DISUSUN OLEH
NAMA :INDRIYA SANDI
NIM :1805124387
Kekaisaran Babilonia Baru atau Kekaisaran Khaldea adalah periode dalam sejarah
Mesopotamia yang dimulai pada tahun 626 SM dan berakhir pada tahun 539 SM. Selama tiga
abad sebelumnya, Babilonia dikuasai oleh bangsa sesama penutur bahasa Akkad sekaligus
tetangga mereka di utara, yaitu Assyria. Selama periode tersebut, Babilonia menikmati status
yang penting. Assyria berhasil menjaga kesetian Babilonia selama periode Assyria Baru,
entah melalui pemberian hak istimewa yang terus-menerus bertambah, atau melalui tindakan
militer. Akan tetapi, semuanya berubah pada tahun 627 SM dengan matinya pemimpin kuat
Assyria terakhir, Assurbanipal. Di bawah pimpinan Nabopolassar orang Khaldea, Babilonia
memberontak. Dengan bersekutu bersama bangsa Medes, Babilonia menghancurkan kota
Nineveh, ibukota Assyria, pada tahun 612 SM. Dengan demikian, Babilonia bebas dari
kekuasaan Assyria dan menjadi negara merdeka. Periode kekuasaan Babilonia dicirikan
dengan perkembangan pesat dalam arsitektur, seni, dan ilmu pengetahuan.
Para raja Babilonia Baru amat menyadari antikuitas warisan mereka, dan berupaya
menerapkan kebijakan tradisionalis, membangkitkan kembali kebudayaan Sumer-Akkad kuno
mereka. Meskipun bahasa Aram telah menjadi bahasa sehari-hari, namun bahasa Akkad
kembali ditetapkan sebagai bahasa administrasi dan kebudayaan. Ungkapan-ungkapan arkaik
dari 1500 tahun sebelumnya dimasukkan kembali ke dalam prasasti-prasasti Akkad, bersama
dengan bahasa Sumer yang sudah lama tak digunakan. naskah kuneform Babilonia Baru juga
diubah untuk menyerupai naskah Akkad, yang sudah amat lama.
Karya seni dari masa kejayaan Babilonia amat dihargai dan dirawat. Contohnya,
ketika sebuah patung Sargon Agung (Sargon dari Akkad) ditemukan dalam suatu pekerjaan
konstruksi, diperintahkan untuk dibangun sebuah kuil untuk patung tersebut. Diceritakan pula
bahwa Nebukhadnezzar, dalam upayanya membangun ulang kuil di Sippar, harus melakukan
penggalian berulang hingga ia menemukan fondasi Naram-Suen, suatu penemuan yang
memungkinkannya membangun kembali kuil tersebut secara layak. Babilonia Baru juga
membangkitkan kembali praktik penunjukkan putri kerajaan sebagai pendeta dewi bulan, Sin,
suatu kebiasaan yang dulu dilakukan pada masa Sargon,
Pada periode Babilonia baru, banyak tanah yang dibuka untuk diolah. Kedamaian dan
kekuasaan kekaisaran membuat tersedianya sumber daya untuk memperluas irigasi dan
membangun sistem kanal. Daerah pedesaan Babilonia didominasi oleh perkebunan-
perkebunan besar, yang diberikan kepada pejabat pemerintah sebagai bentuk pembayaran.
Perkebunan-perkebunan ini biasanya dikelola melalui penguasa lokal, yang mengambil
sebagian keuntungan. Penduduk desa ikut serta dalam perkebunan tersebut dengan menjadi
buruh dan penyewa tanah.
Kota-kota di Babilonia memperoleh hak otonomi dan hak istimewa dari raja. Kota
berpusat di kuil. Tiap kota memiliki pengadilan sendiri, dan kasus hukum seringkali
diputuskan dalam majelis. Kuil mendominasi struktur sosial. Status sosial dan hak politik
sesorang ditentukan berdasarkan posisi mereka terkait dengan hierarki kagamaan. Para
pekerja, misalnya perajin, memperoleh statsu yang tinggi. Selain itu, terdapat pu;a serikat
pekerja untuk memberi para pekerja daya tawar kolektif.
