Haemorraghic fever”
Dosen pembimbing:
Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga
Kami berhasil menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan pada
pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ini tepat pada waktunya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa sumber
informasi kepada semua pihak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu Kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penulis
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul...................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ......................................................................... 2
1.3.Tujuan penulisan............................................................................. 2
1.4.Manfaat penulisan........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.Definisi ............................................................................................ 4
2.2.Etiologi ............................................................................................ 4
2.3.Patofisiologi...................................................................................... 5
2.4.Woc.................................................................................................. 6
2.5.Manifestasi klinis.............................................................................. 7
2.6.Klasifikasi......................................................................................... 7
2.7.Cara penularan................................................................................ 8
2.8.Pemeriksaan diagnostic................................................................... 9
2.9.Penatalaksanaan............................................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian....................................................................................... 11
3.2.Analisa data..................................................................................... 19
3.3.Diagnosa keperawatan.................................................................... 20
3.4.Intervensi keperawatan.................................................................... 21
3.5.Catatan perkembangan................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan...................................................................................... 34
4.2.Saran............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak pertama kali ditemukan
pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand, telah menjadi penyebab
utama kematian di kalangan anak-anak dan dewasa. Diperkirakan
terjadi antara 50 juta hingga 100 juta kasus DBD di seluruh dunia
setiap tahunnya. Sekitar 500.000 penderita DBD dirawat inap dengan
2,5% diantaranya meninggal dunia. Selain itu, diperkirakan 3,97 miliar
orang pada 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue. Hal tersebut
berarti lebih dari setengah penduduk dunia berisiko terinfeksi penyakit
DBD.
Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO
mencatat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita DBD
tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2014 DBD telah menyebar di
433 dari 511 kabupaten/kota dalam 34 provinsi. Penyakit ini menjadi
momok yang mengerikan dan dalam waktu yang relatif singkat DBD
dapat menelan banyak korban. Salah satu faktor utama yang
bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian DBD yakni
urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali yang disebabkan
oleh pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi terutama di kota
besar Negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi tersebut menyebabkan tingginya kepadatan penduduk dan
wabah DBD akan berkembang pesat pada daerah yang padat
penduduk. (Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September
2017: 161 – 168). Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD yang
dilaporkan melalui Sistem Informasi daerah (SIKDA) Samarinda
sebanyak 2.814 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 18 orang.
Angka kesakitan (Incidence Rate/IR) = 290,6 per 100.000 penduduk
1
dan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) = 0,6 %. Angka
kesakitan DBD di Samarinda tergolong tinggi. Di Indonesia provinsi
Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan angka kesakitan DBD
tertinggi kedua setelah provinsi Bali. Kematian akibat DBD di
Samarinda tergolong rendah, karena CFR < 1 %. (Profil Kesehatan
Kota Samarinda Tahun 2016).
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang disebabkan oleh nyamuk aides
aigepty yang ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan
manifestasi seperti pendarahan, penurunan tromboosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai dengan
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura,
hipoalbuminemia), dan disertai dengan gejala-gejala tidak khas sperti
nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang
bola mata (Kemenkes RI,2013).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian DHF?
2. Apa etiologi dari penyakit DHF?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF?
4. Bagaimana WOC penyakit DHF?
5. Apa manifestasi klinis penyakit DHF?
6. Bagaimana cara penularan penyakit DHF?
7. Bagaimana pemeriksaan diaagnostik penyakit DHF?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit DHF?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak DHF?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui pengertian DHF
2) Mengetahui etiologi dari penyakit DHF
3) Mengetahui patofisiologi dari penyakit DHF
2
4) Mengetahui WOC penyakit DHF
5) Mengetahui manifestasi klinis penyakit DHF
6) Mengetahui cara penularan penyakit DHF
7) Mengetahui pemeriksaan diaagnostik penyakit DHF
8) Mengetahui penatalaksanaan penyakit DHF
9) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anak DHF
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang DHF dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada
pasien dengan kasus DHF.
D. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian DHF
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari penyakit DHF
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit DHF
4. Mahasiswa dapat mengetahui WOC penyakit DHF
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit DHF
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara penularan penyakit DHF
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diaagnostik penyakit
DHF
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit DHF
9. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
anak DHF
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian DHF
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang di sertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian (mansjoer, 2000). Demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegpti (suriadi dan
yuliani, 2017).
