Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN ANAK

“Asuhan keperawatan pada pasien anak Dengue

Haemorraghic fever”

Dosen pembimbing:

Ns. Andra Syafeti Wijaya, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh: Kelompok IV

1. Lesmy Sasmita (P05120218072)


2. Murdani Furiyanti (P05120218073)
3. Enny Febina Sari (P05120218068)
4. Elwindri Rameko (P05120218067)
5. Ikhtiar Wahyudi (P05120218070)
6. Inda Purwanti (P05120218071)
Kelas: 2.B DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga
Kami berhasil menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan pada
pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ini tepat pada waktunya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa sumber
informasi kepada semua pihak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu Kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Rabu, 08 April 2020

Penulis

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ......................................................................... 2
1.3.Tujuan penulisan............................................................................. 2
1.4.Manfaat penulisan........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi ............................................................................................ 4
2.2.Etiologi ............................................................................................ 4
2.3.Patofisiologi...................................................................................... 5
2.4.Woc.................................................................................................. 6
2.5.Manifestasi klinis.............................................................................. 7
2.6.Klasifikasi......................................................................................... 7
2.7.Cara penularan................................................................................ 8
2.8.Pemeriksaan diagnostic................................................................... 9
2.9.Penatalaksanaan............................................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian....................................................................................... 11
3.2.Analisa data..................................................................................... 19
3.3.Diagnosa keperawatan.................................................................... 20
3.4.Intervensi keperawatan.................................................................... 21
3.5.Catatan perkembangan................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan...................................................................................... 34
4.2.Saran............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak pertama kali ditemukan
pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand, telah menjadi penyebab
utama kematian di kalangan anak-anak dan dewasa. Diperkirakan
terjadi antara 50 juta hingga 100 juta kasus DBD di seluruh dunia
setiap tahunnya. Sekitar 500.000 penderita DBD dirawat inap dengan
2,5% diantaranya meninggal dunia. Selain itu, diperkirakan 3,97 miliar
orang pada 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue. Hal tersebut
berarti lebih dari setengah penduduk dunia berisiko terinfeksi penyakit
DBD.
Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO
mencatat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita DBD
tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2014 DBD telah menyebar di
433 dari 511 kabupaten/kota dalam 34 provinsi. Penyakit ini menjadi
momok yang mengerikan dan dalam waktu yang relatif singkat DBD
dapat menelan banyak korban. Salah satu faktor utama yang
bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian DBD yakni
urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali yang disebabkan
oleh pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi terutama di kota
besar Negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi tersebut menyebabkan tingginya kepadatan penduduk dan
wabah DBD akan berkembang pesat pada daerah yang padat
penduduk. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September
2017: 161 – 168). Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD yang
dilaporkan melalui Sistem Informasi daerah (SIKDA) Samarinda
sebanyak 2.814 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 18 orang.
Angka kesakitan (Incidence Rate/IR) = 290,6 per 100.000 penduduk

1
dan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) = 0,6 %. Angka
kesakitan DBD di Samarinda tergolong tinggi. Di Indonesia provinsi
Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan angka kesakitan DBD
tertinggi kedua setelah provinsi Bali. Kematian akibat DBD di
Samarinda tergolong rendah, karena CFR < 1 %. (Profil Kesehatan
Kota Samarinda Tahun 2016).
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides
aigepty yang ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan
manifestasi seperti pendarahan, penurunan tromboosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai dengan
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia), dan disertai dengan gejala-gejala tidak khas sperti
nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang
bola mata (Kemenkes RI,2013).

B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian DHF?
2. Apa etiologi dari penyakit DHF?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF?
4. Bagaimana WOC penyakit DHF?
5. Apa manifestasi klinis penyakit DHF?
6. Bagaimana cara penularan penyakit DHF?
7. Bagaimana pemeriksaan diaagnostik penyakit DHF?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit DHF?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak DHF?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui pengertian DHF
2) Mengetahui etiologi dari penyakit DHF
3) Mengetahui patofisiologi dari penyakit DHF

2
4) Mengetahui WOC penyakit DHF
5) Mengetahui manifestasi klinis penyakit DHF
6) Mengetahui cara penularan penyakit DHF
7) Mengetahui pemeriksaan diaagnostik penyakit DHF
8) Mengetahui penatalaksanaan penyakit DHF
9) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anak DHF
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang DHF dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada
pasien dengan kasus DHF.

D. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian DHF
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari penyakit DHF
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit DHF
4. Mahasiswa dapat mengetahui WOC penyakit DHF
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit DHF
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara penularan penyakit DHF
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diaagnostik penyakit
DHF
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit DHF
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
anak DHF

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian DHF
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang di sertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian (mansjoer, 2000). Demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegpti (suriadi dan
yuliani, 2017).
Penyakit demam berdarah dengue (PDF) (bahasa medisnya
disebut dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegyti dan aedes albopictus, yang mana menyebabkan
ganguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan
(soemarno,2017).
B. Etiologi
a. Virus dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
arbovirus (artropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainya
secara serolis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang baik yang
berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (babby homster
kidney) maupun sel-sel artrophoda misalnya sel aedes arbovirus.
(soedarto, 2005 dalam susilawati, 2008).
b. Vector
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus
merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada

4
orang lainya melalui gigitan, nyamuk aedes aegepti merupakan
vector penting di daerah perkotaan, sedangkan di daerah
perdesaan kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan
(soedarto, 2005). Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada
genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di
dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di luar rumah
dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bamboo, dilipatan daun
dan genangan air bersih lainya, selain itu nyamuk betina lebih
menyukai menghinggap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi dan senja hari (junaidi,2007).
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut soedarto, (2005) antara
lain:
1) Badanya kecil
2) Warnanya hitam dan berbelang-belang
3) Mengigit pada siang hari
4) Badanya mendatar saat hinggap
5) Gemar hidup ditempat-tempat yang gelap
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Virus dengue masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkan demam
dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang bisa terlihat pada infeksi
oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.
Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainya. Re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestic antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yang tinggi (price, 2006).

5
D. WOC (Web Of Causation) DHF

VIRUS DENGUE

VIREMIA

PENGAKTIFAN KOMPLEK IMUN ANTIBODI

MERANGSANG AGREGASI MASUK KE HATI PERMEABILITAS


PENGELUARAN ZAT TROMBOSIT KAPILER
(Bradikinin, serotonin, VIRUS BERKEMBANG
thrombin, histamin) TROMBOSITOPENIA BIAK KEBOCORAN
PLASMA

MERANGSANG KOAGULOPATI HEPATOMEGALI


PGE2HIPOTALAMUS PERDARAHAN MK: HIPOVOLEMIA

PERUT TERASA
TERMOREGULASI MK: RISIKO PENUH
INSTABIL PERDARAHAN MK: RISIKO SYOK
TIDAK NAFSU
MAKAN
MK: HIPERTERMIA

MK: DEFISIT KONDISI TUBUH


- ANOREKSIA YANG LEMAH/
NUTRISI
- MUNTAH KELEMAHAN FISIK

SUPLAI O2 DAN
KESALAHAN ZAT MAKANAN KE MK: INTOLERANSI
INTERPRESTASI TUBUH AKTIFITAS

PENUMPUKAN ASAM
HOSPITALISA MK: KURANG LAKTAT DI OTAK DAN
PENGETAHUAN SENDI

MK: KECEMASAN MK: NYERI AKUT

6 Sumber: Suhendro, 2006


E. Manifestasi klinis
a. Demam
Demam tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian
menuju suhu normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri
punggung, nyeri tulang dan persendian, rasah lemah serta nyeri
perut. (soedarto, 2005)
b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dari
demam dan umumnya terjadi pada kulit (petekiae, ekimosis dan
purpura), perdarahan mukosa/salur kemih, perdarahan gusi serta
hematuria.
c. Hepatomegaly
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba,
meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila
terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal halus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
(soederita, 2006)
d. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak
sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan
sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masah demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
(soedarto,2004)
F. Klasifikasi DHF
WHO, (2006) mengklasifikasi DHF menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan yaitu:
a. Derajat 1 : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan
spontan. Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.

7
b. Derajat II : sama dengan derajat 1, ditambah dengan gejala-gejala
pertambahan spontan seperti petekie,ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III: ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit (120
mmhg), tekanan darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110,
90/70, 80/0, 0/0)
d. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/sangat
lemah, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
G. Cara penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus
dengue di tularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti.nyamuk aedes aegypti albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan pektor yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut
mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus yang berda di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 9-10 hari (extrincis incubation period)
sebelum dapat di tularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat di tularkan kepada
telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting, sekali virus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
memelurkan masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit, penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk mengigit manusia yang sedang mengalami
viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam
timbul. (depkes ri 2004).