Penomoran Hieroglif
Contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari Karnak,
berasal dari sekitar 1500 SM, dan sekarang berada dipamerkan di Louvre, Paris.
Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan
pengecualian dari yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4).
Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini diwakili
dalam angka hieroglif dengan menempatkan simbol yang mewakili sebuah “mulut”, yang
berarti “bagian”, di atas nomor tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh:
Berikut ini adalah salah satu contoh cara orang Mesir menulis 2765 dalam angka hieratic.
1 7
2 *14
4 *28
8 *56
2 + 4 + 8 = 14 14 + 28 + 56 = 98
Kali ini angka di kolom kanan ditandai jumlah yang ke 98 maka angka yang sesuai
di kolom kiri dijumlahkan untuk mendapatkan hasil bagi.
19 dibagi 8
Jadi hasil bagi dari 19 dibagi 8 adalah 19 : 8 = 2 + 4 + 8
Dimana bentuk bentuk 1/ n ditulis dengan n
4. Volume Limas
Satu satunya sumber informasi dalam matematika Mesir Kuno adalah matematika
moskow Papyrus dan matematika Rhind papyrus, Matematika moskow Papyrus telah
tercatat sejak tahu 1850 SM, Sewaktu Abraham V.S Golenishchev memperolehnya di
tahun 1893 dan membawanya ke Moskow.
Permasalahan yang paling menarik dari matematika Papirus Moskow adalah
masalah mengenai perhitungan volume dari sebuah limas, dengan menggunakan rumus
yang benar, limas adalah sebuah piramida dengan potongan yang sama pada puncaknya.
Jika limas tersebut adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya adalah a dan garis
yang menghubungkan alas dengan puncak limas adalah sisi b dan jika tingginya adalah h,
mereka orang orang mesir kuno menyatakan volume dari limas adalah: h (a2+ ab + b2).
5. Perhitungan Waktu Pada Bangsa Mesir
Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari
berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara
matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian.
Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga
didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk
jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa
yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12
bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12
bintang di langit pada saat malam hari.
Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka
dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan
panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari
lebih panjang dibandingkan malam).
6. Geometri
Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang
unsur-unsur segitiga dan menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5. Dalam
perancangan Piramida Cherpen, orang-orang Mesir Kuno menggunakan konsep Segitiga
Suci Mesir (Sacred Triangle) dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan nama
lain disebut sebagai segitiga Phytagorean dan pada Piramida Khufu disebut Segitiga
Emas (The Golden Triangle). Dengan mengukur batang menurut garis dari jaringan
geometri diheptagonal. Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode
pengukuran dan nilai esoteric yang berbeda.
Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri hanya
digunakan secara praktis. Pada saat itu geometri hanya digunakan untuk keperluan yang
sangat mendasar yaitu pemantauan ukuran tanah milik penduduk untuk keperluan
pemungutan pajak. Hal ini dilakukan karena setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai
Nil, sehingga kepemilikan tanah oleh penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.
Pada saat itu pengukuran hanya menggunakan tali yang direntangkan. Selain itu,
untuk menentukan luas-luas dan volume-volume dari berbagai bangun datar dan bangun
ruang merupakan hasil dari trial and error, mereka mendasari perhitungannya dari sebuah
fakta tanpa harus membuktikan secara deduktif. Rumusan yang diperoleh hanya
mempunyai nilai pendekatan dan pada saat itu telah mencukupi dan diterima untuk
keperluan praktis pada kehidupan masa itu. Sehingga pada Mesir Kuno Geometri
berkembang tidak jauh dari tingkatan intuitif belaka, dimana pengukuran-pengukuran
objek nyata adalah sasaran utama dari penggunaannya.
Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16.
Sumber informasi matematika Mesir Kuno adalah Papyrus Moskow dan Papyrus Rhind.
Papyrus Moskow berukuran tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind
memiliki tinggi 33 cm dan lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus
Moskow dan Rhind terdapat 26 soal bersifat geometris. sebagian besar dari soal-soal
tersebut berasal dari rumus-rumus pengukuran yang diperlukan untuk menghitung luas
tanah dan isi lumbug padi-padian.
Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis tengahnya.