Penyakit demam berdarah dengue (PDF) (bahasa medisnya
disebut dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegyti dan aedes albopictus, yang mana menyebabkan
ganguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan
(soemarno,2017).
B. Etiologi
a. Virus dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
arbovirus (artropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainya
secara serolis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang baik yang
berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (babby homster
kidney) maupun sel-sel artrophoda misalnya sel aedes arbovirus.
(soedarto, 2005 dalam susilawati, 2008).
b. Vector
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus
merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada
4
orang lainya melalui gigitan, nyamuk aedes aegepti merupakan
vector penting di daerah perkotaan, sedangkan di daerah
perdesaan kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan
(soedarto, 2005). Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada
genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di
dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di luar rumah
dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bamboo, dilipatan daun
dan genangan air bersih lainya, selain itu nyamuk betina lebih
menyukai menghinggap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi dan senja hari (junaidi,2007).
Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut soedarto, (2005) antara
lain:
1) Badanya kecil
2) Warnanya hitam dan berbelang-belang
3) Mengigit pada siang hari
4) Badanya mendatar saat hinggap
5) Gemar hidup ditempat-tempat yang gelap
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Virus dengue masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkan demam
dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang bisa terlihat pada infeksi
oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.
Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainya. Re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestic antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yang tinggi (price, 2006).
5
D. WOC (Web Of Causation) DHF
VIRUS DENGUE
VIREMIA
PERUT TERASA
TERMOREGULASI MK: RISIKO PENUH
INSTABIL PERDARAHAN MK: RISIKO SYOK
TIDAK NAFSU
MAKAN
MK: HIPERTERMIA
SUPLAI O2 DAN
KESALAHAN ZAT MAKANAN KE MK: INTOLERANSI
INTERPRESTASI TUBUH AKTIFITAS
PENUMPUKAN ASAM
HOSPITALISA MK: KURANG LAKTAT DI OTAK DAN
PENGETAHUAN SENDI
7
b. Derajat II : sama dengan derajat 1, ditambah dengan gejala-gejala
pertambahan spontan seperti petekie,ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III: ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit (120
mmhg), tekanan darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110,
90/70, 80/0, 0/0)
d. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/sangat
lemah, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
G. Cara penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus
dengue di tularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti.nyamuk aedes aegypti albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan pektor yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut
mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus yang berda di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 9-10 hari (extrincis incubation period)
sebelum dapat di tularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat di tularkan kepada
telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting, sekali virus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
memelurkan masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit, penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk mengigit manusia yang sedang mengalami
viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam
timbul. (depkes ri 2004).
8
H. Pemeriksaan diagnostic
Untuk mendiagnosis dengue hemoragik fever (dhf) dapat
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejalah seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya juga dapat di tegakkan dengan melakukan
beberapa pemeriksaan menurut who (2007) sebagai berikut:
a. Pemeriksaan laboratorium:
Darah lengkap=hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih) thrombocitopeni (100.000/mm atau kurang)
b. Uji serologi :Uji HI (hemaaglutinaion inhibition test)
c. Rontgen thorac = effuse pleura, pemeriksaan radiologi (foto toraks
pa tegak dan lateral decubitus kanan) dapat dilakukan untuk
melihat ada tidaknya efusi fleura, terutama pada hemotoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
pula dideteksi dengan usg.
I. Penatalaksanaan
Menurut mubarak, (2009)penatalaksanaan penderita dengan dhf
adalah sebagai berikut.
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, the manis,
sirup, dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita dhf.
d. Pemberian cairan intervena (biasanya ringer laktat, nacl faali)
merupakan cairan yang paling sering di gunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu,nadi,tensi,pernapasan)
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketap tiap jam.
f. Periksa hb, ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipirektip sebaiknya dari golongan
asetaminopen.
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotic bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.
9
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang
memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan
intensif dan segera di pasang infus sebagai pengganti cairan yang
hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20-30 ml/kg bb.
l. Pemberian cairan intervena baik plasma maupun elektrolit
dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila
renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitude nadi
cukup besar. Tekanan sistolik 20 mmhg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg bb/jam.
m. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian tranfusi pada
penderita dhf yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis
dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan hb yang
mencolok.
n. Pada dhf tanpa ranjatan hanya deberi banyak minum yaitu ½ liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan
melibatkan orang tua, infus diberikan pada pasien dhf tanpa
ranjatan apabila :pasien trus menerus muntah, tidak dapat
debrikan minum sehingga mengancam terjadi dehidrasi.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS:
Anak D umur 8 tahun, laki-laki, datang ke rumah sakit bersama orang tuanya
dengan keluhan demam sejak 4 hari dan menggigil, serta terdapat bintik-bintik
merah pada kedua tangan anaknya. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
keadaan umum compos mentis, anak tampak pucat dan lemah, suhu 38,2°c;
frekuensi nadi 128 x/menit, dan pernafasan 18 x/menit. Berdasarkan diagnose
medisnya An.D menderita dengue haemorrhagic fever (DHF).
I. Pengkajian
1.1 Identitas Data
Nama : An. D No RM: 493447
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tpt/tgl. Lahir : Taba Mutung/20 Juli 2012
BB/PB : 20 kg/110 cm
Anak Ke : 2 (Dua)
Pendidikan : SD
Dx. Medis : Dengue haemorrhagic fever (DHF)
11
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds Taba Mutung kec. Karang Tinggi Kab.
Bengkulu Tengah. Povinsi Bengkulu
Data Fokus
a. Riwayat Prenatal:
Ibu mengatakan selalu melakukan pemeriksaan posyandu setiap
bulannya saat hamil.
b. Riwayat Intranatal:
Anak lahir secara normal dengan dibantu oleh bidan desa.
c. Riwayat Postnatal:
Anak lahir langsung menangis, warna kulit saat lahir merah, dan BB
2700 kg.
1.5 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah menderita batuk, pilek dan demam tetapi tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
1.6 Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular maupun kronis.
12
- Genogram: (Genogram 3 generasi)
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Garis keturunan
13
- Keadaan Umum : Compos mentis dan GCS (E4M6V5)
- BB : 20 kg
- TB : 110 cm
- TTV : N : 128 x/menit
R : 18 x/menit
S : 38,2°c
- Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan
tidakada lesi. Penyebaran rambut merata
berwarna hitam, rambut tidak mudah patah, tidak
bercabang, dan tidak ada kelainan.
- Mata : Mata lengkap, simetris kanan dan kiri, kornea
mata jernih kanan dan kiri, konjungtiva anemis
dan sclera tidak ikterik, kelopak mata tidak ada
pembengkakan. Adanya reflek cahaya pada pupil
dan bentuk isokor kanan dan kiri, iris kanan kiri
berwarna hitam, tidak ada kelainan.
- Telinga : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri. Lubang
telinga bersih, tidak ada serumen berlebih,
pendengaran berfungsi dengan baik.
- Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung. Posisi
septum nasal ditengah, lubang hidung bersih,
tidak ada secret, tulang hidung dan septum nasi
tidak ada pembengkakan dan tidak ada polip.
- Mulut : Keadaan mukosa bibir kering dan pucat. Tonsil
ukuran normal, uvula letak simetris ditengah.
- Leher : Kelenjar getah bening teraba, tiroid teraba, tidak
ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan getah
bening, posisi trakea letak ditengah tidak ada
kelainan.
- Thoraks/dada
Inspeksi : Tidak ada sesak, batuk dan secret. Bentuk dada
simetris, irama teratur, pola nafas normal, tidak
ada pernafasan cuping hidung, otot bantu
pernafasan, vocal permitus dan ekspansi paru
anterior dan posterior dada normal.
14
- Paru-paru
Perkusi : Sonor
Auskultrasi : Vesikuler
- Jantung
Inspeksi : CRT< 2 detik tidak ada sianosis
Palpasi : Iktus kordis teraba hangat
Perkusi : Batas jantung (Basic: ICS II dari lateral ke media
linea, para sterna sinistra, tidak melebar, pinggang
jantung: ICS III dari linea para sterna kiri, tidak
melebar, Apeks: ICS V dari linea midclavikula
sinistra, tidak melebar)
Auskultrasi : Bunyi jantung I dan II terdengar bunyi jantung
normal dan regular, tidak ada bunyi jantung
tambahan dan tidak ada kelainan.
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar, benjolan/masa
tidak ada pada perut, tidak tampak bayangan
pembuluh darah pada abdomen, tidak ada luka
bekas operasi.