8
H. Pemeriksaan diagnostic
Untuk mendiagnosis dengue hemoragik fever (dhf) dapat
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejalah seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya juga dapat di tegakkan dengan melakukan
beberapa pemeriksaan menurut who (2007) sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium:
Darah lengkap=hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih) thrombocitopeni (100.000/mm atau kurang)
b. Uji serologi :Uji HI (hemaaglutinaion inhibition test)
c. Rontgen thorac = effuse pleura, pemeriksaan radiologi (foto toraks
pa tegak dan lateral decubitus kanan) dapat dilakukan untuk
melihat ada tidaknya efusi fleura, terutama pada hemotoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
pula dideteksi dengan usg.
I. Penatalaksanaan
Menurut mubarak, (2009)penatalaksanaan penderita dengan dhf
adalah sebagai berikut.
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, the manis,
sirup, dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita dhf.
d. Pemberian cairan intervena (biasanya ringer laktat, nacl faali)
merupakan cairan yang paling sering di gunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu,nadi,tensi,pernapasan)
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketap tiap jam.
f. Periksa hb, ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipirektip sebaiknya dari golongan
asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotic bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.

9
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan
intensif dan segera di pasang infus sebagai pengganti cairan yang
hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20-30 ml/kg bb.
l. Pemberian cairan intervena baik plasma maupun elektrolit
dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila
renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitude nadi
cukup besar. Tekanan sistolik 20 mmhg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg bb/jam.
m. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian tranfusi pada
penderita dhf yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis
dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan hb yang
mencolok.
n. Pada dhf tanpa ranjatan hanya deberi banyak minum yaitu ½ liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan
melibatkan orang tua, infus diberikan pada pasien dhf tanpa
ranjatan apabila :pasien trus menerus muntah, tidak dapat
debrikan minum sehingga mengancam terjadi dehidrasi.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS:

Anak D umur 8 tahun, laki-laki, datang ke rumah sakit bersama orang tuanya
dengan keluhan demam sejak 4 hari dan menggigil, serta terdapat bintik-bintik
merah pada kedua tangan anaknya. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
keadaan umum compos mentis, anak tampak pucat dan lemah, suhu 38,2°c;
frekuensi nadi 128 x/menit, dan pernafasan 18 x/menit. Berdasarkan diagnose
medisnya An.D menderita dengue haemorrhagic fever (DHF).

Tanggal Pengkajian : 01 April 2020

Tanggal Masuk RS : 01 April 2020

I. Pengkajian
1.1 Identitas Data
Nama : An. D No RM: 493447
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tpt/tgl. Lahir : Taba Mutung/20 Juli 2012
BB/PB : 20 kg/110 cm
Anak Ke : 2 (Dua)
Pendidikan : SD
Dx. Medis : Dengue haemorrhagic fever (DHF)

Nama Ibu : Lisma


Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA

Nama Ayah : Dedy


Umur : 32 tahun
Agama : Islam

11
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds Taba Mutung kec. Karang Tinggi Kab.
Bengkulu Tengah. Povinsi Bengkulu

Data Fokus

1.2 Alasan Masuk:


Orang tua mengatakan anak demam sejak 4 hari yang lalu dan
menggigil, serta ada bintik-bintik merah di kedua tangan anaknya.
1.3 Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien datang ke RSMY pada tanggal 01 April 2020 karena demam
sudah 4 hari disertai badan lemas kemudian pasien dibawa ke IGD.
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan di IGD didapatkan suhu
tubuh 38,2°c, Hb 13,5, Ht 42,1, leukosit 2.100, dan trombosit 52.000.
1.4 Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

a. Riwayat Prenatal:
Ibu mengatakan selalu melakukan pemeriksaan posyandu setiap
bulannya saat hamil.
b. Riwayat Intranatal:
Anak lahir secara normal dengan dibantu oleh bidan desa.
c. Riwayat Postnatal:
Anak lahir langsung menangis, warna kulit saat lahir merah, dan BB
2700 kg.
1.5 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah menderita batuk, pilek dan demam tetapi tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
1.6 Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular maupun kronis.