Orang Mesir Kuno telah menemukan nilai π yaitu 3,16.
7. Dasar Segitiga Phytagoras
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang Mesir menggunakan mistar dan
tali pembanding untuk menghitung tinggi bangunan - maka ia terinspirasi untuk membuat
hukum matematika untuk menghitung tinggi dan sisi miring segitiga siku-siku. Dari
kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu memperkenalkan prinsip yang kita kenal
dengan hukum Pythagoras.
C. Aliran Pythagoras
1. Bagaimana sejarah hidup Pythagoras?
Jawab:
Dalam sejarah, Pythagoras disebut sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa
dalil itu benar. Dalil itu sendiri sudah ada sekitar 200 tahun sebelumnya di kalangan bangsa
Sumerian. Bangsa ini tinggal di daerah antara sungai Efrat dan sungai Trigis. Daerah itu
sekarang dikenal sebagai negara Irak. Sesungguhnya, belum ada bukti yang cukup kuat
untuk menunjukkan bahwa Pythagoraslah yang membuktikan kebenaran dalil itu kecuali
dalam buku Euclides yang menyebutkan bukti itu berasal dari masa hidup Pythagoras.
Sepuluh buku Euclides itu hingga kini masih tersimpan.
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia, Yunani.
Beliau hidup kira-kira sampai tahun 496 SM. Dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya
tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan,
diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk
usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena
kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk
menerima Pythagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh
para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Pythagoras juga
berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk
belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam
perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Pythagoras kembali ke Samos dan
meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran
di Samos. Kira-kira pada tahun 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos
Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan
sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara
yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi
menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon
rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan oleh kehadiran
Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala
penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai
para pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras
sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh berlari di suatu
ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih baik mati. Kemudian diambil keputusan
bersama dan diputuskan: Pythagoras dihukum pancung di muka umum.
b) Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya berkembang bersama-sama
dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
c) Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan matematikadipacu
pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian
dengan pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-
abad membingungkan para filsuf dan ahli matematik.
Demikianlah sejak permulaan sampai sekarang filsafat dan matematika terus menerus
saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika dan sebaliknya
matematika juga memacu pertumbuhan filsafat.
a) Berbagai teorema tentang segitiga, garis sejajar, polygon, lingkaran bidangn lengkung
dan polyhedral
b) Menyelesaikan masalah aplikasi tentang bidang
c) Salah satu segmen garis.
Menurut kepler, ada dua macam harta karun dalam geometri. Pertama adalah teorema
phytagoras dan yang kedua adalah pembagian sebuah garis, teorema phytagoras disebut
sebagai ukuran emas dan yang lainya dimanakan berlian berharga.
Jika diberikan garis AC lalu dibagi menjadi 4 bagian sedemikian sehingga AP:AC =
PC:AP, dimana AC adalah bagian yang lebih panjang.
x a−x
Misal AP = x dan AC = a, maka golden selection adalah = . bila kita
a x
−1± √ 5
mengoperasikan akan menghasilkan persamaan kuadrat x 2+ ax−a 2, maka x= a.
2
−1± √ 5
Yang dinamakan golden selection adalah yang bernilai positif x= .
2
Kaum Pythagorean menganggap bilangan ini sebagai sesuatu yang keramat dan
konon mereka bersumpah demi tetraktys ini. Penemuan Pythagoras ini mempunyai
konsekuensi besar, karena disini untuk pertama kalinya dinyatakan bahwa suatu gejala
fisis (nada-nada) dikuasai hukum matematis. Itu berarti bahwa kenyataan atau realitas
dapat dicocokkan dengan kategori-kategori matematis dari rasio manusia. Ilmu
pengetahuan modern sama sekali bersandar pada prinsip ini. Galilei akan mengatakan
bahwa alam tertulis dalam Bahasa matematika.