Auskultrasi : Peristaltic 20x/menit
Palpasi : Tegang, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan pada
ginjal, dan tidak ada asietas.
Perkusi : Timpani dan tidak ada nyeri ketuk
- Punggung : Tidak terdapat nyeri pada punggung dan tidak ada
kelainan
- Genitalia : penis bersih tidak ada edema dan secret dan tidak
ada kelainan
- Anus dan rectum : Tidak ada hemoroid dan tidak ada kelainan
- Integument : Pasien tampak pucat, kulit teraba hangat dan ada
bintik-bintik merah di kedua tangan dan turgor kulit
tidak elastis
- Ekstremitas : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan
ektremitas, tidak ada kelainan tulang belakang,
15
terdapat scar BCG, pemeriksaan Rumple Lead
Test + terdapat ptekie jumlah > 20
- Reflek : Refleks Babinski (-), refleks bisep dan trisep
normal (+)
- Tonus/aktifitas :
5 5
5 5
b. Diagnostil lainnya
(Tidak ada)
16
1.11 Terapi
Sampicilin 3 x 500 mg IV
RL 20tpm IVFD
o
1 Makan dan minum Makan: 2x sehari Makan: 3x sehari
BAB,
BAK ± 7x sehari
4 Personal hygiene 2x sehari 2x sehari
5 Aktivitas/mobilisasi Baik/ tidak ada Pasien merasa lemas
masalah
6 Rasa nyaman Tidak ada Tidak ada
dirasakan dirasakan
17
pasien pernah menderita batuk, pilek dan demam tetapi tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
18
II. Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
1 Data subjektif: virus dengue Hipertermia
- Orang tua mengatakan
anaknya demam sejak 4 viremia
hari yang lalu dan
menggigil pengaktifan komplek
imun antibodi
Data objektif:
- Kesadaran: composmentis merangsang
(GCS: E4M6V5) pengeluaran zat
- N: 128 x/menit (bradikinin, serotonin,
- R: 18 x/menit thrombin, histamin)
- S: 38,2° c
- Kulit teraba hangat merangsang
pge2hipotalamus
termoregulasi instabil
Hipertermia
2 Data subjektif: virus dengue Hipovolemia
- Ibu mengatakan anak
minum hanya viremia
menghabiskan ± 600 ml
- Ibu mengatakan anak BAK pengaktifan komplek
± 7x sehari lebih banyak imun antibodi
dari biasanya
permeabilitas kapiler
Data objektif:
- N: 128 x/menit kebocoran plasma
- Pasien tampak lemas
- Kesadaran: composmentis hipovolemia
- Mukosa bibir kering dan
19
pucat
- Turgor kulit tidak elastis
- Hematocrit: 42,1 %
3 Data subjektif: virus dengue Risiko
- Orang tua mengatakan perdarahan
adanya bintik-bintik merah viremia
di kedua tangan anaknya
pengaktifan komplek
Data objektif: imun antibodi
- N: 128 x/menit
- Pasien tampak pucat agregasi trombosit
- Tampak bintik-bintik di
kedua tangan pasien trombositopenia
- Trombosit: 52.000/mm3
- Hematocrit: 42.1 % koagulopati
perdarahan
risiko perdarahan
20
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
21
- S : 38,20C 4. Ventilasi 1/2/3/4/5
- Kulit teraba hangat
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
22
- Turgor kulit tidak elastis 3. Kelembaban membran
- Hematocrit 42,1 % mukosa 1/2/3/4/5
4. Turgor kulit 1/2/3/4/5
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
23
- Trombosit 52.000/mm3 4. Pengisian kapiler 1/2/3/4/5
- Hematocrit 42,1 %
24
V. CATATAN PERKEMBANGAN
25
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib S:
- Ibu pasien mengatakan badan
1. Memonitor suhu tubuh anak setiap anaknya sudah tidak terlalu panas
dua jam O:
2. Memonitor frekuensi pernafasan - Suhu tubuh 37,50C
dan nadi - R : 20x/ menit
3. Memonitor warna dan suhu kulit - N : 110 x/menit
4. Memonitor dan catat tanda dan - Pasien tampak pucat
gejala hipertermia
- Kulit pasien teraba hangat
5. Meningkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
A : Termoregulasi nilai nya 4 (cukup
6. Menggunakan matras penghangat,
membaik)
selimut hangat, dan penghangat
Masalah belum teratasi
ruangan untuk menaikan suhu
P : Lanjutkan intervensi
tubuh
26
S:
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00 - Ibu pasien mengatakan badan
wib anaknya tidak panas lagi
O:
1. Memonitor suhu tubuh anak setiap - Suhu tubuh 36,70C
dua jam - R : 19x/ menit