12
- Genogram: (Genogram 3 generasi)

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Meninggal

: Pasien : Garis pernikahan

: Garis keturunan

1.7 Riwayat Sosial


Anak sangat disayangi oleh orang tuanya. Hubungan antara orang tua
dan anak baik. Orang terdekat anak adalah ibu.
1.8 Riwayat Tumbuh Kembang
Anak tumbuh dan berkembang dengan normal atau sebagaimana anak
biasanya. Tidak ada masalah pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.9 Pemeriksaan Fisik

13
- Keadaan Umum : Compos mentis dan GCS (E4M6V5)
- BB : 20 kg
- TB : 110 cm
- TTV : N : 128 x/menit
R : 18 x/menit
S : 38,2°c
- Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan
tidakada lesi. Penyebaran rambut merata
berwarna hitam, rambut tidak mudah patah, tidak
bercabang, dan tidak ada kelainan.
- Mata : Mata lengkap, simetris kanan dan kiri, kornea
mata jernih kanan dan kiri, konjungtiva anemis
dan sclera tidak ikterik, kelopak mata tidak ada
pembengkakan. Adanya reflek cahaya pada pupil
dan bentuk isokor kanan dan kiri, iris kanan kiri
berwarna hitam, tidak ada kelainan.
- Telinga : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri. Lubang
telinga bersih, tidak ada serumen berlebih,
pendengaran berfungsi dengan baik.
- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung. Posisi
septum nasal ditengah, lubang hidung bersih,
tidak ada secret, tulang hidung dan septum nasi
tidak ada pembengkakan dan tidak ada polip.
- Mulut : Keadaan mukosa bibir kering dan pucat. Tonsil
ukuran normal, uvula letak simetris ditengah.
- Leher : Kelenjar getah bening teraba, tiroid teraba, tidak
ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan getah
bening, posisi trakea letak ditengah tidak ada
kelainan.
- Thoraks/dada
Inspeksi : Tidak ada sesak, batuk dan secret. Bentuk dada
simetris, irama teratur, pola nafas normal, tidak
ada pernafasan cuping hidung, otot bantu
pernafasan, vocal permitus dan ekspansi paru
anterior dan posterior dada normal.

14
- Paru-paru
Perkusi : Sonor
Auskultrasi : Vesikuler
- Jantung
Inspeksi : CRT< 2 detik tidak ada sianosis
Palpasi : Iktus kordis teraba hangat
Perkusi : Batas jantung (Basic: ICS II dari lateral ke media
linea, para sterna sinistra, tidak melebar, pinggang
jantung: ICS III dari linea para sterna kiri, tidak
melebar, Apeks: ICS V dari linea midclavikula
sinistra, tidak melebar)
Auskultrasi : Bunyi jantung I dan II terdengar bunyi jantung
normal dan regular, tidak ada bunyi jantung
tambahan dan tidak ada kelainan.
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar, benjolan/masa
tidak ada pada perut, tidak tampak bayangan
pembuluh darah pada abdomen, tidak ada luka
bekas operasi.
Auskultrasi : Peristaltic 20x/menit
Palpasi : Tegang, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan pada
ginjal, dan tidak ada asietas.
Perkusi : Timpani dan tidak ada nyeri ketuk
- Punggung : Tidak terdapat nyeri pada punggung dan tidak ada
kelainan
- Genitalia : penis bersih tidak ada edema dan secret dan tidak
ada kelainan
- Anus dan rectum : Tidak ada hemoroid dan tidak ada kelainan
- Integument : Pasien tampak pucat, kulit teraba hangat dan ada
bintik-bintik merah di kedua tangan dan turgor kulit
tidak elastis
- Ekstremitas : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan
ektremitas, tidak ada kelainan tulang belakang,

15
terdapat scar BCG, pemeriksaan Rumple Lead
Test + terdapat ptekie jumlah > 20
- Reflek : Refleks Babinski (-), refleks bisep dan trisep
normal (+)
- Tonus/aktifitas :
5 5
5 5

1.10 Pemeriksaan penunjang /diagnostic


a. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai normal
Pemeriksaan pemeriksaan
01/04/2020 Leukosit 2.100/mm3 5000-10.000/mm3
Hemoglobin 13.5 g/dl 11,5 g/dl
Hematokrit 42.1 % 36-40 %
Trombosit 52.000/mm3 150.000-400.000/mm3

02/04/2020 Leukosit 3.800/mm3 5000-10.000/mm3


Hemoglobin 11.9 g/dl 11,5 g/dl
Hematokrit 36.4 % 36-40 %
Trombosit 40.000/mm3 150.000-400.000/mm3