3. Kosmologi
Teori mahzab Pythagorean tentang susunan kosmos tertentu mengherankan,
karena untuk pertama kalinya dinyatakan bahwa bukan bumi yang merupakan pusat jaga
raya. Menurut mahzab Pythagorean pusat jagat raya adalah api (Hestia). Yang beredar
sekeliling api sentral itu berturut-turut: kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari,
kelima planet (merkurius, venus, mars, yupiter, saturnur) dan akhirnya langit dengan
bintang-bintang yang tetap. Demikianlah sepuluh badan jagat raya yang beredar
sekeliling api sentral sebagai suatu tetraktys raksasa. Kita tidak melihat api dan kontra-
bumi, karena permukaan bumi dimana kita hidup tetap berpaling dari api dan kontra
bumi, sebagaimana juga bagian bulan yang tidak berhadapan dengan tetap berpaling dari
bumi. Dengan lain perkataan, kita boleh menarik kesimpulan bahwa, dalam revolusinya
sekitar api sentral, bumi juga mengadakan revolusi sekeliling sumbunya sendiri. Matahari
dan bulan memantulkan api sentral.
Gerhana-gerhana terjadi apabila bumi dan kontra-bumi menggelapkan api sentral.
Pada pemikir-pemikir Yunani di kemudian hari api sentral dari mahzab Pythagorean akan
disamakan dengan matahari, sehingga bidang kosmologi mereka menganut pendirian
helio-sentris. Demikianlah herakleides dari heraklea (abad ke-4), seorang muris plato dan
terutama Aristarkos dari samis (abad ke-3). Tetapi teori itu lekas dilupakan, karena
pendirian geo-sentris dari Aristoteles banyak abad lamanya dianut secara umum. Seperti
diketahui, baru kopernikus (1473-1543) akan menemukan kembali teori helio-septris dan
ia sendiri tidak menyembunyikan bahwa ia mengenal pendapat mahzab Pythagorean.
Aristoteles mengatakan bahwa menurut kaum Pythagorean seluruh langit
merupakan “suatu tangga nada music serta suatu bilangan”. sekarang kita sudah mengerti
bahwa jagat raya tidak lain daripada bilangan tetraktys. Anggapan bahwa jagat raya sama
dengan “suatu tangga nada” juga disebut ajaran mengenai “the harmony of the spheres”.
Pada peredarannya keliling api-dengan kecepatan tinggi, tiap-tiap badan jagat raya
mengeluarkan suatu bunyi yang sesuai dengan salah satu nada dari tangga nada. Hanya
ada 8 nada saja, karena bumi dan kontra-bumi mengeluarkan nada yang sama, sedangkan
langit dengan bintang-bintang tetap tidak mengeluarkan bunyi. Telinga kita sudah begitu
biasa dengan bunyi-bunyi itu sehingga kita tidak lagi mendengarnya. Tetapi legenda-
legenda dalam kalangan Pythagorean menceritakan bahwa Pythagorean sendiri telah
mendengar harmoni itu.
Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari
Asia Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa Arya menyempurnakan tulisan Hindu
dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika karena
dalam pembangunan altar Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan
Pythagoras.
Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem
letak untuk bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong
untuk angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang India. Para
ahli matematika India telah lama menemukan bilangan nol, tetapi belum ada simbolnya.
Kemudian Aryabrata menyebut bilangan nol dengan kata “kha”. Aryabrata telah
memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar tempat kosong. Konsep
bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam pengaturan bentuk tabel telah
dikenal dan digunakan di India dari abad ke-6. Naskah tertua yang diketahui
menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang berjudul Lokavibhaaga, berangka
tahun 458.
Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet
Stone pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tenbaga dengan
simbol “o” kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu
membuktikan bahwa bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus,
tetapi tidak ada catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9”.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan
Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-
Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai
tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-
Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai
nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem Bilangan Desimal.
Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun
475 M dan meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk
mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya
orang yang menemukan rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli
matematika pada masa modern kini.
d. Brahma Gupta
Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari
tahun 598 sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang
terdiri dari dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah
buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya.
e. Mādhava
Mādhava dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhava
Namboodiri) (1350 M – 1425 M) adalah matematikawan dan astronom India dari
kota Irinjalakkuda (dekat Cochin, Kerala, India). Ia merupakan pendiri sekolah
astronomi dan matematika Kerala. Mādhava dianggap sebagai salah satu
matematikawan-astronom terbesar pada abad pertengahan, dan telah menyumbangkan
kontribusi dalam deret takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
f. Bhaskara
Bhaskaratelah dikenal sebagai ahli matematika modern pada abad ke-12.