2. Memonitor frekuensi pernafasan - N : 98 x/menit
dan nadi - Pasien tampak tidak pucat
3. Memonitor warna dan suhu kulit
- Kulit pasien tidak teraba hangat
4. Memonitor dan catat tanda dan
A : Termoregulasi nilai nya 5 ( membaik)
gejala hipertermia
Masalah teratasi
5. Meningkatkan asupan cairan dan
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
nutrisi yang adekuat
6. Menggunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan penghangat
ruangan untuk menaikan suhu
tubuh
27
2. Memonitor intake dan output cairan - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
3. Menghitung kebutuhan cairan 120x/menit
4. Memberikan asupan cairan oral - Intake : 2811
5. Menganjurkan memperbanyak - Output : 2800
asupan cairan oral - Belance cairan : +11
6. Mengkolaborasikan pemberian
cairan IV isotonis A : Keseimbangan cairan nilai nya 3
(sedang) Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib S:
- Ibu pasien mengatakan anaknya
1. Memeriksa tanda dan gejala mulai ada keinginan untuk minum
hipovolemia (mis. Frekuesi nadi O:
meningkat, nadi teraba lemah, - Turgor kulit baik
tekanan nadi menyempit, turgor - Mukosa lembab
kulit menurun, membran mukosa - Pasien tampak lemas
kering, volume urine menurun, - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
hematokrit meningkat, haus, lemah)
110x/menit
2. Memonitor intake dan output cairan
- Intake : 2811
3. Menghitung kebutuhan cairan
Output : 2780
4. Memberikan asupan cairan oral
Belance cairan : +31
5. Menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
A : Keseimbangan cairan nilai nya 4 (cukup
6. Mengkolaborasikan pemberian
membaik)
cairan IV isotonis
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
28
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00
wib
S:
1. Memeriksa tanda dan gejala - Ibu pasien mengatakan anaknya
hipovolemia (mis. Frekuesi nadi mulai ada keinginan untuk minum
meningkat, nadi teraba lemah, O:
tekanan nadi menyempit, turgor - Turgor kulit baik
kulit menurun, membran mukosa - Mukosa lembab
kering, volume urine menurun, - Pasien tampak tidak lemas
hematokrit meningkat, haus, lemah) - Nadi teraba lemah dan cepat; N :
2. Memonitor intake dan output cairan
100x/menit
3. Menghitung kebutuhan cairan
- Intake : 2811
4. Memberikan asupan cairan oral
Output : 2600
5. Menganjurkan memperbanyak
Belance cairan : +211
asupan cairan oral
6. Mengkolaborasikan pemberian
A : Keseimbangan cairan nilai nya 5
cairan IV isotonis
( membaik)Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
29
ortostatik - Hematocrit 42,2%
4. Menganjurkan meningkatkan A : Status sirkulasi nilainya 3 (sedang)
asupan cairan untuk menghindari Masalah belum teratasi
konstipasi P : Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
6. Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
Kamis, 02 April 2020, Pukul 14.00-
19.00 wib
30
Jumat, 03 April 2020, Pukul 14.00-19.00
wib
31
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dengue haemorraghic fever atau sering disebut dengan demam
berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang di sertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian penyakit. DHF adalah
salah satu penyakit yang sering ditemui pada anak-anak, yang
penyebab utamnya adalah gigitan dari nyamuk aedes aygepti. Gejala
utama dari penyakit DHF ini adalah demam tinggi sudah berhari-hari,
ditambah lagi munculnya bintik-bintik merah dibagian atau seluruh
tubuh penderita.
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus mengetahui penyakit-
penyakit yang sering timbul pada anak salah satunya adalah Dengue
haemorrhagic fever. Dengan adanya makalah ini penulis berharap
pembaca mengetahui tentang Dengue haemorrhagic fever pada anak
dan asuhan keperawatan pada anak yang terdiagnosa dengue
haemorraghic fever dan mengetahui penyakit-penyakit yang lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33