03/04/2020 Leukosit 5.500/mm3 5000-10.000/mm3


Hemoglobin 11.9 g/dl 11,5 g/dl
Hematokrit 35.7 % 36-40 %
Trombosit 86.000/mm3 150.000-400.000/mm3

b. Diagnostil lainnya
(Tidak ada)

16
1.11 Terapi

Nama Terapi Dosis Keterangan


PCT 3 x 250 mg PO/ oral

Sampicilin 3 x 500 mg IV

RL 20tpm IVFD

1.12 Kebutuhan Dasar Sehari-hari

N Jenis Kebutuhan Di Rumah Di Rumah Sakit

o
1 Makan dan minum Makan: 2x sehari Makan: 3x sehari

Minum: ±1000 ml Minum: ± 600 ml


2 Istirahat dan tidur ± 9 jam ± 10 jam
3 Eliminasi BAB 1x sehari Selama di rumah

BAK ± 5x sehari sakit pasien sudah 2x

BAB,

BAK ± 7x sehari
4 Personal hygiene 2x sehari 2x sehari
5 Aktivitas/mobilisasi Baik/ tidak ada Pasien merasa lemas

masalah
6 Rasa nyaman Tidak ada Tidak ada

masalah/nyeri yang masalah/nyeri yang

dirasakan dirasakan

1.13 Ringkasan Riwayat Keperawatan


Pada tanggal 01 April 2020, orang tua datang membawa anaknya
ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu dan
menggigil, serta terdapat bintik-bintik merah di kedua tangan anak. Saat
dilakukan pengkajian suhu tubuh 38,2°c, Hb 13,5, Ht 42,1, leukosit
2.100/mm3, dan trombosit 52.000/mm3. Ibu juga mengatakan sebelumnya

17
pasien pernah menderita batuk, pilek dan demam tetapi tidak pernah
dirawat di rumah sakit.

18
II. Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
1 Data subjektif: virus dengue Hipertermia
- Orang tua mengatakan
anaknya demam sejak 4 viremia
hari yang lalu dan
menggigil pengaktifan komplek
imun antibodi
Data objektif:
- Kesadaran: composmentis merangsang
(GCS: E4M6V5) pengeluaran zat
- N: 128 x/menit (bradikinin, serotonin,
- R: 18 x/menit thrombin, histamin)
- S: 38,2° c
- Kulit teraba hangat merangsang
pge2hipotalamus

termoregulasi instabil

Hipertermia
2 Data subjektif: virus dengue Hipovolemia
- Ibu mengatakan anak
minum hanya viremia
menghabiskan ± 600 ml
- Ibu mengatakan anak BAK pengaktifan komplek
± 7x sehari lebih banyak imun antibodi
dari biasanya
permeabilitas kapiler
Data objektif:
- N: 128 x/menit kebocoran plasma
- Pasien tampak lemas
- Kesadaran: composmentis hipovolemia
- Mukosa bibir kering dan

19
pucat
- Turgor kulit tidak elastis
- Hematocrit: 42,1 %
3 Data subjektif: virus dengue Risiko
- Orang tua mengatakan perdarahan
adanya bintik-bintik merah viremia
di kedua tangan anaknya
pengaktifan komplek
Data objektif: imun antibodi
- N: 128 x/menit
- Pasien tampak pucat agregasi trombosit
- Tampak bintik-bintik di
kedua tangan pasien trombositopenia
- Trombosit: 52.000/mm3
- Hematocrit: 42.1 % koagulopati
perdarahan

risiko perdarahan

III. Diagnosa Keperawatan yang muncul


1. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (infeksi)
2. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai
dengan trombositopeni

20
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL

(SLKI) (SIKI)

1 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi SIKI: Regulasi Tempratur


dengan Proses penyakit keperawatan selama ... x 24
(infeksi), yang ditandai jam, diharapkan pasien: 1. Monitor suhu tubuh anak
setiap dua jam 1. Mengetahui adanya
dengan: SLKI: Termoregulasi 2. Monitor frekuensi pernafasan perubahan suhu pasien
dan nadi setiap 2 jam
3. Monitor warna dan suhu kulit 2. Mengetahui adanya
Data Subjektif:  dipertahankan di level ..... 4. Monitor dan catat tanda dan perubahan nadi dan
- Orang tua mengatakan  ditingkatkan ke level ..... gejala hipertermia respirasi
anaknya demam sejak 4  1: Memburuk 5. Tingkatkan asupan cairan 3. Mengetahui perubahan
hari yang lalu dan  2: Cukup memburuk dan nutrisi yang adekuat kesehatan
menggigil  3. Sedang 6. Gunakan matras 4. Untuk mengetahui apakah
 4. Cukup membaik penghangat, selimut hangat, ada perubahan pada tanda
 5. Membaik dan penghangat ruangan dan gejala hipertermia
Data Objektif: untuk menaikan suhu tubuh 5. Untuk mencegah terjadinya
- Kesadaran dehidrasi
Dengan Kriteria hasil: 6. Agar suhu tubuh tidak
composmentis (GCS :
E4M6V5) semakin tinggi
1. Suhu kulit 1/2/3/4/5
- N : 128 x/menit 2. Suhu tubuh 1/2/3/4/5
- R : 18 x/menit 3. Pengisian kapiler 1/2/3/4/5

21
- S : 38,20C 4. Ventilasi 1/2/3/4/5
- Kulit teraba hangat

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)

2 Hipovolemia berhubungan SLKI: Keseimbangan cairan SIKI: Manajemen hipovolemia


dengan evaporasi, yang
ditandai dengan:  dipertahankan di level ..... 1. Periksa tanda dan gejala 1. Agar dapat segera
 ditingkatkan ke level ..... hipovolemia (mis. Frekuesi dilakukan tindakan jika
 1: Menurun/Memburuk nadi meningkat, nadi teraba terjadi syok
 2: Cukup lemah, tekanan nadi 2. Menjaga balance cairan
Data Subjektif:
menurun/Cukup menyempit, turgor kulit dalam tubuh
- Ibu mengatakan anak menurun, membran mukosa 3. Untuk mengetahui balance
minum hanya memburuk
 3. Sedang kering, volume urine menurun, cairan dalam tubuh/
menghabiskan ±600 ml hematokrit meningkat, haus, homeostatis
- Ibu mengatakan anak  4. Cukup
meningkat/Cukup lemah) 4. Asupan cairan sangat
BAK ± 7x sehari lebih 2. Monitor intake dan output diperlukan untuk
banyak dari biasanya membaik
cairan menambah volume cairan
Data Objektif:  5. Meningkat/Membaik
3. Hitung kebutuhan cairan tubuh
- Pasien tampak lemas 4. Berikan asupan cairan oral 5. Agar tidak kekurangan dan
- N : 128 x/menit 5. Anjurkan memperbanyak kelebihan cairan
- Kesadaran Dengan Kriteria hasil:
asupan cairan oral 6. Menggantikan cairan dalam
composmentis 6. Kolaborasi pemberian cairan tubuh yang hilang
1. Asupan cairan 1/2/3/4/5
- Mukosa bibir kering dan IV isotonis
2. Denyut nadi radial
pucat
1/2/3/4/5

22
- Turgor kulit tidak elastis 3. Kelembaban membran
- Hematocrit 42,1 % mukosa 1/2/3/4/5
4. Turgor kulit 1/2/3/4/5
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)

3 Risiko perdarahan SLKI: Status sirkulasi SIKI: Pencegahan perdarahan


berhubungan dengan
gangguan koagulasi, yang  dipertahankan di level ..... 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk meminimalisir
 ditingkatkan ke level ..... perdarahan terjadinya perdarahan
ditandai dengan: 2. Monitor nilai 2. Untuk memantau jumlah
 1: Menurun/Memburuk
 2: Cukup hematokrit/hemoglobin dan kadar kehilangan darah
menurun/Cukup sebelum dan sesudah 3. Dapat menentukan
Data Subjektif: kehilangan darah intervensi selanjutnya
memburuk
- Orang tua mengatakan 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Untuk menghindari
adanya bintik-bintik  3. Sedang
 4. Cukup ortostatik konstipasi
merah di kedua tangan 4. Anjurkan meningkatkan 5. Untuk mencegah terjadinya
anaknya meningkat/Cukup
membaik asupan cairan untuk perdarahan akibat anti
menghindari konstipasi pembekuan darah
 5. Meningkat/Membaik
5. Anjurkan menghindari aspirin 6. Untuk mempercepat
Data Objektif: atau antikoagulan memperbaiki jaringan rusak
Dengan Kriteria hasil: 6. Anjurkan meningkatkan dan mempercepat
- Pasien tampak pucat
asupan makanan dan pembekuan darah
- N : 128 x/menit
1. Kekuatan nadi 1/2/3/4/5 vitamin K 7. Meminimalkan terjadinya
- Tampak bintik-bintik di
2. Pucat 1/2/3/4/5 7. Kolaborasi pemberian obat perdarahan
kedua tangan pasien
3. Tekanan nadi 1/2/3/4/5 pengontrol perdarahan