Beberapa hasil karya beliau adalah ‘lilivati’ (beauty). Buku tersebt berisikan
permasalahan matematika dari Brahmagupta yang telah diselesaikan dari hasil
pemikirannya sendiri. Pernyataan serta kecerdasan beliau sangat diakui, termasuk
tentang sebuah guyonan yang tepat sekali yaitu 1729 merupakan angka terkecil; yang
merupakan jumlah dari dua buah bilangan pangkat 3 yang berbeda (marthayunanda).
a. Angka brahmi
Angka brahmi merupakan angka yang dipakai di india sekitar pertengahan abad
ketiga sebelum masehi. Angka brahma ditemukan pada tulisan gua-gua dedaerah dekat
poona, Bombay dan Uttar Pradesh. Penemuan angka ini memberitahu kita bahwa mereka
digunakan selama jangka waktu cukup lama sampai abad ke-4 masehi. Tentu saja prasasti
yang ada berbeda dengan gaya simbol. Ada beberapa teori angka yang dikedepankan oleh
para ahli sejarah melalui banyak tulisan mengenai asal-usul angka brahma,yaitu:
Angka Brahmi berasal dari budaya lembah Indus sekitar 2000 SM.
Angka Brahmi berasal dari angka Aram.
Angka Brahmi berasal dari alfabet Karoshthi.
Angka Brahmi berasal dari abjad Brahmi.
Angka Brahmi berasal dari abjad sistem angka sebelumnya, mungkin karena Panini
Angka Brahmi datang dari Mesir.
b. Angka gupta
c. Angka nagari
Angka gupta yang dikembangkan menjadi angka nagari,yang kadang juga disebut
angka devanagari. Bentuk ini dikembangkan dari angka gupta sekitar abad ketujuh dan
berlanjut berkembang sampai abad ke 11 masehi. (Abdussakir,2009:52-53)
२२ बाईस Bāīs 22
२३ ते ईस Tēīs 23
२४ चौबीस Chaubīs 24
२५ पच्चीस Paccīs 25
Numeral
२६ Number
छब्बीस Transliteration
Chabbī 26
०
२७ शून्य
सत्ताईस Śūnya
Sattāīs 0
27
१ एक Ek 1
२
२८ अट्दो
ठाईस Do
aṭṭhāīs 2
28
३ तीन Tīn 3
४ चार Chār 4
५
२९ पाँच
उनतीस pāṅc
Unatīs 5
29
६ छह chaḥ 6
७ सात Sāt 7
८ आठ āṭh 8
३० तीस Tīs 30
९ नौ Nau 9
१० दस Das 10
११ ग्यारह Gyārah 11
३१ इकतीस Ikatīs 31
१२ बारह Bārah 12
१३ ते रह Tērah 13
१४ चौदह Caudah 14
३२ बत्तीस Battīs 32
१५ पन्द्रह paṃdrah 15
१६ सोलह Solaha 16
१७ सत्रह Satrah 17
३३ तैं तीस taiṃtīs 33
१८ अठारह aṭṭhārah 18
१९ उन्नीस Unnis 19
३४
२० चौंतीस
बीस cauṃtīs
Bīs 34
20
२१
३५ इक्कीस
पैं तीस Ikkīs
paiṃtīs 21
35
३६ छत्तीस Chattīs 36
५० पचास Pacās 50
६० साठ sāṭh 60
७० सत्तर Sattar 70
Jawab:
Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu membuktikan bahwa bilangan
nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus, tetapi tidak ada catatan yang
ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9.Ide-ide brilian dari matematikawan
India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada
tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu
(India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan
penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut
Sebagai Sistem Bilangan Desimal.
Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana
(kira-kira abad ke-9 SM), menghampiri nilai π, dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM)
yang merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan
prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari
seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi
yang diberikan,[41] menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel
Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema
Pythagoras.
Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa
Sanskerta. Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan
menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi.¬[2] Pingala (kira-kira abad ke-
3 sampai abad pertama SM) di dalam risalahnya prosody menggunakan alat yang
bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika meter
bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan
dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).
Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus,
dan balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda
langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit.[44] Daur waktu
kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu,
bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih
panjang daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari.
Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel
trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan algoritma
aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh solusi seluruh bilangan
untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern, bersama-
sama dengan perhitungan [[astronomi] yang akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi.
[45] Sebuah terjemahan bahasa Arab dari karyanya Aryabhatiya tersedia sejak abad ke-8,
diikuti oleh terjemahan bahasa Latin pada abad ke-13. Dia juga memberikan nilai π yang
bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Pada abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama
menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan, menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π
sebagai 3,14159265359.
Sistem hieroglyph telah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno sejak tahun 2850 SM.
Simbol-simbol yang dimiliki sistem ini sebagai berikut:
Bilangan satu dilambangkan dengan tongkat, sepuluh dengan tumit, seratus dengan
gulungan kertas, seribu dengan bunga lotus, sepuluh ribu dengan jari, seratus ribu dengan
ikan burbot atau kecebong, dan satu juta dengan orang.
Ciri-ciri dari sistem numerasi Mesir Kuno yaitu suatu bilangan yang sama dan
ditulis dengan beberapa cara. Dengan perkataan lain,sistem Mesir tidak mengenal tempat.
Dengan sistem Mesir ini, juga dapat dilakukan penjumlahan. Simbol-simbol dalam Mesir
Kuno dapat diletakkan dengan urut sembarang. Notasi matematika Mesir Kuno bersifat
desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai
perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-
tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan yang diinginkan,
sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan ratus, simbol 10 atau 100
ditulis sebanyak delapan kali. Karena metode perhitungan mereka tidak dapat menghitung
pecahan dengan pembilang lebih besar daripada satu, pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai
jumlah dari beberapa pecahan. Sebagai contohnya, pecahan dua per tiga (2/3) dibagi
menjadi jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini dibantu oleh tabel nilai [pecahan] standar.
Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif khusus.
Sistem Yunani ini berbasis 10 sistem serupa dengan sebelumnya Mesir satu (dan
bahkan lebih mirip dengan kemudian Romawi sistem), dengan simbol-simbol untuk 1, 5,
10,, 50 100, 500 dan 1.000 diulangi sebanyak yang diperlukan untuk mewakili nomor
yang diinginkan . Penambahan dilakukan dengan menjumlahkan secara terpisah simbol
(1s, 10s, 100s, dll) di nomor yang akan ditambahkan, dan perkalian merupakan proses
yang melelahkan berdasarkan doubling berturut (pembagian didasarkan pada kebalikan
dari proses ini). Dilambangkan sederhana, dimana angka satu sampai empat
dilambangkan dengan lambang tongkat, misal: 2→ ll
Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti
sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan
yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama
kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh.
Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal. Zaman Kegelapan Sebenarnya
stagnasi ilmu pengetahuan tidak pernah terjadi, yang terjadi adalah berpindahnya pusat-
pusat ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru,
yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan
dan ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud
dengan Arab di sini meliputi wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika utara, daerah perbatasan
Cina, dan sebagian dari Spanyol, sesuai dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam pada
saat itu.
Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif
dalam mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang ditulis
oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya telah
banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa
perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18 di
dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad
sebelumnya. Kontribusi matematikawan Muslim Salah seorang matematikawan brilian pada
masa permulaan adalah Al-Khawarizmi. Selain kontribusinya seperti yang telah
dikemukakan, Al-Khawarizmi dikenal pula sebagai pionir dalam bidang aljabar. Penelitian-
penelitian Al-Khawarizmi adalah suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang
menghubungkan konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep
baru. Penelitian-penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang
memungkinkan bilangan rasional/irasional, besaran-besaran geometri diperlakukan sebagai
“objek-objek aljabar”.
Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820), Abu Kamil
(lahir tahun 850) memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar.
Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan
sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya.
Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik,
analisis numerik, solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri
dari persamaan. Al-Karaji (lahir tahun 953) diyakini sebagai orang pertama yang secara
menyeluruh memisahkan pengaruh operasi geometri dalam aljabar. Al-Karaji
mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x, 1/x2, 1/x3,…dan memberikan aturan-aturan
untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain itu, ia juga berhasil menemukan teorema
binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk memajukan matematika, ia
mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal
adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar . Menurutnya bahwa
mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan
mengoperasikan sesuatu yang diketahui.
Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan
Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri Timur
(Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan Arab
Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-
Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah
karya-karya Yunani kuno.
2. Siapa
saja tokoh-tokoh perkembangan matematika Arab?
Jawab:
1. Al-Khawarismi
Tidak diketahui dengan pasti kapan Muhammad ibn Musa al-khawarismi dilahirkan,
diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850.Al-Khawarismi menulis lebih dari setengah
lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan berdasarkan
kepada karya-karya Siddhanta dari India.
Ada dua karya Al-Khawarismi yang terkenal.Salah satu diantaranya adalah
bukuyang telah diterjemahkannya kedalam bahasa latin dengan judul” Alqorismi
Identimero Indirum ” (tentang seni berhitung Hindu) dimana karya aslinya dalam bahasa
arab tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang berdasarkan terjemahan karya
Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam bahasa Arab, Al- Khawarismi memberikan
penjelasan tentang sistem numerasi Hindu. Sehingga menjadi sistem numerasi yang kita
gunakan sekarang ini.
Yang kedua yang paling terkenal adalah bukunya yang berjudul”Hisab Aljabr
Almuqabalah” ,dimana perkataan aljabar berasal dari judul buku Al-Khawarismi ini.Karya
Al-Khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar yang dipelajari disekolah-sekolah
menengah sekarang, dibandingkan dengan aljabar Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini
tidak banyak berisi problem-problem yang sukar, berisi problem-problem dan penyelesaian
yang sederhana.Perbedaan nyata antara aljabar Al-Khawarismi dengan aljabar Diophantus
adalah:
a. Aljabar al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
b. Aljabar al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat sinkopasi baik dari
Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan bilangan dalam aljabar al-khawarismi dituliskan
dengan kata-kata, bukan dengan lambang.
2. Thabit ibn Qurra(826 -901)
Selain Al-Khawarismi, terdapat matematician Arab lainnya yaitu Thabit ibn Qurra.
Thabit ibn Qurra adalah matematician arab yang memberikan kontribusinya dalam bidang
aljabar. Dia membuka sekolah untuk para penterjemah.Terjemahan Thabit terhadap karya
Apolonius, Archimedes,Eulid, Ptolemy,dan Theodorus adalah yang dianggap paling baik.
Desertasi Thabit ibn Qurra mengenai rumus untuk menentukan bilangan bersahabat
(amicable numbers) adalah merupakan karya asli bangsa arab.Thabit memberikan rumus
untuk bilangan bersahabat.
Kontribusi lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian Phytagoras,
karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola, tentang bujursangkar
ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.
3. Abu Kamil Shuja (850-930)
Matematician Arab terkenal lainnya adalah Abu Kamil Shuja bin Aslam , yang
terkenal sebagai “Ahli Hitung dari Mesir”.Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar.
Dia menulis sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan
komentar atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari
problem-problem tersebut. Aljabar Abu Kamil Shuja ini adalah memadukan antara hal
yang praktis , seperti yang terdapat pada al-khawarismi. Abu Kamil Shuja
menghindarkan penyelesaian-penyelesaian negatif untuk kuadrat dari bilangan yang tidak
diketahui ( X2 ).
Oleh karena itu, suku Maya lebih berminat menghitung hari dan kalender tahunan
mempunyai 360 hari, karena lebih sesuai dengan nilai digit ketiga terkecil yaitu 20.18 =
360 dan bukan 20.20 = 400. Suku Maya menyusun angka mereka untuk menandakan nilai
tempat berbeda. Prinsipnya dapat dilahat gambar berikut:
Jumlah 31.781.148 adalah nilai dalam basis 10. Angka yang ditulis dengan ringkas
dalam sistem Maya yaitu 11.0.14.0.17.8 dimana angka yang ditulis adalah angka untuk
nilai tempat.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda dalam
pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem angka Arab mulai
digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi
bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu
puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan
pengelompokan 3 digit gaya barat.
一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
Ichi Ni San Yon Go Roku Nana Hachi Kyu Ju
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh