Askep Uretritis
Askep Uretritis
1.2 ETIOLOGI
• Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe)
• Kuman Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik / Urea Plasma Urelytikum)
• Tindakan invasif
• Iritasi batu ginjal
• Trihomonas vaginalis
• Organisme gram negatif :
- Escherichia coli
- Entero bakteri
- Pseudomonas
- Klebsiella dan Proteus
1.3 KLASIFIKASI
1. Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi.
Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
# Pemeriksaan Diagnostik :
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uretra untuk mengetahui kuman penyebab.
# Tindakan Pengobatan :
a. Pemberian antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
# Komplikasi :
1. Prostatitis
2. Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau
Fistul uretra.
2. Uretritis Kronis
# Penyebab :
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
# Prognosa :
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter & ginjal.
# Tindakan pengobatan :
- Pemberian antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
# Komplikasi :
1. Radang dapat menjalar ke prostate
2. Prostatitis
Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian bawah,
nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat yang membengkak
dan lunak. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria dan bakteriuria dengan hasil kultur
uropatogen yang khas.
1.5 PATOFISIOLOGI
- Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis
- Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan
permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis).
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui uretra.
Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat ke atas melalui
uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening, tetapi
ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan penimbunan
cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada
parenkim ginjal / hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yan6g terjadi di bawah kandung kemih
sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringa parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
- Usia : Semua usia bisa terkena penyakit ini, biasanya lebih sering pada umur >45 thun.
- Jenis kelamin : Perempuan lebih rentan terkena uretritis dibanding laki-laki.
- Alamat/tempat tinggal : Tempat/daerah yeng sering terjadi/sebagai faktor resiko peyebaran, seperti daerah
lokalisasi, daerah perairan, dsb.
C. INTERVENSI
1. Dx : Nyeri b/d proses peradangan
Tujuan : Rasa nyeri bisa berkurang / hilang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
2. Tidak ada nyeri abdomen bawah / daerah simpisis pubis
3. Mukosa uretra tidak memerah / edema
4. Tidak ada nyeri saat berkemih
5. Ekspresi wajah tenang
DS : Px biasanya mengeluh nyeri dan panas pada daerah kelamin terutama pada saat berkemih.
DO : - Ekspresi wajah meringis, menahan nyeri
- Px sering memegang kelamin, sering memegang perut bagian bawah & sering menggaruk-2
daerah kelamin
Intervensi
a). Mandiri :
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi & intensitas
R/ : Untuk membantu mengevaluasi tempat obstruksi & penyebab nyeri
2. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
R/ : Meningkatkan relaksasi & menurunkan tegangan otot
3. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
R/ : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
4. Pantau pola berkemih secara berkala
R/ : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan / pengunduran gejala / penyakit.
b). Kolaborasi :
1. Berikan analgetik sesuai kebutuhan & evaluasi keberhasilannya
R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri
4. Dx : Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi / edema / proses peradangan pada saluran kemih
Tujuan : Px dapat mempertahankan pola eliminasi urine / BAK secara adekuat
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat berkemih / BAK secara lancar
2. Klien tidak kesulitan saat berkemih
3. Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (seperti : disuria, piuria,
& hematuria)
1. Nursalam & B.B,Fransisca. 2009. Askep pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.
2. E.Dongoes, Marilynn & Moorhouse, Mary Frances & C.Geissler, Alice. 1999. Rencana Askep
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta : EGC.
3. Http//www.geogle.com, Hari Senin jm 13.00
4. Http//www.geogle.com, Hari Kamis jm 11.00