23
- Trombosit 52.000/mm3 4. Pengisian kapiler 1/2/3/4/5
- Hematocrit 42,1 %

24
V. CATATAN PERKEMBANGAN

No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi

1 Hipertermia berhubungan Rabu, 01 April 2020, Pukul 14.00-19.00


dengan Proses penyakit wib
(infeksi)
1. Memonitor suhu tubuh anak setiap S:
dua jam - ibu pasien mengatakan badan
2. Memonitor frekuensi pernafasan anaknya masih panas
dan nadi O:
3. Memonitor warna dan suhu kulit - kulit pasien teraba hangat
4. Memonitor dan catat tanda dan - Suhu tubuh 38,20C
gejala hipertermia - R : 19 x/ menit
5. Meningkatkan asupan cairan dan - N : 120 x/menit
nutrisi yang adekuat
6. Menggunakan matras penghangat, A : Termoregulasi nilai nya 4 (cukup
selimut hangat, dan penghangat membaik) Masalah belum teratasi
ruangan untuk menaikan suhu P : Lanjutkan intervensi
tubuh

25
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib S:
- Ibu pasien mengatakan badan
1. Memonitor suhu tubuh anak setiap anaknya sudah tidak terlalu panas
dua jam O:
2. Memonitor frekuensi pernafasan - Suhu tubuh 37,50C
dan nadi - R : 20x/ menit
3. Memonitor warna dan suhu kulit - N : 110 x/menit
4. Memonitor dan catat tanda dan - Pasien tampak pucat
gejala hipertermia
- Kulit pasien teraba hangat
5. Meningkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
A : Termoregulasi nilai nya 4 (cukup
6. Menggunakan matras penghangat,
membaik)
selimut hangat, dan penghangat
Masalah belum teratasi
ruangan untuk menaikan suhu
P : Lanjutkan intervensi
tubuh

26
S:
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00 - Ibu pasien mengatakan badan
wib anaknya tidak panas lagi
O:
1. Memonitor suhu tubuh anak setiap - Suhu tubuh 36,70C
dua jam - R : 19x/ menit
2. Memonitor frekuensi pernafasan - N : 98 x/menit
dan nadi - Pasien tampak tidak pucat
3. Memonitor warna dan suhu kulit
- Kulit pasien tidak teraba hangat
4. Memonitor dan catat tanda dan
A : Termoregulasi nilai nya 5 ( membaik)
gejala hipertermia
Masalah teratasi
5. Meningkatkan asupan cairan dan
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
nutrisi yang adekuat
6. Menggunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikan suhu
tubuh

2 Hipovolemia berhubungan Rabu, 01 April 2020, Pukul 14.00-19.00


dengan evaporasi wib
S:
1. Memeriksa tanda dan gejala - Ibu pasien mengatakan pasien
hipovolemia (mis. Frekuesi nadi malas minum, sehari kurang lebih
meningkat, nadi teraba lemah, hanya 1000 cc
tekanan nadi menyempit, turgor O:
kulit menurun, membran mukosa - Turgor kulit tidak elastis
kering, volume urine menurun, - Membrane mukosa kering
hematokrit meningkat, haus, lemah) - Pasien tampak lemas

27
2. Memonitor intake dan output cairan - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
3. Menghitung kebutuhan cairan 120x/menit
4. Memberikan asupan cairan oral - Intake : 2811
5. Menganjurkan memperbanyak - Output : 2800
asupan cairan oral - Belance cairan : +11
6. Mengkolaborasikan pemberian
cairan IV isotonis A : Keseimbangan cairan nilai nya 3
(sedang) Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib S:
- Ibu pasien mengatakan anaknya
1. Memeriksa tanda dan gejala mulai ada keinginan untuk minum
hipovolemia (mis. Frekuesi nadi O:
meningkat, nadi teraba lemah, - Turgor kulit baik
tekanan nadi menyempit, turgor - Mukosa lembab
kulit menurun, membran mukosa - Pasien tampak lemas
kering, volume urine menurun, - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
hematokrit meningkat, haus, lemah)
110x/menit
2. Memonitor intake dan output cairan
- Intake : 2811
3. Menghitung kebutuhan cairan
Output : 2780
4. Memberikan asupan cairan oral
Belance cairan : +31
5. Menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
A : Keseimbangan cairan nilai nya 4 (cukup
6. Mengkolaborasikan pemberian
membaik)
cairan IV isotonis
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

28
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00
wib
S:
1. Memeriksa tanda dan gejala - Ibu pasien mengatakan anaknya
hipovolemia (mis. Frekuesi nadi mulai ada keinginan untuk minum
meningkat, nadi teraba lemah, O:
tekanan nadi menyempit, turgor - Turgor kulit baik
kulit menurun, membran mukosa - Mukosa lembab
kering, volume urine menurun, - Pasien tampak tidak lemas
hematokrit meningkat, haus, lemah) - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
2. Memonitor intake dan output cairan
100x/menit
3. Menghitung kebutuhan cairan
- Intake : 2811
4. Memberikan asupan cairan oral
Output : 2600
5. Menganjurkan memperbanyak
Belance cairan : +211
asupan cairan oral
6. Mengkolaborasikan pemberian
A : Keseimbangan cairan nilai nya 5
cairan IV isotonis
( membaik)Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang

3 Risiko perdarahan Rabu, 01 April 2020, Pukul 14.00-19.00


berhubungan dengan wib
gangguan koagulasi S:
1. Memonitor tanda dan gejala - Orang tua mengatakan adanya
perdarahan bintik-bintik merah di kedua tangan
2. Memonitor nilai anaknya
hematokrit/hemoglobin sebelum O:
dan sesudah kehilangan darah - Trombosit : 80.000/mm3
3. Memonitor tanda-tanda vital

29
ortostatik - Hematocrit 42,2%
4. Menganjurkan meningkatkan A : Status sirkulasi nilainya 3 (sedang)
asupan cairan untuk menghindari Masalah belum teratasi
konstipasi P : Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
6. Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib

1. Memonitor tanda dan gejala S:


perdarahan - Orang tua mengatakan adanya
2. Memonitor nilai bintik-bintik merah di kedua tangan
hematokrit/hemoglobin sebelum anaknya
dan sesudah kehilangan darah O:
3. Memonitor tanda-tanda vital - Trombosit : 90.000/mm3
ortostatik - Hematocrit 41,3%
4. Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk menghindari A : Status sirkulasi nilainya 3 (sedang)
konstipasi Masalah belum teratasi
5. Menganjurkan menghindari aspirin P : Lanjutkan intervensi
atau antikoagulan
6. Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K

30
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00
wib

1. Memonitor tanda dan gejala S:


perdarahan - Orang tua mengatakan bintik-bintik
2. Memonitor nilai merah di kedua tangan anaknya
hematokrit/hemoglobin sebelum tidak ada lagi
dan sesudah kehilangan darah O:
3. Memonitor tanda-tanda vital - Trombosit : 110.000/mm3
ortostatik - Hematocrit 38,1%
4. Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk menghindari A : Status sirkulasi nilainya 4 (cukup
konstipasi membaik)
5. Menganjurkan menghindari aspirin Masalah teratasi sebagian
atau antikoagulan P : Intervensi dihentikan pasien pulang
6. Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K

31
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dengue haemorraghic fever atau sering disebut dengan demam
berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang di sertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian penyakit. DHF adalah
salah satu penyakit yang sering ditemui pada anak-anak, yang
penyebab utamnya adalah gigitan dari nyamuk aedes aygepti. Gejala
utama dari penyakit DHF ini adalah demam tinggi sudah berhari-hari,
ditambah lagi munculnya bintik-bintik merah dibagian atau seluruh
tubuh penderita.

B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui penyakit-
penyakit yang sering timbul pada anak salah satunya adalah Dengue
haemorrhagic fever. Dengan adanya makalah ini penulis berharap
pembaca mengetahui tentang Dengue haemorrhagic fever pada anak
dan asuhan keperawatan pada anak yang terdiagnosa dengue
haemorraghic fever dan mengetahui penyakit-penyakit yang lainnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004). Sistem Kesehatan.


Jakarta Junaidi. 2007. Diagnosis Terapi Paisen DHF. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Price & Wilson.2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta:EGC.
Soedarto. 2005. Perawat Medikal Bedah. Volume 1. (terjemahan).
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Soemarno, 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit FKUI.
WHO.2016. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Jakarta:EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai