-kategori matematis dari rasio manusia. Ilmu
pengetahuan modern sama sekali bersandar pada prinsip ini. Galilei akan mengatakan
bahwa alam tertulis dalam Bahasa matematika.

Menurut kesaksian tradisi, Pythagoras berpendapat bahwa segala-galanya adalah


bilangan. Kesimpulan ini ditarik dari kenyataan bahwa nada-nada music dapat dijabarkan
ke perbandingan antara bilangan-bilangan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan mengapa
hal yang sama tidak berlaku pula untuk segala-galanya yang ada. Kalau segala-segalanya
adalah bilangan, itu berarti bahwa unsur-unsur atau prinsip-prinsip bilangan merupakan
juga unsur-unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Menurut kalangan Pythagorean,
unsur-unsur atau prinsip-prinsip bilangan adalah genap dan ganjil, terbatas dan tak
terbatas. Oktaf merupakan bilangan harmoni yang dihasilkan dengan menggabungkan
hal-hal yang berlawanan. Itulah sebabnya kaum Pythagorean mengambil alih ajaran
Anaximandros. Bahwa kosmos seluruhnya terdiri dari hal-hal yang berlawanan. Menurut
kesaksian Aristoteles, kaum Pythagorean telah mengajarkan bahwa ada sepuluh prinsip
semacam itu, yang disusun dalam dua lajur, yaitu:

a. Terbatas : tak terbatas


b. Ganjil : genap
c. Satu : banyak
d. Kanan : kiri
e. Laki-laki : perempuan
f. Diam : gerak
g. Lurua : bengkok
h. Terang : gelap
i. Baik : jahat
j. Buruk sangka : empat persegi panjang

Seorang Pythagorean lainnya menafsirkan ajaran bahwa segala-galanya adalah


bilangan, dengan mengenakan bilangan kepada segala sesuatu. Begitu juga perkawinan
dikaitkan dengan bilangan 3, keadila dikaitkan dengan bilangan 4, saat yang serasi
(Kairos) dikaitkan dengan bilangan 7.

3. Kosmologi
Teori mahzab Pythagorean tentang susunan kosmos tertentu mengherankan,
karena untuk pertama kalinya dinyatakan bahwa bukan bumi yang merupakan pusat jaga
raya. Menurut mahzab Pythagorean pusat jagat raya adalah api (Hestia). Yang beredar
sekeliling api sentral itu berturut-turut: kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari,
kelima planet (merkurius, venus, mars, yupiter, saturnur) dan akhirnya langit dengan
bintang-bintang yang tetap. Demikianlah sepuluh badan jagat raya yang beredar
sekeliling api sentral sebagai suatu tetraktys raksasa. Kita tidak melihat api dan kontra-
bumi, karena permukaan bumi dimana kita hidup tetap berpaling dari api dan kontra
bumi, sebagaimana juga bagian bulan yang tidak berhadapan dengan tetap berpaling dari
bumi. Dengan lain perkataan, kita boleh menarik kesimpulan bahwa, dalam revolusinya
sekitar api sentral, bumi juga mengadakan revolusi sekeliling sumbunya sendiri. Matahari
dan bulan memantulkan api sentral.
Gerhana-gerhana terjadi apabila bumi dan kontra-bumi menggelapkan api sentral.
Pada pemikir-pemikir Yunani di kemudian hari api sentral dari mahzab Pythagorean akan
disamakan dengan matahari, sehingga bidang kosmologi mereka menganut pendirian
helio-sentris. Demikianlah herakleides dari heraklea (abad ke-4), seorang muris plato dan
terutama Aristarkos dari samis (abad ke-3). Tetapi teori itu lekas dilupakan, karena
pendirian geo-sentris dari Aristoteles banyak abad lamanya dianut secara umum. Seperti
diketahui, baru kopernikus (1473-1543) akan menemukan kembali teori helio-septris dan
ia sendiri tidak menyembunyikan bahwa ia mengenal pendapat mahzab Pythagorean.
Aristoteles mengatakan bahwa menurut kaum Pythagorean seluruh langit
merupakan “suatu tangga nada music serta suatu bilangan”. sekarang kita sudah mengerti
bahwa jagat raya tidak lain daripada bilangan tetraktys. Anggapan bahwa jagat raya sama
dengan “suatu tangga nada” juga disebut ajaran mengenai “the harmony of the spheres”.
Pada peredarannya keliling api-dengan kecepatan tinggi, tiap-tiap badan jagat raya
mengeluarkan suatu bunyi yang sesuai dengan salah satu nada dari tangga nada. Hanya
ada 8 nada saja, karena bumi dan kontra-bumi mengeluarkan nada yang sama, sedangkan
langit dengan bintang-bintang tetap tidak mengeluarkan bunyi. Telinga kita sudah begitu
biasa dengan bunyi-bunyi itu sehingga kita tidak lagi mendengarnya. Tetapi legenda-
legenda dalam kalangan Pythagorean menceritakan bahwa Pythagorean sendiri telah
mendengar harmoni itu.

D. Perkembangan Matematika Hindu


1. Bagaimana sejarah matematika Hindu (India)?
Jawab:
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-
26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah
matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad
pertengahan. Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak
di daerah aliran Sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus.
Kota-kota yang mereka tempati kala itu diatur secara geometris.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah
peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang
sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban
Harappa Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga
Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900
SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang
dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.

Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari
Asia Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa Arya menyempurnakan tulisan Hindu
dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika karena
dalam pembangunan altar Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan
Pythagoras.

Kemudian lahirlah matematika Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman


besi. Sekitar abad ke-9 SM, seorang matematikawan bernama Shatapatha Brahmana
mulai menemukan pendekatan nilai π, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5 SM,
Sulba Sutras memberikan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional,
bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat dari 2
sampai sebagian dari seratus ribuan, memberikan metode konstruksi lingkaran dan
perhitungan luasnya menggunakan susunan persegi, menyelesaikan persamaan linear dan
kuadrat serta menggembangkan Tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.

Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem
letak untuk bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong
untuk angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang India. Para
ahli matematika India telah lama menemukan bilangan nol, tetapi belum ada simbolnya.
Kemudian Aryabrata menyebut bilangan nol dengan kata “kha”. Aryabrata telah
memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar tempat kosong. Konsep
bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam pengaturan bentuk tabel telah
dikenal dan digunakan di India dari abad ke-6. Naskah tertua yang diketahui
menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang berjudul Lokavibhaaga, berangka
tahun 458.

Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet
Stone pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tenbaga dengan
simbol “o” kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu
membuktikan bahwa bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus,
tetapi tidak ada catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9”.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan
Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-
Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai
tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-
Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai
nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem Bilangan Desimal.

2. Siapa tokoh matematika Hindu (India)?


Jawab:
a. Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM)
Pāṇini yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta. Notasi yang
dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-
aturan meta, transformasi, dan rekursi.

b. Surya Siddhanta (kira-kira abad ke-400 SM)

Surya Siddhanta memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan


balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-
benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit.

c. Aryabhata (abad ke-499)

Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun
475 M dan meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk
mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya
orang yang menemukan rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli
matematika pada masa modern kini.
d. Brahma Gupta
Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari
tahun 598 sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang
terdiri dari dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah
buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya.
e. Mādhava
Mādhava dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhava
Namboodiri) (1350 M – 1425 M) adalah matematikawan dan astronom India dari
kota Irinjalakkuda (dekat Cochin, Kerala, India). Ia merupakan pendiri sekolah
astronomi dan matematika Kerala. Mādhava dianggap sebagai salah satu
matematikawan-astronom terbesar pada abad pertengahan, dan telah menyumbangkan
kontribusi dalam deret takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
f. Bhaskara
Bhaskaratelah dikenal sebagai ahli matematika modern pada abad ke-12.
Beberapa hasil karya beliau adalah ‘lilivati’ (beauty). Buku tersebt berisikan
permasalahan matematika dari Brahmagupta yang telah diselesaikan dari hasil
pemikirannya sendiri.  Pernyataan serta kecerdasan beliau sangat diakui, termasuk
tentang sebuah guyonan yang tepat sekali yaitu 1729 merupakan angka terkecil; yang
merupakan jumlah dari dua buah bilangan pangkat 3 yang berbeda (marthayunanda).

3. Bagaimana system matematika Hindu (India)?


Jawab:
Penomoran bilangan india berdasarkan basisi 10. Ada beberapa macam angka di India
yaitu angka brahmi,angka gupta, dan angka nagari.

a. Angka brahmi

Angka brahmi merupakan angka yang dipakai di india sekitar pertengahan abad
ketiga sebelum masehi. Angka brahma ditemukan pada tulisan gua-gua dedaerah dekat
poona, Bombay dan Uttar Pradesh. Penemuan angka ini memberitahu kita bahwa mereka
digunakan selama jangka waktu cukup lama sampai abad ke-4 masehi. Tentu saja prasasti
yang ada berbeda dengan gaya simbol. Ada beberapa teori angka yang dikedepankan oleh
para ahli sejarah melalui banyak tulisan mengenai asal-usul angka brahma,yaitu:

 Angka Brahmi berasal dari budaya lembah Indus sekitar 2000 SM.
 Angka Brahmi berasal dari angka Aram.
 Angka Brahmi berasal dari alfabet Karoshthi.
 Angka Brahmi berasal dari abjad Brahmi.
 Angka Brahmi berasal dari abjad sistem angka sebelumnya, mungkin karena Panini
 Angka Brahmi datang dari Mesir.

b. Angka gupta

Pada permulaan abad ke empat sampai abad keenam masehi,diindia mulai


digunakan angka gupta yang dikembangkan dari angka brahmi. Angka gupta menyebar
luas di india beramaan dengan penaklukkan wilayah-wilayah yang dilakukan oleh
kekaisaran gupta. Periode gupta adalah selama dinasti gupta memerintah di Timur laut
india pada awal abad 4 M ampai akhir abad 6M.

c. Angka nagari
Angka gupta yang dikembangkan menjadi angka nagari,yang kadang juga disebut
angka devanagari. Bentuk ini dikembangkan dari angka gupta sekitar abad ketujuh dan
berlanjut berkembang sampai abad ke 11 masehi. (Abdussakir,2009:52-53)
२२ बाईस Bāīs 22

२३ ते ईस Tēīs 23

२४ चौबीस Chaubīs 24

२५ पच्चीस Paccīs 25
Numeral
२६ Number
छब्बीस Transliteration
Chabbī 26

२७ शून्य
सत्ताईस Śūnya
Sattāīs 0
27
१ एक Ek 1

२८ अट्दो
ठाईस Do
aṭṭhāīs 2
28
३ तीन Tīn 3
४ चार Chār 4

२९ पाँच
उनतीस pāṅc
Unatīs 5
29
६ छह chaḥ 6
७ सात Sāt 7
८ आठ āṭh 8
३० तीस Tīs 30
९ नौ Nau 9
१० दस Das 10
११ ग्यारह Gyārah 11
३१ इकतीस Ikatīs 31
१२ बारह Bārah 12
१३ ते रह Tērah 13
१४ चौदह Caudah 14
३२ बत्तीस Battīs 32
१५ पन्द्रह paṃdrah 15
१६ सोलह Solaha 16
१७ सत्रह Satrah 17
३३ तैं तीस taiṃtīs 33
१८ अठारह aṭṭhārah 18
१९ उन्नीस Unnis 19
३४
२० चौंतीस
बीस cauṃtīs
Bīs 34
20
२१
३५ इक्कीस
पैं तीस Ikkīs
paiṃtīs 21
35
३६ छत्तीस Chattīs 36

4. ३७ सैं तीस saiṃtīs 37 Bagaimana


cara ३८ अड़तीस aṛatīs 38 perhitungan
bilangan
pada ३९ उनतालीस Unatālīs 39 matematika
Hindu ४० चालीस Cālīs 40 (India)?

५० पचास Pacās 50

६० साठ sāṭh 60

७० सत्तर Sattar 70
Jawab:
Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu membuktikan bahwa bilangan
nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus, tetapi tidak ada catatan yang
ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9.Ide-ide brilian dari matematikawan
India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada
tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu
(India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan
penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut
Sebagai Sistem Bilangan Desimal.
Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana
(kira-kira abad ke-9 SM), menghampiri nilai π, dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM)
yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan
prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari
seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi
yang diberikan,[41] menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel
Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema
Pythagoras.
Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa
Sanskerta. Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan
menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi.¬[2] Pingala (kira-kira abad ke-
3 sampai abad pertama SM) di dalam risalahnya prosody menggunakan alat yang
bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika meter
bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan
dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).
Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus,
dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda
langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit.[44] Daur waktu
kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu,
bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih
panjang daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari.
Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel
trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan algoritma
aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh solusi seluruh bilangan
untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern, bersama-
sama dengan perhitungan [[astronomi] yang akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi.
[45] Sebuah terjemahan bahasa Arab dari karyanya Aryabhatiya tersedia sejak abad ke-8,
diikuti oleh terjemahan bahasa Latin pada abad ke-13. Dia juga memberikan nilai π yang
bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Pada abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama
menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan, menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π
sebagai 3,14159265359.

5. Apa penemuan yang berhubungan dengan matematika India?


Jawab:
1.) The Sulba Sutra
Catatan berisi lampiran teks-teks agama yang memberikan aturan sederhana untuk
membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain.

2.) The Siddhanta Surya


Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers,
dan meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda
langit.

3.) Naskah Bakhshali


Naskah yang diberikan pada pekerjaan matematika yang ditulis pada pelapah pohon
ditemukan pada musim panas tahun 1881 di dekat kampong Bakhshali Yusufzai Peshawar
(sekarang Pakistan). Kampong tersebut berada di Mardhan Tsanil 50 mil dari kota Peshawar.
6. Apa perbedaan matematika Hindu dan Yunani?
Jawab:
1) Matematika yunani dalam perkembangannya untuk matematika itu sendiri, tetapi
matematiak India untuk kepentingan pekerja ( aplikasi) teutama bidang astronomi.
2) Mtematika Yunani dapat dipelajari oleh siapa saja, tetapi Matematika Hindu hany
boleh dipelajari untuk kasta-kasta tertentu saja.
3) Matematika Yunani lebih menitikberatkan pada Geometri, sedangkan Matematika
Hindu pada perhitungan ( aritmatika)
4) Matematika yunani lebih menitikberatkan pada logika berpikir, tetapi matematika
Hindu pada Bahasa.

E. Bagaimana Sistem Numerasi dan Perkembangannya


1. Bagaimana sejarah bilangan dan perkembangannya hingga saat ini?
Jawab:
Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim
sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa
Babilonia sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan
Gangga, bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu
memerlukan keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa,
membuat irigasi untuk mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk
itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-
sama. Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang
bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan
yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk
mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara
menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis
itu diperlukan bilangan-bilangan.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda
misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri
untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
a. Simbol bilangan bangsa Babilonia.
b. Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM.
c. Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno.
d. Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh
umat Islam di seluruh dunia.
e. Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno.
f. Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini. 
                                                                        
2. Bagaimana sistem numerasi ijir?
Jawab:
Perhitungan yang paling terdahulu dan paling sederhana adalah perhitungan dengan
memakai korespondensi 1-1, system ini disebut system ijit atau tally, caranya adalah dengan
memakai goresan atau tongkat untuk satu objek yang dihitung.
Contoh:
1) Bila seseorang mempunyai empat ekor kambing, maka ia akan menyusun (goresan)
sebanyak 4 buah, yaitu: ////
2) Ayam kepunyaan ayah 3 ekor digabungkan dengan ayam anaknya 4 ekor, jadi jumlahnya: ///
+ //// = ///////
3) Untuk memudahkan perhitungan maka setiap lima goresan dikelompokkan menjadi satu
kelompok, yang ditulis dengan //// dan disebut satu ikat. Jadi, dalam contoh di atas: Ayam
ayah + ayam anak = /////// = //// ///. Walaupun cara ini primitive dan sederhana, namun
sampai sekarang masih banyak dipergunakan umpamanya pada penyusunan data untuk
pembuatan tabel distribusi frekuensi dalam statistika.
3. Bagaimana sistem numerasi Mesir Kuno?
Jawab:
Bangsa Mesir Kuno mempunyai tiga macam sistem numerasi, yaitu sistem
hieroglyph, hieratic, dan demotic. Sistem hieroglyph merupakan sistem yang kompleks
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya dituliskan pada batu. Sistem
hieroglyph kemudian dikembangkan menjadi sistem yang lebih sederhana yang dikenal
dengan sistem hieratic. Sistem hieratic digunakan oleh pendeta di kuil-kuil dan ditulis di
daun papyrus sehingga dikenal pula dengan sistem kuil. Sistem demotic dikembangkan dari
sistem hieratic dan menjadi sistem numerasi yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari (Abdussakir, 2009:36).

Sistem hieroglyph telah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno sejak tahun 2850 SM.
Simbol-simbol yang dimiliki sistem ini sebagai berikut:

Bilangan satu dilambangkan dengan tongkat, sepuluh dengan tumit, seratus dengan
gulungan kertas, seribu dengan bunga lotus, sepuluh ribu dengan jari, seratus ribu dengan
ikan burbot atau kecebong, dan satu juta dengan orang.

Sistem hieroglyph dan sistem hieratic pernah digunakan secara bersamaan oleh


bangsa Mesir Kuno selama 2000 tahun. Sistem hieroglyph digunakan pada pahatan
batu sedangkan sistem hieratic digunakan pada daun papyrus. Terdapat dua sumber utama
mengenai sistem numerasi Mesir Kuno ini, yaitu papyrus Moscow yang ditulis sekitar
tahun 1850 SM dan papyrus Rhind yang ditulis sekitar tahun 1650 (Abdussakir, 2009:39-
40). 

Ciri-ciri dari sistem numerasi Mesir Kuno yaitu suatu bilangan yang sama dan
ditulis dengan beberapa cara. Dengan perkataan lain,sistem Mesir tidak mengenal tempat.
Dengan sistem Mesir ini, juga dapat dilakukan penjumlahan. Simbol-simbol dalam Mesir
Kuno dapat diletakkan dengan urut sembarang. Notasi matematika Mesir Kuno bersifat
desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai
perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-
tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan yang diinginkan,
sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan ratus, simbol 10 atau 100
ditulis sebanyak delapan kali. Karena metode perhitungan mereka tidak dapat menghitung
pecahan dengan pembilang lebih besar daripada satu, pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai
jumlah dari beberapa pecahan. Sebagai contohnya, pecahan dua per tiga (2/3) dibagi
menjadi jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini dibantu oleh tabel nilai [pecahan] standar.
Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif khusus.

4. Bagaimana sistem numerasi Babilonia?


Jawab:
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk
satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan
menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di
mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar,
seperti di dalam sistem desimal.

Sistem penulisan bilangan bangsa Babylonia dikenal dengan cuneiform, dari kata


“cuneus” yang bermakna “irisan atau belahan” dan kata “forma” yang bermakna “bentuk”.
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seprti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang
berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pad lempeng
tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing
menyerupai gambar paku. Tidak seperti orang-orang dari Mesir , Yunani dan Romawi ,
angka Babilonia menggunakan sistem tempat-nilai yang benar, di mana angka yang ditulis
di kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai yang lebih besar, sama seperti dalam sistem
desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan basis 60 bukan basis 10.
Berikut merupakan contoh dari penulisan simbol-simpol pada sistem numerasi
babylonia yaitu:

5. Bagaimana sistem numerasi Yunani Kuno?


Jawab:
Ada 2 macam sistem numerasi yang digunakan pada masa yunani kuno, yaitu:

1) Sistem Numerasi Yuanani Kuno Attic

Sistem Attic sering disebut sistem Acrophonic dan sistem Herodian.


“Acrophonic” maksudnya adalah bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf
pertama nama bilangan tersebut. Menggunakan sifat aditif, contohya :
2897= 2000 + 500 + 300 + 50 + 20 + 5 + 4 = 2x1000 + 500 + 3x100 + 50 + 2x10 + 5
+ 4xl

Sistem Yunani ini berbasis 10 sistem serupa dengan sebelumnya Mesir satu (dan
bahkan lebih mirip dengan kemudian Romawi sistem), dengan simbol-simbol untuk 1, 5,
10,, 50 100, 500 dan 1.000 diulangi sebanyak yang diperlukan untuk mewakili nomor
yang diinginkan . Penambahan dilakukan dengan menjumlahkan secara terpisah simbol
(1s, 10s, 100s, dll) di nomor yang akan ditambahkan, dan perkalian merupakan proses
yang melelahkan berdasarkan doubling berturut (pembagian didasarkan pada kebalikan
dari proses ini). Dilambangkan sederhana, dimana angka satu sampai empat
dilambangkan dengan lambang tongkat, misal: 2→ ll

2) Sistem Numerasi Yunani kuno Alfabetik


Sejarah perkembangan alfabetik merupakan tulisan tertua dari masyarakat purba
yang telah melahirkan dua jalur proses perkembangan sistem penulisan. Jalur penulisan
Phonetis yang pada akhirnya menjadi tulisan alphabetis adalah pilihan bagi sistem
menulis yang dikembangkan oleh dua pusat peradaban tertua di kawasan Asia Barat
(timur Tengah), yakni Mesir dan Mesopotania.

Sedangkan bangsa Tionghoa di kawasan Timur Jauh tetap mempertahankan


sistem perlambangan gambar (pictografis-ideografis) dalam penulisan mereka, bahkan
sampai saat ini. Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan
suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan
dasar yang mereka pergunakan adalah 10. Digunakan setelah S.N. Yunani kuno attic.

F. Perkembangan Matematika Arab


1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika Arab?
Jawab:
Matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
matematika adalah Al-Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan
bilangan nol (0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Apakah benar hanya itu
kontribusi negeri-negeri timur (khususnya umat Islam) terhadap perkembangan matematika?
Kisah angka nol Konsep bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani
kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan
sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.

Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India


memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila
dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan
nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang
salah, ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik
penelitian pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830, Mahavira
(India) mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, dan bahkan menyatakan bahwa "sebuah
bilangan dibagi oleh nol adalah tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi, hal ini
tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari matematikawan India
selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.

Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti
sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan
yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama
kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh.

Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal. Zaman Kegelapan Sebenarnya
stagnasi ilmu pengetahuan tidak pernah terjadi, yang terjadi adalah berpindahnya pusat-
pusat ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru,
yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan
dan ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud
dengan Arab di sini meliputi wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika utara, daerah perbatasan
Cina, dan sebagian dari Spanyol, sesuai dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam pada
saat itu.

Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif
dalam mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang ditulis
oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya telah
banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa
perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18 di
dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad
sebelumnya. Kontribusi matematikawan Muslim Salah seorang matematikawan brilian pada
masa permulaan adalah Al-Khawarizmi. Selain kontribusinya seperti yang telah
dikemukakan, Al-Khawarizmi dikenal pula sebagai pionir dalam bidang aljabar. Penelitian-
penelitian Al-Khawarizmi adalah suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang
menghubungkan konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep
baru. Penelitian-penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang
memungkinkan bilangan rasional/irasional, besaran-besaran geometri diperlakukan sebagai
“objek-objek aljabar”.

Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820), Abu Kamil
(lahir tahun 850) memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar.
Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan
sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya.
Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik,
analisis numerik, solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri
dari persamaan. Al-Karaji (lahir tahun 953) diyakini sebagai orang pertama yang secara
menyeluruh memisahkan pengaruh operasi geometri dalam aljabar. Al-Karaji
mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x, 1/x2, 1/x3,…dan memberikan aturan-aturan
untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain itu, ia juga berhasil menemukan teorema
binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk memajukan matematika, ia
mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal
adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar . Menurutnya bahwa
mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan
mengoperasikan sesuatu yang diketahui.

Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan
Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri Timur
(Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan Arab
Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-
Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah
karya-karya Yunani kuno.

2. Siapa
saja tokoh-tokoh perkembangan matematika Arab?
Jawab:
1. Al-Khawarismi
Tidak diketahui dengan pasti kapan Muhammad ibn Musa al-khawarismi dilahirkan,
diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850.Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah
lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan
kepada karya-karya Siddhanta dari India.
Ada dua karya Al-Khawarismi yang terkenal.Salah satu diantaranya adalah
bukuyang telah diterjemahkannya kedalam bahasa latin dengan judul” Alqorismi
Identimero Indirum ” (tentang seni berhitung Hindu) dimana karya aslinya dalam bahasa
arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang berdasarkan terjemahan karya
Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam bahasa Arab, Al- Khawarismi memberikan
penjelasan tentang sistem numerasi Hindu. Sehingga menjadi sistem numerasi yang kita
gunakan sekarang ini.
Yang kedua yang paling terkenal adalah bukunya yang berjudul”Hisab Aljabr
Almuqabalah” ,dimana perkataan aljabar berasal dari judul buku Al-Khawarismi ini.Karya
Al-Khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar yang dipelajari disekolah-sekolah
menengah sekarang, dibandingkan dengan aljabar Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini
tidak banyak berisi problem-problem yang sukar, berisi problem-problem dan penyelesaian
yang sederhana.Perbedaan nyata antara aljabar Al-Khawarismi dengan aljabar Diophantus
adalah:
a. Aljabar al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
b. Aljabar al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat sinkopasi baik dari
Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan bilangan dalam aljabar al-khawarismi dituliskan
dengan kata-kata, bukan dengan lambang.
2. Thabit ibn Qurra(826 -901)
Selain Al-Khawarismi, terdapat matematician Arab lainnya yaitu Thabit ibn Qurra.
Thabit ibn Qurra adalah matematician arab yang memberikan kontribusinya dalam bidang
aljabar. Dia membuka sekolah untuk para penterjemah.Terjemahan Thabit terhadap karya
Apolonius, Archimedes,Eulid, Ptolemy,dan Theodorus adalah yang dianggap paling baik.
Desertasi Thabit ibn Qurra mengenai rumus untuk menentukan bilangan bersahabat
(amicable numbers) adalah merupakan karya asli bangsa arab.Thabit memberikan rumus
untuk bilangan bersahabat.
Kontribusi lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian Phytagoras,
karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola, tentang bujursangkar
ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.
3. Abu Kamil Shuja (850-930)
Matematician Arab terkenal lainnya adalah Abu Kamil Shuja bin Aslam , yang
terkenal sebagai “Ahli Hitung dari Mesir”.Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar.
Dia menulis sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan
komentar atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari
problem-problem tersebut. Aljabar Abu Kamil Shuja ini adalah memadukan antara hal
yang praktis , seperti yang terdapat pada al-khawarismi. Abu Kamil Shuja
menghindarkan penyelesaian-penyelesaian negatif untuk kuadrat dari bilangan yang tidak
diketahui ( X2 ).

4. Al-Battani (850 -929)


Al-Battani yang dikenal di Eropa dengan nama Albagteniue adalah seorang
astromer. Al-Battani juga adalah seorang ahli dalam trigonometri. Dia banyak
memberikan kontribusinya dalam mengembangkan beberapa teorema trigonometri
dengan memperbaiki beberapa teorema trigonometri Yunani Kuno. Dalam bukunya yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul “De scientia stellaeruj” (tentang
gerakan bintang-bintang), Al-Battani memberikan rumus :
B=
Kemudian Al-Battani menambahkan suatu rumus untuk sudut miring, suatu
segitiga bola, yakni:
Cos A = cos B . cos C + sin B . Sin C . Cos A
5. Abul Wefa (940 – 998)
Abul Wefa dilahirkan di Persia (Iran), dia dikenal karena terjemahannya terhadap
karya Diophantus “Arithmetica”, serta komentarnya terhadap aljabar al-
khawarismi.Dalam karya-karyanya, Abul Wefa menggunakan lambang bilangan Hindu.
Pada zaman ini fungsi Tangent sudah dikenal dengan baik , yaitu a = b tg A , yang sama
dengan rumus trigonometri sekarang. Dalil sinus yang sudah dikenal oleh Ptolemy dan
Brahmagupta, dianggap berasal dari Abul Wefa, dalil ini tidak menggunakan rumus
segitiga bola. Abul Wefa membuat daftar sinus baru untuk sudut-sudut yang berinterval,
dengan menggunakan pecahan desimal delapan angka.
6. Al- Biruni (973- 1048)
Al-Biruni adalah matematician Arab yang menulis suatu karya yang berjudul “
India “ . Dari buku inilah orang mengetahui bahwa Archimedes sudah familiar dengan
rumus ini, beserta Brahmagupta. Al-Biruni memberikan penyelesaian terhadap
persamaan pangkat tiga X3 = 1 + 3X, dengan menghasilkan aproksimasi X = 1,52,15,
17, 13 yang ekivalen dengan pecahan desimal yang akurat untuk enam atau lebih.
7. Al- Kharki (1029)
Al-Kharki (al-karogi) adalah seorang pengikut Diophantus, dimana dia banyak
belajar dari karya Diophantus yang diterjemahkan oleh Abul Wefa.Dia adalah orang
pertama yang menyelesaikan secara numerik persamaan + b = a , untuk memperoleh
akar-akar positif, yang berbeda dengan Diophantus yang hanya memperoleh akar-akar
rasional saja. Karya Al-Kharki dalam aljabar ini diberi judul : “Fakhri”. Salah satu
problem dalam buku Fakhri ini adalah mencari bilangan rasional, sedemikian sehingga
jumlah pangkat tiganya adalah kuadrat bilangan rasional, atau dengan notasi modern.
Disamping itu, Al-Kharki adalah matematician Arab yang menemukan dan sekaligus
membuktikan teorema untuk jumlah deret :
1. 12 + 22 + 32 42+ .......+ n2 = ( 1+2+3+4+......)
2. 13+ 23 +33 + 43+ ......+ n3 = (1+2+3+4+.......)2
8. Al- Kashi (1436)
Dalam banyak karyanya, yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, Al-Kashi
memberikan kontribusinya dalam bidang astronomo dan matematika. Yang sangat
mengagumkan adalah keakuratan komputasinya, terutama sekali dalam menyelesaikan
persamaan-persamaan metode Horner, yang kemungkinan diporolehnya dari Cina.

3. Apa saja penemuan-penemuan Perkembangan Matematika Arab?


Jawab:
a. Penemuan angka nol oleh al-Khawarizmi

4. Bagaimana sistem numerasi matematika Arab?


Jawab:
Sekitar tahun 300 SM, sistem numerasi Hindu-Arab bermula dari India. Pada masa
tersebut, sistem numerasi belum menggunakan nilai tempat dan belum mempunyai lambang
nol. Sistem nilai tempat diperkirakan mulai digunakan pada tahun 500 M. Sistem numerasi
Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10. Hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya jari tangan manusia yang berjumlah 10. Dalam bahasa latin, sepuluh dinyatakan
dengan istilah decem, sehingga sistem numerasi Hindu-Arab ini biasa disebut sistem
desimal. Lambang nol tidak diketahui kapan mulai ada dan digunakan, namun terdapat
beberapa dugaan bahwa lambang nol dalam sistem numerasi Hindu-Arab berasal dari
Babilonia lewat Yunani.
Sekitar tahun 750 M sistem Hindu-Arab mulai berkembang di Bagdad. Hal tersebut
dibuktikan melalui sejarah yang tertulis dalam buku Liber Algorismi De Numero Indorum
karangan matematikawan Arab bernama Al-Khawarizmi.
Numerasi Hindu-Arab dari jaman dahulu hingga sekarang mengalami perkembangan,
antara lain sebagai berikut:
1) Sistem angka desimal
Sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan angka 10 sebagai lambang dasar. Hal ini
dikarenakan dalam sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan basis 10. Lambang dasar
yang digunakan dalam sistem ini adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Dalam sistem ini,
penempatan suatu angka dalam suatu deretan angka menentukan nilainya. Contoh: 5254 =
5(10)3 + 2(10)2 + 5(10) + 4
Dalam sistem numerasi Hindu-Arab berlaku aturan sebagai berikut:
a. Jika bilangan yang lebih besar dari 1, dipisahkan dari bilangan yang lebih kecil dari 1
(pecahan). Lambang yang digunakan sebagai pemisah adalah tanda desimal yaitu koma (,).
b. Pada sebelah kiri koma desimal, angka pertama bernilai sebesar angka itu sendiri, angka
berikutnya bernilai sepuluh kalinya, angka berikutnya bernilai seratus kalinya, dan seterusnya.
c. Pada sebelah kanan koma desimal, angka pertama bernilai sepersepuluh angka itu sendiri,
kemudian angka berikutnya seperseratusnya, dan seterusnya.
d. Berlaku perpangkatan. Misalnya dalam penulisan 103, bilangan 3 merupakan “pangkat” yang
digunakan sebagai alternatif untuk mengemukakan angka 1000. Berlaku pula pangkat negatif
yang digunakan untuk menuliskan pecahan desimal, yakni 10-3, yang senilai dengan 1/103 atau
1/1000 atau 0,001.
Jika pangkat positif dan negative telah jelas digambarkan. Lalu bagaimana dengan
pangkat 0, yaitu 100? Jika ditelisik dari deretan bilangan, maka tampak bahwa 100 berada di
antara 101 = 10 dan 10-1 = 1/10. Sehingga dengan demikian 100 ditetapkan sama dengan
satu.
2) Sistem angka non-desimal
Kenyataan bahwa sistem perhitungan kita sekarang yaitu sistem angka desimal
mungkin disebabkan karena banyaknya jari kira sepuluh. Seandainya manusia dilengkapi
dengan dua belas jari tangan, kemungkinan sistem angka dengan dasar dua belaslah yang
digunakan. Angka nondesimal dapat diidentifikasikan dengan memperhatikan indeksnya
(subscrip). Sebagai contoh, 3457 adalah suatu angka septimal (basis tujuh).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa sistem numerasi Hindu-Arab
yang kita kenal sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah berbeda
dari asalnya. Secara jelas dijabarkan pada tabel berikut ini.
Hindu-Arab Arab Timur Hindu-Arab Hindu-Arab
1 ۱ 6 ٦
2 ۲ 7 ٧
3 ۳ 8 ٨
4 ٤ 9 ٩
5 ٥ 10 ١٠

5. Bagaimana Peran Bangsa Arab terhadap Matematika Arab?


Jawab:
Perkembangan matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah sangat
mengagumkan sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap
perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa arab
masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-
negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi. Pada abad permulaan ini
nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan pertentangan-pertentangan dalam negeri
sendiri dan sibuk mengembangkan islam mulai dari jazirah Arab sampai ke luar Arab.
Tetapi pada tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas
keadaan berbalik tajam sekali, dimana mulai pada saat itu bangsa Arab bangkit mengejar
ketinggalan ketinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan . Bangsa Arab mulai
mempelajari astronomi, konsep-konsep falsafah, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu
lainnya dari Yunani, Mesir,India,Babylonia dan lain-lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan
India dibawa ke Baghdad , kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat
menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah metematika, karena hampir seluruh karya
matematician Yunani Kuno tidak dapat ditemukan lagi,yang tinggal sekarang hanyalah
terjemahan dari karya-karya ini dalam bahasa Arab.
Selama masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam
masa khalifah terkenal Al-manshur, Harun Al-rasyid, dan Al- makmun, kota baghdad
menjadi pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan
Alexandria pada zaman Yunani. Pada masa pemerintahan khalifah al-manshur ( 754 – 779)
karya-karya matematician Brahmagupta diboyong ke baghdad, kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Arab. Diantara karya Brahmagupta ini adalah “Brahma sphuta siddhanta”,
yaitu buku yang berisi tentang astronomi, matematika,dan ilmu pengetahuan alam
lainnya.Tidak lamasetelah diterjemahkannya karya Brahmagupta ini (775), maka pada tahun
700 karya matematician Yunani Ptolemy tentang astrologi yang berjudul “ Tetrabiblos”
diterjemahkan pula kedalam bahasa Arab dari bahasa Yunani.
G. Berbagai Sistem Numerasi dan Perkembangannya
1. Bagaimana sistem numerasi Maya?
Jawab:
Sistem numerasi Maya berbasi 20 (vigesimal) yang hanya menggunakan tiga simbol
yaitu sistem cengkerang, batang dan titik. Suatu titik mewakili nilai satu, palang mewakili
lima dan cengkerang mewakili nol. Seperti sistem numerasi sekarang, nilai tempat
digunakan untuk mengembangkan sistem numerasi maya untuk mendapatkan angka yang
lebih besar. Bagaimanapun, sistem ini mempunyai dua perbedaan yang signifikan
dibandingkan dengan sistem yang kita gunakan sekarang, yaitu 1) nilai tempat disusun
secara menegak, dan 2) menggunakan basis 20 (vigesimal).
Untuk mendapatkan semua angka yang lain, Suku Maya hanya menggunakan 20
simbol dari angka 0 hingga 19. Sistem basis 10 mempunyai nilai tempat berikut: 1, 101,
102, 103, dll. Maka sistem basis 20 mempunyai nilai tempat seperti berikut: 1, 201, 202,
203, dll. Meskipun demikian, suku Maya mempunyai satu penyimpangan dari basis 20.
Nilai tempatnya adalah 1, 20, 20.18, 202.18, 203.18, dll.

Oleh karena itu, suku Maya lebih berminat menghitung hari dan kalender tahunan
mempunyai 360 hari, karena lebih sesuai dengan nilai digit ketiga terkecil yaitu 20.18 =
360 dan bukan 20.20 = 400. Suku Maya menyusun angka mereka untuk menandakan nilai
tempat berbeda. Prinsipnya dapat dilahat gambar berikut:

Jumlah 31.781.148 adalah nilai dalam basis 10. Angka yang ditulis dengan ringkas
dalam sistem Maya yaitu 11.0.14.0.17.8 dimana angka yang ditulis adalah angka untuk
nilai tempat.

2. Bagaimana sistem numerasi Jepang dan China?


Jawab:
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-
angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana        bentuknya menyerupai
kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem
angka Cina disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar
213 SM. Bangsa Cina menggunakan tiga sistem penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan
dua lainnya menggunakan penomoran bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan
untuk keperluan komersil dan financial demi menghindari pemalsuan.

Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda dalam
pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem angka Arab mulai
digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi
bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu
puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan
pengelompokan 3 digit gaya barat.

一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
Ichi Ni San Yon Go Roku Nana Hachi Kyu Ju
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh

3. Bagaimana sistem numerasi Romawi?


Jawab:
Bangsa Romawi menggunakan angka-angka untuk perhitungan - perhitungannya.
Lambang bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf besar yang sejalan dengan pemikiran
orang-orang Yunani. Pada zaman dahulu kala orang Romawi Kuno menggunakan
penomeran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti
sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana
setiap huruf melangbangkan / memiliki arti angka tertentu.
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi, yang
memiliki beberapa lambang dasar yaitu l, V, X, L, C, D, dan M yang masing-masing
menyatkan bilangan 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Sistem ini merupakan adaptasi dari
angka Etruscan. Penggunaan angka Romawi bertahan sampai runtuhnya kekaisaran
Romawi, sekitar abad ke-14, dan kemudian sebagian besar digantikan oleh sistem Hindu-
Arab.
Berikut ini simbol Sistem Numerasi Romawi :
I =1, I disebut UNUS
V =5 , V disebut QUINQUE
X =10, X disebut DECEM
L =50, L disebut QUINQUAGINTA
C =100, C disebut CENTUM
M =1000
1. Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.
2. Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.
4. Bagaimana sistem numerasi Hindu-Arab?
Jawab:
Bangsa Hindu pada tahun 300 S.M diperkirakan sudah mempunyai angka- angka
dengan menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal bilangan nol.
Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat dan mengenal bilangan nol diperkirakan
terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat
dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa
latin decem yang artinya sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem
desimal.
Sistem Hindu-Arab berasal dari india sekitar 300 S.M dan mengalami banyak
perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar
tahun 750 sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulis dalam
buku karangan matematisi arab yang bernama Al- Khawarizmi yang berjudul Liber
Algorismi De Numero Indorum.
Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut dengan sistem numerasi desimal
(Ruseffendi, 1984). Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-
Arab ini mempunyai karakteristik:
1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
2) Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh.
3) Menggunakan sistem nilai tempat.
4) Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian.

Anda mungkin juga menyukai